Anda di halaman 1dari 6

Mikroteknik 4(22):1-6

Teknik Pembuatan Sediaan Apus Spermatozoa


Alivia Nazillah1*, Linda Dwi Noor Khalimah1, Anni Nurliani2
1
: Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, ULM.
2
: Departemen Anatomi dan Fisiologi, Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, ULM.
*
E-mail: 2111013220019@mhs.ulm.ac.id
Abstrak
Mikroteknik merupakan suatu ilmu atau seni mempersiapkan organ, jaringan, atau bagian
jaringan untuk dapat diamati dan ditelaah. Untuk membuat sediaan histologi, secara umum melalui
beberapa tahapan antara lain, persiapan jaringan, pemrosesan jaringan, pemotongan jaringan, dan
pewarnaan jaringan. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal tahap-tahap pembuatan, bahan
dan alat untuk praktikum teknik pembuatan sediaan dengan metode apus/smear. Metode apus ini
merupakan metode untuk membuat preparat dengan cara mengoles atau membuat selaput tipis dari
bahan yang berupa cairan dengan kaca objek sehingga mudah untuk diamati dibawah mikroskop.
Percobaan ini dilakukan dengan mencit jantan yang dibius menggunakan kloroform kemudian
dilakukan pembedahan dan diambil saluran vas deferens. Setelah dikeluarkan, cairan spermatozoa
diaduk hingga didapatkan campuran NaCl fisiologis dan spermatozoa. Cairan tersebut diletakkan pada
kaca objek dan dioleskan cairan spermatozoa dengan kaca objek. Setelah diperoleh olesan tipis,
sediaan dikeringkan kemudian dilakukan fiksasi menggunakan methanol selama 5 menit dengan cara
merendam kaca objek yang telah diolesi spermatozoa. Lalu diolesi larutan giemsa 3% ditunggu selama
30 menit kemudian dicuci menggunakan aquades. Sediaan oles yang telah kering kemudian di tetesi
dengan entellan terutama pada bagian spermatozoa. Berdasarkan pengamatan sel sperma yang
didapatkan pada percobaan ini memiliki bagian morfologi sebagai berikut yaitu, terdiri dari kepala
yang didalamnya terdapat nukleus atau inti, dan ekor yang mengandung apparatus untuk
menggerakkan sel. Bagian kepala terdapat akrosom yang memiliki struktur dinding yang rangkap
terletak diantara membran plasma bagian anterior nukleus, leher menghubungkan kepala dan ekornya
(flagela) yang dibagi lagi menjadi bagian tengah, pokok dan akhir yang bagian-bagian tersebut
mempunyai struktur yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa sperma yang diamati normal tidak
berbeda dengan referensi yang didapatkan. Kualitas spermatozoa yang baik diperoleh ketika proses
pembentukan spermatozoa berjalan secara normal dan kualitas spermatozoa yang buruk diperoleh
ketika proses pembentukan spermatozoa berjalan secara tidak normal.

Kata kunci : Apus, Smear Method, Spermatozoa, Vas Deferens

PENDAHULUAN
Mikroteknik merupakan suatu ilmu atau seni mempersiapkan organ, jaringan, atau bagian
jaringan untuk dapat diamati dan ditelaah. Sediaan yang dibuat dalam mikroteknik berbahan
dasar sel. Sel yang digunakan yaitu sel hewan dan sel tumbuham. Mikroteknik semakin
berkembang dan banyak metode yang digunakan untuk pembuatan sediaan tergantung bahan
yang akan digunakan. sel hewan yang kebanyakan digunakan untuk pembuatan sediaan dengan
metode smear ataupun embedding dan sering kali pula dengan metode whole mount. Metode
apus adalah suatu metode dalam mikroteknik yang digunakan untuk membuat preparat. Beberapa
jenis jaringan yang dapat dibuat dengan metode apus adalah darah, limfa, cairan sum sum tulang
belakang, semen jantan dan sediaan air seni (Harijati et al.,2017).
Umumnya sediaan diwarnai dengan zat warna yang dapat memperjelas strukturnya.
Percobaan kali ini menggunakan larutan giemsa sebagai zat pewarna preparat, hal ini dilakukan
dengan tujuan agar sel-sel sperma dapat terlihat dan diamati dibawah mikroskop. Giemsa adalah
Mikroteknik 4(22):1-6

metode pewarnaan mikroskopis yang di kembangkan oleh Gustav Giemsa. Metode pewarnaan
giemsa pada awalnya dirancang terutama untuk mewarnai parasit plasmodium yang dapat
menyebabkan penyakit malaria. Akan tetapi dapat juga digunakan untuk pewarnaan histologi
untuk mewarnai kromatin, membran inti sel, metachromasia dan berbagai komponen sel
lainnya. Percobaan mikroteknik dipergunakan bermacam-macam zat warna, untuk membedakan
secara kontras bagian-bagian dari jaringan. Irisan jaringan hewan pewarnaan harus dapat
membedakan mana yang tulang, tulang rawan, otot, syaraf, jaringan ikat, dan inti dalam sel,
dalam histologi hewan pewarnaan penting untuk dapat membedakan dengan jelas inti dan
sitoplasma yang mengelilingi (Hayati et al.,2023).
Proses pembuatan sediaan mikroskopis merupakan suatu pekerjaan yang memerlukan
ketelitian, kemampuan yang tinggi, serta ditunjang kemampuan dan minat yang di dasari oleh
faktor seni yang dimiliki oleh masing-masing individu. Untuk membuat sediaan histologi, secara
umum melalui beberapa tahapan antara lain, persiapan jaringan, pemrosesan jaringan,
pemotongan jaringan, dan pewarnaan jaringan. Besarnya pengaruh dari masing-masing tahapan
diperlukan ketelitian dan kecermatan dalam melakukan tiap tahapan sehingga bisa didapatkan
sediaan yang sesuai dengan apa yang diharapkan (Susilawati, 2011). Tujuan dari praktikum ini
adalah untuk mengenal tahap-tahap pembuatan, bahan dan alat untuk praktikum teknik
pembuatan sediaan dengan metode apus/smear.

METODE
- Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu alat bedah, papan bedah, cawan petri, kaca
objek, kaca penutup, pipet, mikroskop, staining jar dan pipet. Bahan yang digunakan dalam
percobaan ini yaitu mencit jantan, kloroform, methanol, larutan Giemsa 3% dalam methanol,
akuades dingin yang sebelumnya sudah direbus, NaCl fisiologis dan entelan.

- Prosedur praktikum
Percobaan ini dilakukan dengan mencit jantan yang dibius menggunakan kloroform
kemudian dilakukan pembedahan, saluran vas deferens diambil dan ditampung kedalam cawan
petri yang berisi NaCl fisiologis kemudian mengurut saluran vas deferens tersebut perlahan-
lahan menggunakan pinset untuk mengeluarkan spermatozoa. Setelah dikeluarkan, cairan
spermatozoa diaduk hingga didapatkan campuran NaCl fisiologis dan spermatozoa yang
homogen. Cairan tersebut kemudian diletakkan pada kaca objek kemudian dengan cepat dan
hati-hati mengoleskan cairan spermatozoa dengan kaca objek lain dengan sudut 45 derajat dan
dilakukan dengan cepat agar diperoleh olesan yang tipis. Setelah diperoleh olesan tipis, sediaan
dikeringkan diudara kemudian dilakukan fiksasi menggunakan methanol selama 5 menit dengan
cara merendam kaca objek yang telah diolesi spermatozoa tadi kedalam staining jar berisi
methanol, kemudian dikeringkan sekali lagi diudara dengan meletakkan kaca objek beridiri
miring di staining jar. Posisi sediaan kemudian diletakkan dalam posisi tidur dengan permukaan
berisi olesan di permukaan atas kemudian menetesi seluruh permukaan dengan larutan Giemsa
3% dan membiarkannya selama 30-40 menit atau lebih lama lagi hingga kering kemudian dicuci
dengan akuades dingin dan membiarkan sediaan kering diudara. Sediaan oles yang telah kering
kemudian di tetesi dengan entellan terutama pada bagian spermatozoa yang diperkirakan sel-
Mikroteknik 4(22):1-6

selnya tampak jelas dan dengan segera menutup dengan kaca penutup serta memeriksa apakah
pada saat menutup tadi terdapat gelembung-gelembung udara, jika ada maka dihilangkan terlebih
dahulu dengan cara menekan kaca penutup dengan jarum. Terakhir dibiarkan hingga kering dan
supaya rata ditindih dengan pemberat dan memberi label pada bagian kaca objek yang kosong.

HASIL

1
1
2 1. Kepala
3 2
1. 2. Leher
3 3. Ekor
(Nugroho, 2018)

Gambar 1. Morfologi Sperma


(Perbesaran 40x)

DISKUSI
Spermatozoa merupakan sel yang berukuran kecil, kompak, dan sangat khas yang tidak
bertumbuh dan membagi diri. Spermatozoa mempunyai struktur yang cukup padat dan tidak
mudah terdispersi kecuali membran plasma. Inti spermatozoa mengandung kromosom yaitu
separuh dari jumlah kromosom inti yang diploid pada sel somatik. Spermatozoa diliputi oleh
membran sel dari kepala sampai ekoer yang mempunyai susunan sangaat kompleks baik itu
komposisi molekuler maupun secara fungsional (Susilowati et al.,2023). Karakteristik
spermatozoa merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mengidentifikasi suatu individu
pejantan dan mempunyai nilai di dalam penggunaan kajian reproduksi (Ardhani et al.,2018).
Morfologi spermatozoa yang normal dan abnormal dilihat pada bagian kepala dan ekor yang
berbeda dari normal. Misalnya kepala ganda, kepala berukuran kecil, atau terlalu besar, tanpa
kepala, ekor gamda, ekor tidak lurus, mengkerut, ekor patah, atau tanpa ekor. Pengamatan
morfologi spermatozoa ditentukan dengan cara membuat sediaan apus dari satu tetes suspensi
pada objek glass spermatozoa dan difikasi di udara sampai kering, kemudian diwarnai dengan
larutan giemsa (Sukarjati & Pratama, 2019).
Prinsip kerja pada percobaan ini yaitu menggunakan metode apus (smear method) metode
ini merupakan metode untuk membuat preparat dengan cara mengoles atau membuat selaput
tipis dari bahan yang berupa cairan dengan kaca objek sehingga mudah untuk diamati dibawah
mikroskop. Larutan yang digunakan pada percobaan ini antara lain : Dietil eter, berfungsi untuk
membius hewan percobaan seperti mencit, tikus, belalang, kecoa dan hewan-hewan lainnya yang
masih bisa dibius menggunakan larutan tersebut. Metanol, larutan ini berfungsi sebagai larutan
fiksasi yang berguna untuk memproteksi sel dan jaringan agar dapat diamati dengan baik
Mikroteknik 4(22):1-6

dibawah mikroskop baik bagian anatomis maupun mikroskopis dari preparat sediaan
(Musyarifah & Agus, 2018). Larutan Giemsa 3% berfungsi sebagai zat pewarna, larutan ini
merupakan gabungan zat warna eosin dan methylen azhur yang dapat menghasilkan warna
merah muda dalam sitoplasma (Purnama et al.,2020). NaCl fisiologis, berfungsi untuk
mempertahankan struktur sel agar bentuk sel masih utuh saat diamati dibawah mikroskop dan
mempertahankan daya hidup spermatozoa kira-kira antara 20-25 menit diluar tubuh mencit.
Aquades dingin berfungsi untuk membilas preparat dan entelan berfungsi sebagai perekat untuk
merekatkan preparat ke dalam objek glass (Sari & Harlita, 2020).
Hewan yang digunakan pada percobaan ini adalah mencit karena memiliki reproduksi yang
mirip dengan manusia dalam banyak hal. Struktur organ reproduksi mencit seperti testis dan
epididimis yang mirip dengan manusia. Oleh karena itu, hewan ini dapat digunakan sebagai
bahan percobaan untuk memahami proses apus spermatozoa dan interaksi sel sperma dengan
lingkungannya. Berdasarkan pengamatan sel sperma yang didapatkan pada percobaan kali ini
memiliki bagian morfologi sebagai berikut yaitu, terdiri dari kepala yang didalamnya terdapat
nukleus atau inti, dan ekor yang mengandung apparatus untuk menggerakkan sel. Bagian kepala
terdapat akrosom yang memiliki struktur dinding yang rangkap terletak diantara membran
plasma bagian anterior nukleus, leher menghubungkan kepala dan ekornya (flagela) yang dibagi
lagi menjadi bagian tengah, pokok dan akhir yang bagian-bagian tersebut mempunyai struktur
yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa sperma yang diamati normal tidak berbeda dengan
referensi yang didapatkan. Artinya sperma mencit tidak ada gangguan atau kelainan yang
mengakibatkan sel - sel sperma tidak sempurna ataupun cacat. Kualitas spermatozoa yang baik
diperoleh ketika proses pembentukan spermatozoa berjalan secara normal dan kualitas
spermatozoa yang buruk diperoleh ketika proses pembentukan spermatozoa berjalan secara tidak
normal (Saputra et al.,2021).
Faktor keberhasilan dari praktikum ini adalah dengan menjalankan tahapan-tahapan
praktikum dengan jelas dan secara hati-hati, menghindari adanya kesalahan pada saat
membedah, pengambilan sperma dan saat menggunakan larutan-larutan yang dipakai. Faktor
kegagalan dapat saja terjadi ketika objek yang diamati sudah kadaluarsa atau tidak segar, adanya
gangguan stress pada mencit sehingga mempengaruhi terhadap spermatozoa yang diamati, dan
human error lainnya.

KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini yaitu menggunakan metode apus yang merupakan suatu
metode dalam mikroteknik yang digunakan untuk membuat preparat. Adapun alat yang
digunakan pada percobaan kali ini antara lain alat bedah, papan bedah, cawan petri, kaca objek,
kaca penutup, pipet, mikroskop, staining jar, pipet. Bahan yang digunakan pada percobaan kali
ini yaitu mencit jantan, dietil eter, metanol, larutan Giemsa 3% dalam metanol, aquades dingin
yang sudah direbus sebelumnya, NaCl fisiologis dan entelan. Sperma yang diamati terlihat
normal dan tidak berbeda dengan referensi yang didapatkan. Artinya sperma mencit tidak
memiliki gangguan atau kelainan yang mengakibatkan sel - sel sperma tidak sempurna ataupun
cacat.
Mikroteknik 4(22):1-6

DAFTAR PUSTAKA

Ardhani, F., Raharja, I. M. U., Boangmanalu, B. M., & Handoko, J. (2018). Karakteristik
Morfologik Dan Morfometrik Spermatozoa Ayam Nunukan. Jurnal Peternakan, 15(2),
62-67.

Harijati, N., Samino, S., & Indriyani, S. (2017). Mikroteknik Dasar. UB Press, Malang.

Hayati, A., Zubaidah, U., Nurbani, F. A. (2023). Kultur Sel dan Jaringan Hewan. Airlangga
University Press, Surabaya.

Musyarifah, Z., & Agus, S. (2018). Proses fiksasi pada pemeriksaan histopatologik. Jurnal
Kesehatan Andalas, 7(3), 443-453.

Nugroho, R. G. (2018). Mengenal Mencit Sebagai Hewan Laboratorium. Mulawarman


University Press, Samarinda.

Purnama, T., Tasnim, T., & Rafiah, R. (2020). Penggunaan Giemsa Sebagai Alternatif Pewarna
Pengganti Carbol Fuchsin Dan Methilen Blue Pada Pewarnaan Bta Metode Ziehl
Neelsen. Jurnal MediLab Mandala Waluya, 4(2), 123-130.

Saputra, I. K. A., Ermayanti, N. G. A. M., & Sukmaningsih, A. A. S. A. (2021). Pengaruh


Ekstrak Daun Kopi Robusta (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) Terhadap Kualitas
Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Yang Terpapar Asap Rokok. Jurnal Ilmiah
Biosaintropis, 7(1), 74-84.

Sari, D.S., & Harlita. (2020). Optimalisasi Pemanfaatan Pewarna Alami (Natural Dyes) Untuk
Preparat Maserasi (Gosok) Tulang. Jurnal Biologi dan Pembelajarannya, 7(1), 31-40.

Sukarjati., & Pratam, Y. G. (2019). Ekstrak Temu Putih (Curcuma Zedoaria Rosc.) Dan Ekstrak
Daun Sirih Merah (Piper Crocatum) Berpotensi Menurunkan Kualitas Spermatozoa
Mencit (Mus Musculus L.). Wahana, 71(2), 31-40.

Susilawati, T. (2011). Spermatology. UB Press, Malang.

Susilowati, S., Hernawati, T., & Suprayogi, T. W. (2023). Buku Ajar Inseminasi Buatan.
Airlangga University Press, Surabaya.
Mikroteknik 4(22):1-6

Anda mungkin juga menyukai