Anda di halaman 1dari 9

RINGKASAN AUDIT

MENGENAL ORGANISASI IFAC

Saat ini IAPI merupakan anggota Internasional Federation of Accountants (IFAC) , organisasi
profesi akuntan dunia yang merepresentasikan lebih 2,5 jt akuntan yang bernaung dalam
167 asosiasi profesi akuntan yang terbesar di 127 negara. Sebagai anggota IFAC, IAPI
memiliki komitmen untuk melaksanakan semua standar internasional yang ditetapkan demi
kualitas tinggi dan penguatan profesi akuntan di Indonesia.

Misi IFAC – yaitu melayani kepentingan umum dengan :

 Memberi sumbangan untuk pengembangan, pengapdosian, dan


penerapan standar serta pedoman internasiaonal berkualitas tinggi
 Memberi sumbangan bagi pengembangan organisasi profesi akuntansi
dan kantor akuntan yang kuat
 Dan bagi praktik berkualitas tinggi oleh akuntan profesiaonal
 Mendorong nilai-nilai profesi akuntan seluruh dunia
 Menyuarakan persoalan- persoalan kepentingan umum dimana
kepakaran profesi akuntan sangat relevan

Visi IFAC – menjadikan profesi akuntansi global diakui kepemimpinannya dalam


pengembangan organisasi, pasar uang dan modal ,dan perekonomian yang kuat dan
berkesinambungan.

BADAN-BADAN PEMBUAT STANDAR IFAC


IFAC mempunyai beberapabadan pembuat standar yaitu :
 The Internasional Auditing and Assurance Standard Board (IAASB)
 The Internasional Accounting Education Standards Board (IAESB)
 The Internasional Ethics Standards Board for Accountants (IESBA)
 The Internasional Public Sector Accounting Stnadards Board
(IPSASB)

STANDARD PROFESIAONAL AKUNTAN PUBLIK (SPAP)

Pada 1 Agustus 1994 lahirlah Standar Profesiaonal Akuntan Publik (SPA)


yang pertama. SPAP tersebut terdiri dari :

1. Standar Auditing
2. Standar Atestasi
3. Standar Jasa Akuntansi dan Riview
4. Pedoman Audit Industri Khusus
Sejalan dengan datangnya era globalisasi,dan sejalan pula dengan komitmen
sebagai anggota IFAC, setelah mealui proses yang panjang IAPI berketetapan
untuk mengimplementasikan Internasiaonal Standard of Auditing (ISA) yang
diterbitkan oleh The Internasional Auditing and Assurance Standard Board
(IAASB) sebagai satandar audit yang baru. Terhitung mulai tanggal 1 Januari
2013, Indonesia secara resmi mengadopsi ISA.

HIMPUNAN PERNYATAAN ( PRONOUNCEMENTS) INTERNASIONAL AUDITING


ANDASSURANCE STANDARDS BOARD (IAASB)

IAASB menerbitkan sejumlah pernyataan yang berkaitan dengan audit,riew,jasa


asuransi lain, dan penugasan jasa yang dilakukan sesuai Standar Internasional.

Himpunan pernyataan yang diterbitkan IAASB terdiri dari :

1. Internasional Standards on Auditing yang diterapkan dalam audit atas


informasi keuangan historis
2. Internasional Standards on Review Engagements yang diterapkan
dalam rivew atas informasi keuangan historis
3. Internasional Standards on Assurance Engagements yang diterapkan
dalam penugasan asuarans selain dari audit atau review atas informasi
keuangan historis
4. Internasional Standards on Related Services yaing diterapkan dalam
penugasan kompilasi, penugasan yang menerapkan prosedur yang
disepakati atas informasi dan penugasan lain yang berkaitan yang
ditetapkan IAASB
5. Internasional Standards on Quality Control yang diterapaknn untuk
semua jasa dalam lingkup standar penugasan IAASB

STANDAR PENGENDALIAN MUTU

Sebagai pedoman IAASB telah menerbitkan International Standard on


Quality Control (ISQC) No.1 yang mualai berlaku tanggal 1 Januari 2009.
Secara garis besar struktur ISQC adalah sebagai berikut :

1. Pendahuluan yang terdiri dari lingkup,otoritas,dan tanggal efektif


2. Tuuan
3. Definisi
4. Ketentuan
5. Penerapan dan penjelasan lain
LINGKUP ISQC

 ISQC berhubungan dengan tanggungjawab KAP untuk sistem


pengendalian mutu untuk audit dan review atas laporan keuangan
dan penugasan asurans serta jasa lain yang bersangkutan. ISQC
harus dibaca dalam kaitanya dengan ketentuan etik relevan.
 Pernyataan IAASB lain menetapkan standar dan pedoman lain
mengenai tanggungjawab personel KAP tentang prosedur
pengendalian mutu untuk tipe penugasan spesifik. Sebagai contoh,
ISA 220 menyangkut prosedur pengendalian mutu untuk audit atas
laporan keuangan
 Sistem pengendalian mutu terdiri dari kebijakan yang dirancang
untuk mencapai tujuan serta prosedur yang diperlukan untuk
mengimplementasikan dan memantau kesesuaian dengan
kebijakan tersebut.

OTORITAS ISQC

ISQC berlaku bagi semua KAP akuntan profesiaonal dalam kaitanya dengan
audit dan review laporan keuangan, dan penugasan asurans dan jasa lain
yang berhubungan. Sifat dan luas kebijakan dan prosedur yang
dikembangkan oleh seorang individu KAP agar sesuai dengan ISQC akan
tergantung pada berbagi faktor, seperti besarnya karakteristik operasi KAP,
dan apakah KAP tersebut merupakan bagian dari jaringan kantor akuntan.

TUJUAN

Tujuan KAP menetapkan dan memelihara suatu sistem pengendalian mutu


adalah untuk memberikan asuransi yang layak bahwa:

 KAP dan personilnya mematuhi standar profesional serta


ketentuan perundang-undangan dan peraturanyang berlaku
 Laporan yang diterbitkan KAP atau patnernya sudah tepat sesuai
dnegan situasi yang dihadapi.

KETENTUAN

ISQC memuat 47 ketentuan (ISQC 1.13-ISQC 1.59) yang terbagi dalam


beberapa kategori sebagai berikut

 Penerapan dan kepatuhan dengan ketentuan yang relevan


 Elemen sistem pengendalian mutu
 Tanggungjawab kepemimpinan untuk mutu dalam KAP
 Ketentuan etika yang relevan
 Pemerintah klien dan keberlanjutan hubungan dengan klien serta
penugasan khusus
 Sumber daya manusia
 Pelaksanaan penugasan
 Dokumentasi sistem pengendalian mutu

ELEMEN SISTEM PENGENDALIAN MUTU

KAP harus menetapkan dan memelihara suatu sistem pengendalian mutu


yang mencakup kebijakan dan prosedur yang mengatur setiap elemen
dibawah ini

a) Tanggungjawab kepemimpinan untuk mutu dalam KAP


b) Ketentuan etika yang relevan
c) Penerimaan dan keberlanjutan hubungan dengan klien serta
penugasan tertentu
d) Sumber daya manusia
e) Pelaksanaan penugasan
f) Pemantauan

BENTUK DAN ISI LAPORAN AUDITOR KETIKA OPINI DIMODIFIKASI

Basis untuk Paragraf Modifikasi

 Ketika auditor memodifikasi opini atas laporan keuangan, auditor harus harus
sebagai tambahan terhadap unsur tertentu yang diharuskan. Auditor harus
menempatkan paragraf tersebut persis sebelum paragraf opini dalam laporan
auditor dan menggunakan judul “ Basis untuk Opini Wajar dengan Pengecualian”, “
Basis untuk Opini Tidak Wajar”, “Basis untuk Opini Tidak Menyatakan Pendapat” ,
sesuai dengan kondisinya.
 Jika terdapat suatu kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang
berkaitan dengan dengan jumlah tertentu dalam laporan keuangan (termasuk
pengungkapan kuantitatif), maka auditor harus mencantumkan suatu penjelasan
dan kuantitatif tentang dampak keuangan yang diakibatkan oleh kesalahan
penyajian tersebut dalam paragraf basis untuk modifikasi, kecuali tidak praktis.
 Jika terdapat suatu kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang
berkaitan dengan dengan pengungkapan kuanlitatif (naratif),maka auditor harus
mencantumkan suatu penjelasan tentang bagaimana terjadi kesalahan penyajian
dalam pengungkapan tersebut dalam paragraf basis untuk modifikasi.
 Jika terdapat suatu kesalahan penyajian material,dalam laporan keuangan yang
berkaitan dengan tidak diungkapkannya informasi yang seharusnya diungkapkan,
maka auditor harus
1. Mendiskusikan informasi yang tidak diungkapkan tsbt dengan pihak yang
bertanggungjawab
2. Menjelaskan dalam paragraf basis untuk modifikasi tentang sifat informasi
yang dihilangkan
3. Kecuali dilarang oleh undang-undang
 Jika modifikasi dihasilkan dari ketidakmampuan untuk memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat, maka auditor harus mencantumkan alasan ketidakmampuan
dalam paragraf basis untuk modifikasi.
 Ketika auditor telah menyatakan suatu opini tidak wajar atau tidak menyatakan
pendapat atas laporan keuangan, auditor harus menjelaskan dalam paragraf basis
untuk modifikasi alasan untuk setiap hal lain yang disadari yang memerlukan
modifikasi terhadap opini dan pengaruh yang diakibatkan.

Paragraf Opini

 Ketika auditor memodifikasi opini audit harus menggunakan judul “Opini wajar
dengan pengecualian” atau “ Opini tidak menyatakan pendapat “ sesuai dengan
paragraf opini
 Ketika auditor menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian karena terdapat
kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan, auditor harus menyatakan
dalam paragraf opini bahwa, menurut opini auditor, kecuali dampak hal-hal yang
dijelaskan dalam paragraf Basis untuk Opini Wajar dengan Pengecualian
a) Laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material
dan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
b) Laporan keuangan telah disusun, dalam semua hal yang material dan sesuai
dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, ketika melaporkan
sesuai dengan kerangka kepatuhan
 Ketika auditor menyatakan suatu opini tidak wajar, auditor harus menyatakan
dalam paragraf opini bahwa menurut opini auditor, karena signifikansi hal-hal yang
dijelaskan dalam paragraf Basis untuk Opini Tidak Wajar
a) Laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku
b) Laporan keuangan tidak disusun, dalam semua hal yang material dan sesuai
dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, ketika melaporkan
sesuai dengan kerangka kepatuhan
 Ketika auditor tidak menyatakan pendapat karena tidak mampuannya untuk
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, auditor harus menyatakan dalam
paragraf opini bahwa :
a) Karena signifikansi hal-hal yang dijelaskan dalam paragraf Basis untuk Opini
Tidak Menyatakan Pendapat, auditor tidak memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat untuk menyediakan suatu basis bagi opini audit,
b) Auditor tidak menyatakan opini atas laporan keuangan

Penjelasan tentang Tanggungjawab Auditor Ketika Auditor Menyatakan suatu Opini


Wajar dengan Pengecualian atau Opini Tidak Wajar – ketika auditor menyatakan opini
wajar dengan pengecualian atau opini tidak wajar, auditor haus mengubah penjelasan
tentang tanggungjawab auditor untuk menyatakan bahwa auditor yakin bahwa bukti audit
yang diperoleh oleh auditor adalah cukup dan tepat untuk menyediakan suatu basis bagi
opini modifikasian.

Penjelasan tentang Tanggungjawab Auditor Ketika Auditor Tidak Menyatakan Pendapat –


ketika auditor tidak menyatakan pendapat karena tidak mampuan auditor untuk
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat,auditor harus mengubah paragraf
pendahuluan dalam laporan auditor untuk menyatakan bahwa auditor ditugasi untuk
mengaudit laporan keuangan.

KOMUNKASI DENGAN PIHAK YANG BERTANGGUNGJAWAB ATAS TATA KELOLA

Ketika auditor berharap untuk memodifikasi opininya dalam laporan auditor, auditor harus
berkomunikasi dengan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola tentang kondisi yang
menuntun pada modifikasi yang diharapkan tersebut dan usulan susunan kata-kata atas
modifikasi tersebut.

JANGKA WAKTU PENGARSIPAN

Standar Audit (SA 230-Para A.23) mewajibkan KAP untuk menetapkan standar kebijakan
dan prosedur yang mengatur masa penyimpanan dokumen audit. Batas waktu
penyimpanan pada umumnya tidak boleh kurang dari lima tahun sejak tanggal yang lebih
akhir sejak tanggal yang lebih akhir dari :

i. Laporan auditor atas laporan keuangan entitas, atau


ii. Laporan auditor atas laporan keuangan konsolidasian dan anak perusahaan.

Kebijakan kertas kerja atau file audit pada perusahaan privat minimum selama lima tahun.
ISI DAN PENGORGANISASIAN

Bentuk, isi, dan luas dokumentasi audit bergantung pada faktor-faktor berikut ini :

 Ukuran dan kompleksitas entitas


 Sifat prosedur audit yang akan dilakukan
 Risiko kesalahan penyajian material yang diidentifikasi
 Signifikansi bukti audit yang diperoleh
 Sifat dan luas penyimpangan yang diidentifikasi.
 Kebutuhan untuk mendokumentasikan suatu kesimpulan atau basis untuk suatu
kesimpulan yang belum dapat ditentukan dengan segera dari dokumentasi
pekerjaan audit yang dilakukan atau bukti yang diperoleh.
 Metodologi dan perangkat audit yang digunakan.

Contoh-contoh dokumentasi audit mencakup :

 Program audit
 Analisis
 Memorandum isu
 Ikhtisar hal-hal signifikan
 Surat konfirmasi dan signifikansi representasi
 Daftar uji
 Korespondensi (termasuk email) tentang hal-hal signifikasi

ARSIP PERMANEN

Arsip permanen berisi historis dan data yang bersifat berkelanjutan. File-file ini merupakan
sumber informasi tentang berbagai hal dalam audit yang berlaku dari tahun ke tahun. Arsip
permanen biasanya meliputi hal berikut :

 Ringkasan atau copy dokumen-dokumen yang berlaku secara berkelanjutan seperti


misalnya anggaran dasar, anggaran rumah tangga, perjanjian obligasi, dan kontrak-
kontrak.
 Analisis akun-akun tertentu dari tahun-tahun yang lalu yang berpengaruh terhadap
auditor. Akun-akun semacam itu misalnya, utang jangka panjang, ekuitas pemegang
saham, goodwill, dan aset tetap.
 Informasi yang berhubungan dengan pemahaman tentang pengendalian internal
dan penilaian risiko pengendalian. Ini meliputi bagan organisasi, bagan alir prosedur
pengendalian, daftar-pertanyaan, dan informasi pengendalian internal lainnya,
termasuk di dalamnya identifikasi dan kelemahan dalam sistem tersebut.
 Hasil prosedur analitis dari tahun-tahun yang lalu. Data ini antara lain meliputi
rasio-rasio dan presentase-presentase yang dihitung oleh auditor serta total saldo
atau saldo perbulan untuk akun-akun tertentu

Materialitas

 Materialitas dalam konteks audit


Kerangka pelaporan keuangan sering kali membahas materialitas dalam konteks
penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Walaupun kerangka pelaporan
keuangan mungkin membahas materialitas dengan menggunakan istilah yang
berbeda-beda, kerangka tersebut secara umum menjelaskan bahwa :
1. Kesalahan penyajian , termasuk penghilangan, dianggap material bila
kesalahan penyajian tersebut, secara individual atau agregat,diperkirakan
dapat memengaruhi keputusan ekonomi yang diambil berdasarkan laporan
keuangan oleh pengguna laporan keuangan tersebut.
2. Pertimbangan tentang matrialitas dibuat dengan menggunakan
perhitungan berbagai kondisi yang melingkupinya dan kombinasi oleh
ukuran atau sifat kesalahan penyajian,atau kombinasi keduanya;dan
3. Perimbangan tentang hal-hal yang material bagai pengguna laporan
keuangan didasarkan pada pertimbangan kebutuhan informasi keuangan
yang umum diperlukan oleh pengguna laporan keuangan sebagai suatu
grup.

Konsep materialitas diterpakan oleh auditor pada tahap perencanaan dan


pelaksanaan audit, serta pada saat mengevaluasi dampak kesalahan penyajian
yang teridentifikasi dalam audit dan kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi,
jika ada, terhadap laporan keuangan dan pada saat perumusan opini dalam
laporan auditor. Penentuan materialitas oleh auditor membutuhkan
pertimbangan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor tentang
informasi keuangan oleh para pengguna laporan keuangan. Dalam konteks ini,
adalah masuk akal bagi auditor untuk mengasumsikan bahwa pengguna
laporan keuangan:

1. Memiliki suatu pengetahuan memadai tentang aktivitas bisnis dan


ekonomi serta akuntansi dan kemauan untuk mempelajari informasi
yang ada dalam laporan keuangan dengan cermat
2. Memahami bahwa laporan keuangan disusun,disajikan dan diaudit
berdasarkan tingkat materialitas tertentu
3. Mengakui adanya ketidaksiplinan bawaan dalam pengukuran suatu
jumlah yang ditentukan berdasarkan penggunaan estimasi,
pertimbangan dan pertimbangan masa depan
4. Membuat keputusan ekonomi yang masuk akal berdasarkan informasi
dalam laporan keungan.

Tahap Dalam Penerapan Materialitas

Sebagaimana ditetapkan dalam standar audit (SA 320.A1) “..... materialitas dan risiko
audit perlu dipertimbangkan sepanjang pelaksanaan audit, khususnya pada saat:

 Mengidentifikasi dan menilai kesalahan penyajian material


 Menentukan sifat, saat dan luas prosedur audit selanjutnya
 Mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi jika ada; terhadap
laporan keuangan dan dalam merumuskan opini dalam laporan auditor.

Materialitas Untuk Laporan Keuangan Secara Keseluruhan

Perhitungan proyeksi langsung taksiran kesalahan penyajian:

Kesalahan penyajian bersih dalam sampel X Total nilai populasi

Total sampel

Anda mungkin juga menyukai