Anda di halaman 1dari 6

Mikroteknik 2(14):1-5

Revisi
Pembuatan Sediaan Tulang Dengan Metode Gosok
Wan Nisriani Luthfy1*, M. Rasyid Azkia1, Anni Nurliani2
1
: Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, ULM.
2
: Departemen Anatomi dan Fisiologi, Laboratotium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengatahuan Alam, ULM
*
E-mail: 1711013120007@mhs.ulm.ac.id
Abstrak
Prinsip metode gosok yang dilakukan pada praktikum ini yaitu, menggosokkan objek
menggunakan amplas atau alat lainnya sampai objek tampak transparan, hal ini bertujuan agar
objek yang diamati dapat terlihat jelas strukturnya pada saat dilihat dibawah mikroskop. Alat
yang digunakan berupa gergaji untuk memotong tulang, amplas untuk menghaluskan tulang
agar tipis, kayu sebagai wadah untuk menempelkan tulang agar tulang mudah diamplas, kaca
objek dan kaca penutup sebagai tempat menaruhkan preparat tulang untuk diamati dibawah
mikroskop. Adapun bahan yang digunakan yaitu tulang (sebagai objek pengamatan), lem kayu
berfungsi untuk merekatkan tulang pada kayu, xylol digunakan untuk proses clearing dan
entellan berfungsi untuk merekatkan objek pengamatan pada kaca objek. Berdasarkan
pengamatan, terlihatsaluran Havers, kanalikuli, lakuna dan osteosit yang masing-masing
merupakan bagian dari struktur tulang. Tujuan dari praktikum ini untuk mengenal tahap-tahap
pembuatan, bahan dan alat untuk praktikum teknik pembuatan sediaan tulang dengan metode
gosok.
Kata kunci : Tulang, metode, gosok, clearing

PENDAHULUAN
Prinsip metode gosok yang dilakukan pada praktikum ini yaitu, menggosokkan objek
menggunakan amplas atau alat lainnya sampai objek tampak transparan. Hal ini bertujuan agar
objek yang diamati dapat terlihat jelas strukturnya pada saat dilihat dibawah mikroskop. Menurut
Wahyuni dan Tosiyana (2018), mengatakan bahwa preparat gosok merupakan perolehan melalui
metode mikroteknik dengan cara merebus dan menggosok tulang setipis mungkin. Metode ini
digunakan untuk mendapatkan sediaan yang sulit diiris atau sulit untuk mendapatkan sediaan
dengan ketebalan yang merata serta untuk pembuatan jaringan yang sifatnya keras (Wahyuni,
2015).
Tulang memiliki matriks yang mengandung CaCl,, Ca, PO, MgCl,, BaCl, BaSO, dan sel
sel tulang (osteosit). Setiap osteosit dihubungkan oleh saluran yang disebut kanalikuli. Saluran
ini berperan menyuplai makanan bagi sel osteosit. Osteosit dibentuk oleh osteoblas. Sel osteoblas
bertanggung jawab dalam sintesis komponen organik matriks tulang (kolagen) dari glikoprotein.
Osteoblas memiliki tonjolan (procesus) untuk berhubungan dengan osteoblas yang Matriks
osteoblas mengandung Ca PO (kalsium fosfat). lain. Pada tulang keras, terdapat saluran
dinamakan saluran Havers yang yang dikelilingi oleh lamela konsentris. Pada lamela konsentris
terdapat osteosit. Dalam saluran Havers terdapat pembuluh kapiler, arteri, vena, dan saluran
Volkman. Saluran Volkman merupakan saluran yang menghubungkan dua saluran Havers
(Karmana, 2021).
Mikroteknik 2(14):1-5

Sistem Havers merupakan saluran yang berisi serabut saraf, pembuluh darah dan aliran
limfa. Setiap sistem Havers terdiri dari saluran Havers Canalis (saluran) yaitu suatu saluran yang
sejajar dengan sumbu tulang, didalam saluran terdapat pembuluh-pembuluh darah dan syaraf.
Sekeliling sistem Havers terdapat lamela-lamela yang konsentris dan berlapis-lapis. Lamela
adalah suatu zat interseluler yang berkapur. Pada lamela terdapat rongga-rongga yang disebut
lacuna, didalam lacuna terdapat osteosit, dari lacuna keluar menuju ke segala arah saluran-
saluran kecil yang disebut canaliculi yang berhubungan dengan lacuna lain atau canalis Havers.
Canaliculi penting dalam nutrisi osteosit, diantara sistem Havers terdapat lamella interstitital
yang lamella lamelanya tidak berkaitan dengan sistem Havers. Pembuluh darah dari periosteum
menembus tulang kompak melalui saluran Volkman dan berhubungan dengan pembuluh darah
saluran Havers, kedua saluran ini arahnya tegak lurus dan tulang spons tidak mengandung sistem
Havers. Canaliculi merupakan saluran-saluran halus dalam matriks, merupakan tempat uluran
sitoplasma osteosit. Diantara sistem Havers terdapat lamella-lamela tulang yang susunannya
tidak teratur disebut lamela intersisial. Lacuna merupakan ruangan kecil yang terdapat diantara
lempengan - lempengan yang mengandung sel tulang. Lacuna juga terdapat diantara lamela
intersisial, lamela tulang sirkumferensial luar dan lamela sirkumferensial dalam (Wahyuni,
2015).
Tujuan dari praktikum ini untuk mengenal tahap-tahap pembuatan, bahan dan alat untuk
praktikum teknik pembuatan sediaan tulang dengan metode gosok.

METODE
- Alat dan bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain : gergaji besi, kayu, amplas, kaca
objek, dan kaca penutup. Bahan yang digunakan antara lain : tulang kaki sapi, lem kayu, xylol,
entellan, dan label
- Prosedur praktikum
Pertama - tama potong tipis tulang kaki sapi secara melintang dengan menggunakan
gergaji besi. Potongan tulang ditempelan pada kayu menggunakan lem kayu dan dibiarkan
kering hingga tulang merekat kuat pada kayu. Kemudian, tulang digosok-gosok menggunakan
amplas hingga tulang menipis, lakukan hal ini secara berkala sampai tulang tampak transparan.
Setelah itu, rendam dalam air agar tulang dapat lepas dari kayu. Clearing tulang menggunakan
larutan xylol selama 1 jam, kemudian letakkan tulang diatas kaca objek dan ditutup dengan
perekat entellan lalu diberi label.
Mikroteknik 2(14):1-5

HASIL
Gambar 1. Struktur tulang kaki sapi
Gambar pengamatan Gambar referensi Keterangan
1. Saluran
Havers
2. Osteosit
2 3. Kanalikuli

1 (Wahyuni, 2015)

Perbesaran 10x

DISKUSI
Prinsip metode gosok yang dilakukan pada praktikum ini yaitu, menggosokkan objek
menggunakan amplas atau alat lainnya sampai objek tampak transparan, hal ini bertujuan agar
objek yang diamati dapat terlihat jelas strukturnya pada saat dilihat dibawah mikroskop. Alasan
pemilihan tulang yaitu pada tulang kaki sapi terdapat sel-sel tulang yang dapat diamati
strukturnya dengan jelas dan juga sebagai menambah ilmu pengetahuan tentang tulang. Menurut
Wahyuni dan Tosiyana (2018), mengatakan bahwa preparat gosok merupakan perolehan melalui
metode mikroteknik dengan cara merebus dan menggosok tulang setipis mungkin. Metode ini
digunakan untuk mendapatkan sediaan yang sulit diiris atau sulit untuk mendapatkan sediaan
dengan ketebalan yang merata serta untuk pembuatan jaringan yang sifatnya keras. Mula - mula
tulang sapi dipotong tipis secara melintang menggunakan alat potong (bisa gergaji besi atau
gerinda), kemudian tulang ditempelkan pada kayu (sesuaikan ukuran kayu dengan ukuran tulang
yang akan ditempelkan) menggunakan lem kayu atau bisa menggunakan bahan perekat lainnya.
Hal ini dilakukan agar tulang mudah diamplas tanpa harus dipegang langsung menggunakan
tangan yang kemungkinan menyebabkan kesulitan pada saat mengamplas tulang. Amplas tulang
sampai dengan ketipisan maksimal (tulang terlihat agak transparan). Setelah tulang tipis,
rendamlah tulang dan kayu tersebut dengan air untuk melepaskan tulang dari kayu dan tulang
bisa diambil. Tulang yang sudah terlepas dari kayu kemudian direndam menggunakan larutan
xylol selama 1 jam. Perendaman kayu dengan larutan xylol disebut dengan proses clearing yaitu
bertujuan untuk yang bertujuan menjadikan struktur terlihat lebih jelas, jernih, dan transparan
Mikroteknik 2(14):1-5

saat diamati menggunakan mikroskop. Reagen clearing yang biasa digunakan dalam tahapan
pembuatan sediaan preparat yaitu xylol (xylene), toluene, aceton, dan minyak cengkeh (Ghofur
et al., 2022). Namun perlu diingat bahwa jika terlalu lama direndam dalam larutan xilol maka
akan menyebabkan jaringan menjadi kering, rapuh dan getas sehingga hasil akhir dari pembuatan
sediaan yang telah jadi justru tidak akan bertahan lama (Wahyuni & Tosiyana, 2018). Setelah
tulang direndam xylol selama 1 jam, letakkan tulang diatas kaca objek rekatkan menggunakan
entellan dan tutup dengan kaca penutup, kemudian amati dibawah mikrsokop dengan perbesaran
tertentu hingga struktur tulang terlihat dengan jelas. Entellan digunakan untuk merekatkan objek
dengan preparat (Juliarta et al., 2020).
Berdasarkan pengamatan, pada preparat tulang terlihat bagian-bagiannya yaitu saluran
Havers, lakuna, kanalikuli dan osteosit. Dalam pusat tiap lingkaran terdapat kanal (saluran)
Havers. Lempeng-lempeng tulang atau lamela disusun konsentris sekitar saluran dan di antara
lempeng-lempeng itu terdapat ruangan kecil-kecil yang disebut lakana. Ruangan-ruangan ini
mengandung sel-sel tulang, saling bersambungan, dan juga disambungkan dengan saluran
Havers di tengah-tengah atau saluran saluran kecil bernama kanalikuli. Setiap lukisan yang
terbentuk dengan demikian merupakan satu sistem Havers yang lengkap terdiri atas: saluran
Havers pusat yang berisi urat saraf, pembuluh darah, dan saluran limfe, lamela yang tersusun
konsentris, lakuna yang mengandung sel tulang, kanalikuli yang memancar di antara lakuna dan
menggandengkannya dengan saluran Havers (Pearce, 2009). Setiap osteosit dihubungkan oleh
saluran yang disebut kanalikuli. Saluran ini berperan menyuplai makanan bagi sel osteosit. Pada
tulang keras, terdapat saluran dinamakan saluran Havers yang yang dikelilingi oleh lamela
konsentris. Pada lamela konsentris terdapat osteosit. Dalam saluran Havers terdapat pembuluh
kapiler, arteri, vena, dan saluran Volkman. Saluran Volkman merupakan saluran yang
menghubungkan dua saluran Havers (Karmana, 2021).
Wahyuni (2015) mengatakan bahwa Tulang terdiri dari system-sistem Havers. Sistem
Havers merupakan saluran yang berisi serabut saraf, pembuluh darah dan aliran limfa. Setiap
sistem Havers terdiri dari saluran Havers Canalis (saluran) yaitu suatu saluran yang sejajar
dengan sumbu tulang, didalam saluran terdapat pembuluh-pembuluh darah dan syaraf.
Sekeliling sistem Havers terdapat lamela-lamela yang konsentris dan berlapis-lapis. Lamela
adalah suatu zat interseluler yang berkapur. Pada lamela terdapat rongga-rongga yang disebut
lacuna, didalam lacuna terdapat osteosit, dari lacuna keluar menuju ke segala arah saluran-
saluran kecil yang disebut canaliculi yang berhubungan dengan lacuna lain atau canalis
Canaliculi merupakan saluran-saluran halus dalam matriks, merupakan tempat uluran sitoplasma
osteosit. Diantara sistem Havers terdapat lamella-lamela tulang yang susunannya tidak teratur
disebut lamela intersisial. Lacuna merupakan ruangan kecil yang terdapat diantara lempengan -
lempengan yang mengandung sel tulang. Lacuna juga terdapat diantara lamela intersisial, lamela
tulang sirkumferensial luar dan lamela sirkumferensial dalam (Wahyuni, 2015).
Faktor keberhasilan meliputi : preparat yang digunakan segar tidak kadaluarsa ataupun
rusak, tebal preparat yang pas (tidak terlalu tebal sehingga preparat tidak bisa diamati struktur
histologisnya), perendaman tulang dalam xylol yang tidak terlalu berlebihan (jika terlalu lama
tulang akan kering, rapuh dan getas). Faktor kegagalan meliputi : terlalu tebalnya tulang
sehingga struktur tulang yang diamati tidak terlalu jelas saat dilihat dibawah mikroskop,
Mikroteknik 2(14):1-5

perendaman tulang dalam larutan xylol yang terlalu lama (menyebabkan tulang menjadi rapuh),
preparat yang digunakan terkontaminasi.

KESIMPULAN
Prinsip metode gosok yang dilakukan pada praktikum ini yaitu, menggosokkan objek
menggunakan amplas atau alat lainnya sampai objek tampak transparan, hal ini bertujuan agar
objek yang diamati dapat terlihat jelas strukturnya pada saat dilihat dibawah mikroskop. Alat
yang digunakan berupa gergaji untuk memotong tulang, amplas untuk menghaluskan tulang agar
tipis, kayu sebagai wadah untuk menempelkan tulang agar tulang mudah diamplas, kaca objek
dan kaca penutup sebagai tempat menaruhkan preparat tulang untuk diamati dibawah mikroskop.
Adapun bahan yang digunakan yaitu tulang (sebagai objek pengamatan), lem kayu berfungsi
untuk merekatkan tulang pada kayu, xylol digunakan untuk proses clearing dan entellan
berfungsi untuk merekatkan objek pengamatan pada kaca objek. Berdasarkan pengamatan,
terlihat saluran Havers, kanalikuli, lakuna dan osteosit yang masing-masing merupakan bagian
dari struktur tulang.

DAFTAR PUSTAKA
Ghofur, A., Suparyati, T., & Qolbi, A. (2022). Pengaruh Variasi Waktu Clearing (Penjernihan)
Toluene Terhadap Kualitas Sediaan Permanen Cimex lectularis. Jurnal Medika
Husada, 2(1), 29-33.
Juliarta, I. G. E., Suwiti, N. K., & Setiasih, N. L. E. (2020). Studi Histomorfometri Ovarium
Kambing Peranakan Etawah. Buletin Veteriner Udayana Volume, 12(2), 134-143.
Karmana, O. (2021). Biologi. Grafindo Media Pratama, Bandung
Pearce, E.C. (2009). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta.
Wahyuni, S., & Tosiyana, V. R. (2018). Identifikasi preparat gosok tulang femur ayam (Gallus
gallus) dengan pewarnaan alami bunga telang (Clitoria ternatea L.). In Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Biologi, 82-86.
Wahyuni, S. (2016). Identifikasi preparat gosok tulang (Bone) berdasarkan teknik pewarnaan.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi, 657-666.
Mikroteknik 2(14):1-5

Anda mungkin juga menyukai