Anda di halaman 1dari 25

KONSEP MANAJEMEN PROGRAM PENCEGAHAN DAN

PENGENDALIAN PENYAKIT DI PUSKESMAS

OLEH KELOMPOK 4 :

1. NINSI TUALAKA 6. RUBIYANTO SOARES

2. NOVITA MAKAMAI 7. SHERLY JAKARIA

3. OFI BOIMAU 8. TRIVANGKA NIUFLAPU

4. PETRONELA RADJA 9. WIWIN SONBAY

5. RINTIS NOMLENE 10. YOHANA PENI

KELAS / SEMESTER : E / III

PRODI : S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah yang berjudul “Manajemen program pencegahan pengendalian penyakit
di puskesmas” dapat tersusun hingga selesai.

Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi, pikiran, maupun
tenaga. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi
para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah
isi makalah agar menjadi lebih baik. Karena keterbatasan kelompok kami, kami
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Manajemen.......................................................................................................3-7
B. Tingkatan Manajemen....................................................................................7-8
C. Puskesmas................................................................................................8-9
D. Manajemen Program Pencegahan Penyakit...............................................9-16
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................17
B. Saran.................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan
oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar
upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah
dilaksanakan oleh periode sebelumnya.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigm
sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional. Pilar
paradigm sehat di lakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam
pembangunan, penguatan promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat. Pilar
penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses
pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis
risiko kesehatan. Dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular
dan tidak menular, pendekatan keluarga dan GERMAS diarahkan pada upaya to
detect (deteksi) yang merupakan upaya deteksi dan diagnosis dini penyakit; to
prevent (mencegah) yang merupakan upaya untuk untuk mengendalikan faktor
risiko terjadinya penyakit; upaya to response (merespon) yang dilakukan dengan
menangani kejadian penyakit, penggerakan masyarakat, dan pelaporan kejadian
penyakit; to protect (melindungi) yang merupakan upaya untuk melindungi
masyarakat dari risiko terpapar penyakit menular dan tidak menular; dan to
promote (meningkatkan) yang merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas
kesehatan masyarakat sehingga tidak mudah terpapar penyakit menular dan tidak
menular.
B. Tujuan
Setelah membuat makalah ini, mahasiswa dapat memahami tentang :
 Fungsi Manajemen
 Tingkatan Manajemen
 Puskesmas
 Manajemen Program Pencegahan Penyakit
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manajemen
Pekerjaan yang dilakukan oleh para manajer pada saat mengelola perusahaan
dapat dikelompokkan ke dalam kelompok- kelompok tugas yang memiliki tujuan
yang disebut fungsi manajemen. Fungsi manajemen diartikan sebagai sejumlah
kegiatan yang meliputi berbagai jenis pekerjaan yang digolongkan dalam satu
kelompok sehingga membentuk suatu kesatuan administratif. Koontz dan Weirich
(1993) berpendapat bahwa fungsi manajemen dikelompokkan ke dalam lima
fungsi. Kelima fungsi tersebut dilaksanakan secara simultan untuk menjamin
tercapainya tujuan perusahaan (Ismail,2009). Sebagaimana yang dikatakan oleh
Louis A. Allen di dalam bukunya “The Profession of Management” menyatakan
bahwa manajemen itu adalah suatu jenis pekerjaan khusus yang menghendaki
usaha mental dan fisik yang diperlukan untuk memimpin, merencanakan,
menyusun, mengawasi, serta meneliti. Menurut Allen pekerjaan manajer itu
mencakup empat fungsi yaitu (Ismail, 2009):
1. Memimpin (Leading)
Memimpin adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer agar orang
lain bertindak. Fungsi Leading ini terdiri dari beberapa kegiatan yaitu sebagai
berikut (Ismail, 2009):
a) Mengambil keputusan (decision making).
b) Mengadakan komunikasi (communicating).
c) Memberikan motivasi (motivating).
d) Memilih orang-orang (selecting people).
e) Mengembangkan orang-orang (developing people).
2. Merencanakan (Planning)
Kegiatan merencanakan meliputi beberapa kegiatan yaitu (Ismail, 2009):
a) Meramalkan (forecasting) adalah pekerjaan seorang manajer dalam
memperkirakan waktu yang akan datang.
b) Menetapkan maksud dan tujuan (establishing objective) yaitu pekerjaan
manajer dalam menentukan tujuan atau sasaran.
c) Mengacarakan (programming) menetapkan urutan kegiatan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan.
d) Mengatur waktu (scheduling) menetapkan urutan yang tepat, hal ini sangat
penting agar semua tindakan dapat berhasil dengan baik.
e) Menyusun anggaran belanja (budgeting) mengalokasikan sumber daya
yang ada.
f) Mengembangkan prosedur (developing procedures) menormalisasikan
cara-cara pelaksanaan pekerjaan.
g) Menetapkan dan menafsirkan kebijaksanaan (establishing and interpreting
policies) menetapkan dasar-dasar pelaksanaan pekerjaan.
3. Menyusun (Organizing)
Pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer dalam mengatur dan
menghubungkan pekerjaan yang akan dilakukan sehingga dapat
dilaksanakan dengan efektif. Fungsi manajemen organizing ini meliputi
(Ismail, 2009):
a) Merencanakan struktur organisasi.
b) Mendelegasikan tanggung jawab dan wewenang.
c) Menetapkan hubungan-hubungan.
4. Mengawasi dan meneliti (Controlling)
Pekerjaan seorang manajer dalam menilai dan mengatur pekerjaan yang
diselenggarakan dan yang telah selesai. Cara-cara pengawasan dalam
manajemen diperoleh melalui (Ismail, 2009):
a) Perkembangan derajat pekerjaan.
b) Pengukuran hasil pekerjaan.
c) Penilaian hasil pekerjaan.
d) Pengambilan tindakan perbaikan.
Sedangkan, fungsi-fungsi pokok manajemen menurut GR. Terry yang
membentuk manajemen sebagai suatu proses adalah sebagai berikut (Ismail,
2009):
1. Planning yaitu kegiatan menentukan berbagai tujuan dan penyebab
tindakan-tindakan selanjutnya yang kegiatannya meliputi (Ismail, 2009):
a) Menjelaskan, menetapkan, dan memastikan tujuan yang akan dicapai.

b) Meramalkan peristiwa atau keadaan paada waktu yang akan datang.


c) Memperkirakan kondisi-kondisi pekerjaan yang akan dilakukan.
d) Memilih tugas-tugas yang sesuai untuk mencapai tujuan.
e) Membuat rencana secara menyeluruh dengan menekankan kreativitas
agar diperoleh sesuatu yang baru dan lebih baik.
f) Membuat kebijaksanaa, proceduress, standars dan metode-metode untuk
pelaksanaan kerja.
g) Memikirkan peristiwa yang kemungkinan akan terjadi.
h) Mengubah rencana sesuai dengan petunjuk hasil pengawasan.
2. Organizing adalah kegiatan membagi pekerjaan diantara anggota kelompok
serta membuat ketentuan dalam hubungan-hubungan yang diperlukan.
Tugas-tugasnya yaitu (Ismail, 2009):
a) Membagi pekerjaan ke dalam tugas-tugas operasional
b) Mengelompokkan tugas-tugas ke dalam posisi-posisi secara operasional
c) Menggabungkan jabatan-jabatan yang opersional ke dalam unit-unit
yang saling berkaitan
d) Memilih dan menempatkan orang untuk pekerjaan yang sesuai
e) Menjelaskan persyaratan dari setiap jabatan
f) Menyesuaikan wewenang dan tanggung jawab bagi setiap anggota
g) Menyediakan berbagai fasilitas untuk pegawai
h) Menyelaraskan organisasi sesuai dengan petunjuk hasil pengawasan
3. Actuating adalah kegiatan menggerakkan anggota kelompok untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugasnya masing-masing yang
meliputi (Ismail, 2009):
a) Melakukan kegiatan berpartisipasi dengan senang hati terhadap semua
keputusan, tindakan atau perbuatan.
b) Mengarahkan dan menantang orang lain agar bekerja sebaik mungkin.
c) Memotivasi anggota.
d) Berkomunikasi secara efektif.
e) Meningkatkan anggota agar memahami potensinya secara penuh.
f) Memberi imbalan atau penghargaan terhadap pekerjaan yang telah
dilakukan dengan baik.
g) Mencukupi keperluan pegawai sesuai dengan pekerjaanya.

h) Berupaya memperbaiki pengarahan sesuai dengan petunjuk hasil


pengawasan.
4. Pengawasan (controlling) adalah kegiatan untuk menyesuaikan antara
pelaksanaanmdengan rencana-rencana yang telah ditentukan. Kegiatan-
kegiatannya yaitu meliputi (Ismail, 2009):
a) Membandingkan hasil-hasil pekerjaan dengan rencana secara
keseluruhan.
b) Menilai hasil pekerjaan sesuai dengan standar hasil kerja.
c) Membuat media pelaksanaan secara tepat.
d) Memberitahukan media pengukur pekerjaan.
e) Memindahkan data secara terperinci agar dapat terlihat perbandingan
dan penyimpangan-penyimpangannya.
f) Membuat saran tindakan-tindakan perbaikan jika dirasa perlu oleh
anggota.
g) Memberi tahu anggota yang bertanggung jawab terhadap pemberian
penjelasan.
h) Menyesuaiakan pengawasan sesuai dengan petunjuk hasil pengawasan.
Sehubungan dengan ini menurut Terry perlu memahami konsep PIRO singkatan
dari Manusia (people) merupakan sumber daya manajemen yang paling penting
tersedia bagi manajer. Gagasan (Ideas) merupakan milik yang paling berharga dari
manajer berupa pemahaman mengenai sesuatu beberapa konsep-konsep pemikiran
yang diperlukan. Resources adalah berupa sumber daya lain selain manusia juga
merupakan faktor penting untuk keberhasilan manajer dalam mengkoordinasikan
berbagai fasilitasserta mengkaitkannya satu dengan yang lainnya secara serasi.
Objectives merupakan tujuan-tujuan yang memberi makna bagi penggunaan
manusia, gagasan dan sumber daya. Harold Koontz dan Cyril O’Donel
menyebutkan bahwa terdapat lima fungsi pokok dalam manajemen yaitu (Ismail,
2009):
1. Planning.
2. Organizing.
3. Staffing.
4. Directing and Leading.
5. Controlling.

Luther Gulick sekitar 1930 mengatakan bahwa fungsi manajemen adalah


POSDCORB yaitu singkatan dari (Ismail, 2009):
P = Planning
O = Organizing
S = Staffing
D = Directing
C = Coordinating
R = Reporting
B = Budgeting
Henri Fayol menyebutkan bahwa tugas utama seorang manajer adalah sebagai
berikut (Ismail, 2009):
1. Merencanakan
2. Mengorganisasikan
3. Mengkoordinasikan
4. Mengawasi
Setiap manajer atau pimpinan harus menjalankan keempat fungsi tersebut di
dalam organisasi sehingga hasilnya merupakan suatu keseluruhan yang sistematik
(Ismail, 2009).

B. Tingkatan Manajemen
Menurut tingkatannya manajemen dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu
(Amirullah dan Haris Budiyono,2004):
1. Manajemen Puncak (Top Management)
2. Manajemen Tengah (Middle Management)
3. Manajemen Bawah (Low Management)
Beberapa Contoh:
a) Pada suatu departemen, maka tingkatan manajemennya adalah:
 Manajemen Puncak adalah menteri.
 Manajemen Tengah adalah para Direktur Jenderal.
 Manajemen Bawah adalah para kepala bagian/bidang, subbagian/sub
bidang.
b) Pada suatu Kantor Balai Besar/Eselon II, maka tingkatan manajemennya
adalah:
 Manajemen Puncak adalah Kepala Balai Besar.
 Manajemen Tengah adalah para Kepala Bagian/Kepala Bidang.
 Manajemen Bawah adalah para Kepala Sub Bagian/ Bidang.
c) Pada suatu UPT/Eselon III, maka tingkatan manajemennya adalah:
 Manajemen Puncak adalah Kepala UPT, Direktur.
 Manajemen Tengah adalah para Kepala Sub Bagian
 Manajemen Bawah adalah para Kepala Urusan

C. Puskesmas
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatanm masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya
Puskesmas berperan dalam pembangunan berwawasan kesehatan di wilayahnya
dengan tujuan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat
(kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat); mampu menjangkau
pelayanan kesehatan bermutu, hidup dalam lingkungan sehat; dan memiliki
derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Dalam melaksanakan fungsinya, puskesmas berkewajiban
melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya dan terwujudnya kecamatan sehat. Aturan
menyatakan bahwa Puskesmas berfungsi sebagai penyelenggara layanan
kesehatan baik berupa upaya kesehatan masyarakat (UKM) maupun upaya
kesehatan perorangan (UKP). Kedudukan Puskesmas sebagai “penyelenggara”
layanan kesehatan menegaskan bahwa Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis
tingkat pertama dari Dinas Kesehatan. Keberhasilan pembangunan kesehatan
berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing manusia
Indonesia.Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut
diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan
terpadu. Puskesmas adalah penanggungjawab penyelenggara upaya kesehatan
untuk jenjang tingkat pertama. Sistem Kesehatan Nasional, yang selanjutnya
disingkat SKN adalah pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua
komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna
menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Pengelolaan kesehatan dilaksanakan melalui SKN. Komponen pengelolaan
kesehatan yang disusun dalam SKN dikelompokkan dalam subsistem:
a) upaya kesehatan
b) penelitian dan pengembangan kesehatan
c) pembiayaan kesehatan
d) sumber daya manusia kesehatan
e) sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan
f) manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan
g) pemberdayaan masyarakat.
Subsistem upaya kesehatan adalah pengelolaan upaya kesehatan yang terpadu,
berkesinambungan, paripurna, dan berkualitas, meliputi upaya peningkatan,
pencegahan, pengobatan, dan pemulihan, yang diselenggarakan guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Tujuan dari
penyelenggaraan subsistem upaya kesehatan adalah terselenggaranya upaya
kesehatan yang adil, merata, terjangkau, dan bermutu untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi- tingginya.
D. Manajemen Program Pencegahan Penyakit
Kebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada penguatan upaya kesehatan
dasar (Primary Health Care) yang berkualitas terutama melalui peningkatan
jaminan kesehatan, peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan yang didukung dengan penguatan sistem kesehatan dan peningkatan
pembiayaan kesehatan. Kartu Indonesia Sehat menjadi salah satu sarana utama
dalam mendorong reformasi sektor kesehatan dalam mencapai pelayanan
kesehatan yang optimal, termasuk penguatan upaya promotif dan preventif.
Strategi pembangunan kesehatan 2015-2019 meliputi:
1) Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja,
dan Lanjut Usia yang Berkualitas.
2) Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat.
3) Meningkatkan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
4) Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar yang Berkua-litas

5) Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Rujukan yang Berkualitas


6) Meningkatkan Ketersediaan, Keterjangkauan, Pemerataan, dan Kualitas
Farmasi dan Alat Kesehatan
7) Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan
8) Meningkatkan Ketersediaan, Penyebaran, dan Mutu Sumber Daya Manusia
Kesehatan
9) Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
10) Menguatkan Manajemen, Penelitian Pengembangan dan Sistem Informasi
11) Memantapkan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Bidang Kesehatan
12) Mengembangkan dan Meningkatkan Efektifitas Pembiayaan Kesehatan
Dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah), arah
kebijakan dan strategi peningkatan pengendalian penyakit sesuai dengan
tugas fungsi Ditjen Pecegahan dan Pengendalian Penyakit adalah sebagai
berikut :
a) Peningkatan surveilans epidemiologi faktor resiko dan penyakit;
b) Peningkatan upaya preventif dan promotif termasuk pencegahan kasus
baru penyakit dalam pengendalian penyakit menular terutama TB, HIV
dan malaria dan tidak menular;
c) Pelayanan kesehatan jiwa;
d) Pencegahan dan penanggulangan kejadian luar biasa/ wabah;
e) Penatalaksanaan kasus dan pemutusan rantai penularan;
f) Peningkatan pengendalian dan promosi penurunan faktor risiko biologi
(khususnya darah tinggi, diabetes, obesitas), perilaku (khususnya
konsumi buah dan sayur, aktifitas fisik, merokok, alkohol) dan
lingkungan;
g) Peningkatan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk pengendalian
penyakit
h) Pemberdayaan dan peningkatan peran swasta dan masyarakat dalam
pengendalian penyakit.
Dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, selain kebijakan dan strategi
tersebut juga dirumuskan strategi untuk memperkuat pelaksanaan upaya
pencegahan dan pengendalian penyakit. Strategi tersebut adalah:
1) Untuk mengendalikan penyakit menular maka strategi yang dilakukan,
melalui:
a. Perluasan cakupan akses masyarakat (termasuk skrining cepat bila ada
dugaan potensi meningkatnya kejadian penyakit menular seperti Mass
Blood Survey untuk malaria) dalam memperoleh pelayanan kesehatan
terkait penyakit menular terutama di daerah-daerah yang berada di
perbatasan, kepulauan dan terpencil untuk menjamin upaya memutus
mata rantai penularan.
b. Untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan penanggulangan penyakit
menular, dibutuhkan strategi inovatif dengan memberikan otoritas pada
petugas kesehatan masyarakat (Public Health Officers), terutama hak
akses pengamatan factor risiko dan penyakit dan penentuan langkah
penanggulangannya.
c. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam membantu upaya pengendalian
penyakit melalui community base surveillance berbasis masyarakat untuk
melakukan pengamatan terhadap hal-hal yang dapat menyebabkan
masalah kesehatan dan melaporkannnya kepada petugas kesehatan agar
dapat dilakukan respon dini sehingga permasalahan kesehatan tidak
terjadi.
d. Meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dalam pengendalian penyakit
menular seperti tenaga epidemiologi, sanitasi dan laboratorium.
e. Peningkatan peran daerah khususnya kabupaten/kota yang menjadi daerah
pintu masuk negara dalam mendukung implementasi pelaksanaan
International Health Regulation (IHR) untuk upaya cegah tangkal
terhadap masuk dan keluarnya penyakit yang berpotensi menimbulkan
kedaruratan kesehatan masyarakat.
f. Menjamin ketersediaan obat dan vaksin serta alat diagnostik cepat untuk
pengendalian penyakit menular secara cepat
 Untuk pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular maka
strategi nasional pencegahan dan pengendalian PTM di Indonesia,
terdiri dari 4 pilar, yaitu:
a. Meningkatkan Advokasi dan Kemitraan dalam upaya meningkatnya
komitmen politik dan berfungsinya mekanisme koordinasi lintas
kementerian yang secara efektif dapat menjamin tersedianya
sumber daya yang cukup bagi pelaksanaan program secara
berkesinambungan.
b. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Penurunan Faktor Risiko
dengan menumbuhkan budaya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) pada komunitas melalui penerapan perilaku “CERDIK”
yang merupakan akronim dari “Cek kesehatan secara berkala,
Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dengan kalori
seimbang, Istirahat yang cukup dan Kelola stres”, dan
meningkatkan Upaya-upaya kesehatan berbasis masyarakat seperti
Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM untuk mengendalikan
faktor-faktor risiko PTM.
c. Menguatkan Sistem Pelayanan Kesehatan secara efektif dalam
pengendalian penyakit kronik melalui deteksi dini, diagnosa dini
serta pengobatan dini, termasuk penguatan tata-laksana faktor risiko
memperkuat penanganan kegawatdaruratan dan kasus-kasus yang
perlu dirujuk dengan sinkroisasi sesuai pola pelayanan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN).
d. Menguatkan Surveilans, Monitoring dan Evaluasi serta Riset bidang
PTM dalam peningkatan ketersediaan data faktor risiko dan
determinan lain PTM, angka morbiditas dan mortalitas, serta
penguatan sistem monitoring untuk mengevaluasi kemajuan
program dan kegiatan PPTM. Riset kebijakan dan kesehatan
masyarakat dalam bidang PTM amat dibutuhkan untuk menilai
bagaimana dampak dari berbagai kegiatan yang dirancang, mulai
dari advokasi, kemitraaan, promosi kesehatan dan penguatan sistem
layanan kesehatan primer erhadap berbagai indikator antara
sebelum mengukur outcome seperti penurunan prevalensi merokok
di kalangan penduduk usia 15-18 tahun.
Dalam Rencana Aksi Program ini, arah kebijakan dan strategi dalam RPJMN
dan Renstra dioperasionalisasikan dalam upaya sebagai berkut:
1. Perluasan skrining AIDS. Dalam 5 tahun akan dilakukan test pada
15.000.000 sasaran, dengan target tahun 2015 sebanyak 7.000.000 tes
dengan sasaran populasi sasaran (ibu hamil, pasangan ODHA, masyarakat
infeksi TB dan hepatitis) dan populasi kunci yaitu pengguna napza suntik,
Wanita Pekerja Seks (WPS) langsung maupun tidak langsung,
pelanggan/pasangan seks WPS, gay, waria, LSL dan warga binaan
lapas/rutan. Target tahun 2016 hingga 2019 akan dilakukan secara bertahap
untuk memenuhi targret 15.000.000 test
2. Deteksi Dini Hepatitis B dan C; sampai dengan tahun 2019 akan diharapkan
paling tidak 90% Ibu hamil telah ditawarkan untuk mengikuti Deteksi Dini
Hepatitis B, paling tidak 90% Tenaga Kesehatan dilakukan Deteksi Dini
Hepatitis B dan C; demikian halnya dengan kelompok masyarakat berisiko
tinggi lainnya seperti keluarga orang dengan Hepatitis B dan C;
Pelajar/mahasiswa Kesehatan; Orang orang dengan riwayat pernah
menjalani cuci darah, Orang dengan HIV/AIDS, pasien klinik Penyakit
Menular Seksual, Pengguna Napsa Suntik, WPS, LSL, Waria, dll paling
tidak 90% diantara mereka melakukan Deteksi Dini Hepatitis B dan C.
Secara absolut jumlah yang akan dideteksi dini sampai dengan tahun 2019
paling tidak sebesar 20 juta orang.
3. Intensifikasi penemuan kasus kusta di 14 provinsi dan147 kab/kota
4. Pemberian Obat Pencegahan Massal frambusia di 74 kabupaten endemis
5. Survey serologi frambusia dalam rangka pembuktian bebas frambusia
6. Skrining penyakit menular di pelabuhan/bandara/PLBDN yang meliputi:
skrining faktor risiko penyakit berpotensi KKM, skrining AIDS, skrining
TB, skrining HIV/AIDS, skrining kusta dan skrining penyakit tular vektor
zoonotik.
7. Memberikan otoritas pada petugas kesehatan masyarakat (Public Health
Officers) dipelabuhan/bandara/PLBD terutama hak akses pengamatan faktor
risiko dan penyakitmelalui :
1). Standarisasi nasional SOP yang digunakan oleh seluruh Kantor
KesehatanPelabuhan sesuai perkembangan kondisi terkini,
2) Penyediaan sarana dan peralatan pengamatan faktor risiko dan penyakit
sesuai dengan perkembangan teknologi,
3). Peningkatan kapasitas petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan dalam
pengamatan factor risiko dan penanggulangan penyakit,
4). Peningkatan jejaring dengan lintas sektor dan pengguna jasa,
5) Pelaksanaan kekarantinaan kesehatan dengan melakukan
pengawasan/pemeriksaan orang, barang, dan alat angkut di
Pelabuhan/Bandara/Lintas Batas.
8. Meningkatkan peran B/BTKL PP dalam upaya pengendalian faktor risiko
dan penyakit menular melalui:
1). Surveilans faktor risiko berbasis laboratorium,
2). Melaksanakan advokasi dan fasilitasi kejadian luar biasa, wabah dan
bencana di wilayah layanan,
3) Melaksanakan kajian pengendalian penyakit menular,
4)Pengembangan laboratorium pengendalian penyakit menular,
5). Meningkatkan dan mengembangkan model dan teknologi tepat guna,
6) Bersama Satuan Kerja Pusat dan Dekonsentrasi melakukan intervensi
pengendalian penyakit menular.
9. Kampanye pemakaian kelambu di daerah endemisitas tinggi
10. Pelaksanaan bulan eliminasi kaki gajah (BELKAGA)
11. Pelaksanaan gerakan 1 rumah 1 jumantik
12. Penguatan kewaspadaan dini Posko KLB melalui Public Health Emergency
Oparation Center
13. Introduksi dan demonstration vaksin baru, diantaranya Measles Rubella
(MR), JE, Pneumokokus, serta HPV pada daerah berisiko
14. Dalam hal imunisasi, dilakukan upaya:
a. Penyelenggaraan imunisasi dilaksanakan oleh pemerintah, swasta dan
masyarakat, dengan prinsip keterpaduan
b. Pemberian perhatian khusus pada wilayah rawan sosial, rawan penyakit
(KLB) dan daerah-daerah sulit secara geografis
c. Peningkatan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata serta terjangkau
melalui :
 Tersedianya pelayanan imunisasi “stasioner” yang terjangkau
masyarakat
 Tersedianya pelayanan imunisasi yang menjangkau masyarakat di
daerah
d. Peningkatan kualitas pelayanan imunisasi melalui pemenuhan petugas
yang terampil, pemenuhan coldchain dan vaksin yang berkualitas.
e. Penggerakan masyarakat untuk mau dan mampu menjangkau pelayanan
imunisasi
15. Peningkatan cakupan deteksi dini faktor risiko PTM secara proaktif dengan
mengunjungi masyarakat yang meliputi:
a. Deteksi dini kadar gas CO dalam paru pada masyarakat umum dan
sekolah, dengan sasaran 514 Kabupaten/Kota dan 20.000 Sekolah
b. Deteksi dini kapasitas paru pada masyarakat umum dan sekolah dengan
sasaran 514 Kabupaten /Kota dan 20.000 Sekolah
c. Deteksi dini osteoporosis pada masyarakat umum dengan sasaran 514
Kabupaten /Kota
d. Deteksi dini obesitas pada masyarakat umum dan sekolah dengan
sasaran 40.000 Posbindu dan 20.000 Sekolah
e. Deteksi dini tekanan dara pada masyarakat umum dan sekolah dengan
sasaran 40.000 Posbindu dan 20.000 Sekolah
f. Deteksi dini kadar alkohol dalam darah pada kelompok masyarakat
khusus (pengemudi) denga sasaran 208 terminal
g. Deteksi dini faktor risiko penggunaan zat aditif dan psikotropika dalam
tubuh, pada pengemudi dan penghuni Lapas dengan sasaran 208 terminal
dan 238 Lapas
16. Peningkatan cakupan deteksi dini PTM di FKTP
a. Deteksi dini Ca Cervix dan Ca payudara dengan metode IVA dan sadaris
pada Wanita Usia Subur (WUS), sasaran 9000 FKTP
b. Deteksi dini Diabetes Melitus pada kelompok, sasaran 9000 FKTP
c. Deteksi dini hipertensi, sasaran 9000 FKTP
d. Deteksi dini penyakit hiper tyroid, sasaran 9000 FKTP
e. Deteksi dini penyakit ginjal kronik, sasaran 9000 FKTP
f. Deteksi dini penyakit Lupus, sasaran 9000 FKTP
g. Deteksi dini penyakit thalassemia, sasaran 9000 FKTP
h. Deteksi dini penyakit Asma dan PPOK, sasaran 9000 FKTP
17. Peningkatan sistem surveilans FR dan PTM
a. Surveilans FR PTM, sasaran 40.000 Posbindu
b. Surveilans FR PTM, sasaran 20.000 Sekolah
18. Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam percepatan pengendalian
Faktor risiko PTM
a. Pembinaan kader Posbindu di Masyarakat, 40.000 Posbindu
b. Pembinaan pembina OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) dalam
pengendalian faktor risiko PTM, sasaran 20.000 Sekolah
c. Pembinaan tenaga pemantau KTR (Satpam pada fasilitas umum), sasaran
514 Kabupaten /Kota
19. Peningkatkan daya guna Kemitraan / jejaring (Dalam dan Luar Negeri)
a. Menyusun Road Map dampak pengendalian Tembakau bersama berbagai
stake holder potensial.
b. Menyusun Road Map dampak konsumsi alkohol bersama berbagai stake
holder potensial
c. Menjalin forum komunikasi dengan Aliansi Bupati/ walikota dan aliansi
PTM dalam pengendalian PTM dan dampak tembakau terhadap
kesehatan
d. Menjalin kerjasama dengan lembaga internasional dalam pengendalian
PTM dan dampak rokok terhadap kesehatan
e. Catatan stake holder potensial: Kementerian Pariwisata, Kementerian
Pendidikan, Kementerian Perhubungan, Kementerian Sosial,
Kementerian Peranan Wanita, Kementerian Perdagangan, Akademisi,
Satpol PP, Profesi (IDI, PDPI, PERDOSI, PERDOGI, PGRI, dll), PHRI,
Organda, LSM (IAKMI, YJI, YLKI, YKI, dll)
20. Peningkatan SDM Kesehatan pelaksana program PTM, sasaran 34 provinsi,
514 Kabupaten/Kota, 9000 Puskesmas.
21. Mendorong penyusunan regulasi daerah dalam bentuk: Peraturan Daerah
(Perda), Peraturan Gubernur, Walikota/ Bupati yang dapat menggerakkan
sektor lain di daerah untuk berperan aktif dalam pelaksanaan KTR di 7
(tujuh) tatanan, sasaran 34 Provinsi dan 514 Kabupaten/Kota.
22. Meningkatkan peran KKP dalam mendukung upaya pengendalian penyakit
tidak menular di wilayah pelabuhan/bandara/PLBD
23. Meningkatkan peran BBTKLPP dalam mendukung upaya pengendalian
penyakit tidak Menular
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penilaian rencana aksi program pencegahan dan pengendalian penyakit sangat
dibutuhkan dengan tujuan untuk menilai keberhasilan penyelenggaraan
pencegahan dan pengendalian penyakit di Indonesia. Penilaian dimaksudkan
untuk memberikan bobot atau nilai terhadap hasil yang dicapai dalam
keseluruhan pentahapan kegiatan, untuk proses pengambilan keputusan apakah
suatu program atau kegiatan diteruskan, dikurangi, dikembangkan atau
diperkuat. Untuk itu penilaian diarahkan guna mengkaji efektifiktas dan
efisensi pengelolaan program.
B. Saran
Saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan oleh penulis agar
penulisan makalah berikutnya lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA

Putri, Wayan dan Yuliyatni Putu. 2017. Modul Pembekalan Manajemen dan
Program Puskesmas. Bali : Fakultas Kedokteran Udayana.
Arifin, Syamsul dan Rahman, Fauzie.2018. Buku Ajar Dasar Dasar Manajemen
Kesehatan. Banjarmasin : Pustaka Banua.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. 2018. Rencana Aksi Program
Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit 2015-2019 (Revisi I - 2018). Jakarta :
Kemenkes

Anda mungkin juga menyukai