Na Kel 1 Otw Fix
Na Kel 1 Otw Fix
Internal Competision
Disusun Oleh:
Hormat Kami
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1 Samuel Warren dan Louis Brandeis, “The Right to Privacy”, dalam Harvard Law
Review Vol. IV No. 5,15 Desember 1890, http://faculty.uml.edu/sgallagher/Bra
ndeisprivacy.htm. (Diakses 17 Juni 2022)
dengan konsep yang disodorkan oleh Arthur Miller pada tahun
1971 yang menitikberatkan konsep privasi pada kemampuan
individu untuk melakukan kontrol terhadap penyebaran
informasi terkait dirinya sendiri. 2
2
Daniel J. Solove, “Memahami Privasi”, (Cambridge, MA: Harvard University
Press, 2008). 30
3 Ibid.
pribadinya atau (iii) pihak pihak yang memiliki akses atas
pribadinya.
4Adrienn Lukács, Apa Itu Privasi? Sejarah dan Definisi dari Privasi, dalam
Keresztes, Gábor (ed.): Tavaszi Szél 2016 Tanulmánykötet I., Budapest,
Doktoranduszok Országos Szövetsége, 2016.
menawarkan barang atau jasa kepada, atau memantau
perilaku, individu warga negara Uni Eropa.
Pada era big data, data pribadi adalah aset yang bernilai
tinggi. Data pribadi adalah data yang berhubungan dengan
seseorang sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi
orang tersebut. Nomor induk kependudukan, nama lengkap,
jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, nama ibu kandung,
nomor telepon, e-mail, NPWP, dan nomor kartu BPJS adalah
contoh data pribadi yang dapat membuat seseorang dapat
diidentifikasi. 5 Adapun aturan yang saat ini memuat
perlindungan data pribadi antara lain adalah UU No. 19/2016
tentang Perubahan Atas UU No. 11/2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dan Peraturan Pemerintah
No. 71/2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
Elektronik. Pada sektor Kemenkominfo sendiri, terdapat juga
Peraturan Menteri yang berkaitan dengan tata kelola data
pribadi, yaitu Permenkominfo No. 5/2020 tentang
Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Privat. Kehidupan di
zaman sekarang ini erat kaitannya dengan penggunaan
internet. Aktivitas mulai dari bekerja, belajar, berjualan, dan
lain-lain bisa dilakukan semua secara digital.
5 Ibid.
marketplace dan pengadaan pelatihan untuk para ahli
transformasi Industri.
6Kadek Dio Ramadi Natha, I Nyoman Putu Budiartha, Ni Gusti Ketut Sri Astiti.
2022. Perlindungan hukum atas kebocoran data pribadi konsumen pada
perdagangan elektronik lokapasar (Marketplace). Jurnal Preferensi Hukum,
Vol.3, No, 1 (Maret 2022), 144
7A. Aco Agus dan Riskawati, “Penanganan Kasus Cybercrime Di Kota Makassar
(Studi Pada Kantor Kepolisian Resort Kota Besar Makassar),” Jurnal Supremasi,
Vol. 10, N (2016): 56.
di Instagram walaupun ajakan tersebut belum memunculkan
korban. Namun ajakan simulasi try out CPNS berbasi “CAT”
tersebut dianggap sebuah penipuan karena saat melakukan
pendaftaran, setiap calon peserta diminta untuk melakukan
pengisian data pribadi (privacy date) pada link yang disediakan.
Sehingga data tersebut diduga akan disalahgunakan oleh para
pihak yang tidak bertanggung jawab. Sehubungan dengan
kejadian untungnya dengan cepat ditindaklanjuti oleh BKN
kejadian tersebut dengan mengingatkan melalui akun resmi
twitter dari BKN itu sendiri bahwa “BKN tidak pernah
melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam melakukan
simulasi berbasis CAT kalaupun ada maka akan ada
pemberitahuan resmi melalui website dan media sosial resmi
milik BKN”.8
9Fitriah Nurul Annisa. “70 Ribu Foto Pengguna Tinder Perempuan Bocor Di
Forum Kejahatan Siber,” https://m.liputan6.com/tekno/read/4159191/70-
ribu-foto-pengguna-tinder-perempuan-disebar-ke-forum-kejahatan-siber
(Diakses Pada Juni 152022, Pukul 19.30)
10 Ibid
dibagikan kepada pihak ketiga tanpa sepengetahuan pemilik
data.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan,
permasalahan yang akan dikaji untuk penyusunan Naskah
Akademik ini, yaitu:
1. Bagaimana menyusun peraturan mengenai perlindungan
data pribadi yang baik dan benar sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi masyarakat Indonesia yang berlandaskan
Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945?
2. Mengapa perlu rancangan Undang-undang Perlindungan
Data Pribadi sebagai dasar pemecahan masalah yang
dihadapi dalam keamanan data pribadi?
3. Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis,
sosiologis, dan yuridis dari Undang-Undang Perlindungan
Data Pribadi?
4. Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup
pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dalam
Rancangan Undang-undang Mengenai Perlindungan Data
Pribadi?
D. Metode
A. Kajian Teori
Naskah Akademik tentang Rancangan Undang-Undang
tentang Perlindungan Data Pribadi beberapa teori yang
digunakan sebagai pisau analisis untuk melihat identifikasi
masalah yang diusulkan dan format yuridis yang ideal
mengenai dengan beberapa teori-teori yang dipilih penulis
sebagai landasan berpikir untuk menciptakan konsistensi
kontruksi dalam Rancangan Undang-Undang Tentang
Perlindungan Data Pribadi.
23M. Muslih. (2013). Negara Hukum Indonesia Dalam Persepktif Teori Hukum
Gustav Radbruch (Tiga Nilai Dasar Hukum). Legalitas Edisi Juni. Vol. 4 No. 1
Hlm. 130
25 Ibid. Hlm. 19
26Cst Kansil. (2002). Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Balai
Pustaka: Jakarta. Hlm. 3
para pendiri negara Indonesia (The Founding Fathers). 27
Negara hukum Indonesia mempunyai ciri yang menunjukan
aspek hak asasi manusia dan adanya hak sosial ekonomi
rakyat yang dijamin dan menjadi tanggung jawab negara.
Gagasan Jimly Asshiddiqie mengenai negara hukum
menyatakan bahwa negara hukum dibangun dengan
mengembangkan perangkat hukum sebagai sistem yang
fungsional dan berkeadilan. Menurut Jimly Asshiddiqie,
prinsip negara hukum Indonesia dapat dibagi menjadi 12
(dua belas) macam:28
1) Supremasi hukum (supremacy of law);
2) Persamaan dalam hukum (equality before the law);
3) Asas Legalitas (due process of law);
4) Pembatasan kekuasaan;
5) Organ-organ eksekutif independen;
6) Peradilan bebas dan tidak memihak;
7) Peradilan tata usaha negara;
8) Peradilan tata negara (constitutional court);
9) Perlindungan hak asasi manusia;
10) Bersifat demokratis (democratische rechtsstaat);
11) Berfungsi sebagai sarana mewujudkan tujuan
bernegara (welfare rechtsstaat);
12) Transparansi dan Kontrol Sosial.
31Sumarto Hetifa Sj. (2003). Inovasi, Partisipasi dan Good Governance. Yayasan
OborIndonesia: Bandung. Hlm. 3
5. Teori Keadilan
Pandangan Keadilan Menurut Aristoteles tentang
keadilan bisa dilihat dalam karyanya nichomachean ethics,
politics, dan rethoric. Lebih khususnya dalam buku
nicomacean ethics, buku itu sepnuhnya ditujukan bagi
keadilan, yang berdasarkan filsafat umum aristoteles, mesti
36Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis),
Penerbit Toko Gunung Agung, Jakarta, 2002, Hlm. 23
dianggap sebagai inti dari filsafat hukumnya, “karena
hukum hanya bisa ditetapkan dalam kaitannya dengan
keadilan”. 37 Yang sangat penting dari pandangannya ialah
pendapat bahwa keadilan mesti dipahami dalam pengertian
kesamaan. Ini merupakan manifestasi pendapat plato
mengenai teori keadilan, yakni bahwa keadilan adalah
“giving each man his due” yang berarti pemberian kepada
setiap orang akan haknya.
38 Ibid
Keadilan di Indonesia digambarkan dalam Pancasila
sebagai dasar negara, yaitu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Dalam sila lima tersebut terkandung nilai-
nilai yang merupakan tujuan dalam hidup bersama. Adapun
keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan
kemanusiaan yaitu keadilan dalam hubungannya manusia
dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lainnya,
manusia dengan masyarakat, bangsa, dan negara, serta
hubungan manusia dengan Tuhannya.39
39M. Agus Santoso. (2014). “Hukum, Moral & Keadilan Sebuah Kajian Filsafat
Hukum”. Cetakan kedua. Kencana: Jakarta. hlm. 86.
40Moh Mahfud MD. (2001). Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia (Edisi
Revisi).Renaka Cipta: Jakarta. Hlm .64
41 Ibid
disediakan oleh negara.42 Andersen mengungkapkan bahwa
welfare state merupakan institusi negara dimana kekuasaan
yang dimilikinya (dalam hal kebijakan ekonomi dan politik)
ditujukan untuk : memastikan setiap warga negara beserta
keluarganya memperoleh pendapatan minimum sesuai
dengan standar kelayakan43
42 Ibid.
43Andersen, J.G. (2012). Welfare States and Welfare State Theory, Centre for
Comparative Welfare Studies. Departement of economics, politcs and public
administration Aalborg University:Denmark. Hlm. 15
46 Satjipto Raharjo. (2000). Ilmu Hukum. Citra Aditya Bhakti: Bandung. Hlm. 53
50 Ibid.
dijelaskan dibawah ini adalah asas asas yang ada di dalam
asas/prinsip Perlindungan Data Pribadi. Asas-asas atau prinsip-
prinsip yang digunakan dalam teori ini terbagi menjadi enam
pembagian yaitu:
1. Asas Pembentukan Peraturan Dalam membentuk Peraturan
Perundang-Undangan harus dilakukan berdasarkan asas
pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik,
meliputi:
a. kejelasan tujuan, bahwa setiap pembentukan peraturan
perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang
jelas yang hendak dicapai;
b. kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat, adalah
setiap jenis peraturan perundang-undangan harus
dibuat oleh lembaga negara atau pejabat pembentuk
peraturan perundang-undangan yang berwenang.
Peraturan perundang-undangan dapat dibatalkan atau
batal demi hukum, bila dibuat oleh lembaga negara
atau pejabat yang tidak berwenang;
c. kesesuaian antara jenis, hierarki dan materi muatan,
bahwa dalam pembentukan peraturan
perundangundangan harus benar-benar
memperhatikan muatan materi yang tepat dengan jenis
dan hierarki peraturan perundang-undangan;
d. dapat dilaksanakan, bahwa setiap pembentukan
peraturan perundang-undangan harus
memperhitungkan efektivitas peraturan
perundangundangan tersebut di dalam masyarakat,
baik secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis;
e. kedayagunaan dan kehasilgunaan, bahwa setiap
peraturan perundang-undangan dibuat karena memang
benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam
mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara;
f. kejelasan rumusan, bahwa setiap peraturan
perundangundangan harus memenuhi persyaratan
teknis penyusunan peraturan perundang-undangan
daerah, sistematika, pilihan kata atau terminologi, serta
bahasa hukumnya jelas dan mudah dimengerti,
sehingga tidak menimbulkan berbagai macam
interpretasi dalam pelaksanaannya;
g. keterbukaan, bahwa dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan mulai dari perencanaan,
penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan
dan pengundangan bersifat transparan dan terbuka.
Dengan demikian seluruh lapisan masyarakat
mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk
memberikan masukan dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan.
2. Asas materi muatan peraturan perundang-undangan
a. pengayoman, bahwa setiap materi muatan
perundangundangan harus berfungsi memberikan
perlindungan dalam rangka menciptakan
ketenteraman masyarakat.
b. kemanusiaan, bahwa setiap materi muatan peraturan
perundang-undangan harus mencerminkan
perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi
manusia serta harkat dan martabat setiap warga
negara Kesatuan Republik Indonesia.
c. kebangsaan, bahwa setiap materi muatan
perundangundangan harus mencerminkan sifat dan
watak warga negara yang pluralistik (heterogen)
dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
d. kekeluargaan, bahwa setiap materi muatan
perundangundangan harus mencerminkan
musyawarah untuk mufakat dalam setiap pengambilan
keputusan.
e. kenusantaraan, bahwa setiap materi muatan
perundangundangan senantiasa memperhatikan
kepentingan seluruh warga negara dan materi muatan
peraturan perundang-undangan merupakan bagian
dari sistem hukum nasional yang berdasarkan
Pancasila.
f. bhineka tunggal ika, bahwa setiap materi muatan
perundang-undangan harus memperhatikan
keragaman penduduk, agama, suku dan golongan,
kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, serta budaya
khususnya yang menyangkut masalah-masalah sensitif
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
g. keadilan, bahwa setiap materi muatan peraturan
perundang-undangan harus mencerminkan keadilan
secara proporsional bagi setiap warga masyarakat
tanpa kecuali.
h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan
pemerintahan, bahwa setiap materi muatan
perundang-undangan tidak boleh berisi hal-hal yang
bersifat membedakan berdasarkan latar belakang,
antara lain: agama, suku, ras, golongan, gender atau
status sosial.
i. ketertiban dan Kepastian Hukum, bahwa setiap materi
muatan perundang-undangan harus dapat
menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui
jaminan adanya kepastian hukum.
j. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, bahwa
setiap materi muatan perundang-undangan harus
mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan
keselarasan antara kepentingan individu dan
masyarakat dengan kepentingan bangsa dan negara.
51 Cindy Mutia Annur, "Ada 204,7 Juta Pengguna Internet di Indonesia Awal
2022" https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/23/ada-2047-
juta-pengguna-internet-di-indonesia-awal
2022#:~:text=Jumlah%20Pengguna%20Internet%20di%20Indonesia%20(2018%
2D2022*)&text=Menurut%20laporan%20We%20Are%20Social,tercatat%20seban
yak%20202%2C6%20juta (Senin, 20 Juni 2022, Pukul 01:34 WIB)
Sebelumnya, ada beberapa dugaan kebocoran data atau
peretasan yang dialami oleh kementerian dan lembaga (K/L)
Indonesia, di antaranya:
52Desy Setyowati, "Selain Bank Indonesia, Ini Deretan Lembaga Diduga Alami
Kebocoran Data", https://www.google.com/amp/s/katadata.co.id/amp/desyset
yowati/digital/61e9172be8d99/selain-bank-indonesia-ini-deretan-lembaga-
diduga-alami-kebocoran-data (Senin, 20 Juni 2022, Pukul 01:44 WIB)
53Fahmi Ahmad Burha, "Tokopedia Ungkap Cara Atasi Kasus Kebocoran Data
Pribadi", https://www.google.com/amp/s/katadata.co.id/amp/lavinda/digital/
61421ec0427f1/tokopedia-ungkap-cara-atasi-kasus-kebocoran-data-pribadi
(Senin, 20 Juni 2022, Pukul 03:45 WIB)
profiling dan pembuatan keputusan secara otomatis.
Kegagalan perlindungan terhadap data pribadi, misalnya
data bocor ke pihak-pihak lain, pengendali data wajib
menyampaikan pemberitahuan tertulis paling lambat 3x24
jam kepada pemilik data dan menteri atau instansi
pengawas. Pengumuman itu memuat data pribadi yang
bocor, kapan dan kronologinya, serta upaya penanganan
dan pemulihannya.54
54Andrean W. Finaka, "RUU PDP: Hak-Hak Pemilik Data yang Wajib Diketahui",
https://indonesiabaik.id/infografis/ruu-pdp-hak-hak-pemilik-data-yang-wajib-
diketahui (Senin, 20 Juni 2022, Pukul 01:44 WIB)
55 Made Anthony Iswara, Perlindungan Data Pribadi Lemah, Kebocoran Data Merajalela,
https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/perlindungan-data-pribadi-lemah-kebocoran-data-
merajalela-gjH6 (Diakses Pada 21 Juni 2022 Pukul 15.30)
Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan pada Mei
2021, disusul oleh kebocoran data dua juta nasabah BRI
Life pada Juli 2021, dan masih banyak lainnya. 56 Hal
tersebut menunjukan masih kurangnya perhatian dari
pemerintah terhadap perlindungan hukum atas data pribadi
milik masyarakat, dan tentunya juga menimbulkan
keresahan pada masyarakat ditengah banyaknya kasus
kebocoran terlebih di zaman dimana perkembangan
teknologi semakin pesat.
58 Ibid.
dapat dilakukan sepanjang ada aturan yang memadai
antarnegara. 59
60 Ibid
https://aptika.kominfo.go.id/2021/10/kominfo-segera-telusuri-dugaan-
kebocoran-data-kpai/ (Kamis, 23 Juni 2022, Pukul 03.38 WIB)
64Arif Gunawan, "5 Kasus Kebocoran Data Terbesar dan Siapa yang Harus
Bertanggung Jawab", https://www.idntimes.com/tech/trend/amp/arifgunawan
/kasus-kebocoran-data-siapa-yang-seharusnya-bertanggung-jawab?page=all
(Kamis, 23 Juni 2022, Pukul 03:38 WIB)
pada pasal 8 GDPR, definisi mengenai anak adalah berumur di
bawah 16 tahun. Membandingkan dengan ketentuan di
Amerika Serikat melalui aturan yang bernama Children’s
Online Privacy Protection Rule (COPPA) tahun 2013
sebagaimana direvisi terakhir pada akhir tahun 2019,
beberapa ketentuan yang direvisinya antara lain: definisi,
pemberitahuan dan persyaratan ijin orang tua, dan batasan
tanggung jawab dalam doktrin safe harbor (dengan dimilikinya
actual knowledge oleh operator). Revisi dari COPPA yang
dilakukan oleh Federal Trade Commision, Amerika Serikat juga
ditandai dengan dikenakannya denda sebesar 170 Juta USD
kepada Google dan Youtube karena dianggap melanggar
privasi anak. Terkait definisi anak, berdasarkan COPPA yang
tergolong sebagai anak adalah di bawah umur 13 tahun, sama
dengan perlindungan data pribadi anak dengan di Inggris.
Keunikan dari model perlindungan data pribadi di Amerika
Serikat adalah bentuk pengaturannya yang rinci. Hal ini
terlihat dari ketentuan yang dilindungi dalam perlindungan
data pribadi anak, antara lain: alamat email, nama depan dan
nama belakang, nama layar (screen name), lokasi, rincian
pesan, alamat tempat tinggal, nomor telepon, hobi, foto, video,
dan audio..65 Kominfo menilai, sanksi yang ada saat ini tidak
memberikan efek jera kepada pelanggar. Padahal, serangan
siber berupa peretasan hinga pencurian data kian masif.
Kominfo mencatat, total ada 47 kasus kejahatan siber yang
ditangani oleh Kominfo sejak 2019 hingga awal 2022.66 selama
66Fahmi Ahmad Burhan, "Kominfo Godok Aturan Data Pribadi, Google & Meta
Terancam Denda Besar", https://www.google.com/amp/s/katadata.co.id/amp/
happyfajrian/digital/6296657132eb0/kominfo-godok-aturan-data-pribadi-
google-meta-terancam-denda-besar (Kamis, 23 Juni 2022, Pukul 04:08 WIB)
ini jika terjadi kebocoran data tidak ada sanksi atau tindakan
apapun kepada platform pengendali data yang dapat
menimbulkan efek jera.67
68Kustin Ayuwuragil, “Daftar Tugas Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN)
Indonesia” https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20170602141823-185-
218900/daftar-tugas-badan-siber-dan-sandi-negara-bssn-indonesia (Diakses
Pada 20 Juni 2022 Pukul 21.27)
dengan keamanan siber/dunia maya. BSSN mendapat anggaran
sebesar Rp 554,6 miliar. pada 2022 dibanding outlook 2021
sebesar Rp 1,39 triliun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) Rinciannya, Rp 152,8 miliar untuk anggaran
program keamanan dan ketahanan siber, serta sandi negara dan
senilai Rp 401,8 miliar untuk program dukungan manajemen. 69
Dengan anggaran tersebut, diharapkan BSSN dapat melakukan
penguatan ketahanan dan keamanan siber. Dengan fokus utama
pembangunan kapabilitas multistakeholder dalam mendeksi dini
dan penangangan insiden keamanan siber.
Bercermin dari identifikasi tersebut, maka aktivitas
persandian lebih diarahkan pada masalah proteksi keamanan
siber baik dari sisi konten maupun dari sisi alat peralatan yang
dipergunakan. Secara khusus, mekanisme dan pengelolaan
Persandian meliputi keamanan, kerahasiaan, keaslian, dan
keutuhan Informasi serta nirpenyangkalan dalam lingkup
Penyelenggara Persandian. Mekanisme pengelolaan atas informasi
yang wajib di sandikan terkait dengan pengelolaan, pengiriman,
penerimaan, penyimpanan, dan penghancuran informasi
persandian. Keseluruhan tahapan tentunya hanya dapat
dilakukan dengan menggunakan alat peralatan persandian yang
telah disertifikasi dimana kemampuannya harus sejalan dengan
kebutuhan dan tantangan pengelolaan persandian. Untuk itu
nantinya BSSN memiliki kewenangan dalam menguji peralatan
sandi sebelum mengeluarkan dan mencabut sertifikasi peralatan
70Damar Apri Sudarmad, (2019) “Strategi Badan Siber Dan Sandi Negara (Bssn)
Dalam Menghadapi Ancaman Siber Di Indonesia”. Jurnal Kajian Strtejik
Ketahanan Nasional Vol.2 No 2. Hlm 30
76 European Convention for the Protection of Human Rights, Nov. 4, 1950, E.T.S.
5, dapat diakses pada http://conventions.coe. int/treaty/en/Treaties
/Html/005.htm, diakses pada tanggal 19 Juni 2022 Pukul 10.00 WIB.
77 Convention for the Protection of Individuals with Regard to Automatic
82 Ibid
mengakses database korporasi terkait data pribadi
miliknya.83
83 Ibid
84Tarigan, B., Nuh, M., & Alwan, A. (2013). Peranan Polri Dalam Pemberantasan
Penyalahgunaan Narkotika (Studi Kasus Polsekta Pancurbatu). Jurnal Mahupiki,
3(01), h. 14.
data pribadi yang senyatanya merupakan bentuk kejahatan
yang sempurna.85
Perihal mekanisme pengaturan sanksi, jika terbukti
adanya kebocoran data pribadi pada korporasi, maka akan
mengarah kepada 3 kategori yakni Penyalahgunaan dengan
sengaja, kelalaian terhadap standardisasi dan tidak bersalah
dengan bersyarat.
a. Jika korporasi melakukan penyalahgunaan dengan
sengaja terhadap data pribadi, maka akan
dikenakan sanksi administratif yang dapat
berkembang menjadi sanksi pidana.
b. Jika korporasi melakukan kelalaian terhadap
standardisasi terkait perlindungan data pribadi,
maka hanya akan dijatuhkan sanksi administratif.
c. Jika korporasi dinyatakan tidak bersalah dengan
bersyarat, maka tidak akan dikenakan sanksi
administratif maupun pidana, namun tetap harus
memenuhi persyaratan tertentu berupa pembayaran
ganti rugi.86
86 Ibid
BAB III
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
100
Sudjana, S. (2022). “Pembocoran Rahasia Bank Sebagai Pelanggaran Hak
Privasi Dan Data Pribadi Elektronik Nasabah Bank”, Refleksi Hukum: Jurnal
Ilmu Hukum, 6(2), 247-266. Https://Doi.Org/10.24246/Jrh.2022.V6.I2.P. Hlm.
259.
101 Ibid
telekomunikasi telah menunjukkan peningkatan peran penting
dan strategis dalam menunjang dan mendorong kegiatan
perekonomian, memantapkan pertahanan dan keamanan,
mencerdaskan kehidupan bangsa, memperlancar kegiatan
pemerintah, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa
dalam kerangka wawasan nusantara, dan memantapkan
ketahanan nasional serta meningkatkan hubungan antar
bangsa. 102 Dewan Perwakilan Rakyat RI telah mengesahkan
Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja sebagai Undang-
Undang dalam Rapat Paripurna DPR RI di Jakarta, Senin
(05/10/2020). Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G.
Plate menyatakan hal itu membawa perubahan penting dalam
sektor telekomunikasi, penyiaran dan pos di Indonesia,
terutama dalam percepatan transformasi digital, penciptaan
lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi nasional. Pada
sektor pos, telekomunikasi, dan penyiaran, Undang-Undang
Cipta Kerja mengubah dan menambah beberapa ketentuan
dalam 3 (tiga) undang-undang yaitu, UU No. 36 Tahun 1999
tentang Telekomunikasi, UU No. 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran, dan UU No. 38 Tahun 2009 tentang Pos.103
103
Budi Sumardi, "UU Cipta Kerja Dukung Percepatan Transformasi Digital dan
Ciptakan Lapangan Kerja Baru Sektor Kominfo",
https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/berita-daerah/uu-cipta-kerja-
dukung-percepatan-transformasi-digital-dan-ciptakan-lapangan-kerja-baru-
sektor-kominfo (Sabtu, 25 Juni 2022, Pukul 17:27 WIB)
karena itu, untuk menjaga lalu lintas informasi dari
penyelenggaraan telekomunikasi, dalam Pasal 18 ayat (1) diatur
kewajiban penyelenggara telekomunikasi untuk mencatat atau
merekam secara rinci pemakaian dari jasa telekomunikasi.
Pasal 22 Undang-Undang Telekomunikasi 1999 melarang
dilakukannya akses ke jaringan dan/atau jasa telekomunikasi
atau telekomunikasi khusus secara tanpa hak, tidak sah, atau
dengan manipulasi. Selain pengaturan tersebut, penyadapan
atas informasi yang disalurkan melalui jaringan telekomunikasi
dilarang dalam bentuk apapun sebagaimana diatur dalam Pasal
40. Hal ini menunjukkan perlindungan privasi dari pengguna
jasa telekomunikasi atas data privasi miliknya yang
ditransmisikan melalui penyelenggaraan telekomunikasi. Pada
dasarnya informasi yang dimiliki oleh seseorang adalah hak
pribadi yang harus dilindungi sehingga penyadapan haruslah
dilarang.104 Kerahasiaan dari data privasi milik pengguna jasa
telekomunikasi dilindungi dan wajib dijaga kerahasiaannya
oleh penyelenggara telekomunikasi. Pasal 43 ayat (1) Undang-
Undang Telekomunikasi 1999 mewajibkan penyelenggara jasa
telekomunikasi untuk merahasiakan informasi yang dikirim
dan/atau diterima oleh pelanggan jasa telekomunikasi melalui
jaringan dan/atau jasa telekomunikasi yang
diselenggarakannya. Pengecualian terhadap kerahasiaan ini
antara lain untuk kepentingan proses peradilan pidana atas
permintaan tertulis jaksa agung atau kepala kepolisian serta
penyidik.105
104
Pasal 42 Ayat (2) dan Penjelasan Pasal 42 Ayat (2) Undang – Undang Nomor
36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi.
Computing Atas Privasi Dan Data Pribadi", (Tesis Tidak Diterbitkan, Program
Studi Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin
Makassar 2018) Hlm. 29-30.
C. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
106
Mariam Badrulzaman dalam Winter, A. P. (2013). “Perlindungan Hak-hak
Konsumen Terhadap Penggunaan Produk Provider Telekomunikasi Di
Indonesia”, Jurnal Hukum UNSRAT, 21(4), 886. Hlm. 57.
1. Konsumen Komersial
Konsumen komersial merupakan setiap orang yang
memperoleh barang, jasa dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan dengan memproduksi
barang/jasa.
2. Konsumen Antara
3. Konsumen Akhir
Konsumen akhir adalah setiap orang yang
mendapatkan dan memanfaatkan barang dan/atau jasa
untuk memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga, orang
lain, dan makhluk hidup lainnya, bukan untuk mencari
keuntungan atau dijual.108
110
Ibid, 147
Transaksi Elektronik sebagai landasan hukum dalam
penyelesaian masalah perihal e-commerce.111
111 Ibid
112 Ibid
D. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia
113 Penjelasan Pasal 83 Ayat (1) Undang Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan.
114 Ibid.
mengurangi tanpa hak, isi elemen data pada dokumen
kependudukan. Ancaman pidana atas pelanggaran privasi serta
penyalahgunaan kependudukan selanjutnya diatur dalam Pasal
93 yang mengancam pidana penjara serta denda bagi setiap
penduduk yang dengan sengaja memalsukan surat dan/atau
dokumen kepada Instansi Pelaksana dalam melaporkan
Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting.
Selanjutnya Pasal 94 mengancam dengan pidana setiap
orang yang tanpa hak data pribadi dalam administrasi dengan
sengaja mengubah, menambah, atau mengurangi isi elemen
data pada dokumen kependudukan.
Setiap orang yang tanpa hak mengakses data base
kependudukan dalam Pasal 86 ayat (1) di pidana dengan
pidana penjara serta denda dalam Pasal 95. Demikian pula bagi
setiap orang atau badan hukum yang tanpa hak mencetak,
menerbitkan, dan/atau mendistribusikan blangko dokumen
kependudukan dalamn Pasal 96. Dalam hal pejabat dan
petugas pada Penyelenggara dan Instansi Pelaksana membantu
bersangkutan juga diancam akan dipidana sebagaimana
melakukan tindak pidana pejabat yang disebutkan dalam Pasal
98 ayat (2).
A. Landasan Filosofis
Indonesia memiliki sumber hukum tertinggi yang berlaku
dan juga merupakan sumber konstitusi Negara, Yaitu Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Selain itu
terdapat juga yang merupakan sumber hukum tertinggi yang
terdapat dalam UUD NRI 1945 yang dinamakan Pancasila.
Dimana Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD NRI
1945 yang dibentuk atas kemerdekan bangsa Indonesia yang
dengan susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, juga
dnegan mewujudkan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Landasan filosofis perlindungan data pribadi adalah
pancasila yaitu rechtsidee (cita hukum) yang merupakan
konstruksi fikir (ide) yang mengarahkan hukum kepada apa
yang dicita-citakan. 120 Menjaga keamanan data pribadi
merupakan bentuk perwujudan dari sila kedua Pancasila,
yakni “kemanusiaan yang adil dan beradab”. Konsekuensinya,
seluruh pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, terutama
Sugeng, S. P., & SH, M. (2020). Hukum Telematika Indonesia. Prenada Media.
120
Hlm. 15.
segala peraturan perundangan termasuk proses reformasi,
dijabarkan dalam nilai Pancasila. Dengan begitu, pancasila
sebagai dasar negara juga diartikan sebagai sumber dari segala
sumber hukum atau tata tertib hukum Indonesia.121
123 Pasal 17 ayat (1) Konvenan internasional Hak-Hak Sipil dan Politik
(International Convenant on Civil and Political Rights).
124Ramadhan, D. (2019). “Perlindungan Data Pribadi Bagi Pengguna Kartu
Prabayar Terhadap Penyebarluasan Identitas Dikaitkan Dengan Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata Jo Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika
Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Perlindungan Data Pribadi Dalam Sistem
kelima pancasila yang berbunyi, “keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia”. Hal ini yang juga menjadi landasan filosofis
perlindungan atas pribadi yaitu bahwa bangsa Indonesia
mempunyai keinginan untuk memberikan kesejahteraan dan
keadilan sosial kepada masyarakatnya dengan adanya
perlindungan data pribadi sebagai pendukung dan penjamin
warga masyarakat untuk mencapai kesejahteraan yang baik.
B. Landasan Sosiologis
C. Landasan Yuridis
129 Ananthia Ayu D. et. al., “Perlindungan Hak Privasi atas Data Diri di Era
Ekonomi Digital” Dalam (Jakarta: KEPANITERAAN DAN SEKRETARIAT
JENDERAL MAHKAMAH KONSTITUSI, 2019), Hlm. 9.
Pasal 28F Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 menyatakan bahwa, Setiap orang berhak untuk
berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta
berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Kemudian
Pasal 28G (1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri
pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda
yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman
dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat
atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
Berdasarkan Pasal-Pasal tersebut mengamanatkan perlunya
dibentuk peraturan perundang-undangan yang melindungi
data pribadi.
130 Haryanto, T., Suhardjana, J., Komari, A. K. A., Fauzan, M., & Wardaya, M. K.
(2013). “Pengaturan tentang Hak Asasi Manusia Berdasarkan Undang-Undang
Dasar 1945 Sebelum dan Setelah Amandemen”. Jurnal Dinamika Hukum, 8(2),
Hlm. 139.
Ketentuan-ketentuan lain terkait dengan keberadaan data
pribadi, tetapi belum dengan secara tegas dan efektif melindungi
data pribadi termasuk, diantaranya :
A. Sasaran
a. Data pribadi
b. Informasi
g. Pemroses data.
j. Kepentingan umum.
l. Komisi.
134 Branscomb, Anne W., Tata Kelola Global Jaringan Global: “Survei Aliran
Data lintas batas Dalam Transisi”, Vanderbilt Law Review, Vol. 36, 1983.
n. Pihak ketiga.
o. Transaksi bisnis.
p. Badan Publik.
135 Arief Sidharta, “Kajian tentang negara hukum”, Jentera (jurnal hukum),
“Rule of Law” pusat studi hukum dan kebijaka, Jakarta, edisi 3 tahun II,
November 2004.
Badan hukum publik adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh
negara melalui penyertaan secara langsung yang
berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan
u. Setiap orang.
136 Gormley, Ken. "Seratus tahun privasi". Wisconsin law review, vol. 52, 2006.
Hal ini harus diperhatikan agar pengguna dalam
memproses dan memberikan data pribadinya merasa
aman karena mendapatkan kepastian hukum melalui
hak-haknya yang diatur dalam Undang-Undang
Perlindungan Data Pribadi
c. Kerjasama Internasional
137 Erlina Maria, “Formulasi Legislasi Perlindungan Data Pribadidalam Revolusi Industri
4.0”. Jurnal Rechts Vinding. Volume 9 Nomor 2 (Agustus 2020). 239
keuangan dan perbankan, perdagangan,
perindustrian, serta telekomunikasi dan informatika.
3. Ketiga, memberikan izin kelayakan kepada korporasi
dan memberikan rekomendasi kepada pemerintah
terkait strategi kebijakan perihal keamanan
perlindungan data pribadi.
4. Keempat, Melakukan penindakan terhadap korporasi
yang melakukan pelanggaran terkait pengelolaan data
pribadi, serta menyelesaikan sengketa antar pihak.
3. Ketentuan Sanksi
Masyarakat. Jurnal Tapis: Jurnal Teropong Aspirasi Politik Islam, 10(1), h. 80.
4. Ketentuan Peralihan