Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

Scabies dimasukkan ke dalam penyakit tropis yang terabaikan oleh World


Health Organization (WHO) pada tahun 2017. Scabies adalah salah satu kondisi
dermatologis yang paling umum, yang menyebabkan sebagian besar penyakit
kulit di negara berkembang terutama pada daerah tropis. Secara global, ini
diperkirakan memengaruhi lebih dari 200 juta orang setiap saat. Estimasi
prevalensi dalam literatur terkait skabies baru-baru ini berkisar dari 0,2% hingga
71% dengan perkiraan prevalensi rata-rata 5 - 10% pada anak-anak. Infestasi
berulang sering terjadi pada penyakit ini.1

Penyakit ini merupakan penyakit kulit karena adanya infestasi parasit dari
tungau Sarcoptei scabiei var. hominis betina, sejenis ektoparasit, yang dapat
ditularkan melalui kontak langsung. Tungau ini sangat kecil dan biasanya tidak
terlihat secara langsung. Tungau menggali ke dalam kulit untuk hidup dan
menyimpan telur. Gejala scabies disebabkan oleh reaksi alergi terhadap tungau.
Seringkali, hanya antara 10 dan 15 tungau yang terlibat dalam infeksi. scabies
paling sering menyebar selama periode kontak kulit langsung yang relatif lama
dengan orang yang terinfeksi atau dengan benda yang terkontaminasi. Penyebaran
penyakit dapat terjadi bahkan jika orang tersebut belum mengembangkan gejala.
Kondisi kehidupan yang penuh sesak, seperti yang ditemukan di fasilitas
penitipan anak, rumah kelompok, dan penjara, meningkatkan risiko penyebaran.
Scabies berkrusta atau scabies Norwegia adalah bentuk penyakit yang lebih parah.
Kondisi ini biasanya hanya terjadi pada mereka yang memiliki sistem kekebalan
tubuh yang buruk dan orang yang mungkin telah terinfeksi oleh jutaan tungau,
dimana membuat kondisi penyakit menjadi jauh lebih infeksius.2

1
BAB II
STATUS PASIEN

2.1 Identitas Pasien


Nama : An. L
Umur : 8 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Mayang
Pekerjaan : Pelajar
Status Pernikahan :-
Suku Bangsa : Melayu
Hobi : Bermain Futsal

2.2 Anamnesis
A. Keluhan Utama
Bintil berisi cairan dan lecet bekas garukan yang terasa gatal pada
malam hari disekitar dada, lengan bawah sebelah kiri, kemaluan, bokong,
dan kedua kaki kanan dan kiri sejak ± 2 bulan terakhir.

B. Keluhan Tambahan
-
C. Riwayat Perjalanan Penyakit
2 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan terdapat bintil
bintil berisi cairan yang terasa gatal pada malam hari disekitar pergelangan
tangan kiri yang terasa semakin gatal dan menjalar kesekitar dada, kemaluan
bokong dan kedua kaki kanan dan kiri. Ibu pasien mengatakan sebelumnya
hanya pada pergelangan tangan lalu digaruk dan bintilnya pecah dan
mengeluarkan cairan berwana jernih. Ibu pasien juga mengatakan bahwa
anaknya memakai handuk bersamaan dengan ibunya dan ayahnya.
Dimana ibu dan ayahnya mengalami keluhan yang sama sejak 3 bulan
yang lalu setelah memakai handuk dirumah kakeknya disaat liburan 4 bulan

2
yang lalu. Kakeknya juga mengalami keluhan serupa yang telah diobati,
pada saat itu dokter mengatakan bahwa kakek nya terkena tungau.

D. Riwayat Penyakit Dahulu:


- Keluhan serupa sebelumnya (+)
- Riwayat penyakit kulit lainnya (-)
- Riwayat alergi (-)
E. Riwayat Penyakit Keluarga:
- Kakek pasien memiliki keluhan yang sama sejak 6 bulan yang lalu
- Ibu dan ayah pasien memiliki keluhan yang sama sejak 3 bulan yang
lalu setelah berlibur kerumah kakek dan mandi menggunakan
handuk kakek
- Adek pasien memiliki keluhan yang sama sejak 1 bulan yang lalu
F. Riwayat Sosial Ekonomi:
- Status ekonomi pasien cukup

2.3 PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis
1. Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
2. Tanda Vital :
Kesadaran : Compos Mentis RR : 18x/m
TD : 110/60 mmHg Nadi : 78x/m
Suhu : 36,6°C
3. Kepala :
a. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks
cahaya (+/+), pupil isokor
b. THT : Nyeri tekan tragus (-), deviasi septum (-),Sekret (-)
c. Leher : Pembesaran KGB (-)
4. Thoraks :
a. Jantung: BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
b. Paru : Vesikular (+/+), rhonki (-), whezing (-)

3
5. Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

6. Ekstremitas
a. Superior: Kekuatan 5/5, Deformitas (-), Akral hangat, Edem
(-), CRT <2 detik
b. Inferior: Kekuatan 5/5, Deformitas (-), Akral hangat, Edem
(-), CRT <2 detik

B. Status Dermatologi
1. inspeksi
EFLORESENSI GAMBAR
Regio thorax dextra :
a. makula, irreguler,
lentikular, multiple,
sirkumskrip,
hiperpigmentasi, tepi
tidak aktif,distribusi
regional, permukaan
rata.

b. papul, irreguler, miliar-


lentikular, multiple,
sirkumskrip,
hiperpigmentasi, tepi
tidak aktif,distribusi
regional, permukaan
menonjol, konsistensi
keras

4
Regio antebrachii sinistra :
a. papul, irreguler, miliar-
lentikular, multiple,
sirkumskrip,
hiperpigmentasi, tepi
tidak aktif, distribusi
regional, permukaan
menonjol, konsistensi
keras
b. makula, irreguler,
lentikular, multiple,
sirkumskrip,
hiperpigmentasi,
tepi tidak aktif,distribusi
regional, permukaan rata.

5
Regio genital :
a. makula, irreguler,
lentikular, multiple,
sirkumskrip,
hiperpigmentasi,
tepi tidak aktif,distribusi
regional, permukaan rata.

6
Regio gluteal:
a. erosi, irreguler, lentikular,
multiple, sirkumskrip,
eritem, tepi tidak aktif,
distribusi regional,
permukaan kasar
b. makula, irreguler,
lentikular, multiple,
sirkumskrip,
hiperpigmentasi,
tepi tidak aktif,distribusi
regional, permukaan rata.

Regio cruris dextra:


a. erosi, irreguler,
lentikular, multiple,
sirkumskrip, eritem, tepi
tidak aktif, distribusi
regional, permukaan
kasar
b. papul, reguler, miliar-
lentikular, multiple,
sirkumskrip, eritem, tepi

7
tidak aktif, distribusi
regional, permukaan
menonjol
c. makula, irreguler,
lentikular, multiple,
sirkumskrip,
hiperpigmentasi,
tepi tidak aktif,distribusi
regional, permukaan rata.

Regio cruris sinistra:


a. erosi, irreguler,
lentikular, multiple,
sirkumskrip, eritem, tepi
tidak aktif, distribusi
regional, permukaan
kasar
.

8
Regio pedis sinistra:
a. makula, irreguler,
lentikular, multiple,
sirkumskrip,
hiperpigmentasi, tepi
tidak aktif,distribusi
regional, permukaan
rata.
b. erosi, irreguler,
lentikular, multiple,
sirkumskrip, eritem, tepi
tidak aktif, distribusi
regional, permukaan
kasar

9
1. Palpasi : nyeri tekan (-), teraba keras (-)
2. Auskultasi : (-)
3. Lain-lain : (-)

Regio thorax dextra


Regio antebrachii
sinistra

Regio regio genital Regio gluteus

Regio cruris dextra Regio cruris sinistra

Regio pedis dextra Regio pedis sinistra

10
C. Status Venerelogi
1. Inspeksi : Tidak dilakukan pemeriksaan
o Inspekulo : Tidak dilakukan pemeriksaan
2. Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan

2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tidak dilakukan pada pasien ini

2.5 DIAGNOSIS BANDING


1. Scabies
2. Prurigo
3. Pedikulosis korporis

2.6 DIAGNOSIS KERJA


Scabies

2.7 TERAPI
Non medikametosa
1. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit dan cara penularannya
2. Menjelaskan bahwa skabies adalah penyakit menular
3. Menerangkan pentingnya menjaga kebersihan perseorangan
dan lingkungantempat tinggal
4. Mencuci selimut, handuk, dan pakaian dengan bilasan terakhir
denganmenggunakan air panas 5 hari terakhir
5. Menjemur kasur, bantal, dan guling secara rutin
6. Bila gatal sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras karena dapat
menyebabkan luka dan risiko infeksi
7. Menjelaskan pentingnya mengobati anggota keluarga yang menderita
keluhan yang sama

11
Medikametosa
Topikal :
Salep phermetrin 5% dioleskan tipis pada seluruh tubuh (leher-ujung
jari kaki) selama 8 jam 1x seminggu dan setelah itu di cuci bersih. Bila
tidak sembuh lakukan pemberian pada minggu kedua dan seterusnya.
Sistemik :
Cetirizine tablet 10 mg 1x sehari pada malam hari, selama 5-7 hari

2.8 PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad Bonam
Quo ad functionam : ad Bonam
Quo ad sanationam : ad Bonam

2.9 PEMERIKSAAN ANJURAN


1. Kerokan kulit dengan KOH 10%
2. Burrow ink test
3. Mengambil tungau dengan jarum
4. Uji tetrasiklin
5. Epidermal shave biopsi

12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Scabies
3.1.1 Definisi
Scabies diyakini sebagai penyakit pertama manusia dengan penyebab yang
diketahui ketika tungau itu dideskripsikan dan diilustrasikan oleh Bonomo dan
Cestoni Italia pada tahun 1689 sebagai agen penyebab. Hal ini mewakili
penyebutan pertama teori parasit dari penyakit menular dan awal era baru dalam
dunia kedokteran. Namun, scabies pertama kali diamati di dunia kuno oleh
Aristoteles dan Cicero, yang telah dideskripsikan sebagai "kutu dalam daging",
dan telah dikenal sebagai penyakit selama setidaknya 3000 tahun. 3 Scabies
merupakan infeksi ektoparasit pada manusia yang disebabkan oleh kutu Sarcoptes
scabiei var hominis.(3) Infeksi ini terjadi akibat kontak langsung dari kulit ke kulit
maupun kontak tidak langsung (melalui benda misalnya pakaian handuk, sprei,
bantal dan lain - lain).3

3.1.2 Epidemiologi
Scabies dimasukkan ke dalam penyakit tropis yang terabaikan oleh WHO
pada tahun 2017. Scabies adalah salah satu kondisi dermatologis yang paling
umum, yang menyebabkan sebagian besar penyakit kulit di negara berkembang
terutama pada daerah tropis. Secara global, ini diperkirakan memengaruhi lebih
dari 200 juta orang setiap saat. Estimasi prevalensi dalam literatur terkait skabies
baru-baru ini berkisar dari 0,2% hingga 71% dengan perkiraan prevalensi rata-rata
5 - 10% pada anak-anak. Kondisi kehidupan yang penuh sesak, seperti yang
ditemukan di fasilitas penitipan anak, rumah kelompok, dan penjara,
meningkatkan risiko penyebaran scabies. Infestasi berulang sering terjadi pada
penyakit ini.1, 2

3.1.3 Etiologi
Scabies disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. homini anggota kelas
Arachnida, subclass Acarina, ordo Astigmata, dan keluarga Sarcoptidae.
Astigmata adalah tungau yang bergerak lambat dengan integumen sklerotik yang

13
tipis dan tidak terdapat sistem spirakel atau trakea yang terdeteksi. Tungau
sarcoptid adalah parasit obligat yang menggali ke dalam .
Sarcoptes scabiei mengalami empat tahap dalam siklus hidupnya: telur,
larva, nimfa dan dewasa. Betina menyimpan 2-3 telur per hari saat mereka
menggali di bawah kulit. Telur berbentuk oval dan panjang 0,10 hingga 0,15 mm
dan menetas dalam 3 hingga 4 hari. Setelah telur menetas, larva bermigrasi ke
permukaan kulit dan menggali ke dalam stratum corneum yang utuh untuk
membangun liang pendek yang hampir tak terlihat, disebut kantong kantong
berganti kulit. Pada tahap larva, yang muncul dari telur, Sarcoptes scabiei hanya
memiliki 3 pasang kaki dan berlangsung sekitar 3 hingga 4 hari. Setelah larva
menjadi nimfa, nimfa yang dihasilkan memiliki 4 pasang kaki dan berganti kulit
menjadi nimfa yang sedikit lebih besar sebelum berganti kulit kembali menjadi
Sarcoptes scabiei dewasa. Larva dan nimfa mungkin sering ditemukan di kantong
berganti kulit atau di folikel rambut dan terlihat mirip dengan Sarcoptes scabiei
dewasa, hanya lebih kecil. Sarcoptes scabiei dewasa berbentuk bulat, bebrbentuk
seperti kantuong dan tidak memiliki mata. Sarcoptes scabiei betina memiliki
panjang 0,30 hingga 0,45 mm dan lebar 0,25 hingga 0,35 mm, dan Sarcoptes
scabiei jantan memiliki panjang 0.20 hingga 0,25 mm dan lebar 0,15 hingga 0,20
mm. Perkawinan terjadi setelah jantan aktif menembus kantong berganti kulit
betina dewasa. Perkawinan hanya terjadi sekali dan meninggalkan betina yang
subur selama sisa hidupnya. Betina yang telah kawin meninggalkan kantong
berganti kulit dan berkeliaran di permukaan kulit sampai mereka menemukan
tempat yang cocok untuk liang permanen. Saat berada di permukaan kulit, tungau
berpegangan pada kulit menggunakan pulvili seperti pengisap yang menempel
pada dua pasang kaki paling depan. Ketika tungau betina yang telah kawin
menemukan lokasi yang cocok, ia mulai membuat liang serpentin yang khas, dan
bertelur dalam proses pembuatan liang. Setelah betina yang telah kawin masuk ke
dalam kulit, ia tetap di sana dan terus memperpanjang liangnya dan bertelur
selama sisa hidupnya (1-2 bulan). Di bawah kondisi yang paling menguntungkan,
sekitar 10% telurnya akhirnya menimbulkan tungau dewasa. Tungau jantan jarang
terlihat. Mereka membuat lubang dangkal sementara di kulit untuk memberi

14
makan sampai mereka menemukan liang dan pasangan betina. Penularan terjadi
terutama oleh transfer Betina yang telah kawin selama kontak langsung dengan
orang lain. Kadang-kadang penularan dapat terjadi melalui benda yang telah
terkontaminasi oleh tunga seperti tempat tidur atau pakaian. Tungau skabies
manusia sering ditemukan di antara jari-jari dan pergelangan tangan.2, 3

3.1.4 Patogenesis
Kutu scabies betina menggali terowongan pada stratum corneum dengan
kecepatan 2 mm per hari, dan meletakkan 2 atau 3 telur-telurnya setiap harinya.
Telur-telur ini akan menetas setelah 3 hari dan menjadi larva, yang akan
membentuk kantung dangkal di stratum corneum dimana larva-larva ini akan
bertrasnformasi dan menjadi dewasa dalam waktu 2 minggu. Kutu ini kawin di
dalam kantongnya, dimana kutu jantan akan mati tetapi kutu betina yang telah
dibuahi menggali terowongan dan melanjutkan siklus hidupnya. Setelah invasi
pert ama dari kutu ini, diperlukan 4 hingga 6 minggu untuk timbul reaksi
hipersensitivitas dan rasa gatal akibat kutu ini.4

Gambar 1 siklus hidup Sarcoptes scabiei (sumber : A Delphi study of


international experts. PLOS Neglected Tropical Diseases. 2018)

15
Siklus hidup ini menjelaskan mengapa pasien mengalami gejala selama
bulan pertama setelah kontak dengan individu yang terinfeksi. Setelah sejumlah
kutu (biasanya kurang dari 20) telah dewasa dan telah menyebar dengan cara
bermigrasi atau karena garukan pasien, hal ini akan berkembang dari rasa gatal
awal yang terlokalisir menjadi pruritus generalisata.4
Selama siklus hidup kutu ini, terowongan yang terbentuk meluas dari
beberapa milimeter menjadi beberapa centimeter. Terowongan ini tidak meluas ke
lapisan bawah epidermis, kecuali pada kasus hiperkeratosis scabies Norwegia,
kondisi dimana terdapat kulit yang bersisik, menebal, terjadi imunosupresan, atau
pada orang-orang tua dengan jumlah ribuan kutu yang menginfeksi. Telur-telur
kutu ini akan dikeluarkan dengan kecepatan 2-3 telur perharinya dan massa feses
(skibala) terdeposit pada terowongan. Skibala ini dapat menjadi iritan dan
menimbulkan rasa gatal.4
Tungau skabies lebih suka memilih area tertentu untuk membuat
terowongannya dan menghindari area yang memiliki banyak folikel pilosebaseus.
Biasanya, pada satu individu terdapat kurang dari 20 tungau di tubuhnya, kecuali
pada Norwegian scabies dimana individu bisa didiami lebih dari sejuta tungau.
Orang tua dengan infeksi virus immunodefisiensi dan pasien dengan pengobatan
immunosuppresan mempunyai risiko tinggi untuk menderita Norwegian scabies.
Reaksi hipersensitivitas akibat adanya benda asing mungkin menjadi
penyebab lesi. peningkatan titer IgE dapat terjadi pada beberapa pasien scabies,
bersama dengan eosinofilia, dan reaksi hipersensitivitas tipe langsung akibat
reaksi dari kutu betina ini. Kadar IgE menurun dalam satu tahun setelah terinfeksi.
Eosinofil kembali normal segera setelah dilakukannya perawatan. Fakta bahwa
gejala yang timbul jauh lebih cepat ketika terjadi reinfeksi mendukung pendapat
bahwa gejala dan lesi scabies adalah hasil dari reaksi hipersensitivitas.4
Jalur utama dari transmisi penularan yaitu kontak langsung antara kulit-ke-
kulit. Namun transmisi dengan cara pakaian bersama atau metode tidak langsung
lainnya sangat langka tetapi mungkin terjadi pada Norwegian scabies (misalnya,
dalam host immunocompromised). Transmisi antara anggota keluarga. Transmisi
seksual juga terjadi.4

16
3.1.5 Gambaran Klinis
Diagnosis scabies diduga oleh adanya pruritus terkait dengan distribusi
karakteristik lesi dan riwayat epidemiologis. Onset biasanya berbahaya, dengan
pasien mengeluh pruritus nokturnal yang intens. Pruritus biasanya muncul 4
hingga 6 minggu setelah infestasi awal, meskipun banyak pasien mungkin tidak
mengalami gejala selama 3 bulan dan beberapa pasien tidak pernah peka terhadap
keluhan. Dengan investasi ulang berikutnya, gejala timbul dalam 2 hingga 3 hari.4
Serupa dengan respons manusia terhadap serangga lain seperti kutu, jaket
kuning, dan nyamuk, ada berbagai respons klinis terhadap serangan scabies dan
beberapa individu tetap tidak menunjukkan gejala serangan scabies. Orang-orang
ini dianggap sebagai "pembawa."5
Pada pemeriksaan fisik, pasien menunjukkan eksoriasi dan dermatitis
eksema yang mendukung jaring interdigital, sisi jari, aspek volar pergelangan
tangan dan lateral dari telapak tangan, siku, aksila, skrotum dan penis pada pria,
labia dan areola pada wanita. Kepala dan leher biasanya terhindar dari lesi pada
orang dewasa yang sehat, tetapi pada bayi, orang tua, dan individu yang
mengalami gangguan kekebalan, semua permukaan kulit rentan terhadap skabies.
Nodul yang keruh dan tidak keriput dapat dilihat pada bayi dan anak kecil di
daerah intertriginosa dan juga pada trunkus. Pada skabies berkrusta, plak
hiperkeratotik berkembang secara difus pada daerah palmar dan plantar, dengan
penebalan dan distrofi kuku jari kaki dan kuku. Meskipun, pasien dengan tipe
krusta memiliki jumlah tungau yang sangat banyak, mereka hanya memiliki
sedikit atau bahkan tanpa gejala.5
Lesi patognomonik scabies adalah terdapatnya liang, yang merupakan
struktur tipis, seperti benang, linier, atau sering berbentuk J dengan panjang 1
sampai 10 mm. liang ini adalah terowongan yang disebabkan oleh pergerakan
tungau di stratum corneum. Liang paling baik dilihat pada jaring interdigital dan
pergelangan tangan. Namun, bisa sulit untuk menemukan pada tahap awal
kondisi, atau pasien dengan lesi eksoriasi luas. Pada bayi dan anak kecil yang
kurang efektif menggaruk, liang dapat diidentifikasi pada telapak tangan dan
telapak kaki serta daerah intertriginosa dan trunkus. Identifikasi liang dapat

17
difasilitasi dengan menggosok spidol hitam di daerah yang terkena. Setelah tinta
yang berlebih dihapus dengan alkohol, liang tampak lebih gelap daripada kulit di
sekitarnya karena akumulasi tinta di liang.4

Gambar 2. Lokasi predileksi scabies (sumber : Fitzpatrick’s Dermatology.


Newyork: McGraw-Hill. 2019. p:712)

Dikenal ada 4 tanda utama atau cardinal sign pada infestasi skabies, yaitu :6,7,8
b. Pruritus nocturna
Setelah pertama kali terinfeksi dengan tungau skabies, kelainan
kulit seperti pruritus akan timbul selama 6 hingga 8 minggu. Infeksi yang
berulang menyebabkan ruam dan gatal yang timbul hanya dalam beberapa
hari. Gatal terasa lebih hebat pada malam hari. Hal ini disebabkan karena
meningkatnya aktivitas tungau akibat suhu yang lebih lembab dan panas.
Sensasi gatal yang hebat seringkali mengganggu tidur dan penderita
menjadi gelisah.
c. Menyerang manusia secara berkelompok
Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, sehingga dalam
sebuah keluarga biasanya mengenai seluruh anggota keluarga. Begitu pula

18
dalam sebuah pemukiman yang padat penduduknya, skabies dapat menular
hampir ke seluruh penduduk. Didalam kelompok mungkin akan ditemukan
individu yang hiposensitisasi, walaupun terinfestasi oleh parasit sehingga
tidak menimbulkan keluhan klinis akan tetapi menjadi pembawa/carier
bagi individu lain.
d. Adanya terowongan
Kelangsungan hidup Sarcoptes scabiei sangat bergantung kepada
kemampuannya meletakkan telur, larva dan nimfa didalam stratum
korneum, oleh karena itu parasit sangat menyukai bagian kulit yang
memiliki stratum korneum yang relatif lebih longgar dan tipis.
Lesi yang timbul berupa eritema, krusta, ekskoriasi papul dan
nodul yang sering ditemukan di daerah sela-sela jari, pergelangan tangan
bagian depan dan lateral telapak tangan, siku, aksilar, skrotum, penis, labia
dan pada areola wanita. Bila ada infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi
polimorfik (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain).
Erupsi eritematous dapat tersebar di badan sebagai reaksi
hipersensitivitas pada antigen tungau. Lesi yang patognomonis adalah
terowongan yang tipis dan kecil seperti benang, berstruktur linear kurang
lebih 1 hingga 10 mm, berwarna putih abu-abu, pada ujung terowongan
ditemukan papul atau vesikel yang merupakan hasil dari pergerakan
tungau di dalam stratum korneum. Terowongan ini terlihat jelas kelihatan
di sela-sela jari, pergelangan tangan dan daerah siku. Namun, terowongan
tersebut sukar ditemukan di awal infeksi karena aktivitas menggaruk
pasien yang hebat.

e. Menemukan Sarcoptes scabiei


Apabila kita dapat menemukan terowongan yang masih utuh
kemungkinan besar kita dapat menemukan tungau dewasa, larva, nimfa
maupun skibala dan ini merupakan hal yang paling diagnostik. Akan
tetapi, kriteria yang keempat ini agak susah ditemukan karena hampir
sebagian besar penderita pada umumnya datang dengan lesi yang sangat

19
variatif dan tidak spesifik. Diagnosa positif hanya didapatkan bila
menemukan tungau dengan menggunakan mikroskop, biasanya posisi
tungau determined dalam liang, dapat menggunakan pisau untuk teknik
irisan ataupun denggan menggunakan jarum steril, tungau ini mayoritas
dapat ditemukan pada tangan, pergelangan tangan dan lebih kurang pada
daerah genitalia, siku, bokong dan aksila. Pada anak – anak tungau banyak
ditemukan dibawah kuku karena kebiasaan menggaruk, pengambilan
tungau ini dengan menggunakan kuret.

3.1.6 Pemeriksaan Penunjang9,10


1. Kerokan kulit
Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan KOH 10% lalu dilakukan
kerokan dengan meggunakan scalpel steril yang bertujuan untuk mengangkat atap
papula atau kanalikuli. Bahan pemeriksaan diletakkan di gelas objek dan ditutup
dengan kaca penutup lalu diperiksa dibawah mikroskop
2. Mengambil tungau dengan jarum
Bila menemukan terowongan, gunakan jarum suntik yang runcing untuk
ditusukkan kedalam terowongan yang utuh dan digerakkan secara tangensial ke
ujung lainnya kemudian dikeluarkan. Bila positif, tungau akan terlihat pada ujung
jarum sebagai parasit yang sangat kecil dan transparan. Cara ini mudah dilakukan
tetapi memerlukan keahlian tinggi
3. Burrow ink test
Identifikasi terowongan bisa dibantu dengan cara mewarnai daerah lesi
dengan tintahitam. Papul scabies dilapisi dengan tinta cina, dibiarkan selama 20-
30 menit. Setelahtinta dibersihkan dengan kapas alkohol, terowongan tersebut
akan kelihatan lebih gelap dibandingkan kulit di sekitarnya karena akumulasi tinta
didalam terowongan. Tes dinyatakan positif bila terbetuk gambaran kanalikuli
yang khas berupa garis menyerupai bentuk zigzag.

20
4. Uji tetrasiklin
Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk ke dalam kanalikuli.
Setelah dibersihkan, dengan menggunakan sinar ultraviolet dari lampu Wood,
tetrasiklin tersebutakan memberikan fluoresensi kuning keemasan pada kanalikuli.
5. Epidermal shave biopsy
Diagnosis pasti dapat melalui identifikasi tungau, telur atau skibala secara
mikroskopik. Ini dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan ibu jari dan telunjuk
kemudian dibuat irisan tipis, dan dilakukan irisan superfisial secara menggunakan
pisau dan berhati-hati dalam melakukannya agar tidak berdarah. Kerokan tersebut
diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi dengan minyak mineral yang kemudian
diperiksa dibawah mikroskop.

3.1.7 Diagnosis Banding


1. Prurigo nodularis
Merupakan tanda klinik yang kronis yaitu nodul yang gatal dan secara
histologi ditandai adanya hiperkeratosis dan akantosis hingga ke bawah
epidermis. Sedangkan pada skabies ditemukan Sarcoptes scabiei di bagian
teratas epidermis yang mengalami akantosis. Pada prurigo, penyebabnya
belum diketahui. Namun dalam beberapa kasus, faktor stress emosional
menjadi salah satu pemicu sehingga sulit untuk ditentukan apakah ini adalah
penyebab atau akibat dari prurigo sedangkan pada skabies disebabkan oleh
adanya tungau Sarcoptes scabiei melalui pewarnaan Hematoksilin-Eosin
(H.E).6
2. Pedikulosis korporis
pedikulosis korporis adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh
pediculus humanus var corporis, juga kebanyakan menyerang orang dewasa
dan menular, penyebaran penyakitnya bersifat kosmopolit, lebih sering pada
daerah beriklim dingin , yang dimana terdapat bekas garukan dan terasa gatal
namun gatalnya tidak hanya pada malam hari, yang kadang juiga disertai
dengan pembesaran kelenjar getah bening. Pedikulosis korporis juga
merupakan penyakit kulit akibat infestasi parasit. Pada pedikuloasis

21
penemuan telur dan titik merah pada pakaian maupun pakaian dalam akibat
darah bekas gigitan tungau dapat menjadi ciri khas. Selain itu, lesi berbentuk
kanalikuli juga tidak didapatkan pada pedikulosis korporis.

3.1.8 Penegakan Diagnosis5


Diagnosis scabies dapat ditegakkan apabila memenuhi 2 dari 4 tanda
kardinal, yaitu:
1. Pruritus nocturna
2. Menyerang manusia berkelompok
3. Adanya terowongan
4. Menemukan Sarcoptes scabiei
Pada 2018, International Alliance for the Control of Scabies (IACS)
mengeluarkan konsensus untuk diagnosis scabies sebagai berikut:5
A: Diagnosis pasti scabies
Setidaknya ditemukan satu dari:
A1: Tungau, telur atau kotoran (scybala) pada mikroskop cahaya dari sampel
kulit
A2: Tungau, telur atau scybala divisualisasikan pada individu menggunakan
perangkat pencitraan bertenaga tinggi
A3: Tungau divisualisasikan pada individu menggunakan dermoskopi
B: Diagnosis klinis scabies
Setidaknya ditemukan satu dari:
B1: Liang scabies
B2: Lesi khas yang mempengaruhi genitalia pria
B3: Lesi khas pada distribusi tipikal dan dua fitur riwayat
C: Curiga scabies
Satu dari:
C1: Lesi khas pada distribusi tipikal dan satu fitur riwayat
C2: Lesi atipikal atau distribusi atipikal dan dua fitur riwayat
Fitur riwayat

22
H1: Gatal
H2: Kontak langsung dengan individu yang memiliki gatal atau lesi khas dalam
distribusi khas

3.1.9 Komplikasi
Impetiginisasi sekunder dapat terjadi dan glomerulonephritis post
streptokokus merupakan hasil dari pyoderma yang diinduksi scabies yang
disebabkan oleh Streptococcus pyogenes. Komplikasi berupa limfangitis dan
septikemia juga telah dilaporkan pada skabies berkrusta. Akhirnya, serangan
scabies juga bisa memicu pemfigoid bulosa4

3.1.10 Tata Laksana


Terdapat beberapa terapi untuk skabies yang memiliki tingkat efektifitas
yang bervariasi. Faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan yang antara lain
umur pasien, biaya pengobatan, berat derajat erupsi, dan faktor kegagalan terapi
yang pernah diberikan sebelumnya.3
Pada pasien dewasa, skabisid topikal harus dioleskan di seluruh
permukaan tubuh kecuali area wajah dan kulit kepala,dan lebih difokuskan di
daerah sela-sela jari, inguinal, genital, area lipatan kulit sekitar kuku, dan area
belakang telinga. Pada pasien anak dan skabies berkrusta, area wajah dan kulit
kepala juga harus dioleskan skabisid topikal. Pasien harus diinformasikan bahwa
walaupun telah diberikan terapi skabisidal yang adekuat, ruam dan rasa gatal di
kulit dapat tetap menetap hingga 4 minggu. Jika tidak diberikan penjelasan, pasien
akan beranggapan bahwa pengobatan yang diberikan tidak berhasil dan kemudian
akan menggunakan obat anti skabies secara berlebihan. Steroid topikal, anti
histamin maupun steroid sistemik jangka pendek dapat diberikan untuk
menghilangkan ruam dan gatal pada pasien yang tidak membaik setelah
pemberian terapi skabisid yang lengkap.3

Penatalaksanaan secara umum

23
Edukasi pada pasien scabies 7,8 :
1. Mandi dengan air hangat dan keringkan badan.
2. Pengobatan meliputi seluruh bagian dari kulit tanpa terkecuali baik yang
yang terkena oleh skabies ataupun bagian kulit yang tidak terkena.
3. Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya dilakukan
pada malam hari sebelum tidur.
4. Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan.
5. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan teratur
dan bila perlu direndam dengan air panas
6. Jangan ulangi penggunaan skabisid yang berlebihan dalam seminggu
walaupun rasa gatal yang mungkin masih timbul selama beberapa hari.
7. Setiap orang di yang tinggal dalam satu rumah sebaiknya mendapatkan
penanganan di waktu yang sama.
8. Melapor ke dokter anda setelah satu minggu

Penatalaksanaan secara khusus


Ada banyak cara pengobatan secara khusus pada pengobatan skabies dapat berupa
topikal maupun oral antara lain :
a. Permethrin7
Permethrin merupakan sintesa dari pyrethtoid, sifat skabisidnya
sangat baik. obat ini merupakan pilihan pertama dalam pengobatan skabies
karena efek toksisitasnya terhadap mamalia sangat rendah dan
kecenderungan keracunan akibat salah dalam penggunaannya sangat kecil.
Hal ini disebabkan karena hanya sedikit yang terabsorbsi dan cepat
dimetabolisme di kulit dan deksresikan di urin. Tersedia dalam bentuk
krim 5 % dosis tunggal digunakan selama 8-12 jam, digunakan malam hari
sekali dalam 1 minggu selama 2 minggu, apabila belum sembuh bisa
dilanjutkan dengan pemberian kedua setelah 1 minggu. Permethrin tidak
dapat diberikan pada bayi yang kurang dari 2 bulan, wanita hamil, dan ibu
menyusui. Efek samping jarang ditemukan berupa rasa terbakar, perih, dan
gatal. Beberapa studi menunjukkan tingkat keberhasilan permetrin lebih

24
tinggi dari lindane dan crotamiton. Kelemahannya merupakan obat topikal
yang mahal.

b. Presipitat Sulfur 2-10%7


Presipitat sulfur adalah antiskabietik tertua yang telah lama
digunakan, sejak 25 M. Preparat sulfur yang tersedia dalam bentuk salep
(2% -10%) dan umumnya salep konsentrasi 6% lebih disukai. Cara
aplikasi salep sangat sederhana, yakni mengoleskan salep setelah mandi ke
seluruh kulit tubuh selama 24 jam tiga hari berturut-turut. Keuntungan
penggunaan obat ini adalah harganya yang murah dan mungkin
merupakan satu-satunya pilihan di negara yang membutuhkan terapi
massal.
Bila kontak dengan jaringan hidup, preparat ini akan membentuk
hidrogen sulfida dan pentathionic acid (CH2S5O6) yang bersifat germisid
dan fungisid. Secara umum sulfur bersifat aman bila digunakan oleh anak-
anak, wanita hamil dan menyusui serta efektif dalam konsentrasi 2,5%
pada bayi. Kerugian pemakaian obat ini adalah bau tidak enak, mewarnai
pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi.
c. Benzyl benzoate7
Benzyl benzoate adalah ester asam benzoat dan alkohol benzil
yang merupakan bahan sintesis balsam peru. Benzyl benzoate bersifat
neurotoksik pada tungau skabies. Digunakan sebagai 25% emulsi dengan
periode kontak 24 jam dan pada usia dewasa muda atau anak-anak, dosis
dapat dikurangi menjadi 12,5%. Benzyl benzoate sangat efektif bila
digunakan dengan baik dan teratur dan secara kosmetik bisa diterima. Efek
samping dari benzyl benzoate dapat menyebabkan dermatitis iritan pada
wajah dan skrotum, karena itu penderita harus diingatkan untuk tidak
menggunakan secara berlebihan. Penggunaan berulang dapat
menyebabkan dermatitis alergi. Terapi ini dikontraindikasikan pada wanita
hamil dan menyusui, bayi, dan anak-anak kurang dari 2 tahun. Tapi benzyl
benzoate lebih efektif dalam pengelolaan resistant crusted scabies. Di
negara-negara berkembang dimana sumber daya yang terbatas, benzyl

25
benzoate digunakan dalam pengelolaan skabies sebagai alternatif yang
lebih murah.

d. Lindane (Gamma benzene heksaklorida)7


Lindane juga dikenal sebagai hexaklorida gamma benzena, adalah
sebuah insektisida yang bekerja pada sistem saraf pusat tungau. Lindane
diserap masuk ke mukosa paru-paru, mukosa usus, dan selaput lendir
kemudian keseluruh bagian tubuh tungau dengan konsentrasi tinggi pada
jaringan yang kaya lipid dan kulit yang menyebabkan eksitasi, konvulsi,
dan kematian tungau, lindane dimetabolisme dan diekskresikan melalui
urin dan feses.
Lindane tersedia dalam bentuk krim, losion, gel, tidak berbau dan
tidak berwarna. Pemakaian secara tunggal dengan mengoleskan ke seluruh
tubuh dari leher ke bawah selama 12-24 jam dalam bentuk 1% krim atau
losion. Setelah pemakaian dicuci bersih dan dapat diaplikasikan lagi
setelah 1 minggu. Hal ini untuk memusnahkan larva-larva yang menetas
dan tidak musnah oleh pengobatan sebelumnya. Beberapa penelitian
menunjukkan penggunaan lindane selama 6 jam sudah efektif. Dianjurkan
untuk tidak mengulangi pengobatan dalam 7 hari, serta tidak
menggunakan konsentrasi lain selain 1%.
Efek samping lindane antara lain menyebabkan toksisitas sistem
saraf pusat, kejang, dan bahkan kematian pada anak atau bayi walaupun
jarang terjadi. Tanda-tanda klinis toksisitas SSP setelah keracunan lindane
yaitu sakit kepala, mual, pusing, muntah, gelisah, tremor, disorientasi,
kelemahan, berkedut dari kelopak mata, kejang, kegagalan pernapasan,
koma, dan kematian. Beberapa bukti menunjukkan lindane dapat
mempengaruhi perjalanan fisiologis kelainan darah seperti anemia
aplastik, trombositopenia, dan pansitopenia.

e. Crotamiton krim (Crotonyl-N-Ethyl-O-Toluidine7)


Crotamion (crotonyl-N-etil-o-toluidin) digunakan sebagai krim
10% atau losion. Tingkat keberhasilan bervariasi antara 50% dan 70%.

26
Hasil terbaik telah diperoleh bila diaplikasikan dua kali sehari selama lima
hari berturut-turut setelah mandi dan mengganti pakaian dari leher ke
bawah selama 2 malam, kemudian dicuci setelah aplikasi kedua. Efek
samping yang ditimbulkan berupa iritasi bila digunakan jangka panjang.
Beberapa ahli beranggapan bahwa krim ini tidak direkomendasikan
terhadap skabies karena kurangnya efikasi dan data penunjang tentang
tingkat keracunan terhadap obat tersebut. Crotamiton 10% dalam krim atau
losion, tidak mempunyai efek sistemik dan aman digunakan pada wanita
hamil, bayi dan anak kecil.
f. Ivermectin7
Ivermectin adalah bahan semisintetik yang dihasilkan oleh
Streptomyces avermitilis, anti parasit yang strukturnya mirip antibiotik
makrolid, namun tidak mempunyai aktifitas sebagai antibiotik, diketahui
aktif melawan ekto dan endo parasit. Digunakan secara meluas pada
pengobatan hewan, pada mamalia, pada manusia digunakan untuk
pengobatan penyakit filaria terutama oncocerciasis. Diberikan secara oral,
dosis tunggal, 200 ug/kgBB dan dilaporkan efektif untuk skabies.
Digunakan pada umur lebih dari 5 tahun. Juga dilaporkan secara khusus
tentang formulasi ivermectin topikal efektif untuk mengobati skabies. Efek
samping yang sering adalah kontak dermatitis dan toxicepidermal
necrolysis.

3.1.11 Prognosis
Jika tidak dirawat, kondisi ini bisa menetap untuk beberapa tahun. Pada individu
yang immunokompeten, jumlah tungau akan berkurang seiring waktu. Investasi
skabies dapat disembuhkan. Seorang individu dengan infeksi skabies, jika diobati
dengan benar, memiliki prognosis yang baik, keluhan gatal dan eksema akan
sembuh.1

27
BAB IV
ANALISA KASUS

Pengertian dari skabies itu sendiri adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh
infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabei var, hominis dan
produknya.Penyakit ini sangat mudah sekali menular dan sangat gatal terutama
pada malam hari dan mengenai sejumlah kelompok manusia.1 Pasien An. L
berusia 8 tahun datang ke poli klinik kulit dan kelamin RSUD H Abdul Manap
pada tanggal 30 Desember 2019. Dari anamnesis didapatkan bahwa An. memiliki
keluhan terdapat bintil bintil berisi cairan yang terasa gatal pada malam hari
disekitar pergelangan tangan kiri yang terasa semakin gatal dan menjalar kesekitar
dada, kemaluan bokong dan kedua kaki kanan dan kiri. Ibu pasien mengatakan
sebelumnya hanya pada pergelangan tangan lalu digaruk dan bintilnya pecah dan
mengeluarkan cairan berwana jernih. Seluruh anggota keluarga An. L juga
mengalami keluhan serupa. Hal ini telah memenuhi 2 dari 4 tanda kardinal dari
scabies sehingga diagnosa dasar dapat ditegakkan.
Skabies pada bayi dan anak. Lesi skabies pada anak dapat mengenai
seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan
sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan
jarang ditemukan. Pada bayi, lesi juga dapat ditemukan di daerah wajah. 2 Dari
pemeriksaan fisik didapatkan lesi skabies pada anak terdapat di tempat
predileksinya terjadi di sekitar kaki, siku, tangan, dada, sekitar bokong.
Efflorosensinya berupa papula atau vesikel dimana puncaknya terdapat
gambaran yang sebenarnya merupakan lorong-lorong rumah sarcoptes yang
biasanya disebut dengan istilah burrows atau kunikulus. Kunikulus ini pada
pemeriksaan fisik kadang tidak terlihat (tidak ditemukan) karena sudah hilang
akibat garukan kronis. Jika terjadi infeksi sekunder, kunikilus ini dapat menjadi
pustula.2 Berdasarkan pemeriksaan fisik, ditemukan makula dan papul, lentikular,
multiple, sirkumskrip, eritem, tepi tidak aktif, distribusi regional ditemukan pada
kaki, siku, tangan, dada, sekitar bokong, dan sekitar kelamin pasien dimana sesuai
dengan lokasi predileksi scabies dan effloresensi scabies. erosi, lentikular-

28
numular, multiple, sirkumskrip, eritem, tepi tidak aktif, distribusi regional juga
ditemukan pada bokong akibat bekas garukan.
Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang, diagnosis
ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan dermatologis.
Berdasarkan kepustakaan pemeriksaan penunjang yang disarankan dilakukan
untuk menegakkan diagnosis adalah kerokan kulit dengan KOH 10%, burrow ink
test mengambil tungau dengan jarum, uji tetrasiklin, epidermal shave biopsy :9,10

1. Kerokan kulit
Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan KOH 10% lalu dilakukan
kerokan dengan meggunakan scalpel steril yang bertujuan untuk mengangkat atap
papula atau kanalikuli. Bahan pemeriksaan diletakkan di gelas objek dan ditutup
dengan kaca penutup lalu diperiksa dibawah mikroskop9,10
2. Mengambil tungau dengan jarum
Bila menemukan terowongan, gunakan jarum suntik yang runcing untuk
ditusukkan kedalam terowongan yang utuh dan digerakkan secara tangensial ke
ujung lainnya kemudian dikeluarkan. Bila positif, tungau akan terlihat pada ujung
jarum sebagai parasit yang sangat kecil dan transparan. Cara ini mudah dilakukan
tetapi memerlukan keahlian tinggi9,10
3. Burrow ink test
Identifikasi terowongan bisa dibantu dengan cara mewarnai daerah lesi
dengan tintahitam. Papul scabies dilapisi dengan tinta cina, dibiarkan selama 20-
30 menit. Setelahtinta dibersihkan dengan kapas alkohol, terowongan tersebut
akan kelihatan lebih gelap dibandingkan kulit di sekitarnya karena akumulasi tinta
didalam terowongan. Tes dinyatakan positif bila terbetuk gambaran kanalikuli
yang khas berupa garis menyerupai bentuk zigzag. 9,10
4. Uji tetrasiklin
Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk ke dalam kanalikuli.
Setelah dibersihkan, dengan menggunakan sinar ultraviolet dari lampu Wood,
tetrasiklin tersebutakan memberikan fluoresensi kuning keemasan pada
kanalikuli.9,10

29
5. Epidermal shave biopsy
Diagnosis pasti dapat melalui identifikasi tungau, telur atau skibala secara
mikroskopik. Ini dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan ibu jari dan telunjuk
kemudian dibuat irisan tipis, dan dilakukan irisan superfisial secara menggunakan
pisau dan berhati-hati dalam melakukannya agar tidak berdarah. Kerokan tersebut
diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi dengan minyak mineral yang kemudian
diperiksa dibawah mikroskop. 9,10
Ada pendapat yang mengatakan penyakit skabies ini merupakan the
greatest imitator, karena menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal,
sebagai diagnosa banding pada scabies adalah prurigo dan pedikulosis korporis.
Dimana prurigo adalah peradangan kronis di kulit yang ditandai dengan papul dan
vesikel kecil diatasnya, disertai gatal, dan kerap kali menyerang anak-anak. Lalu
pedikulosis korporis adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh pediculus humanus
var corporis, juga kebanyakan menyerang orang dewasa dan menular, penyebaran
penyakitnya bersifat kosmopolit, lebih sering pada daerah beriklim dingin , yang
dimana terdapat bekas garukan dan terasa gatal namun gatalnya tidak hanya pada
malam hari, yang kadang juiga disertai dengan pembesaran kelenjar getah
bening.2 Dan dari anamnesis pemeriksaan fisik pada pasien ini ditegakkan
diagnosa scabies karna memiliki 2 dari 4 tanda cardinal pada scabies.

Terapi pada scabies bisa diberikan salah satu dari terapi scabies diantaranya
permethrin 5%, presipitat sulfur 2-10%, benzyl benzoate, lindane, crotamiton dan
ivermectin.3 dan pada pasien ini diberikan Topikal Salep phermetrin 5% dioleskan
tipis pada seluruh tubuh (leher-ujung jari kaki) selama 8 jam 1x seminggu dan
setelah itu di cuci bersih. Bila tidak sembuh lakukan pemberian pada minggu
kedua dan seterusnya. Serta pengobatan simtomatik dalam mengurangi rasa gatal
dengan diberikan Cetirizine tablet 10 mg 1x sehari pada malam hari, selama 5-7
hari. Sesuai dengan syarat obat yang ideal yaitu harus efektif pada semua stadium
tungau, tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksis, tidak berbau dan kotor dan
mudah diperoleh dan harga nya murah. 3 Permethrin merupakan sintesa dari
pyrethtoid, sifat skabisidnya sangat baik. obat ini merupakan pilihan pertama
dalam pengobatan skabies karena efek toksisitasnya terhadap mamalia sangat

30
rendah dan kecenderungan keracunan akibat salah dalam penggunaannya sangat
kecil. Hal ini disebabkan karena hanya sedikit yang terabsorbsi dan cepat
dimetabolisme di kulit dan deksresikan di urin.7,8
Prognosis pada pasien scabies Jika tidak dirawat, kondisi ini bisa menetap
untuk beberapa tahun. Pada individu yang immunokompeten, jumlah tungau akan
berkurang seiring waktu. Investasi skabies dapat disembuhkan. Seorang individu
dengan infeksi skabies, jika diobati dengan benar, memiliki prognosis yang baik,
keluhan gatal dan eksema akan sembuh. 1 pada pasien ini memiliki prognosis yang
baik apabila melakukan pengobatan dengan benar dan teratur.

31
BAB V
KESIMPULAN

Scabies merupakan salah satu penyakit tropis yang terabaikan dan


merupakan kondisi dermatologis yang paling umum, yang menyebabkan sebagian
besar penyakit kulit di negara berkembang terutama pada daerah tropis. Secara
global, ini diperkirakan memengaruhi lebih dari 200 juta orang setiap saat.
Estimasi prevalensi dalam literatur terkait skabies baru-baru ini berkisar dari 0,2%
hingga 71% dengan perkiraan prevalensi rata-rata 5 - 10% pada anak-anak.
Infestasi berulang sering terjadi pada penyakit ini. Namun, jika ditangani secara
cepat dan tepat, maka penyakit ini akan sembuh dengan baik dan penyebaran
penyakit ini juga dapat dihentikan.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Neglected tropical diseases: Scabies. 2018 [Tesedia di


https://www.who.int/neglected_diseases/diseases/scabies/en/ (Diakses 31
desember 2019)]
2. CDC. Scabies. 2010 [Tersedia di:
https://www.cdc.gov/parasites/scabies/index.html (Diakses 31 desember
2019)
3. Walton, S. F., Holt, D. C., Currie, B. J., & Kemp, D. J. Scabies: New Future
for a Neglected Disease. Advances in Parasitology. 2004. p309–376.
4. Kang S, et al. Scabies, Other Mi tes, and Pediculosis. Dalam Kang S, et al.
Fitzpatrick’s Dermatology. Newyork: McGraw-Hill. 2019. P3274-8
5. Daniel E, et al. Consensus criteria for the diagnosis of scabies: A Delphi
study of international experts. PLOS Neglected Tropical Diseases. 2018.
6. Perdoski. Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Di
Indonesia. Jakarta: Perdoski. 2017. 131
7. Sularsito Sri Adi , Soebaryo Retno Widowati, Kuswadji . Dermatologi
Praktis . Ed. 1. PERDOSKI. 1989
8. Soedarto., 2005. Skabies.In: Daili S.J., Makes W.I.B., Zubier F.,and
Judanarso J.Ed.Infeksi Menular Seksual Edisi 3Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta:179-184.
9. Cordoro, KM. Dermatologic Manifestations of Scabies. 2009. Available
at:http://emedicine.medscape.com/article. (Diakses 1 januari 2020)

10. Wiederkehr, M., Schwart, R. A. 2006. Scabies. Available at:


http://www.emedicine.com/DERM/topic471.htm. (Diakses 1 januari 2020)

33

Anda mungkin juga menyukai