NO 46/PUU-VIII/2010
A. Pengertia Putusan
129)
Menurut Utrecht Beshikking adalah suatu perbuatan publik yang bersegi satu
istimewa. Menurut Van der Pot Beschikking adalah perbuatan hukum yang
diterbitkan oleh pejabat administrasi yang bersifat konkret dan khusus atau
keputusan dalam bidang administrasi negara yang dilakukan oleh pejabat atau
badan pemerintahan yang berwenag dan berwajib khusus untuk itu. (Edwar,
Menurut Jimly Asshiddiqie kata keputusan berasal dari kata putus, me-mutus-
kan, dan pe-mutus-an. Kemudian padanan kata penetapan berasal dari kata
pada dasarnya harus dilaksanakan berdasarkan proses atau prosedur yang tepat
serta dilaksanakan dan diadministrasikan dengan cara yang tepat pula.
dalam bahasa Inggris verdict, decision; dalam bahasa latin disebut veredictum)
putusan terdiri dari subyek dan pengertian yang menjadi satu pengertian.
sesuatu. (Sujana, 2020: 67) Putusan hakim adalah suatu akhir dari rangkaian
negara yang berwenang yang diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum
dan dibuat secara tertulis untuk mengakhiri sengketa yang dilimpahkan para
dengan menggunakan original intent UUD 1945 sebagai tolak ukurnya. Jadi
dalam suatu bila bertentangan dengan UUD 1945. (Denisatria, 2018) Putusan
terhadap materi muatan ayat, pasal dan atau bagian suatu undang-undang yang
menyatakan amar putusan tidak diterima terhadap materi muatan ayat, pasal
Konstitusi bersifat final, yaitu langsung mempunyai kekuatan hukum tetap dan
tidak terdapat upaya hukum untuk mengubahnya. Dalam pasal 10 Undang-
kekuatan hukum tetap sejak diucapkan dan tidak ada upaya hukum yang dapat
Undang ini mencangkup pula kekuatan hukum yang mengikat (final and
mengikat bagi semua orang, lembaga negara dan badan hukum di wilayah
dalam pasal 10 di atas dijelaskan bahwa tidak ada upaya hukum yang dapat
dengan pengakuan kedudukan hukum anak luar kawin. Perkara ini mengadili
Muhammad Iqbal Ramadhan bin Moerdiono pada tanggal Senin 14 Juni 2010
dan diterima oleh Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi pada hari itu juga.
anaknya oleh negara dianggap sebagai anak luar nikah yang menurut pasal
2017: 50-51)
Aisyah dan Iqbal mengajukan permohonan pengujian pasal 2 ayat (2) dan
kerugian karena tidak diakuinya status perkawinan dan status hukum anak
karena tidak diakuinya status perkawinan dan status hukum anak yang
dilahirkan.
pasal 2 ayat (2) dan pasal 43 ayat (1). Padahal hak konstitusi mereka telah
dijamin di dalam pasal 28B ayat (1) dan (2) serta pasal 28D ayat (1) UUD
Islam menjadi tidak sah karena diciderai oleh norma hukum. Sehingga hal
status anak yang dilahirkan oleh pemohon menjadi tidak sah menurut
serta pasal 28D ayat (1) UUD 1945 adalah setiap orang memiliki
atas pernikahan dan status hukum anaknya. Jadi tidak ada diskriminasi
status anak di muka hukum menjadi tidak jelas. Padahal dalam UUD 1945
dinyatakan anak yang terlantar saja, yang status orang tuanya tidak jelas,
dipelihara oleh negara. Dengan kata lain di sini terjadi pelanggaran norma
depan akan memunculkan beban psikis terhadap anak, karena tidak adanya
2. Keterangan Pemerintah
utuh, harmonis, bahagia lahir dan batin. Karena itu dengan sendirinya
diperlukan kesesuaian dari kedua belah pihak yang akan menyatu menjadi
satu dalam sebuah unit terkecil dalam masyarakat, sehingga latar belakang
kehidupan kedua belah pihak menjadi penting, dan salah satu latar
sah.” dan dalam pasal 28J ayat (1) UUD 1945 dinyatakan behwa: “Setiap
orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
tersebut, sebagaimana tertuang dalam pasal 28J ayat (2) UUD 1945 yang
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi
Nomor 1 Tahun 1974 telah sejalan dengan amanat kontitusi dan karenanya
2010: 17-19)
3. Putusan Mahkamah
adminstratif.
Menurut mahkamah hal ini merupakan bentuk tanggung jawab negara dan
28I ayat (4) dan ayat (5) UUD 1945) Sekiranya pencatatan yang dimaksud
kebebasan orang lain, serta untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai
umum dalam suatu masyarakat demokratis. (Pasal 28J ayat (2) UUD 1945)
dibuktikan dengan bukti yang sempurna dengan suatu akta yang otentik,
terlindungi dan terlayani dengan baik, karena tida perlu proses pembuktian
yang memakan waktu, uang, tenaga dan pikiran yang lebih banyak, seperti
1974 yang mengatur bahwa asasl-usul anak tidak dapat dibuktikan dengan
akta otentik maka mengenai hal itu akan ditetapkan dengan putusan
efektif dan efesian apabila dengan adanya pembuktian akta yang otentik.
tepat dan tidak adil manakala hukum menetapkan bahwa anak yang lahir
tidak tepat dan tidak adil pula jika hukum membebaskan laki-laki yang
dan kelahiran anak tersebut dari tanggung jawabnya sebagai seorang bapak
dan bersamaan dengan itu hukum meniadakan hak-hak anak terhadap laki-
seorang anak itu merupakan anak dari laki-laki tertentu. (Putusan MK No.
Sujana, I Nyoman (2020). Kedudukan Hukum Anak Luar Kawin dalam Perspektif
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010. Yogyakarta:
Aswaja Pressindo