Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

BRONKITIS PADA ANAK

OLEH:

Kelompok :8

Kelas /semester: C/IV

Nama-nama Kelompok:

1. Sabdawaty A Safan (1799027210)


2. Rosli T Sniut (179802721)
3. Sentri Snae (180002721)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat dan rahmatNya sehingga penulis
Bronkitis”

Peneliti menyadari dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karenanya penulis mengharapkan dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Puji kritik dan saran demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya .

Kupang,28 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB l PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


1.2. Rumusan masalah
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat

BAB ll TINJAUAN MASALAH

2.1. defenisi bronkitis

2.2 manifestasi klinis

2.3. klasifikasi

2.4. etiologi

2.5.patofisiologi

2.6. komlikasi

2.7. pemeriksaan penunjang

2.8. penatalaksanaan

2.9. pathway

BAB lll KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. pengkajian

3.2. diagnosa keperawatan

3.3. intervensi keperawatan

3.4. implementasi keperawatan

3.5. evaluasi

BAB lV

4.1. Kesimpulan
4.2. saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB l

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Bronkitis pada anak berbeda dengan bronkitis yang terdapat pada orang dewasa. Pada
anak bronkitis merupakan bagian dari berbagai penyakit saluran napas lain, namun ia dapat
juga merupakan penyakit tersendiri. Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang
ditanfai adanya inflamasi bronkus.

Secara klinis para ahli mengartikan sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratik dengan
batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan
merupakan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit laintetapi bronkus
ikut memegang peran ( Ngastiyah, 2005).

Penyakit bronkitis akut merupakan infeksi respiratorik akut bagian bawah (IRA-B) yang
sering terjadi pada bayi. Sekitar 20% anak pernah mengalami satu episode IRA-B dengan
mengi pada tahun pertama. Anka kejadian rawat inap berkisar 3000 sampai 5000-80.000 bayi
( Langley, 2003), kematian sekitar 2 per-100.000 bayi ( Holman, 2003). Bronkitis akut
bersifat musiman, pada umumnya terjadi pada usia kurang dari 2 tahun dengan puncak
kejadian pada usia 6 bulan pertama (Wohl, 2006).

Menurut World Health Organization (WHO) bronkitis kronis merupakan jenis penyakit
yang dekat dengan chronic obstructive pulmonary disease ataupun penyakit paru obstruktif
kronik. Saat ini, penyakit bronkitis disertai oleh sekitar 64 juta orang di dunia. Penggunaan
tembakau, merokok, virus, bakteri, parasit, dan jamur, polusi udara dalam ruangan/luar
ruangan dan debu sert bahan kimia adalah faktor resiko utama.

Angka kejadian bronkitis di indonesia sampai saat ini belum diketahui secara pasti.
Namun, bronkitis merupakan salah satu bagian dari penyakit obstruktif kronik yang terdiri
dari bronkitis kronik dan emfisema/gabungan dari keduanya (Kementrian Kesehatan RI,
2013).

Infeksi saluran pernapasan akut disebabkan oleh virus atau bakteri. pneumonia adalah
salah satu infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli).

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Klien yang Mengalami Bronkitis Dengan
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas.
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan umum

Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui
dan mampu memahami tentang penyakit bronkitis dan untuk mengetahui bagaimana
memberikan asuhan keperawatan bagi penderita bronkitis

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dalam kasus ini adalah:


1. untuk mengetahui defenisi bronkitis
2. untuk mengetahui manifestasi klinis
3. untuk mengetahui klasifikasi
4. untuk mengetahui etiologi
5. untuk mengetahui patofisiologi
6. untuk mengetahui komplikasi
7. untuk mengetahui penatalaksanaan
8. untuk mengetahui pathway
1.4. 4 Manfaat
1.4.1. Bagi masyarakat
Dapat memberikan pengetahuan mengenai penyakit Bronkitis pada orang tua, keluarga
dan masyarakat
1.4.2. Bagi penulis
Dapat memperoleh pengetahuan tentang pengelolaan asuhan keperawatan pada anak
dengan Bronkitis
BAB ll

TINJAUAN MASALAH

2.2. Definisi Bronkitis

Bronkitis merupakan penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang menyerang bronkus.
Penyakit ini banyak menyerang anak-anak yang lingkungannya banyak polutan, misalnya orang
tua yang merokok dirumah, asap kendaraan bermotor, asap hasil pembakaran pada saat masak
yang menggunakan bahan bakar kayu. Di Indonesia masih banyak keluarga yang setiap hari
menghirup polutan ini, kondisi ini menyebabkan angka kejadian penyakit bronkhitis sangat
tinggi (Marni, 2014)

Bronkitis umumnya disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, RSV, virus influenza, virus
parainfluenza, Adenovirus, virus rubeola, dan Paramixovirus dan bronkitis karena bakteri
biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma pneumonia,Bordetella pertussis, atau Corynebacterium
diphtheria (Rahajoe, 2012)

Bronkitis (sering disebut trakeobronkitis) adalah inflamasi jalan napas utama (trakea dan
bronkus), yang sering berkaitan dengan ISPA. Agens virus merupakan penyebab utama penyakit
ini, meskipun Mycoplasma Pneumoniae merupakan penyebab tersering pada anak anak yang
berusia lebih dari enam tahu. Kondisi ini dicirikan dengan batuk non produktif dan kering yang
memburuk dimalam hari dan menjadi produktif dalam 2 sampai 3 hari (Wong, 2008). Bronkitis
adalah peradangan (inflamasi) pada selaput lendir (mukosa) bronkus (salauran pernapasan dari
trakea hingga saluran napas di dalam paru – paru). Peradangan ini mengakibatkan permukaan
bronkus membengkak (menebal) sehingga saluran pernapasan relatif menyempit (Depkes RI,
2015). Jadi bronkitis adalah peradangan pada bronkus yang disebabkan oleh virus atau bakteri
yang mengakibatkan terjadinya penyempitan pada saluran bronkus yang disebabkan mukus yang
berlebihan di bronkus mengakibatkan sesak napas dan batuk berlendir bagi penderita yang
merupakan gejala utama pada penderita bronkitis.

Bronkitis dibagi menjadi dua:

1. Bronkitis akut
Merupakan infeksi saluran pernapasan akut bawah. Ditandai dengan awitan gejala yang
mendadak dan berlangsung lebih singkat. Pada bronkitis jenis ini, inflamasi (peradangan
bronkus biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, dan kondisinya diperparah
oleh pemaparan terhadap iritan, seperti asap rokok, udara kotor, debu, asap kimiawi, dll
2. Bronkitis kronis
Pada bronkitis kronik peradangan bronkus tetap berlanjut selama beberapa waktu dan
terjadi obstruksi/hambatan pada aliran udara yang normal didalam bronkus
2.2. Manifestasi Klinis
Biasanya penyakit dimulai dengan tanda – tanda infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
atas yang disebabkan oleh virus. Batuk mula – mula kering, setelah 2 atau 3 hari batuk mulai
berdahak dan menimbulkan suara lendir. Pada anak dahak yang mukoid (kental) susah
ditemukan karena sering ditelan. Mungkin dahak berwarna kuning dan kental tetapi tidak
selalu berarti telah terjadi infeksi bakteri sekunder. Anak besar sering mengelauh rasa sakit
retrosternal dan pada anak kecil dapat terjadi sesak napas.
Pada beberapa hari pertama tidak terdapat kelainan pada pemeriksaan dada tetapi
kemudian dapat timbul ronki basah kasar dan suara napas kasar. Batuk biasanya akan
menghilang setelah 2 – 3 minggu. Bila setelah 2 minggu batuk masih tetap ada,mungkin telah
terjadi kolaps paru segmental atau terjadi infeksi paru sekunder. Mengi (Wheezing) mungkin
saja terdapat pada pasien bronkitis. Mengi dapat murni merupakan tanda bronkitis akut,
tetapi juga kemungkinan merupakan manifestasi asma pada anak tersebut, lebih – lebih bila
keadaan ini sudah terjadi berulang kali (Ngastiyah, 2005). Adapun tanda dan gejala umum
bronkitis , adalah sebagai berikut :
1. Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)
2. Sesak napas ketika melakukan olahraga atau aktivitas ringan.
3. Sering menderita infeksi pernapasan (misalnya, flu)
4. Napas berat
5. Mudah lelah
6. Pembengkakan pergelangan kaki dan tungkai kiri dan kanan.
7. Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
8. Pipi tampak kemerahan
9. Sakit kapala dan
10. Gangguan penglihatan.
2.3. Klasifikasi
Bronkitis dapat diklasifikasi sebagai bronkitis akut dan bronkitis kronis.
a. Bronkitis Akut Bronkitis akut pada bayi dan anak yang biasanya bersama juga dengan
trakeitis, merupakan penyakit infeksi saluran napas akut (ISPA) bawah yang sering
dijumpai (Ngastiyah, 2005). Walaupun diagnosis bronkitis akut seringkali dibuat, namun
pada anak anak keadaan ini mungkin tidak dijumpai sebagai klinis tersendiri. Bronkitis
merupakan akibat beberapa keadaan lain saluran pernapasan atas dan bawah, dan trakea
biasanya terlibat. Bronkitis asamtis adalah bentuk asama yang sering terancukan dengan
bronkitis akut. Pada berbagai infeksi saluran pernapasan (Robert, 1999).
b. Bronkitis Kronis Belum ada persesuaian pendapat mengenai bronkitis kronis, yang ada
ialah mrngenai batuk kronik dan atau berulang yang disingkat (BKB). BKB ialah
keadaan klinis yang disebabkan oleh berbagai penyebab dengan gejala batuk yang
berlangsung sekurang kurangnya 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit
3 kali dalam 3 bulan, dengan memakai batasan ini secara klinis jelas bahwa bronkitis
kronis pada anak adalah batuk kronik dan atau berulang (BKB) yang telah disingkirkan
penyebab – penyebab BKB itu misalnya asma atau infeksi kronis saluran napas dan
sebagainya (Ngastiyah, 2005). Walaupun belum ada keseragaman mengenai patologi dan
patofisiologi bronkitis kronis, tetapi kesimpulan akibat jangka panjang umumnya sama.
Berbagai penelitian menunjukan bahwa bayi sampai anak umur 5 tahun yang menderita
bronkitis kronik akan mempunyai resiko lebih besar untuk menderita gangguan pada
saluran napas kronik setelah umur 20 tahun, terutama jika pasien tersebut merokok akan
mempercepat menurunnya fungsi paru (Ngastiyah, 2005).
2.4. Etiologi

pada anak usia diatas 5 tahun atau remaja, bordetella pertussis dan Corynebacterium
diphtheria biasa terjadi pada anak yang tidak diimunisasi dan dihubungkan dengan kejadian
trakeobronkitis, yang selama stadium kataral pertussis, gejala-gejala infeksi respiratori lebih
dominan.

Gejala khas berupa batuk kuat berturut-turut dala satu ekspirasi yang diikuti dengan usaha keras
dan mendadak untuk inspirasi, sehingga menimbulkan whoop. Batuk biasanya menghasilkan
mucus yang kental dan lengket (Rahajoe, 2012)

Menurut Marni (2014), penyakit ini bisa disebabkan oleh virus dan bakteri. Virus yang sering
menyebabkan penyakit Respiratorik Syncytial Virus. Penyebab lain yang sering terjadi pada
bronkhitis ini adalah asap rokok, baik perokok aktif maupun perokok pasif, atau sering
menghirup udara yang mengandung zat iritan

2.5. Patofisologi

Serangan bronkitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul kembali
dengan eksaserbasi akut dari bronkitis kronis. Pada umumnya, virus merupakan awal dari
serangan bronkitis akut pada infeksi saluran napas bagian atas. Dokter akan mendiagnosis
bronkitis kronis jika pasien mengalami produksi sputum selama kurang lebih tiga bulan dalam
satu tahun atau paling sedikit dalam dua tahun berturut – turut.

Serangan bronkitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun non infeksi
(terutama rokok). Iritan (zat yang menyebabakan iritasi) akan menyebabkan timbulnya respons
inflamansi yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan bronkospasme.
Tidak seperti emfisema, bronkitis lebih mempengaruhi jalan naps kecil dan besar dibandingkan
alveoli. Dalam keadaan bronkitis, alian udara masih memungkinkan tidak mengalami hambatan.
Pasien dengan bronkhitis kronis akan mengalami :

a. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkhus besar sehingga
meningkatkan produksi mukus.

b. Mukus lebih kental

c. Kerusakan fungsi siliari yang dapat menurunkan mekanisme pembersihan mukus.


Pada keadaan normal, paru – paru memiliki kemampuan yang disebut “mucocilliary
defence”, yaitu sistem penjagaan paru – paru yang dilakuakn oleh mukus dan siliari. Pada pasien
dengan bronkitis akut, sistem mucocilliary defence paru – paru mengalami kerusakan sehingga
lebih muda terserang infeksi.

Ketika infeksi timbul, kelenjar, mukus akan menjadi hipertropi dan hiperplasia (ukuran
membesar dan jumlah betambah) sehingga produksi mukus akan meningkat. Infeksi
menyebabkan dinding bronkial meradang, menebal (sering kali sampai dua kali ketebalan
normal), dan mengeluarkan mukus kental.

Adanya mukus kental dari dinding bronkial dan mukus yang dihasilkan kelenjar mukus
dalam jumlah banyak akan mengahambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran
udara besar. Bronkitis kronis mula – mula hanya mempengaruhi bronkus besar, namun lambat
laun akan mempengaruhi seluruh saluran napas.

Mukus yang kental dan pembesaran bronkus akan mengobstruksi jalan napas terutama
selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara terperangkap pada bagian
distal ari paru – paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolus, hipoksia, dan
asidosis. Pasien mengalami kekurangan O2 jaringan dan ratio ventilasi perfusi abnormal timbul,
dimana terjadi penurunan PO2 kerusakan ventilasi juga dapat meningkatkan nilai PCO2,
sehingga pasien terlihat sianosis, sebagai kompensasi dari hipoksemia, maka terjadi polisitemia
(produksi eritrosit berlebihan).

Pada saat penyakit bertambah parah, sering ditemukan produksi sejumlah sputum yang
hitam, biasanya karena infeksi pulmonari. Selama infeksi, pasien mengalami reduksi pada FEV
dengan peningkatan pada RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak ditanggulangi, hipoksemia
akan timbul yang akhirnya menuju penyakit cor pulmonal dan CHF (Congestive Heart Failure)
(Soemantri, 2007).

2.6. Komplikasi
Bronkitis akut yang tidak diobati secara benar cenderung menjadi bronitis kronis, sedangkan
bronkitis kronis memungkinkan anak mudah mendapat infeksi. Gangguan pernapasan secara
langsung sebagai akibat bronkitis kronis ialah bila lendir tetap tinggal di dalam paru akan
menyebabkan terjadinya atelektasis atau bronkiektasis, kelainan ini akan menambah penderitaan
pasien lebih lama.

Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang dapat
terjadi Orhithis Media, Sinusitis dan Pneumonia.

Untuk menghindarkan terjadinya komplikasi ini pasien bronkitis harus mendapatkan


pengobatan dan perawatan yang benar sehingga lendir tidak selalu tertinggal dalam paru.
Berikan banyak minum untuk membantu mengencerkan lendir, berikan buah dan makanan
bergizi untuk mempertinggi daya tahan tubuh.
Pada anak yang sudah mengerti beritahukan bagaimana sikapnya jika sedang batuk dan apa
yang perlu dilakukan. Pada bayi batuk – batuk yang keras sering diakhiri dengan muntah,
biasanya bercampur lendir. Setelah muntah bayi menjadi agak tenang. Tetapi bila muntah
berkelanjutan, maka maka dengan keluarnya makanan dapat menyebabkan bayi menjadi kurus
serta menurunkan daya tahan tubuh. Untuk mengurangi kemungkinan tersebut setelah bayi
muntah dan tenang perlu diberikan minum susu atau makanan lain (Ngastiyah, 2005).
Menurut Marni (2014) komplikasi bronchitis dengan kondisi kesehatan yang buruk, antara lain :

a. Sniusitis

b. Otitis media

c. Bronkhietasis

d. PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik)

e. Gagal napas

2.7. pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan foto toraks anteror – posterior dilakuakan untuk menilai derajat progersifitas
penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruktif menahun.

b. Pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratotium menunjukan adanya perubahan pada peningkatan eosinofil


(berdasarkan pada hasil hitungan jenis darah). Sputum 20 diperiksa secara maskrokopis untuk
diagnosis banding dengan tuberkulosis paru (Soemantri, 2007).

2.7. Penatalaksanaan

Karena penyebab bronchitis pada umumnya virus maka belum ada obat kausal. Anti biotik
tidak berguna. Obat yang diberikan berikan biasanya untuk penurun demam, banyak minum
terutama sari buah-buahan, obat penekan batuk tidak diberikan pada batuk yang banyak lender,
lebih baik diberi banyak minum.

Bila batuk tetap ada dan tidak ada perbaikan setelah 2 minggu maka perlu dicurigai adanya
infeksi bakteri sekunder dan antibiotic boleh diberikan, asal sudah disingkirkan adanya asma
atau pertussis. Pemberian antibiotic yang serasi untuk M. pneumonia dan H. influenza sebagai
bakteri penyerang sekunder misalnya Amoksisilin, Kotrimoksazol dan golongan makrolid.
Antibiotic diberikan 7-10 hari dan bila tidak berhasil maka perlu dilakukan foto toraks untuk
menyingkirkan kemungkinan kolaps paru segmental dan lobaris, benda asing dalam saluran
napas, dan tuberkulosis
Klien dengan bronchitis tidak dirawat di rumah sakit kecuali ada komplikasi yang menurut
dokter perlu perawatan di rumah sakit, oleh karenanya perawatan lebih di tujukan sebagai
petunjuk pada orang tua. Masalah yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk yang lama dan
resiko terjadi komplikasi.sss

1. Akibat batuk yang lama


Pada bronchitis gejala batuk sangat menonjol, dan sering terjadi siang dan malam
terutama pagi-pagi sekali yang menyebabkan klien kurang istirahatatau tidur, klien akan
terganggu rasa aman dan nyamannya. Akibat lain adalah terjadinya daya tahan tubuh
klien menurun, anoreksia, sehingga berat badannya sukar naik
Untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak bertambah
banyak dengan memberikan obat secara benar dan membatasi aktivitas anak untuk
mencegah keluar banyak keringat, karena jika baju basah juga akan mengakibatkan
batuk-batuk (karena dingin).
2. Terjadi komplikasi
Gangguan pernafasan secara langsung sebagai akibat bronchitis kronik ialah bila lender
tetap tinggal didalam paru akan menyebabkan terjadinya atelectasis atau bronkiektasis;
kelainan ini akan menambah penderitaan klien lebih lama
Untuk menghindari terjadinya komplikasi ini pasiean brokitis harus mendapatkan
pengobatan dan perawatan yang benar sehingga lendir tidak selalu tertinggal dalam paru.
Berikan banyak minum untuk membantu mngencerkan lendir; berikan buah dan makanan
yang bergizi untuk mempertinggi daya tahan tubuh.
Pada anak yang sudah mengerti beritahukan bagaimana sikapnya jika ia sendang batuk
dan apa yang harus dilakukan. Pada bayi batukbatuk yang keras sering di akhiri dengan
muntah, biasanya tercampur dengan lendir. Setelah muntah bayi menjadi agak tenang.
Tetapi bila muntah berkelanjutan, maka dengan keluarnya makanan dapat menyebabkan
bayi menjadi kurus serta menurunkan daya tahan tubuh. Untuk mengurangi kemungkinan
tersebut setelah bayi muntah dan tenang perlu di berikan minum susu dan makanan lain.
2.9. pathway

Saluran napas dalam Invasi virus respiratory sinsitial, adeno


virus parainfluensa, rhinovirus, alergen,
emosi/stress, obat-obatan, infeksi, asap
rokok.

hipertermi Gangguan pembersihan di paru-paru

Radang/inflamasi
Radang bronkial
pada bronkuse

Akumulasi mukus Kontriksi berlebih


Produksi mukus

Timbul reaksi balik Edema/ pembengkakan Hiperventiasi paru


pada mukosa/sekret

Pengeluaran energi Ketidakefektifan atelektasis


berlebihan bersihan jalan napas

kelelahan Intoleransi aktivitas hipoxemia

aneroksia
Kompensasi
Ketidakseimbangan frekuensi nafas
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Ketidakefektifan
bersihan jalan
napas
BAB lll

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian

1. Identitas klien

Penderita berjenis kelamin laki-laki, usia antara 50-60 tahun, biasanya pasien menderita Penyakit
Paru Obstruksi Kronik bekerja di pabrik atau merokok Keluhan utama Penyakit Paru Obstruksi
Kronik

2. Keluhan utama Penyakit Paru Obstruksi Kronik

Keluhan utama yang sering pada klien Penyakit Paru Obstruksi Krinis yaitu: sesak nafas, batuk
tak kunjung sembuh, ditemukan suara nafas wheezing.

3 Riwayat penyakit sekarang

Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang diderita oleh klien mulai
timbulnya keluhan yang dirasakan sampai klien dibawa ke Rumah sakit, dan apakah pernah
memeriksakan diri ketempat lain selain rumah sakit umum serta pengobatan apa yang pernah
diberikan dan bagaimana perubahannya dan data yang didapatkan saat pengkajian.

 Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat sebelumnya misalnya bronkitis kronik,
riwayat penggunaan obat-obatan (antitrypsin)
 Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit paru-paru lainnya
 Pemeriksaan Fisik head totoe
a) Keadaan umum
Tampak lemah, sakit berat
b) Tanda – tanda vital
TD menurun, nafas seak, nadi lemah dan cepat, suhu meningkat, sianosis.
c) TB/BB
Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan

d) Kulit
Inspeksi : biasanya tampak pucat dan sianosis
Palpasi : biasanya turgor kulit jelek
e) Rambut
Inspeksi : lihat distribusi rambut merata atau tidak, bersih atau bercabang, halus dan
kasar. Palpasi : mudah rontok atau tidak
f) Kuku
Inspeksi : lihat kondisi kukunpucat atau tidak, ada sianosis atau tidak
Palpasi : CRT<2 detik
g) Kepala
Inspeksi : lihat kesimetrisan, biasanya kliean mengeluh sakit kepala
Palpasi : periksa adanya benjolan atau nyeri
h) Mata
Inspeksi : biasanya konjungtiva dan sclera berwarna normal, lihat reflek kedip baik
atau tidak, terdapat radang atau tidak dan pupil isokor.
i) Hidung
Inspeksi : biasanya terdapat pernafasan cuping hidung, terdapat secret berlebih dan
terpasang 02.
Palpasi : adanya nyeri tekan dan benjolan
j) Mulut
dan faring Pucat sianosis, membrane mukosa kering, bibir kering dan pucat
k) Telinga
Inspeksi : adanya kotoran atau cairan dan bagaimana bentuk tulang rawannya
Palpasi : adanya respon nyeri pada daun telinga
l) Thorax
Inspeksi : biasanya dada simetris, tidak kembung
Auskultasi : adanya stridor atau wheezing menunjukkan tanda bahaya
m) Abdomen
Inspeksi : lihat kesimetrisan dan adanya pembesaran abdomen
Palpasi : adanya nyeri tekan dan abdomen
n) Genetalia
Inspeksi : adanya kelainan genetalia, adanya pembesaran skrotum atau adanya lesi
pada genetali
Palpasi : adanya nyeri tekan dan benjolan
o) Ekstremitas
Inspeksi : adanya oedem, tanda sianosis dan sulit bergerak
Palpasi : adanya nyeri tekan dan benjolan Perkusi : periksa reflek patelki dengan
reflek hummer

 Pola Fungsi Kesehatan


Pola fungsi kesehatan pada klien Penyakit Paru Obstruksi Kronik:
a) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat Menggambarkan persepsi, pemeliharaan, dan
penanganan kesehatan
b) Pola Nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan, dan elektrolit, nafsu makan, pola
makan, diet, kesulitan menelan, mual/muntah, dan makanan kesukaan.
c) Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi ekskresi, kandung kemih, defekasi, ada tidaknya defekasi,
masalah nutrisi, dan penggunan kateter.
d) Pola tidur dan istirahat Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi terhadap
energy, jumlah jam tidur siang dan malam, masalah tidur dan insomnia.
e) Pola aktifitas dan istirahat
Menggambarkan pola latihan, aktifitas, fungsi pernafasan, dan sirkulasi, riwayat penyakit
jantung, frekuensi, irama, dan kedalaman pernafasan.
f) Pola hubungan dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota keluarga
dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan.
g) Pola sensori dan kognitif
Pola persepsi sensori meliputi pengkajian penglihatan, pendengaran dan penghidu. Pada
klien katarak dapat ditemukan gejala gangguan penglihatan perifer, kesulitan
memfokuskan kerja dengan merasa diruang gelap. Sedang tandanya adalah tampak
kecoklatan atau putih susu pada pupil, peningkatan air mata
h) Pola persepsi menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi
terhadap kemampuan konsep diri
i) Pola seksual dan reproduksi
j) Menggambarkan kepuasan/ masalah terhadap seksualitas.
k) Pola mekanisme/penanggulangan stress.
l) Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress.
m) Pola nilai dan kepercayaan
n) Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan termasuk spiritual.

3.2. Diagnosa keperawatan

1. pola napas tidak efektif

2. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnoe,


anoreksia, mual muntah

3. bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.

3.3. Intervensi Keperawatan

1. pola napas tidak efektif berhungan dengan bronco kontriksi, mukus.

Defenisi : inspirasi dan/ ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan pola napas dapat
teratasi

Kriteria hasil :
- Kapasitas vital
- Tekanan ekspirasi
- Dispnea
- Frekuensi napas
- Kedalaman napas

Intervensi :

Observasi

- Monitor pola napas ( frekuensi, kedalaman, usaha napas)


- Monitor bunyi napas tambahan ( mis, gurgling, wheezing, ronkhi)
- Monitor sputum ( jumlah, warna, aroma)

Terapeutik

- Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift ( jaw- thrust jika curiga
trauma servikal).
- Posisikan semi fowler/ fowler.
- Berikan minuman hangat

Edukasi

- Anjurkan asupan cairan 2000ml/ hari.


- Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.

2.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan demgam dispnoe,


anoreksia, mual muntah.

Defenisi : beresiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

Metabolisme

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan asupan nutrisi


sudah tercukupi

Kriteria hasil :

- Porsi makan yang dihabiskan


- Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat
- Perasaan cepat kenyang
- Nyeri abdomen
- Diare
- Napsu makan

Intervensi :

Observasi

- Identifikasi status nutrisi


- Identifikasi makanan yang disukai
- Monitor asupan makanan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik

- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu.


- Sajikan makanan yang menarik dan suhu yang sesuai
- Berikana makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

Edukasi

- Anjurkan posisi duduk, jika mampu.


- Ajarkan diet yang diajarkan

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan ( mis. Pereda nyeri, antiematik)


- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan.

3.Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.

Defenisi : ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk


mempertahankan jalan napas tetap paten.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kapaten jalan napas


meningkat

Kriteria hasil :

- Batuk efektif
- Produksi sputum
- Dispnea
- Ortopnea
- Sianosis
- Frekuensi napas
- Pola napas
Intervensi :

Observasi

- Identifikasi kemampuan batuk


- Monitor adanya retensi sputum
- Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
- Monitor input dan output cairan ( mis. Jumlah dan karakteristik )

Terapeutik :

- Atur posisi semifowler/ fowler


- Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
- Buang sekret pada tempt sputum

Edukasi

- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif


- Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 deik, ditahan selama 2 detik
kemudian keluarkan dari mulut dengan mulut dibulatkan
- Anjurkan mengulang tarik napas dalam hingga 3x
- Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke 3

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekpetoran, jika perlu.

3.4. Implementasi Keperawatan

Merupakan insiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai- mulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders
untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan klien.

3.5.Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang di
sengaja dan terus – menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan anggota tim kesehatan
lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi dan strategi
evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan
tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (Lismidar, 1990 dalam Padila, 2012
BAB lV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Secara klinis para ahli mengartikan sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratik
dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan
merupakan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit laintetapi bronkus
ikut memegang peran ( Ngastiyah, 2005).

Penyakit bronkitis akut merupakan infeksi respiratorik akut bagian bawah (IRA-B) yang
sering terjadi pada bayi. Sekitar 20% anak pernah mengalami satu episode IRA-B dengan
mengi pada tahun pertama. Anka kejadian rawat inap berkisar 3000 sampai 5000-80.000 bayi
( Langley, 2003), kematian sekitar 2 per-100.000 bayi ( Holman, 2003). Bronkitis akut
bersifat musiman, pada umumnya terjadi pada usia kurang dari 2 tahun dengan puncak
kejadian pada usia 6 bulan pertama (Wohl, 2006).

Menurut World Health Organization (WHO) bronkitis kronis merupakan jenis penyakit
yang dekat dengan chronic obstructive pulmonary disease ataupun penyakit paru obstruktif
kronik. Saat ini, penyakit bronkitis disertai oleh sekitar 64 juta orang di dunia. Penggunaan
tembakau, merokok, virus, bakteri, parasit, dan jamur, polusi udara dalam ruangan/luar
ruangan dan debu sert bahan kimia adalah faktor resiko utama.

Bronkitis umumnya disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, RSV, virus influenza, virus
parainfluenza, Adenovirus, virus rubeola, dan Paramixovirus dan bronkitis karena bakteri
biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma pneumonia,Bordetella pertussis, atau
Corynebacterium diphtheria (Rahajoe, 2012)

4.2. Saran

Kami sadar masih banyak kesalahan dan kekurangan , oleh karena itu diharapkan
pembaca dapat ikut partisipasi memberikan kritik dan saran yang sehat dan bersifat membangun
demi kemajuan makalah ini, agar kami bisa mengkoreksi diri dan menjadikan makalah ke depan
menjadi makalah yang lebih baik lagi dan dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Holman, RC. (2003). Risk factor for bronchiolitis-associated deaths among infants

In the United States. Pediart Infect Dis J 2003;22:483-9.

Langley, J. (2003). Increasing evidence of hospitalization for bronchiolitis among

canadian children. J Infect Dis 2003;188;1764-7.

Muchammad,F. U. (2019). Buku Penyakit Respirasi Pada Anak. Malang

Ngastiyah. (2005). Buku Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC

Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin. (1999). Buku Ilmu Kesehatan Anak Nelson.

Vol 2. Edisi 15. Jakarta : EGC

Soematri,I. (2007). Keperawatan Medikal Bedah : Asuhan Keperawatan pada

pasien dengan gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.

Wohl, Meb. (2006). Disorder of Resiratory Tract in Children. Edisi ke-7.

Philadelphia; saunder;h423-32.

Anda mungkin juga menyukai