Anda di halaman 1dari 6

Mikroteknik 4(29):1-5

Pembuatan Sediaan Tulang Dengan Metode Gosok


Alivia Nazillah1*, Susiyanti1, Anni Nurliani2
1
: Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, ULM.
2
: Departemen Anatomi dan Fisiologi, Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, ULM.
*
E-mail: 2111013220019@mhs.ulm.ac.id
Abstrak
Macam-macam jaringan keras yaitu gigi, tulang, kuku, dan bagian lain yang tahap pembuatannya sulit
disayat (terkecuali persiapan khusus diperlukan sebelumnya). bahwa untuk mengatasi permasalahan
maka dibuat jenis sediaan dengan metode gosok. Tulang adalah salah satu bagian tubuh yang paling
penting. Fungsi tulang sendiri adalah sebagai kerangka, penopang tubuh dan tempat melekatnya otot,
sehingga tubuh dapat bergerak maksimal Preparat gosok merupakan preparat yang diperoleh melalui
metode mikroteknik dengan cara merebus dan menggosok tulang setipis mungkin. Metode gosok
digunakan untuk mendapatkan sediaan yang sulit diris (section) atau sulit mendapat sediaan dengan
ketebalan merata. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal tahap-tahap pembuatan, alat dan
bahan untuk praktikum teknik pembuataan sediaan tulang dengan metode gosok. Adapun alat yang
digunakan pada praktikum ini antara lain gergaji besi, kayu, amplas, kaca objek, dan kaca penutup.
Bahan yang digunakan yaitu tulang kaki sapi, lem kayu, xylol, entellan, dan label. Hal pertama yang
dilakukan adalah tulang sapi dipotong tipis secara melintang menggunakan alat potong, kemudian
tulang ditempelkan pada kayu menggunakan lem kayu. Hal ini dilakukan agar tulang mudah diamplas
tanpa harus dipegang langsung menggunakan tangan yang kemungkinan menyebabkan kesulitan pada
saat mengamplas tulang. Berdasarkan pengamatan yang didapat pada preparat tulang terlihat bagian-
bagiannya yaitu saluran Havers, lakuna, kanalikuli dan osteosit.

Kata kunci : Metode gosok, tulang, havers, kanalikuli

PENDAHULUAN
Macam-macam jaringan keras yaitu gigi, tulang, kuku, dan bagian lain yang tahap
pembuatannya sulit disayat (terkecuali persiapan khusus diperlukan sebelumnya). bahwa untuk
mengatasi permasalahan maka dibuat jenis sediaan dengan metode gosok. Tulang, misalkan
tulang bagian paha (femur), tahap awal memotong hingga berukuran hanya beberapa mili sampai
1-2cm (berdasarkan jenis irisan secara melintang ataukah membujur). Irisan-irisan ataupun
potongan ini kemudian digosokkan ke asahan sampai tipis nantinya di amati dalam mikroskop.
Tulang terdapat zat kapur dalam bentuk kalsium karbonat (CaCO3) dan kalsium fosfat. Bahan-
bahan tersebut membentuk tulang yang bersifat keras dantidak lentur seperti tulang rawan.
Tulang juga memiliki struktur yang cukup rumit,maka perlu dilakukan preparasi dengan
mengacu tahapan-tahapan yang rumit pula,hal tersebut tujuannya agar preparat yang akan dibuat
menghasilkan tampakan yang jelas dan dapat diidentifikasi sesuai dengan yang diharapkan.
(Karmana, 2021).
Tulang memiliki matriks yang mengandung CaCl,, Ca, PO, MgCl,, BaCl, BaSO, dan sel
sel tulang (osteosit). Setiap osteosit dihubungkan oleh saluran yang disebut kanalikuli. Saluran
ini berperan menyuplai makanan bagi sel osteosit. Osteosit dibentuk oleh osteoblas. Sel osteoblas
bertanggung jawab dalam sintesis komponen organik matriks tulang (kolagen) dari glikoprotein.
Osteoblas memiliki tonjolan (procesus) untuk berhubungan dengan osteoblas yang Matriks
osteoblas mengandung Ca PO (kalsium fosfat). lain. Tulang keras, terdapat saluran dinamakan
saluran Havers yang yang dikelilingi oleh lamela konsentris. Pada lamela konsentris terdapat
Mikroteknik 4(29):1-5

osteosit, dalam saluran Havers terdapat pembuluh kapiler, arteri, vena, dan saluran Volkman.
Saluran Volkman merupakan saluran yang menghubungkan dua saluran Havers (Pearce, 2009).
Preparat gosok merupakan preparat yang diperoleh melalui metode mikroteknik dengan
cara merebus dan menggosok tulang setipis mungkin. Metode gosok digunakan untuk
mendapatkan sediaan yang sulit diris (section) atau sulit mendapat sediaan dengan ketebalan
merata. Metode gosok dapat dipakai untuk pembuatan jaringan yang sifatnya keras
seperti sediaan tulang, gigi dan jaringan keras lainnya. Metode ini dipakai untuk mendapatkan
hasil yang baik pada organ yang sulit didapat sedian secara tebalnya rata. Tahapan ini
menggunakan amplas dalam proses pembuatannya, mulai dari amplas kasar sampai amplas halus
dengan tujuan agar didapat ketebalan yang sama rata pada permukaannya. Hasil pengamatan
yang jelas dipengaruhi beberapa faktor diantaranya dalam proses mengasah dan penggosokan
tulang yang kurang hati-hati mengakibatkan hasil jaringan tidak dapat terlihat jelas, ketelitian
juga menjadi tahapan penting dalam proses penggosokan ini. Ketebalan yang tidak rata akan
antarmuka dalam proses penempelan enthelen ke kaca karena penutup kaca akan pecah jika
permukaan tidak rata (Harijati et al.,2017). Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal
tahap-tahap pembuatan, alat dan bahan untuk praktikum teknik pembuataan sediaan tulang
dengan metode gosok.

METODE
- Alat dan bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain : gergaji besi, kayu, amplas, kaca objek,
dan kaca penutup. Bahan yang digunakan antara lain : tulang kaki sapi, lem kayu, xylol, entellan,
dan label
- Prosedur praktikum
Pertama - tama potong tipis tulang kaki sapi secara melintang dengan menggunakan gergaji
besi. Potongan tulang ditempelan pada kayu menggunakan lem kayu dan dibiarkan kering hingga
tulang merekat kuat pada kayu. Kemudian, tulang digosok-gosok menggunakan amplas hingga
tulang menipis, lakukan hal ini secara berkala sampai tulang tampak transparan. Setelah itu,
rendam dalam air agar tulang dapat lepas dari kayu. Clearing tulang menggunakan larutan xylol
selama 1 jam, kemudian letakkan tulang diatas kaca objek dan ditutup dengan perekat entellan
lalu diberi label.
Mikroteknik 4(29):1-5

HASIL
Gambar Pengamatan Gambar Referensi Keterangan :

2 1
1 2

1. Saluran
Havers
2. Osteosit
3. Lamella
4. Kanalikuli

Perbesaran 40x10
4 3 3 4

(Susetyarini et al.,2019)

DISKUSI
Prinsip metode gosok yang dilakukan adalah menggosokkan objek menggunakan amplas
atau alat lainnya sampai objek tampak transparan,. Tujannya agar objek yang diamati dapat
terlihat jelas strukturnya pada saat dilihat dibawah mikroskop. Alasan pemilihan tulang yaitu
pada tulang kaki sapi terdapat sel-sel tulang yang dapat diamati strukturnya dengan jelas dan
juga sebagai menambah ilmu pengetahuan tentang tulang. Metode ini digunakan untuk
mendapatkan sediaan yang sulit diiris atau sulit untuk mendapatkan sediaan dengan ketebalan
yang merata serta untuk pembuatan jaringan yang sifatnya keras. Hal yang pertama dilakukan
adalah tulang sapi dipotong tipis secara melintang menggunakan alat potong, kemudian tulang
ditempelkan pada kayu menggunakan lem kayu. Hal ini dilakukan agar tulang mudah diamplas
tanpa harus dipegang langsung menggunakan tangan yang kemungkinan menyebabkan kesulitan
pada saat mengamplas tulang. Amplas tulang sampai dengan ketipisan maksimal (tulang terlihat
agak transparan). Setelah tulang tipis, tulang dan kayu direndam dengan air untuk melepaskan
tulang dari kayu dan tulang bisa diambil. Tulang yang sudah terlepas dari kayu kemudian
direndam menggunakan larutan xylol selama 1 jam. Perendaman kayu dengan larutan xylol
disebut dengan proses clearing yaitu bertujuan untuk yang bertujuan menjadikan struktur terlihat
lebih jelas, jernih, dan transparan saat diamati menggunakan mikroskop. Reagen clearing yang
biasa digunakan dalam tahapan pembuatan sediaan preparat yaitu xylol (xylene), toluene, aceton,
dan minyak cengkeh (Fahmi, 2023). Namun perlu diingat bahwa jika terlalu lama direndam
dalam larutan xilol maka akan menyebabkan jaringan menjadi kering, rapuh dan getas sehingga
hasil akhir dari pembuatan sediaan yang telah jadi justru tidak akan bertahan lama (Wahyuni &
Tosiyana, 2018). Setelah tulang direndam xylol selama 1 jam, letakkan tulang diatas kaca objek
rekatkan menggunakan entellan dan tutup dengan kaca penutup, kemudian amati dibawah
Mikroteknik 4(29):1-5

mikrsokop dengan perbesaran tertentu hingga struktur tulang terlihat dengan jelas. Entellan
digunakan untuk merekatkan objek dengan preparat (Juliarta et al., 2020).
Tulang adalah salah satu bagian tubuh yang paling penting. Fungsi tulang sendiri adalah
sebagai kerangka, penopang tubuh dan tempat melekatnya otot, sehingga tubuh dapat bergerak
maksimal. Tidak hanya itu, beberapa bagian tulang juga memiliki fungsi untuk melindungi organ
lain didalam tubuh. Seperti tulang tengkorak yang berfungsi melindungi otak dari berbagai
macam benturan dari luar, susunan tulang rusuk yang berfungsi untuk melindungi paru-paru dan
sebagainya. Itulah yang menjadikan fungsi tulang menjadi sangat vital apabila terjadi kerusakan
pada tulang itu sendiri (Triono & Murinto, 2015). Tulang terdiri dari lapisan luar dan dalam.
Lapisan luar tulang memiliki tekstur keras dan terbuat dari protein, kolagen, serta berbagai
macam mineral, termasuk kalsium. Sementara itu, bagian dalam tulang memiliki tekstur yang
lebih lembut dan berisi sumsum tulang, yaitu tempat diproduksinya sel darah merah, sel darah
putih, dan trombosit atau keping darah (Setiorini, 2020). Tulang trabecular lebih sering
ditemukan pada ujung tulang panjang, sementara tulang kompak terdapat pada bagian
pertengahan. Tulang trabecular lebih lemah dibanding tulang kompak karena terjadi
pengurangan sejumlah massa (Nazzar, 2015).
Berdasarkan pengamatan, pada preparat tulang terlihat bagian-bagiannya yaitu saluran
Havers, lakuna, kanalikuli dan osteosit. Struktur sel-sel tulang tersusun melingkar dan berlapis-
lapis membentuk suatu sistem yang disebut dengan sistem havers, ditengah lingkaran tersebut
terdapat saluran yang disebut saluran havers. Saluran havers terdapat pembuluh darah dan saraf
yang berfungsi memberikan makanan pada sel-sel tulang. Selain itu, disekitar saluran havers juga
terdapat lamela yang tersusun secara berlapis-lapis dan melingkar, pada lamela ini terdapat
lakuna yang berisi sel-sel tulang (osteosit). Sel-sel tulang dibentuk dari arah dalam ke luar secara
konsentris, di sekeliling sel-sel tulang ini terbentuk matriks tulang yang banyak mengandung
protein dan zat kapur. Adanya zat kapur ini tulang menjadi, diantara satu sel tulang dan sel
tulang lainnya terdapat saluran halus yang disebut kanalikuli. Melalui kanalikuli inilah zat
makanan disalurkan dari saluran havers ke sel tulang (Arisworo et al.,2006).

KESIMPULAN
Metode gosok digunakan untuk mendapatkan sediaan yang sulit diris (section) atau sulit
mendapat sediaan dengan ketebalan merata. Metode gosok dapat dipakai untuk pembuatan
jaringan yang sifatnya keras seperti sediaan tulang, gigi dan jaringan keras lainnya. Adapun alat
yang digunakan pada praktikum ini antara lain gergaji besi, kayu, amplas, kaca objek, dan kaca
penutup. Bahan yang digunakan yaitu tulang kaki sapi, lem kayu, xylol, entellan, dan label. Hal
pertama yang dilakukan adalah tulang sapi dipotong tipis secara melintang menggunakan alat
potong, kemudian tulang ditempelkan pada kayu menggunakan lem kayu. Hal ini dilakukan agar
tulang mudah diamplas tanpa harus dipegang langsung menggunakan tangan yang kemungkinan
menyebabkan kesulitan pada saat mengamplas tulang. Berdasarkan pengamatan yang didapat
pada preparat tulang terlihat bagian-bagiannya yaitu saluran Havers, lakuna, kanalikuli dan
osteosit.
Mikroteknik 4(29):1-5

DAFTAR PUSTAKA

Arisworo, D., Yusa., & Sutresna, N. (2006). Ilmu Pengetahuan Alam. Grafindo Media Pratama,
Jakarta.
Fahmi, N. F. (2023). Dasar-Dasar Biomedik. PT. Sonpedia Publishing Indonesia, Jambi.
Harijati, N., Samino, S., Indirayni, S. (2017). Mikroteknik Dasar. UB Press, Malang.
Juliarta, I. G. E., Suwiti, N. K., & Setiasih, N. L. E. (2020). Studi Histomorfometri Ovarium
Kambing Peranakan Etawah. Buletin Veteriner Udayana Volume, 12(2), 134-143.
Karmana, O. (2021). Biologi. Grafindo Media Pratama, Bandung
Nazar, J. (2015). Tulang : Tinjauan Dari Sudut Pandang Fisika. Majalah Kedokteran Andalas,
32(2), 127-134.
Pearce, E. C. (2009). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia Pustaka, Jakarta.
Setiorini, A. (2020). OWAS (Ovako Work Analysis System). Jurnal Kedokteran Unila, 4(2), 197-
204.
Susetyarini, E., Wahyono, P., Latifa, R., & Nurrohman, E. (2019). Struktur Histologis Tulang
Femur Dan Jaringan Subkutan Kelinci New Zealand. Seminar Pendidikan Sains, 1(1),
17-23.
Triono, P., & Murinto. (2015). Aplikasi Pengolahan Citra Untuk Mendeteksi Fraktur Tulang
Dengan Metode Deteksi Tepi Canny. Jurnal Informatika, 9(2), 1115-1123.
Wahyuni, S., & Tosiyana, V. R. (2018). Identifikasi preparat gosok tulang femur ayam (Gallus
gallus) dengan pewarnaan alami bunga telang (Clitoria ternatea L.). In Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Biologi, 82-86.
Mikroteknik 4(29):1-5

Anda mungkin juga menyukai