Anda di halaman 1dari 8

Assalamualaikum Wr, WB

Salam Hormat,

Saya tinggal di Ibu Kota Provinsi Bangka Belitung, Kota Pangkalpinang sehingga tidak memiliki
Desa. Dalam diskusi kali ini, saya ambil Desa Tukak Kecamatan Tukak Sadai, Bangka Selatan
yang masih berada di Lingkungan Kepulauan Bangka. Berikut diskripsi saya tentang desa Tukak
tentang pola ruangnya.

Tata ruang merupakan wujud Struktur ruang dan pola ruang. Strukur ruang merupakan susunan
pusat-pusat pemukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai
pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan
fungsional, sedangkan pola ruang merupakan distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah
yang meliputi peruntukkan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukkan untuk fungsi budidaya.

Dalam dikusi kali ini, akan mendeskripsikan tentang pola ruang di Desa Tukak Kecamatan Tukak
Sadai Kabupaten Bangka Selatan. Desa Tukak sendiri memiliki luasan sebesar 1.905 Ha yang
dihuni oleh penduduk sebanyak 1.031 jiwa dengan 260 rumah tangga. Mayoritas penduduk bekerja
sebagai petani dan nelayan yang merupakan komoditas unggulan Desa Tukak. Hasil produksi
perkebunan sendiri terdiri dari ketela pohon, duku, durian, nanas, cempedak, pisang, karet, lada,
kelapa, kelapa sawit. Sebanyak 305 jiwa penduduk bekerja sebagai nelayan dengan hasil tangkapan
sebanyak 1.327 ton (Kecamatan Tukak Sadai dalam Angka, 2018).
Gambar: Peta Pola Ruang RTRW Desa Sadai Kecamatan Tukaksadai Kabupaten Bangka Selatan.

Berdasarkan peta di atas, Pola ruang di Desa Tukak terbagi menjadi Kawasan Lindung dan
Kawasan Budidaya. Untuk kawasan lindung, pola ruang di Desa Tukak terdiri dari Hutan Produksi
seluas 213, 63 Ha dan Hutan Lindung seluas 4,77 Ha. Sedangkan untuk Kawasan Budidaya, pola
ruang di Desa Tukak terdiri dari Kawasan Industri 1,558.49 Ha, Permukiman Pedesaan 30.02 Ha
dan Pertanian Holtikultura 97,42 Ha.

Gambar Grafik Persentase Luasan Pola Ruang Desa Tukak Kecamatan Tukak Sadai
Pola ruang tersebut, diharapkan dapat mendukung penuh pengembangan kawasan strategis
provinsi yang telah tertuang dalam RTRW Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kawasan
industri ini dibentuk dalam rangka upaya percepatan pertumbuhan industri untuk memenuhi
kebutuhan barang industri lokal. Hutan produksi dan pertanian holtikulutura diharapkan dapat
mendukung perekonomian dan ketahanan pangan masyarakat di sekitar kawasan
industri.Sementara, Hutan lindung mempunyai peran penting dalam pengembangan kawasan
industri yaitu sebagai filter terhadap pencemaran yang dihasilkan dari kegiatan industri.

Kondisi penutupan lahan ini menggambarkan konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup
permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Penutupan lahan ini dapat dikenali secara
langsung dengan menggunakan penginderaan jarak jauh yang hasilnya berupa peta citra satelit.
Dari penutupan lahan yang telah diketahui, manusia berupaya untuk meningkatkan kualitas
kehidupannya dengan melakukan perencanaan dalam membangun kawasannya dengan rencana
pola ruang yang telah disusun oleh pihak yang terkait. Di bawah ini akan diskripsikan hasil
pembagian luasan antara rencana pola ruang dengan kondisi penutupan lahan di Desa Tukak.

Pola Ruang Desa Tukak di inprestasikan dalam Penutupan lahan terdapat penampakan biofisika
di permukaan bumi pada lahan tertentu (kenampakan alamiah) seperti tumbuhan, air, pertanian,
bangunan dan sebagainya. Melalui kenampakan citra satelit, suatu pola penutupan lahan
terbentuk. Di bawah ini merupakan Peta Penutupan Lahan Desa Tukak Kecamatan Tukak Sadai.

Gambar Peta Penutupan Lahan Desa Tukak Sadai

Sumber: RTRW Bangka Selatan


Penutupan lahan di Desa Tukak terdiri dari tanah terbuka, rawa, pertanian lahan kering
bercampur semak, pertambangan, permukiman, hutan mangrove sekunder dan belukar rawa.
Berdasarkan peta di atas, kawasan didominasi oleh belukar rawa yaitu tumbuhan kayu-kayuan
kecil dan rendah disertai rumput air.
Adapun luasan masing-masing tutupan lahan dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Gambar Grafik Presentase Luasan Penutupan Lahan Desa Tukak

Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa luasan paling besar pada penutupan lahan ini adalah
belukar rawa yaitu seluas 887.64 Ha atau 46.61%, disusul oleh pertanian lahan kering bercampur
semak adalah seluas 507.41 Ha, dan rawa yaitu seluas 176.72 Ha. Kondisi penutupan lahan ini
menggambarkan konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan (Burley, 1961
dalam Lo, 1995). Penutupan lahan ini dapat dikenali secara langsung dengan menggunakan
penginderaan jarak jauh yang hasilnya berupa peta citra satelit. Di bawah ini akan dipaparkan
hasil pembagian luasan antara rencana pola ruang dengan kondisi penutupan lahan di Desa
Tukak.

Tabel Perbandingan Luasan Rencana Pola Ruang sesuai dengan RTRW Kabupaten Bangka
Selatan dengan Penutupan Lahan Desa Tukak

Rencana Pola Ruang Penutupan Lahan Luas (Ha)


Hutan Lindung Hutan Mangrove Sekunder 4.77
Hutan Produksi Belukar Rawa 63.96
Hutan Produksi Pemukiman 9.36
Hutan Produksi Pertambangan 1.53
Hutan Produksi Pertanian Lahan Kering Bercampur Semak 138.77
Industri Belukar Rawa 823.67
Industri Hutan Mangrove Sekunder 31.18
Industri Pemukiman 13.90
Industri Pertambangan 141.28
Industri Pertanian Lahan Kering Bercampur Semak 273.55
Industri Rawa 176.72
Industri Tanah Terbuka 98.19
Permukiman Pedesaan Hutan Mangrove Sekunder 2.96
Permukiman Pedesaan Pemukiman 9.18
Permukiman Pedesaan Pertanian Lahan Kering Bercampur Semak 17.88
Pertanian Holtikultura Hutan Mangrove Sekunder 20.19
Pertanian Holtikultura Pemukiman 0.03
Pertanian Holtikultura Pertanian Lahan Kering Bercampur Semak 77.21
Total 1,904.33
Sumber: RTRW Bangka Selatan

Dari data di atas, persentase luasan rencana pola ruang dengan penutupan lahan adalah sebesar
99%. Hal ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang direncanakan dalam Rencana Pola Ruang
yang telah disusun dapat dilaksanakan, namun dalam analisis penggunaan lahan yang telah
dilakukan oleh aktivitas manusia pada bidang lahan tertentu. Perubahan penutupan lahan
merupakan keadaan suatu lahan akibat dari aktivitas manusia yang mengalami kondisi yang
berubah-ubah seiring dengan berjalannya waktu.
Namun, dalam pola ruang ketika di overlay tersebut terdapat alih fungsi lahan yang akan
berdampak pada kerusakan lingkungan. Pada Kawasan Lindung di Desa Tukak dalam RTRW
tersebut, dalam kawasan Hutan Produksinya terdapat kawasan pemukiman sebesar 9,36 Ha,
Pertambangan seluas 1,53 Ha dan Pertanian Lahan Kering Campur seluas 138,77 Ha.
Sehingga, untuk mencegah pemerintah desa maupun pemerintah kabupaten agar memberi
sosialisasikan dan memberikan peringatan kepada masyarakat agar tidak membuka lahan di
kawasan lindung tersebut. Selain itu, pemerintah desa dan Kabupaten harus mempertegas batas-
batas kawasan lindung dan kawasan budaya sehingga masyarakat dapat mengetahui informasi
kawasan tersebut.

Tabel 1. Perbandingan Luasan Pola Ruang sesuai dengan RTRW Kabupaten Bangka Selatan
dengan Penutupan Lahan Desa Tukak

Rencana Pola Ruang Penutupan Lahan Luas (Ha)


Hutan Lindung Hutan Mangrove Sekunder 4.77
Hutan Produksi Belukar Rawa 63.96
Hutan Produksi Pemukiman 9.36
Hutan Produksi Pertambangan 1.53
Hutan Produksi Pertanian Lahan Kering Bercampur Semak 138.77
Industri Belukar Rawa 823.67
Industri Hutan Mangrove Sekunder 31.18
Industri Pemukiman 13.90
Industri Pertambangan 141.28
Industri Pertanian Lahan Kering Bercampur Semak 273.55
Industri Rawa 176.72
Industri Tanah Terbuka 98.19
Permukiman Pedesaan Hutan Mangrove Sekunder 2.96
Permukiman Pedesaan Pemukiman 9.18
Permukiman Pedesaan Pertanian Lahan Kering Bercampur Semak 17.88
Pertanian Holtikultura Hutan Mangrove Sekunder 20.19
Pertanian Holtikultura Pemukiman 0.03
Pertanian Holtikultura Pertanian Lahan Kering Bercampur Semak 77.21
Grand Total 1,904.33
Sumber: RTRW Bangka Selatan

Dari data di atas, persentase luasan rencana pola ruang dengan penutupan lahan adalah sebesar
99%. Hal ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang direncanakan dalam Rencana Pola Ruang
yang telah disusun dapat dilaksanakan, namun diperlukan analisis lebih dalam lagi terkait
penggunaan lahan yang telah dilakukan oleh aktivitas manusia pada bidang lahan tertentu.
Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan akibat dari aktivitas manusia yang
mengalami kondisi yang berubah-ubah seiring dengan berjalannya waktu.

Referensi

1. Heripoerwanto, E. D., Deliyanto, B. dan Wihadanto, A. (2021). Tata Ruang


dan Lingkungan. Tangerang: Penerbitan Universitas Terbuka
2. Anoraga, S., 2018. Harmonisasi Perda Nomor 4 Tahun 2011 Tentang RTRW
Kota Malang Dengan Perundang-Undangan Bidang Lingkungan Hidup. Jurnal
Ilmiah Hukum LEGALITY, 25(2), pp.232-246.
3. Badan Informasi dan Geospasial (BIG), 2018. Moderasi Peta Tata Ruang
Dalam Perspektif Penyusunan Tata Ruang Wilayah. Disampaikan dalam
pelatihan asistensi dan supervisi pemetaan tata ruang untuk PPIDS. Bogor, 30
juli 2018
4. Batudoka, Z. 2005. Evaluasi Pemanfaatan Ruang dan Struktur Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Tolitoli. SMARTek, 3(4).
5. Hidayati, I.N. and Toyibullah, Y., 2011. Kajian Indeks Potensi Lahan
Terhadap Pemanfaatan Rencana Tata Ruang Wilayah Menggunakan Sistem
Informasi Geografis Di Kabupaten Sragen. MAJALAH ILMIAH GLOBE,
13(2).
6. Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Selatan Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2014 –2034.
:

Anda mungkin juga menyukai