Anda di halaman 1dari 5

Analisis Fungsi Ekologis, Sosial, dan Ekonomi Kawasan Rumah Susun (Rusun) Skala Besar Cinta

Kasih Tzu Chi di Kota Cengkareng Jakarta Barat

Disusun Oleh:

Wira Sasmita, S.Hut

NPM.501143252

PROGRAM STUDY STUDI LINGKUNGAN

UNIVERSITAS TERBUKA

TAHUN 2023
BAB 1 . PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Solusi kebutuhan rumah yang terjangkau (murah) khususnya untuk kelas menengah ke bawah namun
tidak melupakan aspek ekologis, sosial dan ekonomi sehingga dapat menambah kenyaman penghuninya
adalah rumah susun (Rusun) dengan skala besar. Dalam aturannya, Dinas perumahan DKI Jakarta
mendefisikan rusun skala besar berupa kawasan rusun yang memiliki lahan dengan luasan paling sedikit
5 (lima) hektar, di lengkapi utilitas untuk menunjang kebutuhan paling sedikit 2000 jiwa penghuni Rusun
tersebut.

Rusun skala besar tersebut, salah satunya Rusun Cinta Kasih Tzu Chi, yang diresmikan Presiden
Megawati Soekarno Putri pada tanggal 25 Agustus 2003. Rusun yang berada Cengkareng, Jakarta Barat
dan didirikan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia memiliki luasan seluas 05 hektar. Rusun tersebut
diperuntukkan bagi masyarakat bantaran kali angke yang menjadi korban banjir.

Para penghuni tersebut direlokasi ke rusun untuk mendapat penghidupan yang lebih baik, selain
mengurangi kawasan pemukiman di bantaran sungai tersebut. Sehingga, diharapkan dengan rumah susun
skala besar seperti Cinta Kasih Tzu Chi mampu mencapai efektifitas baik dari segi ekologis, sosial dan
ekonomis bagi penghuninya.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana implementasi rumah susun skala besar, seperti Rumah Susun Cinta Kasih Tzu Chi di
Cengkareng, Jakarta Barat, sebagai solusi kebutuhan rumah yang terjangkau, dan bagaimana dampaknya
terhadap aspek ekologis, sosial, dan ekonomi di masyarakat, terutama bagi warga bantaran Kali Angke
yang sering terkena banjir?

1.3 Tujuan

Untuk analisa aspek Ekologis, Sosial dan Ekonomi dari pembangunan rumah susun skala besar, termasuk
peningkatan kualitas hidup penghuni dan dampak positif terhadap komunitas sekitarnya.
II. LANDASAN TEORI

Dasarnya penghuni area kawasan permukiman skala besar, baik secara langsung maupun tidak langsung
akan memiliki dampak manfaat maupun ketidak manfaatan dari kawasan itu, baik berupa dampak
ekonomis, sosial, dan lingkungan fisik (Sujarto, 1993: 134 – 318). Adapun pengaruh dari kemanfaatan
dan ketidakmanfaatan memiliki batasan sebagai berikut:

Aspek ekonomi yakni dipengaruhi kondisi penghasilan masyarakat, dan produktivitas kawasan sekitar
(Sujarto, 1993: 134-136), Aspek sosial: perkembangan aktivitas sosial, perkembangan kondisi hubungan
sosial kemasyarakatan, dan peluang akses ke fasilitas sosial (Sujarto, 1993: 134-136) dari kawasan rusun
skala besar, Aspek lingkungan: perubahan penggunaan lahan, kemacetan, kondisi layanan infrastruktur
kota, dan perkembangan wilayah tergenang atau banjir (Sujarto, 1993: 134-136).

Rusun skala besar bisa di bilang efektif, jika mampu mengatasi beberapa sektor perkotaan dalam
manajemen perkotaan (Edward Leman, 1993 dalam Nurmandi, 2006: 126), yakni :
 Sektor perumahan, khususnya dalam penyediaan rumah untuk masyarakat berpendapatan kecil di
perkotaan (tepat program sasaran dan harga sewa yang terjangkau)
 Sektor lingkungan, khususnya pada kegunaan sumberdaya tanah di perkotaan secara berkelanjutan
(optimalisasi lahan, efisiensi lahan, serta meminimalisir permukiman kumuh)
 Sektor layanan sosial, khususnya pada penciptaan kualitas hidup yang tinggi dan ditargetkan kepada
kelompok penghuni rusun serta dampak dirasakan kemanfaatan oleh masyarakat disekitarnya.

III. PEMBAHASAN

Rusun skala besar Cinta Kasih Tzu Chi keberadaanya sangat efektif dalam menangani problem
perkotaan. Kefektifan tersebut, dapat dilihat keberhasilan dari kemampuan rusun tersebut dalam
mengurangi angka permukiman kumuh. Gambarannya, luasan kawasan kumuh di bantaran Kali
Angke berkurang dari 78,41 Ha pada tahun 2001 menjadi 15,16 Ha pada tahun 2004. Direntang
waktu tersebut, ada penurunan pemukiman kumuh sebesar 81%, atau mengalami penurunan area
seluas 7,91 ha.
Selain itu, lahan yang digunakan untuk rumah susun tersebut mampu di optimalkan dalam
pendirianya. Dapat dilihat Koefisien Dasar Bangunan (KDB), di rusun tersebut, luasan yakni
sebesar 30%. Artinya, dalam pembangunnya kawasan tersebut, tidak ada batas maksimum yang
dilanggar pada tingkat KDB dari area tersebut.
Sementara itu, area kawasan bangunan yang memiliki fungsi sebagai rumah susun hanya 45%.
Rasio tersebut indikasi jika rusun tersebut ada keterikatan dalam tujuan pembangunan yang
memiliki wawasan lingkungan. Selain itu, sebagain besar penghuni rusun atau sebesar 67%
merupakan warga yang dulunya bermukim di bantaran sungai angke yang memiliki penghasilan
rendah. Para penghuni tersebut, direlokasi sesuai dengan tata ruang yang ada, dari bantaran sungai
angka yang memiliki fungsi perlindungan dan resapan air ke kawasan budidaya yakni kawasan
pemukiman.
Pencapaian keberhasilan tersebut tidak bisa lepas dari aspek-aspek ekologis, sosial dan ekonomis
yang mampu di capai di rumah susun tersebut. Sehingga, para penghuni tersebut merasa nyaman
karena ketiga faktor tersebut, mampu membuat penghuni beradaptasi dengan area kehidupan yang
baru.
Dari aspek ekologis, rumah susun tersebut, karena sesuai fungsinya dalam tata ruang yakni
kawasan pemukiman, maka tidak menggangu fungsi ekologis dari bantaran sungai angke. Para
penghuni tidak lagi terancam banjir, serta pengelolaan limbah sampah tidak lagi dilakukan
sembarangan. Dengan sistem komunal, maka limbah disatukan dalam tempat pembungan sendiri
dan diangkat oleh petugas kebersihan. Sehingga, kebersihan area tersebut terjaga. Belum lagi,
pengoptimalan area yang dijadikan area ruang terbuka hijau menambah keasrian area tersebut.
Dari aspek ekonomi, para penghuni rumah susun memang dari awal berpenghasilan rendah.
Namun, dengan biaya yang terjangkau untuk menyewa rumah susun tersebut, membuat
penghasilan penghuni tidak terlalu terganggu. Bahkan, area rumah susun ini mampu menumbuhkan
kegiatan ekonomi informal seperti berdagang.
Kemudian dari aspek sosial, membawa dampak yang significant bagi penghuninya untuk
beraktifitas sosial. Dengan banyaknya layanan fasiltas seperti ruang terbuka hijau maupun akses
layannan lain, membuat hubungan sosial antara masyakat sekitar makin meluas, seperti melakukan
arisan, gerakan PKK dan sebagainya. Sehingga, dengan adanya rumah susun tersebut, memiliki
kontribusi positif baik dalam mengatasi permasalahan perkotaan,

BAB IV. KESIMPULAN

1. Rumah susun skala besar Cinta Kasih Tzu Chi sangat efektif dalam menangani masalah
perkotaan. Karena mampu mengurangi angka pemukiman kumuh di perkotaan.

2. Rumah susun tersebut mampu memenuhi aspek ekologis, sosial dan ekonomis, sehingga
membuat kenyamanan bagi penghuninya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Puspita, N, Yusman, F.(EFEKTIVITAS PEMBANGUNAN RUMAH


SUSUN SKALA BESAR CINTA KASIH TZU CHI CENGKARENG –
JAKARTA BARAT. Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota.
https://www.academia.edu/10294609/Efektivitas_Pembangunan_Rumah_Sus
un_Skala_Besar_Tzu_Chi_Cengkareng_Jakarta_Barat. Diakses pada tanggal
05 Oktober 2020 Pukul 08.00 WIB
2. Moffatt,S and Kohler, N.(2008). Conceptualizing the built environment as a
social ecological system. CONSENSUS Institute, 205 Stark’s Road, Salt Spring
Island, BC V8K 1M3,Canada.
https://www.tandfonline.com/doi/pdf/10.1080/09613210801928131. Diakses
pada tanggal 05 Oktober 2020 Pukul 08.30 WIB
3. Mariana, Y.( 2014). Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Rumah Susun.
Architecture Department, Faculty of Engineering, Binus University.Jakarta.
https://www.neliti.com/id/publications/166063/pemanfaatan-ruang-terbuka-
hijau-di-rumah-susun-studi-kasus-rumah-susun-kebon-kac. Diakses pada
tanggal 05 Oktober 2020 Pukul 09.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai