Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN

” Endometriosis”

Disusun Oleh:
Vinny Wayan M. Selan
Nim: 180402721
Kelas/semester: C/IV

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN MARANATHA
KUPANG
2023
ENDOMETRIOSIS

1. Pengertian
Endometriosis merupakan suatu lesi jinak, menyerupai sel yang melapisi uterus
dan tumbuh di luar rongga panggung atau tempat yang tidak semestinya (Hoffman,
Schorge, Halvorson, Schaffer, & Corton, 2016). Endometriosis merupakan klasifikasi
dari kista yang biasa disebut dengan kista cokelat (Susianti, 2017). Endometriosis adalah
kelainan ginekologis yang ditandai dengan adanya pertumbuhan lapiran endometrium
secara ektopik yang ditemukan di luar uterus (Rahmawati, 2016). Dalam keadaan normal,
sel-sel endometriosis akan tumbuh di dalam cavum uteri selama siklus menstruasi.
Namun ketika tidak terjasi fertilisasi maka dinding endometrium akan luruh sebagai
darah menstruasi (Wedyawati, 2017)
Endometriosis adalah keadaan ketika sel-sel endometrium yang seharusnya
terdapat hanya dalam uterus, tersebar juga ke dalam rongga pelvis (Mary Baradero dkk,
2015).Endometriosis adalah adanya kelenjar dan stroma endometrium di luar uterus
paling sering mengenai ovarium atau perlukaan peritoneum viseralis yang mengantung
(Ralph C. & Martin L., 2019).
2. Etiologi
Etiologi endometriosis belum diketahu secara pasti, namun beberapa ahli
menyimpulkan kejadian endometriosis dengan tori implantasi dan regugirtasi, metaplasia,
hormonal, serta imunologik. Penyebaran secara limfogen dari Halban menyatakan bahwa
sel endometrium masuk ke sirkulasi aliran limfa dan menyebar pada beberapa tempat. Sel
hidup mendapat rangsnagan esterogen dan progesterone dalam siklus menstruasi.
Penurunan respon imun selular terhadap antigen-antigen endometrium juga dapat
menyebabkan kejadian endometriosis. Hal ini disebabkan karena menurunnya system sel
immunitas oleh peningkatan makrofrag. Pada cairan peritoneum terdapat peningkatan
jumlah makrofag dan monosit yang menghasilkan faktor pertumbuhan dan sitokin yang
merangsang timbulnya endometrium ektopik. (Rahmawati, 2016)
3. Klasifikasi
System klasifikasi endometriosis pertama kali dibuat oleh American Fertily Society
(AFS) pada tahun 1979 yang kemudian berubah nama menjadi ASRM pada tahun 1996.
ASRM merevisi klasifikasi endometriosis pada tahun 1996, yang dikenal dengan system
skoring revisied AFS (r-AFS). Pada sistem ini endometriosis dibagi menjadi 4 antara lain
(Hoffman, Schorge, Halvorson, Schaffer, & Corton, 2016) :
a. Stadium I (endometriosis minimal) : skor 1-5
b. Stadium II (endometriosis ringan) : skor 6-15
c. Stadium III (endometriosis sedang) : skor 16-40
d. Stadium IV (endometriosis berat) : skor >40

Klasifikasi endometriosis, menurut Scott (2013) :


a. Ringan, yaitu endometriosis yang menyebar tanpa perlekatan pada anterior atau
posterior kavum Duoglasi, peritoneum pelvik, atau permukaan ovarium.
b. Sedang, yaitu :
1) Endometriosis pada satu atau dua ovarium dengan parut dan retraksi atau
endometrioma kecil.
2) Perlekatan minimal sekitar ovarium denganovarium yang mengalami
endometriosis.
3) Endometriosis pada anterior atau posterior kavum Douglasi dengan parut
dan retraksi atau perlekatan tanpa menyerang sigmoid.
c. Berat, yaitu :
1) Endometriosis pada satu atau dua ovarium dengan ukuran lebih dari 2 x 2
cm2.
2) Perlekatan satu atau dua ovarium, tuba atau kavum Douglasi karena
endometriosis.
3) Keterlibatan usus dan traktus urinarius yang nyata.

4. Manifestasi Klinik

Gejala umum yang dapat dirasakan oleh wanita dengan endometriosis adalah adanya
nyeri pelvik, disminorea (nyeri ketika menstruasi), dyspareunia (nyeri ketika senggama),
dan infertilitas (gangguan kesuburan, tidak dapat memiliki anak). Nyeri yang terjadi tidak
berkiatan dnegan besarnya endometriosis. Ada perbedaan intensitas nyeri yang dirasa
antara endometriosis berat dan ringan. Pada endometriosis berat sering didapatkan
dyschezia nyeri saat buang air besar) dibandingkan pada wanita dengan endometriosis
ringan (Karen, 2010 dalam (Rahmawati, 2016)).
Tabel 2.2 Gejala Klinis Pasien Endometriosis.
Gejala Persentase (%)

Nyeri Haid 62

Nyeri pelvis kronis 57

Dyspareunia dalam 55

Keluhan intestinal siklik 48

Infertilitas 40
5. Patofisiologi
Endometriosis berasal dari kata endometrium, yaitu jaringan yang melapisi
dinding rahim. Endometriosis terjadi bila endometrium tumbuh diluar rahim. Lokasi
tumbuhnya beragam di rongga perut, seperti di ovarium, tuba falopii, jaringan yang
menunjang uterus, daerah di antara vagina dan rectum, juga di kandung kemih.
Endometriosis bukanlah suatu infeksi menular seksual, sehingga tidak ada hubungannya
dengan apakah seorang remaja pernah berhubungan seksual atau tidak. Untuk memahami
masalah endometriosis ini, kita perlu memahami siklus menstruasi.
Dalam setiap siklus menstruasi lapisan dinding rahim menebal dengan tumbuhnya
pembuluh darah dan jaringan, untuk mempersiapkan diri menerima sel telur yang akan
dilepaskan oleh indung telur yang terhubungkan dengan rahim oleh saluran yang disebut
tuba falopii atau saluran telur. Apabila telur yang sudah matang tersebut tidak dibuahi
oleh sel sperma, maka lapisan dinding rahim tadi luruh pada akhir siklus. Lepasnya
lapisan dinding Rahim inilah yang disebut dengan peristiwa menstruasi. Keseluruhan
proses ini diatur oleh hormon, dan biasanya memerlukan waktu 28 sampai 30 hari sampai
kembali lagi ke awal proses. Salah satu teori mengatakan bahwa darah menstruasi masuk
kembali ke tuba falopii dengan membawa jaringan dari lapisan dinding rahim, sehingga
jaringan tersebut menetap dan tumbuh di luar rahim. Teori lain mengatakan bahwa sel-sel
jaringan endometrium keluar dari rahim melalui pembuluh darah atau kelenjar getah
bening, kemudian mulai tumbuh di lokasi baru. Namun, ada pula teori yang mengatakan
bahwa beberapa perempuan memang terlahir dengan sel-sel yang “salah letak”, dan dapat
tumbuh menjadi endometrial implant kelak.
Berbagai penelitian masih terus dilakukan untuk memahami endometriosis ini
dengan baik sehingga dapat menentukan cara yang tepat untuk mengobatinya. Dalam
kasus endometriosis, walaupun jaringan endometrium tumbuh di luar rahim dan menjadi
“imigran gelap” di rongga perut seperti sudah disebutkan tadi,struktur jaringan dan
pembuluh darahnya juga sama dengan endometrium yang berada di dalam rahim. Si
imigran gelap (yang selanjutnya akan kita sebut endometrial implant) ini juga akan
merespons perubahan hormon dalam siklus menstruasi.
Menjelang masa menstruasi, jaringannya juga menebal seperti saudaranya yang berada di
“tanah air”. Namun, bila endometrium dapat luruh dan melepaskan diri dari rahim dan ke
luar menjadi darah menstruasi, endometrial implant ini tidak punya jalan ke luar.
Sehingga, mereka membesar pada setiap siklus, dan gejala endometriosis (yaitu rasa sakit
hebat di daerah perut) cenderung makin lama makin parah. Intensitas rasa sakit yang
disebabkan oleh endometriosis ini sangat tergantung pada letak dan banyaknya
endometrial implant yang ada pada kita. Walaupun demikian, endometrial implant yang
sangat kecil pun dapat menyebabkan kita kesakitan luar biasa apabila terletak di dekat
saraf. Setiap bulan, selaput endometrium akan berkembang dalam rahim dan membentuk
satu lapisan seperti dinding. Lapisan ini akan menebal pada awal siklus haid sebagai
persediaan menerima telur tersenyawa (embrio). Bagaimanapun jika tidak ada, dinding
ini akan runtuh dan dibuang sebagai haid.
Endometriosis yang ada di luar rahim juga akan mengalami proses sama seperti
dalam rahim dan berdarah setiap bulan. Oleh kerana selaput ini ada di tempat tidak
sepatutnya, ia tidak boleh keluar dari badan seperti lapisan endometrium dalam rahim.
Pada masa sama, selaput ini akan menghasilkan bahan kimia yang akan mengganggu
selaput lain dan menyebabkan rasa sakit. Lama-kelamaan, lapisan endometriosis ini
semakin tebal dan membentuk benjolan atau kista (kantung berisi cecair) dalam ovary
(Prof.Dr.Nik Mohd Nasri Ismail, 2015).

6. Komplikasi
Endometriosis yang dibiarkan berkembang tanpa diobati dapat menyebabkan beberapa
komplikasi (NHS Choices, 2019) sebagai berikut :
1) Gangguan kesuburan atau infertilitas
Endometriosis dapat menutupi tuba fallopi, sehingga menghalangi sel telur
bertemu dengan sperma.
2) Kanker ovarium
Penelitian menunjukkan bahwa risiko terserang kanker ovarium (indung telur)
meningkat pada penderita endometriosis.
3) Adhesi
Jaringan endometriosis dapat membuat sejumlah organ tubuh saling menempel.
Sebagai contoh, kandung kemih dan usus dapat menempel ke rahim.
4) Kista ovarium
Hal ini bisa terjadi apabila jaringan endometriosis terletak di dalam atau di dekat
ovarim.
5) Obstruksi dinjal dan penurunan fungsi ginjal
6) Hal ini dapat terjadi karena endometriosis terletak dekat kolon dan ureter
7. Pemeriksaan penunjuang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan endometriosis sebagai
berikut (HIFERI, 2017):
1) Penanda Biokimiawi
Penyebab endometriosis antara lain disebabkan oleh inflamasi, sitokin,
interleukin, dan TNF-α dengan melihat peningkatan jumlah sitokin dalam cairan
peritoneal pada pasien. Oleh Karen itu perlu dilakukan pemeriksaan IL-6 untuk
membedakan wanita dnegan atau tanpa endometriosis, serta mnegetahui derajat
keparahan. Sementara TNF-α berperan terhadap perkembangan endometriosis dan
infertilitas pada pasien endometriosis. CA-125 digunakan sebagai penanda
endometriosis pada derajat lanjut, serta untuk membedakan endometriosis dengan
kista jinak lainnya.
2) Pencitraan
 Ultrasonografi (USG) transvaginal untuk menentukan lokasi lesi
endometriosis.
 Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk mendeteksi dan diferensiasi
endometrioma ovarium dari massa ovarium.
 Laparoskopi digunakan untuk pemeriksaan pada area yang sulit terjangkau
8. Penatalaksanaan
endometriosis dapat berupa terapi medikamentosa, operatif dan kombinasi terapi
medikamentosa dan operatif. Ini dari tujuan terapi ada untuk mengontrol nyeri, supresi
hormonal dari endometriosis aktif, dan/atau operasi pengangkatan atau destruksi lesi
endometriosis.
a) Terapi Medika Mentosa

Terapi ini bertujuan untuk mengurangi keluhan nyeri tetapi tidka dapat

memperbaii fertilitas dan bukan merupakan terapi yang efektif untuk mengatasi

endometrioma dan adesi pelvis menurut Frtiz M, dkk 2011 dalam (Hidayat &

Hendry, 2019)

b) Terapi Pembedahan

 Pembedahan konservatif adalah pemeliharaan organ reproduksi dan

erbaikan anatomi pelvis normal serta membuang semua lesi makroskopik

endometriosis

 Pembedahan definitif adalah membuang uterus dan serviks bersamaan

dengan lesi yang terlihat sementara membiarkan satu atau kedua ovarium.

Pembedahan ini dapat berupa histerektomi total, salpingo-ooforektomi

bilateral, dan pengangkatan semua sarang endometriosis yang ditemukan

(Hidayat & Hendry, 2019). Pembedahan ini hanya disarankan kepada

wanita yang mengalami infertil (Advincula, Truong, & Lobo, 2017).

Anda mungkin juga menyukai