Anda di halaman 1dari 11

PERJANJIAN USAHA ASURANSI DALAM

MENAWARKAN PRODUK KEPADA PEMEGANG


POLIS YANG DITAWARKAN, DI HUBUNGKAN
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN
1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
DAN HUKUM PERJANJIAN

Zidane Daffa Januar – 1111190030


Siti Asiah – 1111190080
M.Arie Edginawan - 111190370
Pendahuluan
Asuransi memegang peranan penting, karena disamping memberikan perlindungan terhadap kemungkinan kemungkinan kerugian yang
akan terjadi. Permasalahan yang selalu dialami oleh pemegang polis adalah sulitnya memperoleh pembayaran ganti kerugian ketika
evenement terjadi. Adapun penyebab mengapa polis tidak dibayar oleh perusahaan asuransi adalah karena kurangnya pengetahuan
masyarakat itu sendiri, selain juga karena faktor agen asuransi yang tidak memberikan informasi yang jelas. Di dalam asuransi terdapat
adanya perjanjian asuransi, adapun Kitab UndangUndang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUH Perdata) menyatakan secara sepesifik
adanya “kesepakatan” yang merupakan suatu syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya perjanjian. perjanjian asuransi menimbulkan
hubungan hukum yang diwujudkan dalam suatu perjanjian (kontrak) dan di ikuti dengan pembuatan akta perjanjiannya (polis), dimana
dirumuskan syarat-syarat, kewajiban-kewajiban, dan janji-janji yang harus dipenuhi oleh setiap pihak sesuai dengan kedudukannya
masingmasing sebagai tertanggung dan penanggung. Asuransi yang ada di Negara Indonesia berasal dari belanda, secara istilah Belanda
asuransi disebut verzekering.Secara harfiah dalam bahasa Indonesia disebut pertanggungan. Polis asuransi yang berbentuk baku ini dibuat
sepihak oleh pelaku usaha atau penanggung dengan alasan ekonomis dan efisiensi waktu dan diterima serta dipakai oleh masyarakat. Maka
kedudukan perusahaan asuransi lebih tinggi dari tertanggung, karena tertanggung lemah dalam pendidikan, ekonomis, dan daya tawar,
dibandingkan dengan pengusaha penyedia produk konsumen.
Identifikasi Masalah
Bagaimana perlindungan
hukum terhadap perjanjian
01 asuransi dalam menawarkan
produk kepada pemegang
polis yang ditawarkan?

Bagaimana pandangan hukum


perdata dan hukum pidana
02 mengenai perjanjian usaha
Asuransi kepada pemegang polis
sesuai dengan UU No 8 Tahun
1999 tentang perlindungan
Konsumen dan Hukum Perjanjian?
Metode Penelitian
Yuridis Normatif.

Metode penelitian yang digunakan pendekatan yuridis


normatif yaitu pendekatan yang dilakukan berdasarkan
bahan hukum utama dengan cara menelaah teori-teori,
konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan
perundang-undangan yang berhubungan dengan
penelitian ini.
Seperti diketahui, dua kasus perusahaan asuransi yang sedang hangat diperbincangkan
masyarakat saat ini adalah Asuransi Jiwasraya dan Asuransi Jiwa Kresna. Untuk Asuransi
Jiwasraya, beberapa waktu lalu seorang nasabah mengajukan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (PKPU) ke PN Niaga Jakarta Pusat. Namun, nasabah lainnya merasa
keberatan dengan hal tersebut. Mereka yang keberatan dengan Langkah PKPU lebih
memilih program restrukturisasi.
Lain halnya dengan Asuransi Jiwa Kresna, yang mana hakim mengabulkan permohonan PKPU
yang diajukan nasabahnya. Ketika itu, Pengadilan Niaga Jakarta Pusat mengeluarkan
putusan sela atas perkara No. 389/Pdt.Sus-PKPU/2020/PN Niaga Jkt.Pst mengenai
permohonan PKPU dari nasabah Lukman Wibowo.

Kerangka Pemikiran
A. Perlindungan hukum terhadap perjanjian asuransi dalam menawarkan produk kepada pemegang polis yang ditawarkan
B. Pandangan hukum perdata dan hukum pidana mengenai perjanjian usaha Asuransi kepada pemegang polis sesuai dengan UU
No 8 Tahun 1999 tentang perlindungan Konsumen dan Hukum Perjanjian

PEMBAHASAN
A. Perlindungan hukum terhadap perjanjian asuransi dalam
menawarkan produk kepada pemegang polis yang ditawarkan
OJK mendorong agar penanganan pengaduan dan
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara sengketa konsumen dapat diselesaikan oleh lembaga
dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung jasa keuangan melalui sarana penanganan
mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima permasalahan secara internal oleh Pelaku Usaha Jasa
premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada Keuangan (PUJK) atau melalui Aplikasi Portal Pengaduan
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau Konsumen (APPK) OJK.
kehilangan keuntungan. Pasal 1 angka 1 UUPK Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) pada
2019 telah memberikan rekomendasi terkait asuransi
menyatakan bahwa perlindungan konsumen adalah
kepada Presiden Joko Widodo. Dalam Peraturan
segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum Presiden (Perpres) No.50 Tahun 2017 tentang Strategi
untuk memberi perlindungan kepada konsumen. POJK Nasional Perlindungan Konsumen Tahun 2017 yang
Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen menetapkan sektor keuangan sebagai salah satu sektor
Sektor Jasa Keuangan, yang menegaskan prinsip- prioritas. BPKN mendorong pemerintah untuk-
prinsip perlindungan konsumen berupa transparansi, merealisasikan pembentukan Lembaga Penjamin Polis
perlakuan yang adil, keandalan, kerahasiaan dan untuk menjamin kepastian hukum perlindungan terhadap
konsumen industri asuransi, seperti yang telah
keamanan data/informasi konsumen serta penanganan
diamanatkan oleh Undang-undang No.40 Tahun 2014
pengaduan dan penyelesaian sengketa konsumen tentang perasuransian.
secara sederhana, cepat dan biaya terjangkau.
A. Perlindungan hukum terhadap perjanjian asuransi dalam menawarkan produk kepada
pemegang polis yang ditawarkan

OJK saat ini tengah meninjau ulang regulasi produk


asuransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI) atau
unit link dalam upaya meningkatkan perlindungan
konsumen. Peninjauan ulang tersebut antara lain meliputi
area spesifikasi produk, persyaratan perusahaan agar
dapat menjual PAYDI, praktik pemasaran, dan
pengelolaan investasi. Dalam ketentuan yang baru ini
betul-betul dimintakan transparansi dari perusahaan
asuransi mengenai jenis-jenis investasinya, biaya-
biayanya, dan hasil investasinya itu harus dilaporkan dan
disampaikan kepada pemegang polis. Demikian juga
dengan para pemegang polisnya, harus memahami
produknya. Secara transparan nanti juga dimintakan
pernyataan dari pemegang polis.
Penguatan regulasi tersebut bertujuan agar
permasalahan pemasaran khususnya ketidakpahaman
nasabah atas PAYDI dapat diminimalisir dan perusahaan
asuransi dapat meningkatkan tata kelola dan manajemen
risiko dengan lebih baik serta dapat melindungi
konsumen.
B. Pandangan hukum perdata dan hukum pidana mengenai perjanjian usaha Asuransi kepada
pemegang polis sesuai dengan UU No 8 Tahun 1999 tentang perlindungan Konsumen dan Hukum
Perjanjian

Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6


Hak Konsumen Kewajiban Konsumen Hak Pelaku Usaha

Pasal 7 Pasal 8 - 17
Perbuatan yang dilarang oleh
Kewajiban pelaku usaha
pelaku usaha
Lalu bagaimana penyelesaian sengketa klaim asuransi tersebut?

Pasal 23 Undang-Undang Perlindungan Konsumen menetapkan bahwa apabila pelaku usaha menolak atau tidak
memberikan tanggapan dan/atau tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen, maka konsumen
diberikan hak untuk menggugat pelaku usaha dan menyelesaikan perselisihan yang timbul melalui Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen atau dengan cara mengajukan gugatan ke badan peradilan. Dengan
demikian penyelesaian sengketa klaim asuransi dapat dilakukan melalui peradilan dan di luar peradilan.
Penyelesaian sengketa di luar peradilan, selain melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, khusus
untuk sengketa klaim asuransi telah dibentuk Badan Mediasi Asuransi Indonesia ( BMAI).
Pasal 54 (3) Undang-Undang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa putusan yang dijatuhkan oleh Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen besifat final dan mengikat. Walaupun demikian, para pihak yang tidak
setuju atas putusan tersebut dapat mengajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri untuk diputus. Pasal
Pasal 45 ayat (3) yang menyatakan bahwa penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak menghilangkan
tanggungjawab pidana sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan Pasal 62 dan Pasal 63 Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Perusahaan asuransi sebagai
pelaku usaha dapat dikenakan sanksi pidana pokok dan sanksi pidana tambahan. Sanksi pidana pokok
adalah sanksi yang dapat dikenakan dan dijatuhkan oleh pengadilan atas tuntutan jaksa penuntut umum
terhadap pelaku usaha yang melakukan pelanggaran
Saran dan kesimpulan
saran
Pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kesimpulan
dalam hal ini Lembaga atau regulator yang Karena banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang
menaungi kebijakan polis asuransi harus segera mengalami gagal bayar, bahkan beberpa menjadi
mengambil tindakan penegakan proses hukum sorotan publik saat ini seperti dalam kasus pt
untuk melindungi konsumen apabila ditemukan asuransi jiwa kresna (kresna life), pt asuransi
pelanggaran atas peraturan perundang-undangan jiwasraya (persero) dan asuransi jiwa bersama
yang berlaku dengan mengedepankan pemulihan bumiputera. Menjadikan konsumen ragu kepada
hak konsumen. perusahaan asuransi, hal tersebut disebabkan oleh
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memerintahkan lembaga lemahya pengawasan dari regulator
jasa keuangan seperti perusahaan asuransi untuk Dalam pasal 1 angka 1 uupk menyatakan bahwa
mengedepankan prinsip perlindungan konsumen perlindungan konsumen adalah segala upaya yang
khususnya perlakuan yang adil menjadin adanya kepatian hukum untuk memberi
(treatconsumerfairly) dalam perencanaan, perlindungan kepada konsumen. Untuk itu otoritas
pemasaran dan pemanfaatan produk sektor jasa jasa keangan (OJK) seharusnya mengedepankan
keuangan. Perlakuan adil ini dibutuhkan agar setiap prinsip perlindungan konsmen khususnya perlakuan
produk yang ditawarkan dapat dimengerti yang adil (treatconsumerfairly) dalam perencanaan,
konsumen dari sisi manfaat, biaya dan segala pemasaran dan pemanfaatan produk sektor jasa
risikonya sehingga dapat melindungi konsumen dari keuangan
potensi kerugian yang tidak terinformasikan dengan
baik.

Anda mungkin juga menyukai