Anda di halaman 1dari 5

Mikroteknik 4(22):1-5

Teknik Pembuatan Sediaan Oles Darah


Alivia Nazillah1*, Linda Dwi Noor Khalimah1, Anni Nurliani2
1
: Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, ULM.
2
: Departemen Anatomi dan Fisiologi, Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, ULM.
*
E-mail: 2111013220019@mhs.ulm.ac.id
Abstrak
Darah merupakan cairan yang terdapat pada semua hewan tingkat tinggi yang berfungsi
mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan
kimia hasil metabolisme dan sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Pembuatan sediaan
apus darah biasanya digunakan dua buah kaca sediaan yang sangat bersih terutama harus bebas lemak.
Satu buah kaca sediaan bertindak sebagai tempat tetes darah yang hendak diperiksa. Pulasan darah
dibuat dengan menebarkan setetes darah pada gelas objek untuk membuat sebuah lapisan yang sangat
tipis, kemudian sel-selnya dapat diperiksa. Setelah dibiarkan kering di udara, sajian dapat difiksasi dan
diwarnai dengan sejumlah metode yang berbeda. Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengenal
tahap-tahap pembuatan, alat dan bahan untuk praktikum teknik pembuatan sediaan dengan metode
apus/smear. Prinsip kerja pada percobaan ini yaitu menggunakan metode apus (smear method) metode
ini merupakan metode untuk membuat preparat dengan cara mengoles atau membuat selaput tipis dari
bahan yang berupa cairan dengan kaca objek sehingga mudah untuk diamati dibawah mikroskop. Alat
yang digunakan dalam percobaan ini yaitu kaca objek, kaca penutup, pipet, tube, staining jar dan jarum
suntik. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu darah mencit, etanol 70%, metanol larutan
Giemsa 3% (Giemsa stock : akuades = 1:3), akuades dingin yang sebelumnya sudah direbus, kloroform
dan entelan. Berdasarkan hasil yang didapatkan menunjukkan adanya sel darah merah dan sel darah
putih yang terlihat jelas pada saat pengamatan di bawah mikroskop, tidak ada kelainan pada darah
mencit tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa darah mencit normal, dapat dilihat dengan
membandingkan dengan referensi yang ada.

Kata kunci : Apus, Darah, Sel, Smear Method

PENDAHULUAN
Darah merupakan cairan yang terdapat pada semua hewan tingkat tinggi yang berfungsi
mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-
bahan kimia hasil metabolisme dan sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah
mengandung hemoglobin yang berfungsi sebagai pengikat oksigen, untuk melihat struktur sel-sel
darah dengan menggunakan mikroskop cahaya pada umumnya dibuat preparat sediaan apus.
Salah satu metode dalam mikroteknik adalah membuat sediaan dengan cara dioleskan di atas
kaca benda dengan bantuan kaca benda yang lain. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh apusan
yang setipis-tipisnya sehingga bentuk dari sel yang dijadikan bahan apusan tersebut dapat terlihat
dengan jelas di bawah mikroskop. Teknik pembuatan perparat dengan metode apusan ini
bertujuan untuk memperoleh gambaran bentuk sel yang sejelas-jelasnya (Firani, 2018).
Preparat adalah suatu tindakan atau proses pembuatan maupun penyiapan sesuatu menjadi
tersedia, spesimen patologi maupun anatomi yang siap dan diawetkan untuk penelitan dan
pemeriksaan. Sediaan apus darah ini tidak saja untuk mempelajari bentuk masing-masing sel
darah. Akan tetapi juga dapat digunakan untuk menghitung perbandingan antar masing-masing
jenis sel darah. Pembuatan preparat apus darah ini menggunakan suatu metode yang disebut
dengan metode oles atau metode smear yang merupakan suatu sediaan dengan jalan mengoles
Mikroteknik 4(22):1-5

atau membuat selaput (film). Film darah (sediaan oles) dapat diwarnai dengan berbagai macam
metode. Metode pewarnaan ini banyak digunakan untuk mempelajari morfologi sel-sel darah,
sel-sel lien, sel-sel sumsum dan juga untuk mengidentifikasi parasit darah seperti tripanosoma,
plasmodia, dan lain-lain dari golongan protozoa (Waterbury, 2017).
Pembuatan sediaan apus darah biasanya digunakan dua buah kaca sediaan yang sangat
bersih terutama harus bebas lemak. Satu buah kaca sediaan bertindak sebagai tempat tetes darah
yang hendak diperiksa. Pulasan darah dibuat dengan menebarkan setetes darah pada gelas objek
untuk membuat sebuah lapisan yang sangat tipis, kemudian sel-selnya dapat diperiksa. Setelah
dibiarkan kering di udara, sajian dapat difiksasi dan diwarnai dengan sejumlah metode yang
berbeda. Preparat apus dapat diwarnai dengan berbagai macam metode termasuk larutan-larutan
yang sederhana antara lain: pewarnaan Giemsa, pewarnaan acid fast, pewarnaan garam,
pewarnaan wright, dan lain-lain. Umumnya yang biasa digunakan adalah pewarna giemsa yang
mengandung eosin, metilen azur dan turunannya. Sedangkan penggunaan pewarna lain masih
jarang digunakan sehingga diperlukan pengembangan berbagai metode pewarnaan yang dapat
digunakan untuk mewarnai sel darah (Harijati et al.,2017). Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk
mengenal tahap-tahap pembuatan, alat dan bahan untuk praktikum teknik pembuatan sediaan
dengan metode apus/smear.

METODE
- Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu kaca objek, kaca penutup, pipet, tube,
staining jar dan jarum suntik. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu darah mencit,
etanol 70%, metanol larutan Giemsa 3% (Giemsa stock : akuades = 1:3), akuades dingin yang
sebelumnya sudah direbus, kloroform dan entelan.

- Prosedur praktikum
Mencit dibedah kemudian diambil darah pada jantung mencit. Darah tersebut kemudian
diletakkan pada kaca objek kemudian dengan cepat dan hati-hati mengoleskan darah dengan
kaca objek lain dengan sudut 45 derajat dan dilakukan dengan cepat agar diperoleh olesan yang
tipis. Setelah diperoleh olesan tipis, sediaan dikeringkan diudara kemudian dilakukan fiksasi
menggunakan metanol selama 5 menit dengan cara merendam kaca objek yang telah diolesi
darah tadi kedalam staining jar berisi methanol, kemudian dikeringkan sekali lagi diudara dengan
meletakkan kaca objek beridiri miring di staining jar. Posisi sediaan kemudian diletakkan dalam
posisi tidur dengan permukaan berisi olesan di permukaan atas kemudian menetesi seluruh
permukaan dengan larutan Giemsa dan membiarkannya selama 30-40 menit atau lebih lama lagi
hingga kering kemudian dicuci dengan akuades dingin dan membiarkan sediaan kering diudara.
Sediaan oles yang telah kering kemudian di tetesi dengan entellan terutama pada bagian darah
yang diperkirakan sel-selnya tampa kjelas dan dengan segera menutup dengan kaca penutup serta
memeriksa apakah pada saat menutup tadi terdapat gelembung-gelembung udara, jika ada maka
dihilangkan terlebih dahulu dengan cara menekan kaca penutup dengan jarum. Terakhir
dibiarkan hingga kering dan supaya rata ditindih dengan pemberat dan memberi label pada
bagian kaca objek yang kosong.
Mikroteknik 4(22):1-5

HASIL

2
2 1 1. Sel darah merah
1
2. Sel darah putih
. 1

Gambar 1. Morfologi Darah


(Perbesaran 40x) (Yuniastutik, 2019)

DISKUSI
Darah mengandung tiga jenis sel diantaranya sel darah merah, sel darah putih dan
trombosit. Dari tiga jenis tersebut, sel darah putih adalah jenis sel darah yang dibuat di sumsum
tulang dan ditemukan di darah dan jaringan getah bening. Sel darah putih merupakan bagian dari
sistem kekebalan tubuh. Mereka membantu tubuh melawan infeksi dan penyakit lainnya. Sel
darah putih dapat dikategorikan menjadi dua jenis, ditentukan oleh penampilan sitoplasma. Jenis
pertama adalah Granulosit dan termasuk Basophil, Eosinophil dan Neutrophil. Kelompok kedua,
yang disebut Agranulosit, termasuk Lymphocyte dan Monocyte. Sel darah putih memiliki fungsi
penting untuk sistem kekebalan tubuh, karena sel darah putih merupakan pertahanan utama
tubuh terhadap infeksi dan penyakit. Meskipun sel darah putih dapat dibedakan berdasarkan
bentuk dan ukurannya, satu aspek yang menantang adalah sel darah putih dikelilingi oleh
komponen darah lain seperti sel darah merah dan trombosit (Wonohadidjojo, 2021).
Sel darah merah (eritrosit) merupakan komponen darah yang jumlahnya paling banyak. Sel
darah merah normal berbentuk cakram dengan kedua permukaannya cekung atau bikonkaf, tidak
memiliki inti, dan mengandung hemoglobin. Kelainan pada sel darah merah terjadi karena sel
darah merah dan/atau masa hemoglobin yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Suryani et al.,2015). Jumlah sel darah merah adalah
jumlah yang paling banyak dibandingkan dengan jumlah sel darah lainnya. Sel darah merah
berfungsi dalam transportasi oksigen dan karbondioksida (Kadaryanto et al.,2007). Trombosit
adalah fragmen kecil didalam darah yang tidak memiliki warna dan disebut juga sebagai keping
darah. Trombosit dihasilkan dalam sumsum tulang tulang melalui fragmentasi sitoplasma
megakariosit. Fungsi utama trombosit adalah membentuk sumbat mekanik selama respons
hemostasis normal terhadap cedera vaskuler. Tanpa trombosit,dapat terjadi kebocoran darah
spontan melalui pembuluh darah kecil (Prameswari et al.,2018). Trombosit berfungsi
menggumpalkan darah dan mencegah atau menghentikan ketika terjadi pendarahan (Gunansah,
2021).
Prinsip kerja pada percobaan ini yaitu menggunakan metode apus (smear method)
metode ini merupakan metode untuk membuat preparat dengan cara mengoles atau membuat
selaput tipis dari bahan yang berupa cairan dengan kaca objek sehingga mudah untuk diamati
dibawah mikroskop. Bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain : darah manusia,
untuk objek pengamatan yang akan diamati morfologi nya. Etanol 70% sebagai larutan untuk
mensterilkan jarum Franke. Metanol, larutan ini berfungsi sebagai larutan fiksasi yang berguna
Mikroteknik 4(22):1-5

untuk memproteksi sel dan jaringan agar dapat diamati dengan baik dibawah mikroskop baik
bagian anatomis maupun mikroskopis dari preparat sediaan (Musyarifah & Agus, 2018). Larutan
Giemsa 3% berfungsi sebagai zat pewarna, larutan ini merupakan gabungan zat warna eosin dan
methylen azhur yang dapat menghasilkan warna merah muda dalam sitoplasma (Purnama et al,
2020). Aquades dingin berfungsi untuk membilas preparat. Entelan berfungsi sebagai perekat
untuk merekatan preparat ke dalam objek glass. Berdasarkan hasil yang didapatkan, darah yang
diambil tidak terlihat ada kelainan. Hasil pengamatan menunjukkan adanya sel darah merah dan
sel darah putih yang terlihat jelas pada saat pengamatan di bawah mikroskop, tidak ada kelainan
pada darah mencit tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa darah mencit normal, dapat dilihat
dengan membandingkan dengan referensi yang ada. Faktor keberhasilan pada praktikum ini yaitu
adanya ketelitian dan kerapian yang dilakukan pada saat praktikum, melakukan pembedahan
dengan sangat hati-hati, menggunakan preparat yang masih segar (objek yang diamati tidak
kadaluarsa / tidak segar), mencit tidak mengalami stress ataupun gangguan lainnya yang akan
mempengaruhi hasil darah yang diambil dan diamati. Selain faktor keberhasilan adapun faktor
kegagalan, diantaranya ketidaktelitian praktikan pada saat membedah, terjadinya human error
yang fatal, mencit mengalami stress atau gangguan lainnya yang mengakibatkan sel darah yang
diamati tidak normal, pembuatan preparat tidak sesuai dengan penuntun praktikum, darah yang
diamati sudah tidak segar ataupun kadaluarsa (Harijati et al.,2017).

KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini yaitu menggunakan metode apus (smear method) metode
ini merupakan metode untuk membuat preparat dengan cara mengoles atau membuat selaput
tipis dari bahan yang berupa cairan dengan kaca objek. Alat yang digunakan dalam percobaan ini
yaitu kaca objek, kaca penutup, pipet, tube, staining jar dan jarum suntik. Bahan yang digunakan
dalam percobaan ini yaitu darah mencit, etanol 70%, metanol larutan Giemsa 3% (Giemsa stock :
akuades = 1:3), akuades dingin yang sebelumnya sudah direbus, kloroform dan entelan.
Berdasarkan hasil yang didapatkan menunjukkan adanya sel darah merah dan sel darah putih
yang terlihat jelas pada saat pengamatan di bawah mikroskop, tidak ada kelainan pada darah
mencit tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa darah mencit normal, dapat dilihat dengan
membandingkan dengan referensi yang ada.
Mikroteknik 4(22):1-5

DAFTAR PUSTAKA

Firani, N. K. (2018). Mengenali Sel-Sel Darah dan Kelainan Darah. UB Press, Malang,
Gunansah, G. G. (2021). Pengantar Hidup Sehat Siram Jaman. Deepublish, Yogyakarta.
Harijati, N., Samino, S., & Indriyani, S. (2017). Mikroteknik Dasar. UB Press, Malang.
Kadaryanto., Jati, W., & Mukido. (2007). Biologi 2 : Mengungkap Rahasia Alam Kehidupan.
Yudhistira, Jakarta.
Musyarifah, Z., & Agus, S. (2018). Proses fiksasi pada pemeriksaan histopatologik. Jurnal
Kesehatan Andalas, 7(3), 443-453.
Prameswari, A., Iskandar, A., & Wafi, M. (2018). Jumlah Rerata Trombosit Dan Plateletcrit
(Mpv Dan Pct) Sebagai Prediktor Syok Pada Anak Yang Terinfeksi Dengue Di Rs Dr.
Saiful Anwar Malang. Majalah Kesehatan, 5(3), 153-159.
Suryani, E., Wiharto., & Wahyudiani, K. N. (2015). Identifikasi Anemia Thalasemia Betha
Mayor Berdasarkan Morfologi Sel Darah Merah. Scientific Journal of Informatics, 2(1),
15-28.
Waterbury, L. (2017). Hematologi. EGC, Jakarta.
Wonohadidjojo, D. M. (2021). Perbandingan Convolutional Neural Network pada Transfer
Learning Method untuk Mengklasifikasikan Sel Darah Putih. Jurnal Teknik Informatika,
13(1), 51-57.

Yuniastutik, T. (2019). Penentuan Konsentrasi Pewarna Giemsa, Waktu dan Suhu Inkubasi Pada
Aktifitas Fagositosis Ikan Lele (Clarias sp.) yang Diinfeksi Bakteri Aeromonas
hydrphyla dan Vibrio harveyi. Jurnal Teknologi dan Manajemen Pengelolaan
Laboratorium (Temapela), 2(1), 52-58.

Anda mungkin juga menyukai