Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rheinanda Afgha Islam

NIM : 1111190204
Mata Kuliah : Filsafat Hukum
Kelas : 7/I
Dosen Pengampu : Drs. H. Edi Mudjaidi Amin, S.H., M.H.

UTS
Jawaban:

1. Pokok-pokok masalah yang menjadi kajian dalam filsafat hukum adalah


a. Masalah tujuan hukum;
b. Masalah mengapa orang menaati hukum;
c. Masalah mengapa negara berhak menghukum;
d. Masalah hubungan hukum dengan kekuasaan;
e. Masalah pembinaan hukum.

3. Sejarah Perkembangan Filsafat Hukum


a. Filsafat Hukum Pada Zaman Yunani Kuno (600 SM – 400 SM)
Pada zaman Yunani terdapat kaum bijak yang disebut atau dikenal dengan sebutan
kaum Sofis. Kaum sofis inilah yang berperan dalam perkembangan sejarah filsafat hukum pada
zaman Yunani. Tokoh-tokoh penting yang hidup pada zaman ini, antara lain: Anaximander,
Herakleitos, Parmenides, Socrates, Plato, dan Aristoteles. Para filsuf alam yang bernama
Anaximander (610-547 SM), Herakleitos (540-475 SM), dan Parmenides (540-475 SM) tetap
meyakini adanya keharusan alam ini. Untuk itu diperlukan keteraturan dan keadilan yang hanya
dapat diperoleh dengan nomos yang tidak bersumber pada dewa tetapi logos (rasio).
Anaximander berpendapat bahwa keharusan alam dan hidup kurang dimengerti manusia.
Tetapi jelas baginya, bahwa keteraturan hidup bersama harus disesuaikan dengan keharusan
alamiah. Apabila hal ini terjadi, maka timbulah keadilan.
b. Filsafat Hukum Pada Zaman Pertengahan (400 – 1500)
Perkembangan sejarah filsafat hukum pada zaman pertengahan dimulai sejak runtuhnya
kekuasaan kekaisaran Romawi pada abad ke-5 SM (masa gelap/the dark ages) yang ditandai
dengan kejayaan agama Kristen di Eropa (masa scholastic), dan mulai berkembangnya agama
Islam.
Dalam perkembangannya, pemikiran para filsuf di zaman pertengahan tidak terlepas
dari pengaruh filsuf pada zaman Yunani, misalnya saja Augustinus mendapat pengaruh dari
Plato tentang hubungan antara ide-ide abadi dengan benda-benda duniawi. Tentu saja
pemikiran Augustinus bersumber dari Tuhan atau Budi Allah yang diketemukan dalam jiwa
manusia.
Sedangkan Thomas Aquinas sebagai seorang rohaniwan Katolik telah meletakkan
perbedaan secara tegas antara hukum-hukum yang berasal dari wahyu Tuhan (Lex Aeterna),
hukum yang dijangkau akal budi manusia (Lex Divina), hukum yang berdasarkan akal budi
manusia (Lex Naturalis), dan hukum positif (Lex Positivis).
c. Filsafat Hukum Pada Zaman Modern (1500-1800)
Pada zaman ini ditandai oleh pemberontakan terhadap dominasi gereja, para filsuf telah
meletakkan dasar bagi hukum yang mandiri, yang terlepas sama sekali dari hukum abadi yang
berasal dari Tuhan. Tokoh-tokoh yang berperan sangat penting pada abad pertengahan ini,
antara lain: William Occam (1290-1350), Rene Descartes (1596-1650), Thomas Hobbes (1588-
1679), John Locke (1632-1704), George Berkeley (1685-1753), David Hume (1711-1776),
Francis Bacon (1561-1626), Samuel Pufendorf (1632-1694), Thomasius (1655-1728), Wolf
(1679-1754), Montesquieu (1689-1755), J.J. Rousseau (1712-1778), dan Immanuel Kant
(1724-1804). Zaman modern ini juga disebut Renaissance yang artinya lahir kembali yaitu
dilahirkan kembali sebagai manusia yang bebas untuk berfikir dan berkesenian. Terlepasnya
alam pikiran manusia dari ikatan-ikatan keagamaan menandai lahirnya zaman ini. Tentu saja
zaman Renaissance membawa dampak perubahan yang tajam dalam segi kehidupan manusia,
perkembangan teknologi yang sangat pesat, berdirinya negara-negara baru, ditemukannya
dunia-dunia baru, lahirnya segala macam ilmu baru, dan sebagainya.
d. Filsafat Hukum Pada Zaman Sekarang (setelah 1800)
Filsafat hukum yang berkembang di zaman modern berbeda dengan filsafat hukum
yang berkembang pada zaman sekarang. Jika pada zaman modern berkembang rasionalisme,
maka pada zaman sekarang rasionalisme yang berkembang dilengkapi dengan empirisme,
seperti Hobbes. Namun, aliran ini berkembang pesat pada abad ke-19, sehingga faktor sejarah
juga mendapat perhatian dari para pemikir hukum pada waktu itu, seperti Hegel (1770-1831),
Karl Marx (1818-1883), juga von Savigny sebagai pelopor mazhab sejarah.

4. Pandangan hidup Pancasila dirumuskan dalam kesatuan lima sila yang masing-masing
mengungkapkan nilai fundamental dan sekaligus menjadi lima asas operasional dalam
menjalani kehidupan, termasuk dalam penyelenggaraan kegiatan menegara dan pengembanan
hukum praktis. Menurut Prof. Mochtar Kusumaatdja, Pancasila sebagai nilai dasar (base-
values) yang menjadi landasan acuan untuk mencapai atau memperjuangkan sesuatu, juga
sebagai nilai hukum yang harus dan layak diperjuangkan dan diwujudkan.
Menurut saya, Tujuan hukum berdasarkan cita hukum Pancasila adalah mewujudkan
pengayoman bagi manusia, yakni melindungi secara pasif dengan mencegah tindakan
sewenang-wenang penguasa; dan secara aktif dengan menciptakan kondisi yang manusiawi
yang memungkinkan proses kemasyarakatan berlangsung secara wajar, sehingga secara adil
setiap manusia memperoleh kesempatan yang luas dan sama untuk mengembangkan seluruh
potensi kemanusiaannya secara utuh.

5. Dalam konsep hukum Romawi, hanya dikenal tiga macam kaidah hukum, yaitu; permittere
(membolehkan), prohibere (melarang), dan imperare (memerintahkan).
Sedangkan dalam hukum Islam ada lima hukum atau kaidah yang dipergunakan sebagai
patokan mengukur perbuatan manusia baik dibidang ibadah maupun di lapangan muamalah.
Kelima jenis kaidah tersebut, disebut al-ahkam al-khamsah atau penggolongan yang lima,
yaitu 1) dibolehkan (mubah, jaiz, ibahah); 2) dianjurkan (sunnah, mandub, mustahab); 3) tidak
disukai (makruh); 4) wajib (wajib, fardh) kewajiban dalam hukum Islam dibedakan menjadi
kewajiban perorangan (fardh’ain), seperti shalat dan puasa, dan kewajiban kolektif (fardh
kifayah) seperti shalat mayit dan jihad; 5) dilarang (haram)

6. Menurut Lili Rasjidi membagi aliran atau madzhab filsafat hukum ke dalam 6 (enam) aliran
besar, yakni:
1. Aliran Hukum Alam yang terdiri dari:
a. Aliran Hukum Alam yang Irrasional (Tokohnya: Thomas Aquinas, John Salisbury); dan b.
Aliran Hukum Alam yang Rasional (Tokohnya: Immanuel Kant, Samuel Pufendorf).
2. Aliran Hukum Positif yang terdiri dari:
a. Analitis (Tokohnya: John Austin); dan b. Murni (Tokohnya: Hans Kelsen).
3. Aliran Utilitarianisme (Tokohnya: Jeremy Bentham);
4. Aliran Sejarah (Tokohnya: Friedrich Carl von Savigny);
5. Aliran Sosiologis (Sociological Jurisprudence) (Tokohnya: Roscoe Pound);
6. Aliran Legal Realism (Tokohnya: Oliver Wendell Holmes, Jereme Frank dan Karl
Llewellyn).

Anda mungkin juga menyukai