Anda di halaman 1dari 8

KEPATUHAN STAFF MEDIS TERHADAP

PPK TUBERKULOSIS

DI

RUMAH SAKIT

ISLAM FAISAL MAKASSAR

RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL

Jl. A. Pangerang

Pettarani MAKASSAR

SULAWESI SELATAN

2022
AUDIT KLINIK
TUBERCULOSIS PARU (TB PARU)
SEMESTER I TA 2022

A. LATAR BELAKANG
Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC (CI 8,8 juta –
12, juta) yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima negara dengan
insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan. Sebagian
besar estimasi insiden TBC pada tahun 2016 terjadi di Kawasan Asia Tenggara (45%)—
dimana Indonesia merupakan salah satu di dalamnya—dan 25% nya terjadi di kawasan
Afrika.
Angka prevalensi TBC Indonesia pada tahun 2014 sebesar 297 per 100.000
penduduk. Eliminasi TBC juga menjadi salah satu dari 3 fokus utama pemerintah di bidang
kesehatan selain penurunan stunting dan peningkatan cakupan dan mutu imunisasi. Visi
yang dibangun terkait penyakit ini yaitu dunia bebas dari tuberkulosis, nol kematian,
penyakit, dan penderitaan yang disebabkan oleh TBC.
Sasaran nasional Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
yang tertuang pada Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang SDGs menetapkan
target prevalensi TBC pada tahun 2019 menjadi 245 per 100.000 penduduk. Sementara
prevalensi TBC tahun 2014 sebesar 297 per 100.000 penduduk. Sedangkan di Permenkes
Nomor 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis menetapkan target program
Penanggulangan TBC nasional yaitu eliminasi pada tahun 2035 dan Indonesia Bebas TBC
Tahun 2050. Eliminasi TBC adalah tercapainya jumlah kasus TBC 1 per 1.000.000
penduduk. Sementara tahun 2017 jumlah kasus TBC saat ini sebesar 254 per 100.000
atau 25,40 per 1 juta penduduk.
Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017
(data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun 2017
pada laki- laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan. Bahkan berdasarkan
Survei Prevalensi Tuberkulosis prevalensi pada laki-laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan
pada perempuan. Begitu juga yang terjadi di negara-negara lain. Hal ini terjadi
kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada fakto risiko TBC misalnya merokok dan
kurangnya ketidakpatuhan minum obat. Survei ini menemukan bahwa dari seluruh
partisipan laki-laki yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya 3,7% partisipan perempuan
yang merokok.
Mengingat begitu banyak permasalahan yang muncul pada pasien Tuberkulosis
Paru, maka kami tertarik melakukan audit klinik pada pasien Tuberkulosis Paru di Rumah
Sakit Islam Faisal Makassar

PENETAPAN STANDAR : Clinical Pathway Rumah Sakit Islam Faisal Makassar

PENGUMPULAN DATA :
1. Untuk melakukan audit klinik diambil clinical pathway pasien rawat inap
2. Jumlah Pasien yang di teliti sebanyak 14 pasien.
INDIKATOR
1. Proses Diagnosa
2. Proses Terapi
3. Out Come
Tabel 1. Indikator Audit Klinik Tuberkulosis Paru Semester I
NO INDIKATOR PENCAPAIAN
Proses diagnose

1 Asessmen awal medis : DPJP 100%


2 Darah lengkap 100%
3 Foto Thoraks 100%
4 Asesmen lanjutan : DPJP 100%
Proses Terapi

5 Obat-obatan 100%
6 Tata laksana keperawatan 100%
Out come
7 LOS ≤ 7 hari 80%

Tabel 2. Hasil Audit Klinik

NO INDIKATOR JUMLAH PASIEN STANDAR

1 Proses Diagnosa 14 100%

2 Proses Terapi 14 100%


(tatalaksana keperawatan)
3 Outcome 14 80%

Kesimpulan Audit klinik Tuberkulosis Paru :

1. Proses diagnosa 100%, sudah baik, melebihi target 80%, perlu dipertahankan
2. Proses terapi 100%, sudah baik, melebihi target 80%, perlu dipertahankan
3. Outcome (LOS) 80%, baik, sesuai target 80%, perlu dipertahankan dan ditingkatkan.
Makassar, Oktober 2022
Nomor : / / X/ 2022
Klasifikasi : Biasa
Lampiran : Satu Lembar
Perihal : Pengajuan Hasil Audit Klinik
Tuberkulosis Paru
Kepada
Yth. Direktur Rumah Sakit
Islam Faisal Makassar
di-
Tempat

1. Dasar : Program kerja Komite Medik Sub Komite Mutu Profesi tentang laporan Audit Klinik
Tuberkulosis Paru; dan

2. Sehubungan dengan dasar tersebut diatas, bersama ini kami menyampaikan hasil audit
klinik tersebut untuk ditindak lanjuti oleh Direktur Rumah Sakit Islam Faisal Makassar

3. Demikian untuk dimaklumi.

Ketua Komite Medik

Lampiran I

A. Hasil Audit klinik Penyakit Tuberkulosis Paru:

1. Proses diagnosa 100%, sudah baik, melebihi target 80%, perlu dipertahankan
2. Proses terapi 100%, sudah baik, melebihi target 80%, perlu dipertahankan
3. Outcome (LOS) 80%, baik, sesuai target 80%, perlu dipertahankan dan ditingkatkan.

B. Rekomendasi Kepada Kepala Rumah Sakit :


Mempertahankan kepatuhan DPJP dan Perawat dalam melaksanakan Clinical Pathway
Tuberkulosis Paru.

Demikian kami sampaikan laporan Audit Klinik, atas partisipasi dan kerjasamanya kami
ucapkan terima kasih.
Abstrak Audit Klinis Tuberkulosis Paru

Departemen Ilmu Penyakit Paru


Ketua Tim Audit
Judul Audit Klinis Tuberkulosis Paru
Latar Belakang Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994
kasus pada tahun 2017 (data per 17 Mei 2018).
Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun
2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada
perempuan. Bahkan berdasarkan Survei Prevalensi
Tuberkulosis prevalensi pada laki-laki 3 kali lebih tinggi
dibandingkan pada perempuan. Begitu juga yang terjadi di
negara-negara lain. Hal ini terjadi kemungkinan karena laki-
laki lebih terpapar pada fakto risiko TBC misalnya
merokok dan kurangnya ketidakpatuhan
minum obat. Survei ini menemukan bahwa dari seluruh
partisipan laki-laki yang merokok sebanyak 68,5% dan
hanya
3,7% partisipan perempuan yang merokok.

Metode N/ D x 100%
N (Numerator) : Jumlah kasus yang penanganannya patuh
sesuai clinical pathways Tuberkulosis Paru
D (Denumerator) : Jumlah total kasus yang masuk dalam
kriteria clinical pathway Tuberkulosis Paru yang ditetapkan.
Target Pencapaian >80 %
Hasil Utama 1. Proses diagnosa 100%, sudah baik, melebihi target
80%, perlu dipertahankan
2. Proses terapi 100%, sudah baik, melebihi target
80%, perlu dipertahankan
3. Outcome (LOS) 80%, baik, sesuai target 80%, perlu
dipertahankan dan ditingkatkan.

Akar masalah Tidak ada


Rekomendasi Mempertahankan kepatuhan DPJP dan Perawat dalam
melaksanakan Clinical Pathway Tuberkulosis Paru

Pelaksanaan Rekomendasi Dokumen Terlampir

Rencana Re-Audit Semester II TA 2022


Dokumentasi dan Distribusi Dokumen Terlampir
CLINICAL PATHWAY
TUBERKULOSIS
No. RM:
Nama Pasien BB Kg
Jenis Kelamin TB Cm
Tanggal Lahir Tgl.Masuk jam
Diagnosa Masuk RS Tgl.Keluar jam
Kode
Penyakit Utama ICD: 3 – 5 hari
Lama
rawa
t
Kode
Penyakit Penyerta ICD:
Rencana
Rawat
Kode ICD:
Komplikasi R.Rawat/Klas /
Kode ICD:
Tindakan Rujukan Ya/Tidak
Dietary Counseling and Surveillance Kode ICD: Z71.3
Kriteria Inklusi:
- Pasien dengan TB Paru Kasus Baru(Xray thorax positif dan/atau TCM positif)
- Pasien dengan hemoptoe
Kriteria eksklusi:
- Disertai efusi pleura
- Disertai dengan komplikasi
- TB extra paru
- TB dengan komorbid (DM, HIV-AIDS)

HARI RAWAT
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
1 2 3 4 5 6 7

1. ASESMEN AWAL
Dokter IGD Pasien masuk via IGD
ASESMEN AWAL MEDIS
Dokter Spesialis Pasien masuk via RJ

ASESMEN AWAL Perawat primer :


KEPERAWATAN Kondisi umum, tingkat kesadaran, tanda-tanda
vital, riwayat alergi, skrining gizi, nyeri, status
fungsional,: bartel index, risiko jatuh, risiko
dekubitus
Darah rutin
Gula Darah Sewaktu
Laju Endap Darah
Sputum (TCM)
2. LABORATORIUM SGOT/SGPT Sesuai indikasi
Ureum/Creatinin
Albumin
Varian
Xray thorax
3. RADIOLOGI/ IMAGING
Konseling VCT Sesuai indikasi
4. KONSULTASI

5. ASESMEN LANJUTAN
Dokter DPJP Visite harian/ follow up
a. ASESMEN MEDIS
Dokter non DPJP/dr. Ruangan Atas indikasi/emergency

b. ASESMEN KEPERAWATAN Perawat Primer Dilakukan dalam 3 shift

c. ASESMEN GIZI Pengukuran antropometri - - Lihat risiko malnutrisi melalui


Penentuan status gizi skrining gizi
Asupan gizi (hari 1-3)
Rekonsiliasi obat
d. ASESMEN FARMASI Penyusunan database pasien
Problem medik dikaitkan dengan farmakoterapi
6. DIAGNOSIS
a. DIAGNOSIS MEDIS TUBERKULOSIS PARU

b. DIAGNOSIS Bersihan jalan nafas tidak efektif Masalah keperawatan yang


KEPERAWATAN Pola nafas tidak efektif ditemukan setiap hari.
Resiko infeksi Dibuat oleh perawat
Defisit Nutrisi penanggung jawab
Resiko intoleran aktifitas Mengacu pada SDKI
NI 2.1 Intake Oral tidak adekuat berkaitan Sesuai dengan data asesmen,
dengan penurunan nafsu makan ditandai kemungkinan saja ada
asupan <80% diagnosis lain atau diagnosis
c. DIAGNOSIS GIZI NC 3.2 Penurunan berat badan yang tidak berubah selama perawatan
direncanakan, berkaitan dengan penyakit infeksi
(TB) ditandai penurunan 78% dalam 3 bulan
terakhir.
Pengobatan Program di Poli DOTS
7. DISCHARGE PLANNING
8. EDUKASI TERINTEGRASI

Penjelasan diagnosis
a. EDUKASI/ INFORMASI Rencana terapi
MEDIS Informed consent
b. EDUKASI & KONSELING Diet tinggi kalori dan tinggi protein
GIZI
Minum obat teratur selama 6 bulan
Memakai masker
Etika batuk
c. EDUKASI KEPERAWATAN Edukasi keluarga (PMO)
Varian

Kepatuhan minum obat dalam rangka


keberhasilan terapi
Edukasi efek samping obat
d. EDUKASI FARMASI Konseling obat TB
Varian

PENGISIAN FORMULIR Lembar Edukasi Terintegrasi Ditanda tangani


INFORMASI DAN EDUKASI keluarga/pasien
TERINTEGRASI
9. TERAPI MEDIKA MENTOSA
Cairan Ringer Laktat
Varian
Asam tranexamat 1amp/8jam/iv Sesuai indikasi
a. CAIRAN INFUS
Paracetamol 1gr/8jam/drips Sesuai indikasi

Ranitidin 50mg/12jam/iv Sesuai indikasi

Rifampicin (hijau-hari kedua, setelah ada hasil Setelah hasil sputum keluar
TCM)
INH
Pirazinamid
Etambutol
Codein 3x1 tab
b. OBAT ORAL
Asetilsistein 3x1 tab
Asvex 3x1 tab
Vitamin B6 1x1 tablet
Ambroxol Varian

10. TATALAKSANA / INTERVENSI (TLI)

a. TLI MEDIS Perawatan ruang infeksi


Pengobatan demam
Pengobatan hemoptoe
Kontrol infeksi
b. TLI KEPERAWATAN Manajemen jalan nafas
Latihan batuk efektif
Pemantaun respirasi
c. TLI GIZI Perencanaan Diet TETP untuk makanan biasa, Dikondisikan sesuai status gizi
lunak atau saring) pasien dan daya terima pasien
Penambahan nutrisi enteral
d. TLI FARMASI Identifikasi drug related problem Sesuai dengan hasil monitoring
Melakukan skrining pasien TB Paru untuk
interaksi obat yang bermakna (obat-makanan,
obat-obat)
Memberikan rekomendasi alternative jika ada
interaksi obat atau efek samping obat yang
terjadi
11. MONITORING & EVALUASI (Monitor Perkembangan Pasien)

a. DOKTER DPJP
b. KEPERAWATAN
Monitoring asupan makan
Monitoring antropometri
c. GIZI Monitoring Biokimia
Monitoring Fisik/ klinis terkait gizi
Monitoring interaksi obat
Monitoring efek samping obat
d. FARMASI
Pemantauan terapi obat

12. MOBILISASI/REHABILITASI

-
a. MEDIS
-
b. KEPERAWATAN

c. FISIOTERAPI -

13. OUTCOME/HASIL

Hemoptoe hilang
Batuk berkurang
a. MEDIS

Batuk terkontrol
b. KEPERAWATAN Pola nafas terkontrol
Infeksi teratasi
Asupan makanan ≥80% kebutuhan Status gizi optimalisasi diet
c. GIZI sesuai dengan dan pemberian
tepat
Menjaga dan meningkatkan kepatuhan
terhadap jadwal terapi
d. FARMASI Terapi sesuai indikasi
Obat rasional
Umum

Tanda vital baik, intake baik, mobilisasi baik


14. KRITERIA PULANG Khusus :
Tidak Hemoptoe
Varian

Resume Medis dan Keperawatan Pasien membawa resume


15. RENCANA PULANG/ perawatan/ surat rujukan/
Penjelasan diberikan sesuai dengan keadaan surat kontrol saat pulang.
EDUKASSI PELAYANAN umum pasien
LANJUTAN Surat pengantar kontrol

VARIAN

, ,
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Perawat Penanggung Jawab Pelaksana Verivikasi

( ( (
_) _) _)
Keterangan :

Yang harus dilakukan


Bisa atau tidak
√ Bila sudah dilakukan

Anda mungkin juga menyukai