Anda di halaman 1dari 4

Pendahuluan

Seharusnya laporan keuangan menjadi alat informasi yang efektif bagi investor dan
kreditor dalam membuat keputusan penggunaan dana dalam bentuk investasi pada saham
atau surat utang. Akan tetapi, sangat naif apabila pembaca berfikir bahwa manajemen tidak
berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut. Manajemen yang jujur tidak akan
menutupi jejak perbuatan mereka dengan melakukan rekayasa pelaporan keuangan.

Dalam kasus-kasus besar di Amerika, misalnya kasus Enron, selain direktur, akuntan
juga turut berkontribusi dalam manipulasi laporan keuangan. Manipulasi laporan dapat terjadi
dengan kerja sama antara pelapor dan auditor. Sebenarnya beberapa kasus penyelewengan
dapat kita temui Indonesia. Akan tetapi, dengan rendahnya kasus yang terungkap di
Indonesia, sulit untuk memperoleh contoh yang sangat jelas.

Pada bab ini akan dibahas jenis-jenis manipulasi laporan keuangan yang sering digunakan.
Manipulasi ini sering disebut sebagai creative accounting atau financial shenanigans.

Earnings Management

Istilah earnings management sudah sangat popular sejak dulu. Ide tentang earnings
management berawal dari kondisi bahwa manajemen dituntut untuk memperoleh laba sesuai
dengan target yang telah ditetapkan oleh pemegang saham. Untuk mencapai target tersebut,
manajemen membuat perencanaan tahunan yang berisi proyeksi laba yang merupakan selisih
antara pendapatan dan beban selama satu tahun. Target laba setahun inilah yang dijadikan
ukuran keberhasilan manajement oleh investor dan kalangan analisis.

Secara berkala manajemen mengumumkan kinerja atas prestasi mereka dengan cara
menyusun laporan keuangan kuartalan. Setelah diumumkan, terlihat apakah target yang
ditetapkan sebelumnya tercapai atau tidak. Ketidakmampuan mencapai target merupakan
sinyal buruk bagi manajemen.

Para pemegang saham dan kalangan analisis akan bereaksi negatif terhadap kondisi
tersebut. Jadi, tekanan untuk memperoleh laba ini merupakan beban tersendiri untuk
mencapainya. Dari sisi internal, manajemen mempunyai alat yang secara legal dapat
digunakan untuk memengaruhi pelaporan keuangan, yaitu:
 Penentuan metode
 Penentuan estimasi

Penentuan metode sebuah perusahaan dapat menggunakan metode FIFO, rata-rata


LIFO, dengan catatan bahwa ketiga metode tersebut diperkenankan digunakan. Pada sisi
akuntansi, pilihan metode ini pada dasarnya adalah bebas. Akan tetapi, dampak yang timbul
adalah adanya kualitas laba yang berbeda. Sementara itu estimasi akan sangat mudah
dijelaskan dengan umur aset.

Penggunaan umur aset yang lebih panjang memberikan dampak menguntungkan


pelaporan karena laba terlihat lebih tinggi. Earnings management juga berkepentingan
dengan melaporkan laba lebih rendah. Hal ini terjadi ketika pada tahun yang sangat produktif
sebuah perusahaan menghasilkan laba yang sangat besar. Pada tahun berikutnya manajemen
menyadari bahwa kondisinya belum tentu sebaik tahun tersebut. Oleh karena itu, manajemen
berinisiatif untuk menggeser sebagian laba ke tahun depan.

Secara formal US-SEC (Securities and Exchange Commission) menyebut earnings


management sebagai:

the use of various forms of gimmickry to distort a company’s true financial performance in
order to achieve a desired result.

Koridor pelaksanaan earnings management bisa legal. Hal ini terjadi karena jalan yang
dipilih manajemen untuk melakukannya masih sesuai dengan aturan akuntansi yang berlaku.
Aturan akuntansi sendiri membuka peluang adanya fleksibilitas dalam pelaksanaanya.

Fraud dan Creative Accounting

Secara umum segala perbuatan yang dilakukan untuk melaporkan kondisi keuangan
yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya akan masuk dalam wilayah creative accounting.
Creative accounting telah menjadi istilah yang berkonotasi negatif sejak lama. Salah satu
pengertian dari creative accounting adalah:

Any off all steps used to play financials numbers game, including the aggressive choice and
application of accounting principles, fraudulent financial reporting, and any steps taken
toward earnings management or income smoothing.
Pengertian creative accounting sangat luas, termasuk di dalamnya earnings management.
Definisi tersebut meliputi tindakan fraud yang dilakukan terhadap laporan keuangan.

Definisi fraud seperti yang dikemukakan oleh Albrecht et al. dengan mengutip kamus
Webster adalah:

Fraud is a generic term, and embraces all the multifarious means which human ingenuity can
desive, which are resorted to by one individual, to get an advantage over another by false
representations. No definite and invariable rule can be laid down as general proposition in
defining fraud, as it includes surprise, trickery, cunning and unfair ways by which another is
cheated. They only boundaries defining it are those which limit human knavery.

Fraud termasuk kejahatankerah putih yang dilakukan tidak dengan kekerasan. Hal ini
untuk membedakannya dengan kejahatan dengan kekerasan seperti perampokan. Terhadap
laporan keuangan juga dapat terjadi fraud. Fraud atas laporan keuangan termasuk kategori
occupational fraud and abuse. Dengan demikian yang berpotensi melakukan fraud, yaitu:

 Karyawan
 Manajer
 Direktur
 Pemilik

Fraud akibat jabatan tidak hanya menyangkut laporan keuangan. Di luar urusan pelaporan
keuangan, fraud yang terjadi secara umum akan berupa:

 Korupsi
 Penyelewengan aset
 Fraud atas laporan keuangan

Terhadap laporan keuangan fraud berupa:

 Misrepresentation
 Misstatement

Misstatement dalam beban pokok penjualan dapat membuat laba terlihat lebih besar.
Manajemen terlihat lebih berprestasi dengan laporan tersebut. Misrepresentation dapat
dicontohkan dengan penjelasan tentang kondisi bisnis yang keliru. Penjelasan yang tidak
benar ini berdampak pada persepsi pembaca laporan keuangan yang bisa menilai positif
prospek sebuah perusahaan, padahal kondisi sebenarnya adalah sebaliknya.

Fraud Triangle

Dalam pembahasan tentang fraud, dikenal adanya fraud triangle. Fraud yang terjadi
dipandang tidak berdiri sendiri. Terdapat tiga elemen dari fraud yang biasa dikenal dengan
fraud triangle. Elemen dari fraud triangle adalah:

 Perceived pressure
 Rationalization
 Opportunity

ACFE dan Albrect dkk. Menggambarkan fraud triangle seperti pada Ilustrasi 1.

Perceived pressure dan rasionalisasi merupakan elemen yang melekat pada seseorang.
Keserakahan (greed) menempati urutan pertama dalam perceived pressure. Bagi orang yang
serakah, berapa pun aset yang dimiliki tidak akan membuatnya cukup. Akan tetapi, orang
tersebut tidak akan melakukan perbuatan fraud apabila tidak terdapat kesempatan
(opportunity) untuk melakukannya.

Seorang pejabat tidak akan korupsi ketika tidak terdapat kesempatan untuk melakukannya.
Kesempatan biasanya melekat pada tertentu. Akan tetapi, seorang pejabat belum tentu
menggunakan kesempatan tersebut untuk melakukan fraud. Tekanan (pressure) akan
mendorong seorang pejabat melakukannya. Dan, karena perbuatan curang yang dilakukannya
bisa membuatnya tidak nyaman, pejabat tersebut butuh pembenaran (rasionalisasi) atas
perbuatannya.

Apabila dua faktor tersebut ada di dalam diri seorang, khusus kesempatan ada di luar diri
seorang. Faktor kesempatan inilah yang biasanya dikurangi kemungkinannya dengan sistem
dan prosedur dalam kontrol internal perusahaan. Secara lengkap daftar semua faktor dalam
fraud triangle ada pada Ilustrasi 2.

Anda mungkin juga menyukai