Anda di halaman 1dari 2

Nama : M. Rahmat Dani.

Nim : I1C120050

Kelas : R-002

ANALISIS POLEN

Analisis Pollen adalah analisis yang memanfaatkan temuan biologi seperti sisa serbuk
sari bunga di suatu objek arkeologis. Selain serbuk sari bunga, spora juga menjadi salah satu
objek analisis pollen tersebut. Analisis follen awalnya hanya digunakan dalam penelitian
botani saja, namun kemudian analisis pollen ini disebutkan ternyata bisa digunakan juga
dalam penelitian arkeologi. Analisis pollen di arkeologi sendiri digunakan untuk penentuan
per tanggalan suatu temuan, pengungkapan Kembali lingkungan lampau dan akan diketahui
juga tentang apa yang dikerjakan oleh manusia dahulu dalam suatu lingkungannya tersebut.

Kegiatan analisis pollen ini terdapat dua kegiatan yang dilakukan, yaitu kegiatan di
lapangan dan di laboratorium. Kegiatan di lapangan ini merupakan salah satu kegiatan yang
dilakukan untuk pengambilan sampel dari situs-situs yang diinginkan dalam kegiatan
penelitian. Kemudian kegiatan laboratorium merupakan kegiatan berupa prosessing,
pengamatan, penganalisan dan pendokumentasian.

Kegiatan di laboratorium akan dilakukan prosessing pollen yang terdapat di dalam


sampel dengan menggunakan beberapa metode, yang pada prinsipnya memakai metode
gabungan yaitu macerasi dan acetolysis. Pengamatan pada analisis pollen ini dilakukan
menggunakan dengan mikroskop cahaya, di mana mikroskop cahaya akan di perbesar
mencapai 100 – 1000 kali, atau lebih baiknya lagi digunakan mikroskop electron dimana hal
ini agar exine pollen dapat dilihat ornamentasinya dengan sangat jelas.

Dalam pengambilan sampel bisa dikataka hampir sama seperti pengambilan sampel
arkeologis lainnya, di mana diusahkan untuk tidak terkena kontaminasi oleh faktor alam masa
sekarang, kontaminasi cahaya matahari, dan juga sentuhan dan cairan dari sang arkeolog.
Karena, sampel yang diambil untuk analisis pollen ini berupa tanah, jadi ada beberapa
ketentuan nya. Dalam pengambilan sampel tanah, tanah tersebut haruslah diambil seberat 200
gram, lalu tanah yang diambil haruslah dari lapisan-lapisan yang sesuai untuk tujuan
pengamatannya.

Salah satu penelitian terbaru yang menggunakan analisis pollen ini yaitu, penelitian
yang dilakukan oleh Teguh Husono, dkk. Berjudul “Identifikasi Jenis Polen dan Spora Pada
Kawasan Situs Cilarangan dan Kupu Kupu Masa Neolitik, Desa Mekarsari Kabupaten
Lembak, Banten, Indonesia”. Artikel ini terbit pada tahu 2022 yang lalu. Artikel ini mencoba
melakukan riset untuk mencoba menelusuri vegetasi penyusun komunitas pada lingkungan
pengendapan dari temuan-temuan yang merupakan jejak neolitikum di Provinsi Banten
terutama daerah Cilarangan dan Kupu Kupu di DAS Cibereum, Rangkasbitung dengan
menggunakan pendekatan palinologi. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan
bahwa kehadiran dominasi jenis dari Anemiaceae, Leguminaceae dan Euphorbiaceae
mengindikasikan Situs Cilarangan mengalami masa lebih dingin dan kering dibandingkan
Situs Kupu Kupu, hal ini terlihat dari dengan tingginya jenis Pterodophyta (S) yang
memperkirakan bahwa tipe ekosistem yang terbentuk pada masa lampau adalah ekosistem
basah/rawa dan sesuai dengan pernyataan Suedy (2012). Secara bertahap dominasi jenis NAP
sebagai ciri tipe ekosistem hutan meningkat. Diperkirakan bentuk hutan rawa yang
terpengaruh pasang surut Sungai Cibereum pada masa lampau mengalami penyusutan muka
air dan meningkatkan pembentukan tumbuhan semak atau herba sebagai tanaman lahan
terbuka akibat pengaruh faktor lingkungan seperti musim, cuaca, dan tutupan tajuk pohon
sekitar. Selain faktor alam, diperkirakan alih fungsi lahan rawa menjadi lahan pertanian juga
menyebabkan terbentuknya tipe ekosistem daratan.

SUMBER REFRENSI

Yuwantiningsih, S. (1982). Sedikit gambaran tentang analisa pollen dalam penelitian


arkeologi Indonesia. Berkala Arkeologi, 3(1), 1-5.

HUSODO, T., SUMIYATI, D., WINANTRIS, W., LAILI, N., & WULANDARI, I. (2022). Identification of
pollens and spores at the Cilarangan and Kupu Kupu in neolithic period, Mekarsari Village,
Lebak Regency, Banten, Indonesia. In Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas
Indonesia (Vol. 8, No. 1).

Anda mungkin juga menyukai