Anda di halaman 1dari 18

Presentasi Kelompok 3

Anggota Kelompok:
-Fikri Khoirul anam 1111200114
-Fajrul Khafid 1111200115
-Jan Antonio Bungaran 1111200098
PERLINDUNGAN HUKUM
PEMEGANG POLIS ATAS
TERLAMBATNYA PEMBAYARAN
KLAIM ASURANSI BERDASARKAN
UU NO 40 TAHUN 2014 DAN
SANKSINYA
PENDAHULUAN
 Pemahaman publik tentang pentingnya berbagai jenis perlindungan resiko yang mereka hadapi
sewaktu-waktu menjadi salah satu alasan mengapa begitu banyak orang baru saja membeli
asuransi. Tentu saja, ini merupakan keuntungan unik bagi bisnis asuransi untuk menawarkan
layanan asuransi karena pasar yang lebih besar akan tersedia untuk memproses dan bertindak
sebagai target penjualan produk mereka.
 Asuransi sendiri memiliki definisi yang tercantum dalam Pasal 246 KUHD. Asuransi atau
Pertanggungan adalah Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi
asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.
 Perlindungan hukum bagi pemegang polis asuransi jiwa menjadi sangat penting karena
pemegang polis adalah satu-satunya orang yang dapat memberikan bukti tertulis bahwa
asuransi tersebut aktif. Ketentuan perjanjian asuransi jiwa berfungsi sebagai catatan yang
mengikat dari peristiwa tersebut, dengan memberikan keberadaan kontrak asuransi. Polis
asuransi jiwa mengalihkan risiko, seperti asuransi jiwa atau asuransi kerugian, kepada
penyedia asuransi.
 Salah satu bentuk perlindungan atau upaya perlindungan yang dilakukan pemerintah
dalam hal memberikan suatu perlindungan terhadap pemegang polis asuransi atas suatu
peristiwa kejahatan yang dapat merugikan yaitu dengan diberlakukannya UU No 40
Tahun 2014 tentang Perasuransian khususnya di dalam pasal 53 disebutkan adanya
perlindungan terhadap pemegang polis dari tindakan negatif perusahaan asuransi. Dalam
undang-undang tersebut salah satunya menjelaskan mengenai bagaimana upaya yang
dapat dilakukan bagi pemegang polis untuk memperjuangkan perlindungan hukum.
KERANGKA PEMIKIRAN
 Perlindungan hukum dapat diartikan sebagai memberikan pengayoman terhadap
hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan
kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh
hukum. Hukum dapat difungsikan untuk mewujudkan perlindungan yang sifatnya
tidak sekedar adaptif dan fleksibel, melainkan juga prediktif dan antisipatif. Hukum
dibutuhkan untuk mereka yang lemah dan belum kuat secara sosial, ekonomi dan
politik untuk memperoleh keadilan sosial.
PANDANGAN PARA AHLI
 Mengenai teori perlindungan hukum ini para ahli memiliki
pandangan dan penafsiran yang berbeda beda seperti yang
dikemukakan oleh Phillipus M. Hadjon yang mengatakan teori
perlindungan hukum merupakan perlindungan harkat, martabat dan
pengakuan terhadap hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek
hukum dalam negara hukum dengan berdasarkan pada ketentuan
hukum yang berlaku di negara tersebut guna mencegah terjadinya
kesewenang-wenangan.
RUANG LINGKUP PEMBAHASAN
 1. Perlindungan Hukum  2. Sanksi Atas
Pemegang Polis Atas Terlambatnya
Terlambatnya Pembayaran
Pembayaran Klaim
Klaim Asuransi
Asuransi Berdasarkan
Berdasarkan UU No 40
Tahun 2014 Tentang UU No 40 Tahun 2014
Perasuransian Tentang Perasuransian
1. Perlindungan Hukum Pemegang Polis Atas
Terlambatnya Pembayaran Klaim Asuransi Berdasarkan
UU No 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian
 Setiap orang berhak atas perlindungan hukum. Hampir semua interaksi hukum
membutuhkan perlindungan hukum. Dengan demikian maka terdapat beberapa
bentuk perlindungan hukum. Perlindungan hukum dapat pula diartikan sebagai
segala upaya hukum yang harus dilakukan oleh aparat penegak hukum kepada
masyarakat agar timbul rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari
gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun. Perlindungan hukum juga
merupakan perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap
hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan
hukum. Satjipto Rahardjo, “Penyelenggaraan Keadilan Dalam Masyarakat Yang
Sedang Berubah”, Jurnal Masalah Hukum, (1993), hlm. 121.
 Secara teori, perlindungan hukum bermanifestasi sebagai asas
kepastian hukum kelembagaan; dengan demikian kepastian hukum
merupakan wujud nyata dari perlindungan hukum yang dapat dilihat
dari beberapa ciri mendasar, antara lain:
 Aspek tujuan hukum, aliran normatif-dogmatik beranggapan bahwa
pada asasnya tujuan hukum adalah semata-mata untuk menciptakan
kepastian hukum.
 Aspek perlindungan hukum dalam penegakan hukum, dalam hal ini
hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia,
melalui penegakan hukum inilah hukum menjadi kenyataan.
 Pada dasarnya pembayaran atas klaim yang diajukan oleh nasabah atau pemegang
polis harus segera mungkin dibayarkan oleh perusahaan asuransi. Dalam pasal 40
ayat (1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 69/POJK. 05/2016 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah,
Perusahaan Reasuransi dan Perusahaan Reasuransi Syariah menyatakan bahwa
perusahaan asuransi wajib membayar klaim sebagai bentuk manfaat dari polis
asuransi, dengan jangka waktu paling lama 30 hari sejak adanya kesepakatan antara
nasabah dengan perusahaan asuransi mengenai kepastian jumlah klaim yang harus
dibayarkan. Berdasarkan ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
69/POJK.05/2016, telah diatur bahwasanya perusahaan asuransi berkewajiban
membayar klaim asuransi yang diajukan oleh nasabah apabila nasabah sudah
memenuhi semua syarat yang telah tertera dalam polis.
2. Sanksi Atas Terlambatnya Pembayaran Klaim
Asuransi Berdasarkan UU No 40 Tahun 2014 Tentang
Perasuransian
 Pada dasarnya fungsi utama dari asuransi adalah sebagai mekanisme
pengalihan/transfer resiko atau risk transfer mechanism, yaitu
mengalihkan resiko dari satu pihak yaitu tertanggung kepada pihak
lain yaitu penanggung. Pengalihan resiko ini tidak berarti
menghilangkan kemungkinan misfortune, melainkan pihak
penanggung menyediakan fasilitas pengamanan keuangan atau
financial security serta ketenangan atau peace of mind bagi
tertanggung.
 Berdasarkan Pasal 31 UU No. 40 tahun 2014 Tentang Pengasuransian dimana sudah seharusnya
perusahaan asuransi wajib menangani klaim dan keluhan nasabah dengan suatu proses yang cepat,
sederhana, dan adil. Lebih lanjut dalam pasal 57 pengawasan dan pengaturan di laksanakan oleh
OJK, dan pada Pasal 70 Otoritas Jasa Keuangan berwenang mengenakan sanksi administratif kepada
Setiap Orang yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan dalam Undang-Undang ini dan
peraturan pelaksanaan nya.
 Seluruh kegiatan yang berkaitan dengan lembaga jasa keuangan terintegrasi dengan Otoritas Jasa
Keuangan, maka seluruh pengaturan dan pengawasan dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan. OJK
berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.Pemberian perlindungan terhadap konsumen
yang dirugikan pelaku usaha oleh OJK merupakan bukti terintegrasinya pengawasan, pengaturan, dan
perlindungan konsumen lembaga jasa keuangan. Salah satu tujuan dari pembentukan Otoritas Jasa
Keuangan yaitu mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat, maka OJK diberikan
kewenangan untuk memberikan perlindungan terhadap hak konsumen pada sektor keuangan.
KESIMPULAN
 Dalam perlindungan hukum pemegang polis atas terlambatnya pembayaran klaim asuransi, secara implisit
diamanatkan pada Pasal 31 Ayat 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian dimana
sudah seharusnya perusahaan asuransi wajib menangani klaim dan keluhan nasabah dengan suatu proses
yang cepat, sederhana, dan adil. Di samping itu wujud dari perlindungan terhadap pemegang polis tercermin
pada Pasal 20 Undang-Undang Perasuransian dengan cara membentuk dana jaminan. Tujuan dibentuknya
dana jaminan adalah untuk memberikan jaminan atas penggantian sebagian atau seluruh hak pemegang
Polis, tertanggung, atau peserta dalam hal perusahaan harus dilikuidasi. Pada pasal 26 ayat 1 dan 2 juga
ditetapkan standarisasi bagi perilaku perusahaan asuransi dengan tujuan melindungi nasabah asuransi. Pada
pasal 53 UU perasuransian juga menjelaskan bahwa demi melindungi para pemegang polis maka perlunya
dibentuk program penjamin polis yang di mana Program penjaminan polis dimaksudkan untuk menjamin
pengembalian sebagian atau seluruh hak Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta dari Perusahaan
Asuransi. Di dalam Pasal 54 juga menjelaskan apabila terjadinya sengketa maka pemegang polis dapat
melakukan pengaduan kepada lembaga mediasi dalam menyelesaikan sengketanya. Perlindungan hukum
juga dapat dilakukan proses secara pidana maupun dilakukan secara perdata dengan tuntutan wanprestasi
dan ganti rugi
KESIMPULAN
 Sanksi atas terlambatnya pembayaran klaim asuransi tercantum dalam Pasal 70 UU
Perasuransian, yang menjelaskan bahwa Otoritas Jasa Keuangan berwenang
mengenakan sanksi administratif kepada Setiap Orang yang melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan dalam Undang-Undang ini dan peraturan
pelaksanaan nya. Lebih lanjut terkait sanksi.
KESIMPULAN
 pidana yaitu tercantum pada pasal 73-82 UU perasuransian dengan hukuman yaitu
sanksi pidana. Sanksi atas terlambatnya pembayaran asuransi juga dapat dilakukan
oleh pemegang polis dengan melakukan pembatalan perjanjian sebagaimana dalam
Pasal 1320 KUHPerdata yang mengatur tentang syarat sahnya perjanjian, maka
adanya ketentuan ini memberikan konsekuensi bahwa pemegang polis yang
berpendapat jika terjadinya perjanjian asuransi karena adanya kesesatan (dwaling),
paksaan (dwang) dan penipuan (bedrog) dari penanggung dapat mengajukan
permohonan pembatalan perjanjian asuransi ke pengadilan, oleh karena asuransi
merupakan suatu perjanjian antara pemegang polis dan pihak perusahaan asuransi.
SESI PERTANYAAN

Anda mungkin juga menyukai