Kel. 4 Posisi Dominan Dan Penyalahgunaan (Makalah)
Kel. 4 Posisi Dominan Dan Penyalahgunaan (Makalah)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Persaingan Usaha
Disusun oleh :
Kelompok 4
Raihana Nursaibah 11200490000005
M. Ali Jalumampang 11200490000008
Lidya Austie Rizadi 11200490000061
Muhammad Noer Fajar 11200490000069
Uluwan Atikah 11200490000085
Akmal Muhammad Firdaus 11200490000097
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa selesaikan makalah mengenai Posisi Dominan dan
Penyalahgunaanya dalam Hukum Persaingan Usaha.
Makalah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan pertolongan dari
berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah ikut berkontribusi di dalam
pembuatan makalah ini.
Salah satu tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikah oleh
bapak AM Hasan Ali, MA Pada mata kuliah Hukum Persaingan Usaha.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhnya bahwa makalah kami masih jauh dari
kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya, Oleh karena itu, kami
terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
sehingga kami bisa melakukan perbaikan menjadi makalah yang baik dan benar.
Akhir kata kami meminta semoga makalah mengenai Menganalisis Posisi Dominan dan
Penyalahgunaanya dalam Hukum Persaingan Usaha ini bisa memberi manfaat ataupun
pengetahuan kepada pembaca
Penulis
i
DAFTAR ISI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat memuat tiga kategori tindakan-tindakan yang
dilarang demi menjaga terjadinya kelangsungan persaingan yang sehat, yaitu perjanjian
yang dilarang, kegiatan yang dilarang, dan posisi dominan. Kategori perjanjian yang
dilarang terdiri atas10 (sepuluh) jenis perjanjian yang tidak boleh dilakukan oleh pelaku
usaha, yakni Oligopoli, Penetapan Harga, Pembagian Wilayah, Pemboikotan, Kartel, Trust,
Oligopsoni, Integrasi Vertikal, Perjanjian Tertutup, serta Perjanjian dengan Pihak Luar
Negeri. Untuk kegiatan yang dilarang sendiri dapat dibagi menjadi beberapa kegiatan
seperti monopoli, monopsoni, penguasaan pasar (predatory pricing, price war and price
competition, penetapan biaya produksi dengan curang), dan persekongkolan (conspiracy).
Bentuk-bentuk penyalahgunaan posisi dominan atau hambatan-hambatan persaingan usaha
yang dapat dilakukan oleh pelaku usaha yang mempunyai posisi dominan ditetapkan di
dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 ialah
mencegah atau mengahalangi konsumen, membatasi pasar dan perkembangan teknologi,
menghambat persaingan potensial, praktek diskriminasi dan jual rugi. Diantaranya ialah
penyalahgunaan posisi dominan yang dilakuakan oleh pelaku usaha.
Penguasaan posisi dominan dalam hukum persaingan usaha sejatinya tidak dilarang
sepanjang pelaku usaha dalam mencapai posisi dominannya atau 3 menjadi pelaku usaha
yang lebih unggul pada pasar yang bersangkutan atas kemampuannya sendiri dengan cara
yang fair (adil). Jika pelaku usaha menggunakan cara yang benar untuk mencapai posisi
dominan, hal tersebut dapat memicu kepada pelaku usaha lain untuk dapat bersaing di pasar
bersangkutan dengan cara yang benar juga. Sebaliknya, perusahaan yang tidak efisien dan
tidak kompetitif serta tidak responsif terhadap kebutuhan konsumen akan dipaksa keluar
dari persaingan.
Namun, untuk mencapai posisi dominan di suatu pasar bukanlah perkara yang
mudah bagi setiap pelaku usaha, misalkan si pelaku usaha harus meningkatkan kemampuan
keuangannya, kemampuan akses pada pasokan atau penjualan, serta kemampuan untuk
2
menyesuaikan pasokan atau permintaan barang atau jasa tertentu terlebih dahulu, barulah
kemudian si pelaku usaha bisa mencapai kedudukan posisi dominan di dalam pasar,
sehingga tidak semua pelaku usaha dapat menempati posisi dominan. Hanya pelaku usaha
yang sudah mengembangkan usaha dengan sangat baik saja yang dapat menempatinya.
Untuk mencapai posisi dominan dalam pasar tidak jarang pelaku usaha
menggunakan cara yang tidak dibenarkan sehingga munculah tindakan dari persaingan
usaha yang dilarang. Salah satu ciri-ciri pelaku usaha yang mempunyai posisi dominan
adalah jika pelaku usaha tersebut dapat melakukan persaingan usaha tidak sehat pada pasar
yang bersangkutan secara mandiri/ individu tanpa memperhitungkan pesaing-pesaingnya.
Kedudukan seperti ini karena kepemilikan pangsa pasarnya, atau karena kepemilikan
pangsa pasar ditambah dengan kemampuan pengetahuan tehnologinya, bahan baku atau
modal, sehingga pelaku usaha tersebut mempunyai kekuasaan untuk menentukan harga atau
mengontrol produksi atau pemasaran terhadap bagian penting dari produk-produk yang
diminta. Dengan demikian akibat tindakan pelaku usaha yang mempunyai posisi dominan
tersebut pasar menjadi terdistorsi. Pelaku usaha tersebut secara independen tanpa
mempertimbangkan keadaan pesaingnya dapat mempengaruhi pasar akibat penyalahgunaan
posisi dominannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan posisi dominan?
2. Apa saja unsur – unsur posisi dominan?
3. Bagaimana kategori penyalahgunaan posisi dominan?
4. Bagaimana dampak penyalahgunaan posisi dominan terhadap persaingan dan
konsumen?
C. Tujuan Masalah
1. Agar mengetahui pengertian posisi dominan
2. Agar mengetahui Unsur – unsur yang ada di posisi dominan
3. Agar mengetahui kategori penyalahgunaan posisi dominan
4. Agar mengetahui dampak penyalahgunaan posisi dominan terhadap persaingan dan
konsumen
3
BAB II
PEMBAHASAN
1
Anang Triyono, Penyalahgunaan Posisi Dominan Oleh Pelaku Usaha: Studi Kasus Pada Audit PT Telekomunikasi
Indonesia, Tbk., Skripsi tidak diterbitkan, Jakarta, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010, hlm 21.
4
B. Unsur-Unsur Posisi Dominan
Syarat yang ditetapkan oleh Pasal 1 angka (4) Undang - Undang Nomor 5 Tahun
1999 yang penting adalah bahwa pelaku usaha yang mempunyai posisi dominan
mempunyai posisi tertinggi diantara pesaingnnya dalam kaitan dengan kemampuan
keuangan, kemampuan akses pada pasokan atau penjualan dan kemampuan menyesuaikan
pasokan atau permintaan barang atau jasa tertentu. Namun ketentuan ini tidak menjelaskan
syarat-syarat tersebut harus dipenuhi oleh suatu pelaku usaha secara kumulatif atau tidak.
Artinya apakah jika salah satu syarat tersebut dimiliki oleh pelaku usaha dapat dinyatakan
bahwa pelaku usaha tersebut sudah mempunyai posisi dominan? Dari pengertan posisi
dominan Pasal 1 angka (4) tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:2
1. Kemampuan Keuangan
Salah satu unsur yang menyatakan bahwa suatu pelaku usaha mempunyai posisi
dominan adalah apabila pelaku usaha mempunyai keuangan yang lebih besar (kuat)
dibandingkan dengan keuangan pelaku usaha pesaingnya. Secara sederhana dapat
dilihat dari keberadaan pelaku usaha yang mempunyai pangsa pasar yang lebih tinggi
(besar) dibandingkan dengan pelaku usaha pesaingnya, pelaku usaha yang mempunyai
pangsa pasar yang lebih tinggi akan mempunyai keuangan yang lebih besar
dibandingkan dengan pelaku usaha pesaingnya. Karena presentase nilai jual atau beli
yang lebih tinggi atas suatu barang atau jasa tertentu dibandingkan dengan pesaingnya.
2. Kemampuan pada Pasoka atau Penjualan
Kemampuan mengatur pasokan atau penjualan adalah salah satu ciri pelaku usaha
yang mempunyai posisi dominan. Kemampuan ini dapat dilakukan oleh suatu pelaku
usaha jika memiliki pasngsa pasar yang lebih tinggi dibandingkan dengan pesaingnya.
Oleh karena itu penilaian pangsa pasar pada suatu pasar bersangkutan sangatlah
penting. Karena sangat mungkin suatu pelaku yang memiliki pangsa pasar lebih tinggi
dapat menentukan pasokan atau penjualan pada pasar yang bersangkutan.
Jika pangsa pasar pelaku usaha sudah ditetapkan, mempunyai pangsa pasar yang
lebih tinggi daripada pesaingnya, maka dapat ditentukan apakah pelaku usaha yang
menguasai pangsa pasar dalam persentase tertentu dapat melakukan praktik monopoli
2
M. Hawin, dkk, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia dan Perkembangannya, (Yogyakarta; CICODS FH-UGM,
2009), h. 76.
5
dan/atau persaingan usaha tidak sehat pada pasar yang bersangkutan yaitu melalui
kemampuan pengaturan jumlah pasokan atau penjualan barang tertentu di pasar yang
bersangkutan. Kemampuan pengaturan pasokan atau penjualan barang atau jasa tertentu
meniadi salah satu bukti bentuk penyalahgunaan posisi dominan yang dapat dilakukan
oleh pelaku usaha yang mempunyai posisi dominan yang mengakibatkan pelaku usaha
pesaingnya tidak dapat bersaing pada pasar yang bersangkutan.
3. Kemampuan Menyesuaikan Pasokan atau Permintaan
Kemampuan pelaku usaha untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan barang
atau jasa tertentu pada pasar yang bersangkutan menjadi salah unsur penting dalam
menentukan posisi dominan dari pelaku usaha. Pada prinsipnya kemampuan
menyesuaikan pasokan atau permintaan atas suatu barang atau jasa tertentu pada pasar
yang bersangkutan mempunyai kesamaan dengan kemampuan mengatur pasokan atau
penjualan barang atau jasa tertentu. Pelaku usaha yang mempunyai posisi dominan
mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan pada pasar yang
bersangkutan. Oleh karena itu, penetapan siapa pelaku usaha yang mempunyai posisi
dominan pada pasar yang bersangkutan penting untuk dilakukan.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk menjamin persaingan usaha yang sehat, Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia (DPR RI) menerbitkan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (selanjutnya disebut “UU No. 5/1999”).
Pelaksanaan UU No. 5/1999 yang efektif diharapkan dapat memupuk budaya berbisnis
yang sehat sehingga dapat terus menerus mendorong dan meningkatkan daya saing diantara
pelaku usaha. Salah satu tujuan diberlakukannya undang-undang Hukum Persaingan adalah
untuk memastikan bahwa mekanisme pasar bekerja dengan baik dan konsumen menikmati
hasil dari proses persaingan atau surplus konsumen.
Menjadi tujuan dari setiap pelaku usaha yang rasional untuk dapat mengembangkan
usahanya semaksimal mungkin atau menjadi yang terbaik di bidang usahanya. Idealnya
tujuan ini akan mendorong setiap pelaku usaha berupaya meningkatkan kinerja dan daya
saingnya melalui inovasi dan efisiensi sehingga lebih unggul dari pesaingya. Apabila
berhasil, sebagai konsekuensi logisnya adalah pelaku usaha tersebut akan memperoleh
kedudukan yang kuat (posisi dominan), dan atau memiliki kekuatan pasar (market power)
yang signifikan di pasar bersangkutan. Dengan keunggulan relatif ini, pelaku usaha mampu
untuk menguasai pasar bersangkutan atau dapat mempertahankan kedudukannya yang kuat
di pasar bersangkutan.
Kemampuan untuk menguasai atau untuk mempertahankan posisi di pasar
bersangkutan juga bisa dilakukan melalui kegiatan persaingan usaha yang tidak sehat.
Umpamanya, pelaku usaha, baik secara sendiri maupun bersama sama, menciptakan
hambatan persaingan (competition restraint) bagi pesaingnya maupun pesaing potensialnya,
seperti menghambat masuknya pesaing potensial, membatasi produksi pesaing,
menghambat perkembangan pasar serta teknologi dan berbagai perilaku yang unfair
lainnya. Berkurangnya persaingan yang diakibatkan dari tindakan ini bisa merugikan
konsumen pada akhirnya.
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena
10
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini. Penyusun banyak berharap para pembaca yang budiman dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penyusun demi sempurnanya
makalah ini dan dan penulisan makalah pada kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga
makalah ini berguna bagi penyusun yang khususnya juga untuk para pembaca yang
budiman pada umumnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Anang Triyono, Penyalahgunaan Posisi Dominan Oleh Pelaku Usaha: Studi Kasus Pada Audit PT
Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
Andi Fahmi Lubis dkk, Hukum Persaingan Usaha, (Jakarta: Komisi Pengawas Persaingan Usaha,
2017
12
1