Askep Ispa Ok
Askep Ispa Ok
A. DEFINISI
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung,
pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan
nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan
(Pincus Catzel & Ian Roberts; 2000).
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam
menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 2005).
B. ETIOLOGI
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka kejadian yang
cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman. Disamping itu
terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu; usia dari bayi/ neonatus,
ukuran dari saluran pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta
keadaan cuaca (Whaley and Wong; 2005).
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya infeksi
saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama yakni
golongan A -hemolityc streptococus, staphylococus, haemophylus influenzae, clamydia
trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus.
Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian pada
usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu.
Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam derajat
keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan adanya
edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas.
Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi antara
lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung mempengaruhi
saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru.
Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim, tetapi
juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420).
C. MANIFESTASI KLINIS
Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi
hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi
menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel &
Ian Roberts; 2007).
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
- Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan
kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,
- Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai
dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia dan pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Victor dan Hans;
1997; 224).
Diagnosis dari penyakit ini adalah melakukan kultur (biakan kuman) dengan swab
sebagai mediator untuk menunjukkan adanya kuman di dalam saluran pernafasan. Pada
hitung jenis (leukosit) kurang membantu sebab pada hitung jenis ini tidak dapat
membedakan penyebab dari infeksi yakni yang berasal dari virus atau streptokokus
karena keduanya dapat menyebabkan terjadinya leukositosis polimorfonuklear (Pincus
Catzel & Ian Roberts; 1990; 453).
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan adanya
kongesti hidung, pergunakanlah selang dalam melakukan penghisaapan lendir baik
melalui hidung maupun melalui mulut.
Terapi pilihan adalah dekongestan dengan pseudoefedrin hidroklorida tetes pada lubang
hidung, serta obat yang lain seperti analgesik serta antipiretik. Antibiotik tidak
dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret.
Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi telungkup,
dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase sekret akan
lebih mudah keluar (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 452).
F. KOMPLIKASI
1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
2. Bronkhitis
3. Kematian
G. ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha serta irama
dari pernafasan.
- Pola, cepat (tachynea) atau normal.
- Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita
amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.
- Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya
bersin.
- Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan.
Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan
suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis,
nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum (Whaley and Wong;
1991; 1420).
H. PERENCANAAN PULANG
1. Informasikan penyebab ISPA
- Tertular penderita lain
- Belum imunisasi lengkap
- Kurang gizi
- Lingkungan tempat tinggal yang tidak sehat
2. Informasikan pada orang tua mengenai cara pencegahan ISPA
- Jauhkan anak dari penderita batuk
- Imunisasi lengkap
- Berikan makanan yang bergizi setiap hari
- Berikan ASI sampai usia 2 tahun
- Jagalah kebersihan tubuh, makanan dan lingkungan
3. Informasikan cara perawatan ISPA di rumah
- Jika hidung tersumbat karena pilek, bersihkan lubang hidung dengan sapu
tangan bersih
- Berikan jeruk nipis ditambah kecap/madu (1 sdk : 1 sdk) untuk meringankan
batuk
- Selama anak dirawat di rumah:
a. Tetap berikan ASI dan makanan, bila muntah usahakan beri makanan
lebih sering tetapi dalam porsi kecil
b. Berikan minum lebih banyak dari biasanya
c. Jangan pakai selimut atau pakaian tebal selama badan anak masih panas
d. Awasi tanda penyakit bertambah parah : anak tidak mau minum, nafas
sesak dan nafas cepat
DAFTAR PUSTAKA
Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh
Dr. yohanes gunawan. Jakarta: EGC.
Whalley & wong. (1991). Nursing Care of Infant and Children Volume II book 1.
USA: CV. Mosby-Year book. Inc
Yu. H.Y. Victor & Hans E. Monintja. (1997). Beberapa Masalah Perawatan
Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
BAB III
ASKEP TEORITIS
3.1. Pengkajian
Pengkajian
Riwayat kesehatan:
Pemeriksaan fisik :
cuping hidung.
b. Palpasi
- Adanya demam
c. Perkusi
d. Auskultasi
Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama:
Dua hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah,
nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit
klien tersebut.
5) Riwayat sosial:
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat
penduduknya
Pemeriksaan Persistem
B1 (Breath) :
1) Inspeksi:
Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan
Tonsil tanpak kemerahan dan edema
Tampak batuk tidak produktif
Tidak ada jaringna parut pada leher
Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan cuping
hidung, tachypnea, dan hiperventilasi
2) Palpasi
Adanya demam
Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus
limfe servikalis
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
3) Perkusi
Suara paru normal (resonance)
4) Auskultasi
Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
B5 (Bowel) : pencernaan Nafsu makan menurun, porsi makan tidak habis Minum
sedikit, nyeri telan pada tenggorokan
B6 (Bone) : Warna kulit kemerahan(Benny:2010)
Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan
kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,
( sumber : http://mantelbangetsatuaskep.blogspot.com/2012/06/askep-ispa.html )
normal.
B. Biokimia:
C. Clinis:
D. Diet:
3) Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil
( sumber : http://mantelbangetsatuaskep.blogspot.com/2012/06/askep-ispa.html )
3.3. Intervensi
1. Intervensi:
- Antipiretika
Rasionalisasi:
2. Intervensi:
b. Berikan makan porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat.
Rasionalisasi:
menyenangkan.
3. Intervensi:
karakteristiknya.
d. Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasi (steroid oral, IV, dan inhalasi, &
analgesik)
Rasionalisasi:
merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang
nyeri tenggorokan.
mengurangi nyeri.
4. Intervensi:
makanan berkurang.
e. Kolaborasi pemberian obat sesuai hasil kultur
Rasionalisasi:
kultur dan sensitifitas atau diberikan secara profilaktik karena risiko tinggi.
( sumber : http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35511-Kep
%20Respirasi-Askep%20ISPA.html )
III . Nyeri akut b.d inflamasi pada membrane mukosa faring dan tonsil
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi tentang nyeri kepada keluarga anak ,seperti penyebab nyeri berapa
lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidak nyamanan dari prosedur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama kali.
( sumber : http://mantelbangetsatuaskep.blogspot.com/2012/06/askep-ispa.html )