Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn.N


KOMPRES HANGAT DENGAN DISMENOREA
DI UPTD PUSKESMAS …………….

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Klinik Asuhan Kebidanan Remaja dan Perimenopause
Program Studi Profesi Bidan

DISUSUN OLEH :
S
21390

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn.N


KOMPRES HANGAT DENGAN DISMENOREA
DI UPTD PUSKESMAS………….

Disusun Oleh:
Nama : S
NPM : 21390

Tanggal Pemberian Asuhan8 januari 2022

Disetujui:
Pembimbing Lapangan
Tanggal :
Di :
( )
NIP.

Pembimbing Akademik
Tanggal :
Di :
( )
NIP.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dismenore primer bukan merupakan ancaman kehidupan yang
nyata,tetapi dapat mempengaruhi kualitas hidup wanita. Ini dapat
menyebabkanmasalah psikologis pada beberapa wanita yang menyebabkan
kesepianmerekadan partisipasi tidak aktif dalam berbagai kegiatan sosial
(Mansoureh et al., 2015 dalam Ouda et al., 2017). Dismenorea primer
merupakan nyeri haid yang berlangsung sejak menarche serta tidak ada
kelainan pada alat kandungan. Faktor penyebab nyeri ini tidak diketahui
dengan pasti. Sebaliknya dismenorea sekunder merupakan nyeri haid yang
terjadi karena kelainan ginegologik misalnya: endometriosis (sebagian besar),
fibroids, adenomyosis (Proverawati & Misaroh, 2009). Di banyak
negara,dismenore primer adalah alasan utama ketidakhadiransekolah dan kerja
jangka pendek yang berulang pada gadisdan wanita muda. Data dari beberapa
studi longitudinalmenunjukkan bahwa ketidakhadiran di sekolah
karenadismenore primer adalah 34-50%. Faktanya, seperti
yangdidokumentasikan oleh beberapa penelitian, ada biayabesar bagi individu
dan masyarakat sebagai akibat daridismenore (Khan et al., 2012 dalam Ouda et
al, 2017).
Dismenorea primer disebabkan oleh zat kimia alami yang diproduksi
oleh sel-sel lapisan dinding rahim yang disebut prostaglandin. Prostaglandin
akan merangsang otot otot halus dinding rahim berkontraksi. Makin tinggi
kadar prostaglandin, kontraksi akan makin kuat, sehingga rasa nyeri yang
dirasakan juga makin kuat. Biasanya, pada hari pertama menstruasi kadar
prostaglandin sangat tinggi. Pada hari kedua dan selanjutnya, lapisan dinding
rahim akan mulai terlepas, dan kadar prostaglandin akan menurun. Rasa sakit
dan nyeri haid pun akan berkurang seiring dengan makin menurunnya kadar
prostaglandin (Sinaga Ernawati, 2017).
Remaja putri dikatakan mengalami dismenore primerjika tidak ada
patologi panggul yang terdiagnosis dancenderung terjadi dalam waktu 12 bulan
setelah menarche(Daley, 2009 dalam Ouda et al., 2017). Rasa sakit saat
menstruasi biasanyaberkembang dalam beberapa jam sejak awal menstruasidan
memuncak saat aliran menjadi lebih berat selama 24jam pertama tetapi dapat
bertahan selama 2 hari. Dampakdismenore primer yang paling populer
terhadap kualitas hidup yang dilaporkan oleh remaja putri adalah berupajam
istirahat yang lama diikuti dengan ketidakmampuanuntuk belajar (Rima Gupta
et al., 2013 dalam Ouda et al., 2017).
Penanganan nyeri haid (dismenorea) ada 2 yaitu secara farmakologi dan
nonfarmakologi. Penanganan secara farmakologi dengan cara pemberian obat
antiinflamasi nonsteroid (NSAID) misalnya melosikam, asam mefenamat atau
dapat juga dengan pil kontrasepsi kombinasi (Prawirohardjo, 2016).
Penanganan secara farmakologi yaitu pereda nyeri golongan non steroid Anti
Inflamasi (NSAI), misalnya parasetamol atau asetamonofen (Sumagesic,
Panadol, dll), asam mefenamat (Ponstelax, Nichostan, dll), ibuprofen (Ribunal,
Ostarin, dll), metamizol atau metampiron (Pyronal, Novalgin, dll) dan obat
hormonal lainnya (Proverawati & Misaroh 2009). Terapi nonfarmakologi yang
dapat di gunakan untuk mengurangi nyeri desminore yaitu seperti pemijatan
dengan akupressure, akupunture, dan terapi bekam. Terapi ramuan herbal dapat
di lakukan dengan cara aerobik, kompres panas atau dingin, tidur cukup,
relaksasi, dan yoga (Proverawati & Maisaroh, 2009).

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Apa pengertian dari dismenorea?
b. Apa saja klasifikasi dismenorea?
c. Apa saja penyebab dismenorea?
d. Apa saja jenis nyeri dismenorea?
e. Bagaimana penanganan dismenorea?
f. Bagaimana jika dismenorea tidak ditangani?
g. Apa alat ukur untuk dismenorea?
h. Apa pengertian dari kompres hangat?
i. Apa manfaat dari kompres hangat?
j. Apa tujuan dari kompres hangat?
k. Bagaimana cara pemberian kompres hangat?

1.3 TUJUAN
a. Mengetahui pengertian dari dismenorea
b. Mengetahui klasifikasi dismenorea
c. Mengetahui penyebab dismenorea
d. Mengetahui jenis nyeri dismenorea
e. Mengetahui penanganan dismenorea
f. Mengetahui jika dismenorea tidak ditangani
g. Mengetahui alat ukur untuk dismenorea
h. Mengetahui pengertian dari kompres hangat
i. Mengetahui manfaat dari kompres hangat
j. Mengetahui tujuan dari kompres hangat
k. Mengetahui cara pemberian kompres hangat
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 TINJAUAN TEORI DISMENOREA


A. Pengertian
Dismenorea merupakan nyeri saat haid, yang biasanya mengalami rasa
kram yang terpusat di abdomen bawah (Prawirohardjo, 2018, p.182).
Dismenorea disebut juga kram menstruasi atau nyeri menstruasi. Dalam bahasa
inggris dismenorea disebut “Painful Period“ atau menstruasi yang menyakitkan
(American College Of Obstetritians and Gynecologists, 2015 dalam Sinaga
Ernawati et al., 2017, p.58). Nyeri mesntruasi atau dismenorea
(dysmenorrhoea), yakni nyeri menstruasi yang mengharuskan wanita untuk
istirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja serta berkurangnya aktivitas
sehari-hari (bahkan, kadang bisa membuat ngelimpruk tidak berdaya) nyeri
pada daerah panggul akibat menstruasi dan produksi zat prostaglandin
(Proverawati & Misaroh, 2009, p.82-83).
Dismenorea merupakan keadaan medis yang terjadi sewaktu haid/
menstruasi yang dapat mengganggu kegiatan serta memerlukan pengobatan
yang ditandai dengan nyeri ataupun rasa sakit di daerah perut ataupun panggul
(Judha Muhamad et al. 2012, p.45). Dari beberapa pendapat mengenai
pengertian dismenorea maka dapat disimpulkan bahwa dismenorea adalah
nyeri haid dapat dialami sebelum terjadinya menstruasi, dirasakan seperti kram
di abdomen bawah yang mengakibatkan menurunnya kinerja aktivitas sehari-
hari.

B. Klasifikasi Dismenorea
1) Dismenorea Primer, yaitu nyeri menstruasi tanpa kelainan organ reproduksi
(tanpa kelainan ginekologik). Dismenorea primer merupakan nyeri haid
yang berlangsung sejak menarche serta tidak ada kelainan pada alat
kandungan. Faktor penyebab nyeri ini tidak diketahui dengan pasti.
Sebaliknya dismenorea sekunder merupakan nyeri haid yang terjadi karena
kelainan ginegologik misalnya: endometriosis (sebagian besar), fibroids,
adenomyosis (Proverawati & Misaroh, 2009, p.85-86). Dismenorea Primer
dialami pada remaja bukan karena penyakit, semakin dewasa wanita akan
semakin berkurang rasa nyeri yang dirasakan, dan dapat berkurang pada
perempuan yang sudah melahirkan (Sinaga Ernawati, 2017,
p.59).Dismenorea primer merupakan nyeri haid tanpa ditemukan keadaan
patologi pada panggul (Prawirohardjo, 2018, p.182). Dismenorea primer
terjadi sesudah 12 bulan atau lebih pasca menarce, nyeri dapat disertai mual,
muntah, sakit kepala, dan diare (Judha Muhamad, 2012, p.48). Dismenore
primer bukan merupakan ancaman kehidupan nyata,tetapi dapat
mempengaruhi kualitas hidup wanita. Ini dapat menyebabkanmasalah
psikologis pada beberapa wanita yang menyebabkan kesepianmerekadan
partisipasi tidak aktif dalam berbagai kegiatan sosial (Mansoureh et al.,
2015 dalam Ouda et al., 2017).
2) Dismenorea Sekunder, yaitu nyeri menstruasi muncul saat berumur lebih
dari 20 tahun yang berhubungan dengan kelainan berasal dari panggul dan
organ didalamnya. Nyeri menstruasi ini terjadi karena kelainan ginekologik,
misalnya endometriosis (sebagian besar), fibroids, adenomyosis
(Proverawati & Misaroh, 2009, p.84-86).Dismenorea sekunder merupakan
nyeri yang semakin bertambahnya usia akan bertambah sakit karena
disebabkan oleh penyakit, biasanya dimulai sebelum menstruasi, makin
lama akan semakin terasa sakit selama menstruasi, dan baru hilang setelah
menstruasi selesai (Sinaga Ernawati, 2017, p.59-60).Dismenorea sekunder
merupakan nyeri haid yang berhubungan dengan berbagai keadaan patologis
di organ genetalia, misalnya endrometriosis, adenomiosis, mioma, stenosis
serviks, penyakit radang panggul, perlekatan panggul, atau irritable bowel
syndrome(Prawirohardjo, 2018, p.182). Dismenorea sekunder adalah yang
berhubungan dengan kelainan kongenital atau organik di pelvis yang terjadi
pada masa remaja. Desminorea yang tidak dapat dikaitkan dengan suatu
gangguan tertentu biasanya dimulai sebelum usia 20 tahun, jarang terjadi di
tahun-tahun pertama setelah menarche (Judha Muhamad, 2012, p. 49-50).
C. Penyebab Dismenorea
1) Dismenorea Primer
Dismenorea primer disebabkan oleh zat kimia alami yang diproduksi
oleh sel-sel lapisan dinding rahim yang disebut prostaglandin. Prostaglandin
akan merangsang otot otot halus dinding rahim berkontraksi. Makin tinggi
kadar prostaglandin, kontraksi akan makin kuat, sehingga rasa nyeri yang
dirasakan juga makin kuat. Biasanya, pada hari pertama menstruasi kadar
prostaglandin sangat tinggi. Pada hari kedua dan selanjutnya, lapisan
dinding rahim akan mulai terlepas, dan kadar prostaglandin akan menurun.
Rasa sakit dan nyeri haid pun akan berkurang seiring dengan makin
menurunnya kadar prostaglandin (Sinaga Ernawati, 2017, p.60).
Penyebab dismenorea primer belum diketahui Proverawati & Misaroh
(2009) namun beberapa faktor diketahui secara pasti (idiopatik), namun
menurut beberapa faktor diantaranya yaitu :
a) Faktor Psikis, gadis dan ibu-ibu yang emosinya tidak stabil lebih mudah
mengalami nyeri mesntruasi.
b) Faktor Endokrin, timbul nyeri menstruasi diduga karena kontraksi rahim
(uterus) yang berlebihan.
c) Faktor Prostaglandin, nyeri menstruasi terjadi karena peningkatan
produksi prostaglandin oleh dinding rahim anggapan ini mendasari
pengobatan dengan antiprostaglandin untuk meredakan menstruasi.
Selain teori yang disebutkan ada beberapa teori lain yang diduga
sebagai faktor penyebab yaitu faktor hormonal, faktor alergi, faktor genetik,
faktor emosional, dan lain-lain.

2) Dismenorea sekunder
Penyebab dismenorea sekunder adalah endometriosis dan fibroids
(myoma) (Proverawati & Misaroh, 2009, p.88). Dismenorea sekunder
umumnya disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada sistem reproduksi,
misalnya fibroid uterus, radang panggul, endometriosis atau kehamilan
ektopik. Dismenorea sekunder dapat diatasi hanya dengan mengobati atau
menangani penyakit atau kelainan yang menyebabkannya (Sinaga Ernawati,
2017, p.61-63).
a. Fibroid adalah pertumbuhan jaringan di luar, didalam, atau pada dinding
rahim. Banyak kasus fibroid yang tidak menimbulkan gejala, artinya
perempuan yang memiliki fibroid tidak merasakan gangguan atau rasa
sakit yang nyata. Gejala fibroid bisa muncul atau tidak bergantung pada
lokasi, ukuran dan jumlah fibroid. Fibroid yang terdapat pada dinding
rahim dapat menyebabkan rasa sakit dan nyeri yang parah. Fibroid yang
menimbulkan gejala biasanya ditandai dengan perdarahan menstruasi
yang berat, durasi atau periode menstruasi lebih dari satu minggu, sakit
atau pegal pada panggul, dan sering berkemih.
b. Endometriosis adalah suatu kelainan di mana jaringan dari lapisan dalam
dinding rahim atau endometrium tumbuh di luar rongga rahim. Lokasi
endometriosis yang paling sering adalah pada organ-organ di dalam
rongga panggul (pelvis), seperti indung telur (ovarium), dan lapisan yang
melapisi rongga abdomen (peritoneum), atau pada tuba fallopii dan
disamping rongga rahim. Jaringan tersebut juga mengalami proses
penebalan dan luruh, sama dengan endometrium normal yang terdapat di
dalam rongga rahim. Tetapi karena terletak di luar rahim, darah tersebut
akhirnya mengendap dan tidak bisa keluar. Perdarahan ini menimbulkan
rasa sakit dan nyeri, terutama di sekitar masa menstruasi. Endapan
perdarahan tersebut juga akan mengiritasi jaringan di sekitarnya, dan
lama-kelamaan jaringan parut atau bekas iritasi pun terbentuk. Rasa sakit
luar biasa saat menstruasi yang menjadi gejala utama penyakit ini dapat
dikurangi dengan obat pereda sakit atau terapi hormon. Penanganan
dengan operasi juga bisa dilakukan untuk mengangkat jaringan
endometriosis, terutama untuk penderita yang berencana untuk memiliki
anak.
c. Adenomiosis adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium
tumbuh di dalam dinding otot rahim. Biasanya terjadi di akhir masa usia
subur dan pada wanita yang telah melahirkan.
d. Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang berkembang di luar rahim,
biasanya di dalam tuba falopii. Situasi ini membahayakan nyawa karena
dapat menyebabkan pecahnya tuba falopii jika kehamilan berkembang.
Penanganannya harus dilakukan dengan cara operasi atau melalui obat-
obatan.

D. Jenis Nyeri Dismenorea


Nyeri haid dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada tidaknya
kelainan yang dapat diamati. Jenis nyeri haid dibagi menjadi, nyeri spasmodik
dan nyeri kongestif (Judha Muhamad et al., 2012, p.46-47) :
1) Nyeri Spasmodik
Nyeri spasmodik terasa di bagian bawah perut dan berawal sebelum masa
haid atau segera setelah masa haid dimulai. Kebanyakan penderitanya
adalah perempuan muda walaupun dijumpai pula pada kalangan yang
berusia 40 tahun ke atas. Sebagian perempuan tidak dapat melakukan
aktivitas. Nyeri spasmodik memiliki tanda seperti pingsan, merasa sangat
mual, bahkan sampai muntah. Nyeri spasmodik dapat diobati atau paling
tidak dikurangi dengan lahirnya bayi pertama walaupun banyak pula
perempuan yang tidak mengalami hal seperti itu.
2) Nyeri Kongestif
Penderita nyeri kongestif yang biasanya akan tahu sejak berhari-hari
sebelumnya bahwa masa haidnya akan segera tiba. Gejala yang ditimbulkan
akan mengalami pegal pada bagian paha, sakit pada payudara, lelah, mudah
tersinggung, kehilangan keseimbangan, menjadi ceroboh, dan gangguan
tidur. Semua itu merupakan rasa pegal yang berlangsung antara 2 dan 3 hari
sampai kurang dari 2 minggu.

E. Penanganan Dismenorea
Penanganan nyeri haid (dismenorea) ada 2 yaitu secara farmakologi dan
nonfarmakologi. Penanganan secara farmakologi dengan cara pemberian obat
antiinflamasi nonsteroid (NSAID) misalnya melosikam, asam mefenamat atau
dapat juga dengan pil kontrasepsi kombinasi (Prawirohardjo, 2016 p.183).
Penanganan secara farmakologi yaitu pereda nyeri golongan non steroid Anti
Inflamasi (NSAI), misalnya parasetamol atau asetamonofen (Sumagesic,
Panadol, dll), asam mefenamat (Ponstelax, Nichostan, dll), ibuprofen (Ribunal,
Ostarin, dll), metamizol atau metampiron (Pyronal, Novalgin, dll) dan obat
hormonal lainnya (Proverawati & Misaroh 2009, p.90).
Sebaliknya penanganan dengan cara non farmakologi yaitu dengan
mengompres hangat, nafas dalam, terapi musik (Laila, 2011). Menurut Salbiah
(2012) Nyeri haid bisa dengan pengobatan tradisional seperti meminum
rebusan kunyit, rebusan kencur, air asam jawa, air kelapa hijau dan rebusan
daun pepaya (folium Papaya). Non farmakologis antara lain kompres hangat,
olahraga, dan relaksasi. Terapi suplemen banyak dipelajari, termasuk
pemberian vitamin E, B1, B6, minyak ikan, atau kelompok mikronutrien
seperti magnesium, dan seng untuk mengatasi nyeri haid (Barassi G., 2018
dikutip dalam Mundarti et al., 2020). Terapi nonfarmakologi yang dapat di
gunakan untuk mengurangi nyeri desminore yaitu seperti pemijatan dengan
akupressure, akupunture, dan terapi bekam. Terapi ramuan herbal dapat di
lakukan dengan cara aerobik, kompres panas atau dingin, tidur cukup,
relaksasi, dan yoga (Proverawati & Maisaroh, 2009, p.82,89). Pengobatan non
farmakologi lainnya dapat dilakukan dengan relaksasi, kompres air hangat,
olahraga teratur, menonton televisi dan membaca atau dengan mengkonsumsi
minuman herbal yaitu rebusan daun pepaya yang berfungsi sebagai analgesik/
Anti Inflamasi (Warisno, 2011 dikutip dalam Rahmawati E. et al., 2016).
Dismenorea primer dapat diperingan gejalanya dengan obat penghilang
nyeri/anti-inflamasi seperti ibuprofen, ketoprofen, naproxen, dan obat obat
analgesik-antiinflamasi lainnya. Obat-obat analgesik ini akan mengurangi
produksi prostaglandin. Berolah raga dan banyak bergerak akan memperlancar
aliran darah dan tubuh akan terangsang untuk memproduksi endorfin yang
bekerja mengurangi rasa sakit dan menimbulkan rasa gembira. Kompres
dengan botol air panas dan mandi air hangat juga dapat mengurangi rasa sakit.
Jika suka, cobalah diurut atau dipijat dengan tekanan ringan, jangan terlalu
keras, untuk membantu menghilangkan rasa pegal pada otot otot tubuh Anda.
Berbaring pada satu sisi tubuh Anda, lalu tarik lutut sampai ke batas dada,
lakukan beberapa kali. Ini akan membantu meringankan rasa sakit dan pegal
pada punggung. Makan makanan bergizi dan hindari konsumsi garam dan
kafein (Sinaga Ernawati, 2017, p.63). Terapi ramuan herbal dapat di percaya
dapat di gunakan untuk mengurangi rasa nyeri yaitu kayu manis, kedelai,
cengkeh, kunyit, jahe,dan herbal cina (Proverawati dan Maisaroh, 2009 dikutip
dalam Rosmiyati, 2018).
Upaya penanganan dismenorea menurut (Sarwono, 1999 dikutip dalam
Judha Muhamad, 2012) adalah :
a) Penjelasan dan nasihat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenorea adalah gangguan
yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan
diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan dan lingkungan penderita.
Kadang juga perlu psikoterapi.
b) Pemberian obat analgesik
Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan
kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat
analgesic yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin
dan kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran ialah novalgin, ponstan
dan acet-aminophen.
c) Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat
sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-
benar dismenorea primer atau untuk memungkinkan penderita melaksankan
pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai
dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.
d) Terapi Alternative
Dilakukan dengan kompres handuk panas atau botol air panas pada
perut atau punggung bawah mandi air hangat juga bisa membantu.
Perempuan mencapai keringat dengan olahraga, tidak hanya mengurangi
setres dan orgasme dapat membantu mengurangi tegangan oada otot-otot
pelvis sehingga membawa kekenduran dan rasa nyaman.
Posisi yoga dipercaya dapat menghilangkan kram menstruasi. Salah satunya
merupakan peregangan kucing, yang meliputi berada pada posisi merangkak
kemudian secara perlahan menaikan panggung anda keatas setinggi-
tingginya.

F. Akibat Dismenorea Tidak Ditangani


Akibat yang terjadi jika nyeri haid (dismenorhea) tidak ditangani adalah :
a. Gangguan aktifitas hidup sehari-hari
b. Retrograd menstruasi (menstruasi yang bergerak mundur)
c. Infertilitas (kemandulan),
d. Kehamilan tidak terdeteksi ektopik pecah,
e. Kista pecah,
f. dan infeksi.
Selain dari dampak diatas, konflik emosional, ketegangan dan
kegelisahan semua itu dapat memainkan peranan serta menimbulkan perasaan
yang tidak nyaman dan asing (Calis. 2011).

G. Alat Ukur Dismenorea


Intensitas nyeri dapat diukur dengan menggunakan numerical rating
scale (NRS), verbal rating scale (VRS), visual analog scale (VAS) dan faces
rating scale (FRS). Numeric Rating Scale (NRS) merupakan salah satu alat
yang digunakan untuk mengukur intesitas nyeri. Alat ukur ini dianggap mudah
dimengerti, sensitive terhadap dosis, jenis kelamin, dan perbedaan etnis.
Namun, kekurangannya adalah keterbatasan pilihan kata untuk
menggambarkan rasa nyeri. NRS lebih digunakan sebagai pengganti alat
pendiskrisi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala
0-10, yaitu:
a) Skala 0 : Tidak nyeri
b) Skala 1-3 : Nyeri ringan (Secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan
baik, dapat melakukan aktivitas sehari-hari).
c) Skala 4-6 : Nyeri sedang (Secara objektif klien mendesis, menyeringai,
dapat menunjukan lokasi nyeri dengan tepat dan dapat mendeskripsikan
nyeri, klien dapat mengikuti perintah dengan baik dan responsif terhadap
tindakan)
d) Skala 7-9 : Nyeri berat ( Secara objektif terkadang klien dapat mengikuti
perintah tapi masih responsif terhadap tindakan manual, dapat menunjukan
lokasi nyeri tetapi tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi
dengan alih posisi, nafas panjang, dan lain-lain).
Skala 10 : Nyeri sangat berat (Secara objektif klien tidak mau
berkomunikasi dengan baik, berteriak dan histeris, klien tidak dapat
mengikuti perintah lagi, selalu mengejan tanpa dapat menunjukan lokasi
nyeri).

2.2 TINJAUAN TEORI KOMPRES HANGAT


A. Pengertian
Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk
yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh
tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh
(Wardiyah 2016). Kompres hangat memberikan rasa hangat untuk memenuhi
kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi
atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat pada daerah tertentu.
Kompres hangat dapat digunakan untuk mengurangi maupun meredakan
rangsangan pada ujung saraf atau memblokir arah berjalannya impuls nyeri
menuju ke otak meradang (Tamsuri & Hareni, 2011).

B. Manfaat
Manfaat kompres hangat menurut Fauziyah (2013) yaitu :
1. Melebarkan pembuluh darah dan memperbaiki peredaran dijaringan
tersebut.
2. Pada otot, panas memiliki efek menurunkan ketegangan
3. Meningkatkan sel darah putih secara total dan fenomena reaksi peradangan
serta adanya dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan
sirkulasi darah serta peningkatan kapiler

C. Tujuan
Tujuan pemberian kompres hangat menurut Poltekkes Kemenkes Maluku
(2011) yaitu :
a. Menurunkan suhu tubuh
b. Memperlancar sirkulasi darah
c. Mengurangi rasa sakit atau mengurangi nyeri
d. Memperlancar pengeluaran getah radang/ cairan eksudat
e. Memberi rasa hangat dan nyaman

D. Cara Pemberian Kompres Hangat


1) Persiapkan alat dan bahan
a) Hot water bag (buli-buli) atau kain yang dapat menyerap air
b) Air hangat dengan suhu 38oC sampai 40oC
c) Thermometer air
d) Baskom dan handuk kering

2) Tahap kerja
a) Cuci tangan
b) Jelaskan pada klien mengenai prosedur yang akan dilakukan
c) Memasukan air ke dalam botol atau masukan kain, lalu diperas
d) Tempatkan botol atau kain di daerah yang terasa nyeri
e) Angkat botol atau kain setelah 15 menit, dan lakukan kompres ulang jika
nyeri belum teratasi
f) Kaji perubahan yang terjadi selama kompres dilakukan
BAB III
KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA


PADA Nn. N USIA 13 TAHUN
DI UPTD PUSKESMAS…………….

Hari/tanggal : Sabtu 8Januari 2022


Jam : 10.30 WIB

DATA SUBJEKTIF
A. Identitas/Biodata Remaja
Nama : Nn.N Nama Panggilan : Nikmatul
TTL : 06-03-2009 Umur : 13 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pelajar/Mahasiswa
Alamat : ………Kab. Lampung Timur
No telp : 0812xxxxx

B. IDENTITAS/BIODATA ORANG TUA


Nama Ibu : Ny. D Nama Ayah : Tn. S
Umur : 41 tahun Umur : 51 tahun
Suku/Bangsa : Jawa Suku/Bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani
Alamat Rumah : Kab. Lampung Timur
Telepon/ Hp : 0812xxxxx Telepon/ Hp : 0813xxxxx
C. IDENTITAS KELUARGA
No. Nama TTL/ Umur JenisKelamin Pekerjaan Keterangan
1 Tn. S 51 Tahun Laki-laki Petani
2 Ny. D 41 Tahun Perempuan IRT
3 Nn. N 13 Tahun Perempuan Pelajar
4 An. A 5 Tahun Laki-laki Belum
Sekolah

D. Alasan kunjungan & Keluhan


Klien mengatakan mengeluh nyeri pada perut bagian bawah
E. Kesehatan Reproduksi Remaja Putri
1. Apakah remaja putri sudah mengalami haid : Sudah
2. Haid Pertama Kali pada usia : 12 Tahun
3. Siklus haid
a. Teratur : Ya
b. Siklus hari : 28 Hari
c. Lamanya : 7 Hari
d. Nyeri saat Haid : Tidak
e. Keluhan lain saat haid : Tidak ada
f. Kebiasaan saat nyeri haid
Minum obat : Tidak
Minum jamu : Ya
Lain-lain, sebutkan : Tidak ada
4. Apakah pernah mendapatkan informasi tentang kebersihan saat
haid:Tidak
5. Apakah saudara pernah mendengar informasi tentang anemia : Tidak
6. Apakah saudara pernah ada keluhan terdapat benjolan pada payudara :
Tidak
7. Apakah saudara pernah mendapatkan informasi mengenai Pemeriksaan
Payudara Sendiri (Sadari) : Tidak
8. Apakah saudara mengalami hal berikut dalam 1 (Satu) bulan terakhir
No. Kondisi Ya Tidak
1 Sulit berkosentrasi pada saat belajar 
2 Merasa sering Letih, lelah,lesu, lemah, 
lalai
3 Mudah sakit 
4 pakah ada minum obat tambah darah ? 
5 Apakah meminum obat tambah darah 
1 tablet setiap minggu dan 1 tablet
selama haid
9. Apakah pernah mendapat Informasi tentang kesehatan reproduksi :
Tidak ada
10. Saudara mendapat informasi, menanyakan atau membicarakan hal-
hal mengenai kesehatan reproduksi kepada :
a) Teman : Tidak
b) Ibu : Tidak
c) Ayah : Tidak
d) Saudara Kandung : Tidak
e) Keluarga lainnya : Tidak
f) Guru : Tidak
g) Petugas kesehatan :Tidak
h) Pemuka agama : Tidak
i) Internet : Tidak
j) Lain-lain, sebutkan : Tidak ada
11. Pernah mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi
sebagai berikut :
a) Sistem reproduksi manusia : Ya
b) Kehamilan : Tidak
c) HIV/ AIDS : Tidak
d) Infeksi Menular Seksual lainnya : Tidak
e) Napza ( Narkotika, Alkohol, psikotropika dan Zat adiktif) :
Tidak
12. Apakah ada Pelayanan kesehatan reproduksi / wadah atau tempat
memperoleh informasi dan konsultasi mengenai kesehatan
reproduksi remaja : Ya
13. Apa nama tempat tersebut :
a) PIK-R : Tidak
b) Puskesmas PKPR : Ya
c) Youth Centre : Tidak
d) Lainnya, Sebutkan : Tidak
e) Tidak ingat/ tidak tahu : Tidak
14. Layanan yang tersedia di tempat tersebut :
a) Informasi Kespro : Ya
b) Konseling : Ya
c) Pemeriksaan kesehatan : Ya
d) Pengobatan IMS, Alat/ Cara Kontrasepsi: Ya
15. Apakah saudara pernah mengunjungi tempat tersebut : Ya
F. Riwayat Merokok, Alkohol dan Napza
a. Apakah saudara pernah merokok : Tidak
b. Apakah saudara perokok aktif : Tidak
c. Umur berapa saudara mulai merokok : Tidak
d. Apakah di rumah saudara ada yang merokok : Ya
e. Apakah saudara pernah minum minuman beralkohol : Tidak
f. Umur berapa saudara minum minuman beralkohol : Tidak
g. Apakah saudara pernah mengkonsomsi Narkoba ( Narkotika dan
bahan/ obat berbahaya ) ? : Tidak
G. Riwayat Kesehatan
a. Apakah dalam 6 bulan terakhir pernah mengalami sakit ? Tidak
b. Jika pernah, apa diagnosanya ? -
c. Apakah dirawat di fasilitas kesehatan ? -
d. Berapa lama ? -
e. Apakah ada riwayat alergi ? Tidak
f. Jika ada, alergi apa ? –
H. Pola kebiasaan sehari-hari
1. Pola nutrisi
a. Berapa kali makan dalam sehari : 3x sehari
b. Apakah ada pantangan makanan : Tidak
c. Makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi
No Jenis Makanan Ya Tidak
1 Nasi 
2 Lauk hewani/nabati 
3 Sayur 
4 Buah 
5 Air putih 
6 Susu 
7 Makanan cepat saji/ 
jajanan/ Minuman kotak

2. Pola eliminasi
Pola BAB :Teratur
Pola BAK : 5 Kali/hari
3. Pola istirahat dan tidur
Istirahat siang : Tidak, Berapa Lama : - Jam
Tidur Malam : 7 Jam sehari
4. Pola personal hygiene
Mandi : 2x / hari
Sikat gigi : 3x / hari
Keramas : 3x / minggu
Ganti pembalut saat haid :2-3x / hari
Ganti pakaian dalam :2x / hari
5. Pola latihan dan aktivitas Sebutkan aktivitas di rumah yang rutin
dikerjakan setiap hari :
Apakah melakukan olahraga rutin ? Tidak
Sebutkan jenis olahraga yang dilakukan rutin ?
DATA OBJEKTIF
PEMERIKSAN FISIK
1. Kesadaran umum : Baik
2. Tanda-tanda Vital
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,6°C
Nadi : 80x/menit
3. BB sekarang : 38 Kg
TB : 150Cm
Lila : 23.0 cm
IMT : 16,9
4. Muka Terlihat Pucat : Tidak
5. Conjungtiva Pucat : Tidak
6. Telapak Tangan terlihat Pucat : Tidak
7. Payudara (Bila ada Keluhan) : Tidak ada benjolan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium : Tidak diperiksa

ANALISA DATA
Diagnosa kebidanan : Nn.N Umur 13 tahun dengan gangguan reproduksi
disminorea
Kebutuhan : Kompres hangat
Masalah : Nyeri perut bagian bawah

PLANNING
1. Beritahu pasien tentang hasil pemeriksaan bahwakondisi pasien
dalamkeadaanbaik
Respirasi : 20x/menit
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,6°C
Evaluasi : Pasien sudahmengetahuihasilpemeriksaanbahwakondisi pasien
dalamkeadaanbaik
2. Menganjurkan pasien agar tetap menkonsumsi sayur-sayuran, buah-
buahan, ikan dan makanan bergizi lainnya serta menjaga pola makan
pasien.
Evaluasi : Pasien mengerti dan bersedia mengikuti anjuran
3. Menganjurkan dan mengingatkan kepada pasien untuk beristirahat cukup,
mengurangi dan menghindari stress, olahraga teratur, dan hidup sehat.
Evaluasi : Pasien mengerti dan bersedia
4. Anjurkan klien untuk melakukan kompres hangat dengan suhu air hangat
sekitar 40oC pada bagian bawah perut.
Evaluasi : pasien mengerti dan bersedia untuk melakukan kompres hangat
5. Memberitahu pasien untuk tidak meminum obat-obatan anti nyeri dan
lebih baik segera datang kepetugas kesehatan terdekat atau kembali kesini
apabila nyeri menstruasi dirasakannya lagi
Evaluasi : Pasien mengerti dan akan mengikuti anjuran dan saran yang
diberikan

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien: No RM: - Ruang: -


Nn.N
Umur: 13 tahun Catatan Perkembangan Nama dan
Tanggal/Jam: 8 ( SOAP ) Paraf
Januari 2022
S: Nn.N mengatakan sudah tidak merasakan
nyeri dibagian abdomen bawah

O: Keadaan umum : Baik


Kesadaran : Composmentis
TTV :
R : 20 kali/menit
N : 80 kali/menit
S : 36,5oC
Tidak terdapat nyeri tekan pada perut bagian
bawah.

A: Nn.NUmur 13
tahundengangangguanreproduksiDisminore
a

P:
- Menganjurkan kembali Nn.N untuk
istirahat yang cukup
- Menganjurkan untuk menjaga
kebersihan daerah genetalia dan
ganti pembalut jika terasa penuh
maupun basah.
- Menganjurkan untuk makan teratur
dan bergizi 4 sehat 5 sempurna

E:
- Nn.N bersedia untuk istirahat yang
cukup
- Nn.N bersedia untuk menjaga
kebersihan daerah genetalia dan
bersedia mengganti pembalut jika
terasa penuh maupun basah.
- Nn.N bersedia makan-makanan
bergizi dengan 4 sehat 5 sempurna
nasi, sayur, lauk, buah, dan susu.
- Dismenorea Nn.N sudah teratasi.
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan Nn. N datang ke Uptd Puskesmas Sekampung


diketahui bahwa pasien mengalami dismenorea. Dismenorea merupakan nyeri saat
haid, yang biasanya mengalami rasa kram yang terpusat di abdomen bawah
(Prawirohardjo, 2018). Dismenorea merupakan keadaan medis yang terjadi
sewaktu haid/ menstruasi yang dapat mengganggu kegiatan serta memerlukan
pengobatan yang ditandai dengan nyeri ataupun rasa sakit di daerah perut ataupun
panggul (Judha Muhamad et al. 2012).
Pada tanggal 08 Januari 2022 dilakukan pengkajian pada Nn.N dengan
dismenorea. Terbukti dengan anamnesa klien mengatakan lemas, nyeri bagian
abdomen bawah. Pola pengalaman diagnosa dan identifikasi masalah tidak terjadi
kesenjangan pola pikir baik melalui teori dengan hasil yang dimana diagnosa
sudah sesuai dengan kasus yang ada.
Dalam pengkajian Nn.N didapati data objektifSuhu : 36,6 oC, Nadi : 80
kali/menit, RR : 20 kali/menit. pasien sebelum diberikan terapi kompres hangat
untuk mengurangi nyeri dismenorea yang dialami.
Pada jurnal temuan yang ada mengenai nyeri dismenorea dapat
menggunakan kompres hangat untuk mengurangi nyeri dismenorea yang dimana
pada jurnal tersebut peneliti menemukan berkurangnya nyeri dismenorea yang
dialami. Namun dilapangan masih terhadapat hal yang berbeda yaitu saat
memberikan terapi klien tidak melanjutkannya pelaksanaan dirumahnya kembali
atau jika mengalami nyeri dismenorea kembali saat haid yang dialami dengan
alasan malas untuk menyiapkan alatnya dan karena jika mulai mengalami nyeri
haid tersebut saat berada disekolah yang dimana sulit untuk mendapatkan alat dan
bahan yang ada untuk digunakan kompres hangat tersebut.
BAB V
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dismenorea merupakan nyeri saat haid, yang biasanya mengalami rasa
kram yang terpusat di abdomen bawah (Prawirohardjo, 2018, p.182). Nyeri
mesntruasi atau dismenorea (dysmenorrhoea), yakni nyeri menstruasi yang
mengharuskan wanita untuk istirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja
serta berkurangnya aktivitas sehari-hari (bahkan, kadang bisa membuat
ngelimpruk tidak berdaya) nyeri pada daerah panggul akibat menstruasi dan
produksi zat prostaglandin (Proverawati & Misaroh, 2009, p.82-83).
Dismenorea primer dialami pada remaja bukan karena penyakit, semakin
dewasa wanita akan semakin berkurang rasa nyeri yang dirasakan, dan dapat
berkurang pada perempuan yang sudah melahirkan (Sinaga Ernawati, 2017,
p.59).Dismenorea primer merupakan nyeri haid tanpa ditemukan keadaan
patologi pada panggul (Prawirohardjo, 2018, p.182). Dismenorea primer terjadi
sesudah 12 bulan atau lebih pasca menarce, nyeri dapat disertai mual, muntah,
sakit kepala, dan diare (Judha Muhamad, 2012, p.48).
DAFTAR PUSTAKA

Dawood M. Y. (2006). Primary Dysmenorrhea Advances in pathogenesis and


Management. Obstetrics and Gynecology, 108(2), 428-441. (Diakses tanggal
30 februari 2021) https://doi.org/10.1097/01.AOG.0000230214.26638.0c
Judha M., Sudarti, Fauziah Afroh. (2012). Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri
Persalinan.Yogyakarta: Nuha Medica
Mukhoirotin, S.Kep., Ns., M.Kep. (2018). Dismenorea Cara Mudah Mengatasi
Nyeri Haid. Yogyakarta; Dialektika.
Mundarti, M., Winarsih, S., Munayarokh, M., Yuniyanti, B., & Rajiani, I. (2020).
The effectiveness of mixing Papaya leaves decoction and Zink tablet to
reduce Dysmenorrhea. Japer.In, 10(4), 1–3.
Ouda, K., Latif, S., & Nabil, T. (2017). A study of the effect of heat application
on relieving dysmenorrheal pain among young females. African Journal of
Nursing and Midwifery, 5(6), 727-735.
Prawirohardjo, S. (2018). Ilmu Kandungan (R. P. P. Mochamad Anwar, Ali
Baziad (ed.); Ketiga). PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Proverawati A., Misaroh S. (2009). Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna.
Yogyakarta: Nuha Medika
Rachmawati E., Mujtahid, Sutrisni. (2016). Pengaruh Rebusan Daun Pepaya
(Carica Papaya) terhadap nyeri haid Siswi di SMA negeri 5 Kediri. Sriwijaya
Journal of Medicine, 1(2) 120-127
Rosmiyati. (2018). Pengaruh Air Rebusan Kunyit Asam Terhadap Nyeri
Dismenorea Pada Remaja Putri Di Sma Budaya Bandar Lampung. Jurnal
Kebidanan, 4(4), 151–156.
Sinaga, E., Saribanon, N., et al. (2017). Manajemen Kesehatan Menstruasi.
Jakarta; Universitas Nasional
LAMPIRAN
JURNAL REFLEKSI
KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN

Nama Mahasiswa :S
Tempat Praktek : UPTD Puskesmas………..
Periode : 03-22 Januari 2022

1. Deskripsi Pengalaman(Description The Experience)


Pada tanggal 8 januari 2022, Nn.N datang ke UPTD Puskesmas ……….. oleh
ibunya dengan keluhan ingin memeriksakan keluhan yang dialami pasien yaitu
nyeri perut bagian bawah dan merasa lemas. Sebelum melakukan anamnesa
saya melakukan pemeriksaan fisik dengan suhu 36,6oC nadi 80x/menit. Setelah
dilakukan anamnesa klien di diagnosa mengalami dismenorea. Saya melakukan
konseling terlebih dahulu untuk menangani keluhan yang dialami klien dengan
menganjurkan klien untuk melakukan kompres hangat dengan suhu air hangat
sekitar 40oC pada bagian bawah abdomen perut. Setelah melakukan konseling
kepada pasien dan pasien sudah mengetahui tindakan yang harus dilakukan jika
mengalami dismenorea kembali saya melakukan dokumentasi pada lembar
soap yang ada.

2. Perasaan Terhadap Pengalaman (Feeling The Experience)


Saya sebagai tenaga kesehatan merasakan empati kepada klien, karena dengan
klien mengalami keluhan tersebut klien menjadi susah untuk fokus dalam
belajar disekolah dan mengganggu aktivitasnya sehari-hari.

3. Evaluasi (Evaluating The Experience)


Pada penanganan konseling yang telah diberikan kepada klien, klien sudah
memahami tindakan yang akan dilakukannya jika kembali mengalami keluhan
yang sama atau disebut dismenorea. Pada jurnal didapati penanganan yang
sama dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan kompres hangat menurut
jurnal kompres hangat memiliki pengaruh yang signifikan untuk menurunkan
nyeri dismenorea yang ada pada wanita muda atau pada remaja yang
mengalami dismenorea primer.

4. Analisis (Analysis the Experience)


Pada Nn.N yang mengalami nyeri perut bagian bawah dan mengeluh lemas
sebaiknya diberi terapi kompres hangat yang dapat dengan mudah ditemukan
dan hemat biaya. Dismenorea Primer dialami pada remaja bukan karena
penyakit, semakin dewasa wanita akan semakin berkurang rasa nyeri yang
dirasakan, dan dapat berkurang pada perempuan yang sudah melahirkan
(Sinaga Ernawati, 2017).
Dalam jurnal yang ada menunjukan bahwa kompres hangat memiliki pengaruh
yang signifikan untuk menurunkan nyeri dismenorea yang dialami pada klien
yang mengalami dismenorea primer.

5. Kesimpulan (Conclusion Sbout The Experience)


Pada tanggal 8 januari 2022, Nn.N datang ke UPTD Puskesmas………. oleh
ibunya dengan keluhan ingin memeriksakan keluhan yang dialami pasien yaitu
nyeri perut bagian bawah dan merasa lemas.Saya melakukan konseling terlebih
dahulu untuk menangani keluhan yang dialami klien dengan menganjurkan
klien untuk melakukan kompres hangat dengan suhu air hangat sekitar 40 oC
pada bagian bawah abdomen perut. Setelah melakukan konseling kepada
pasien dan pasien sudah mengetahui tindakan yang harus dilakukan jika
mengalami dismenorea kembali saya melakukan dokumentasi pada lembar
soap yang ada.Dalam jurnal yang ada menunjukan bahwa kompres hangat
memiliki pengaruh yang signifikan untuk menurunkan nyeri dismenorea yang
dialami pada klien yang mengalami dismenorea primer.

6. Rencana Tindak Lanjut (Action Plan)


Saya akan melakukan asuhan kebidanan dengan cara mengedukasi klien
tentang keluhan yang dialami dan cara penangannya yaitu dengan kompres
hangat. Jika klien masih mengalami nyeri pada bagian perut dianjurkan tetap
melakukan kompres hangat pada bagian perut bawah kemudian saya
menjelaskan perlakuan ini dapat digunakan kembali saat mengalami keluhan
yang sama karena kompres hangat tidak memiliki efek samping jika digunakan
jangka panjang.

REFERENSI :
Ouda, K., Latif, S., & Nabil, T. (2017). A study of the effect of heat application
on relieving dysmenorrheal pain among young females. African Journal of
Nursing and Midwifery, 5(6), 727-735.
LEMBAR BIMBINGAN

NAMA :S
NPM : 21390
LAHAN : UPTD Puskesmas ……….

NO. HARI/ NAMA MASUKAN TTD


TANGGAL PEMBIMBING PEMBIMBING

Anda mungkin juga menyukai