Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH Februari 2023

IMUNISASI

Disusun Oleh :

Syifa Humairah N. Kholiq


N 111 22 115

Pembimbing Klinik:

Dr. dr. Sumarni, M. Kes., Sp.GK

DISUSUN DALAM RANGKA UNTUK MEMENUHI TUGAS


KEPANITERAAN KLINIK
DI BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023
DAFTAR ISI

Table of Contents
DAFTAR ISI ....................................................................................................................2
BAB I ................................................................................................................................2
PENDAHULUAN ............................................................................................................2
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................4
1.3 Tujuan .....................................................................................................................4
BAB II ...............................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................6
2.1 Imunisasi di Indonesia ...........................................................................................6
2.2 Dasar Hukum Penyelenggaraan Program Imunisasi ..........................................6
2.3 Tujuan Imunisasi di Indonesia ..............................................................................7
2.4 Manfaat Imunisasi .................................................................................................7
2.5 Jenis Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi .......................................8
2.6 Jenis-jenis Imunisasi ............................................................................................ 11
2.7 Cara Penyimpaban dan Pemeliharaan Logistik ................................................ 13
2.8 Jadwal Imunisasi .................................................................................................. 14
BAB III ........................................................................................................................... 17
PENUTUP ...................................................................................................................... 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat paling efektif dan efisien
dalam mencegah penyakit dan menurunkan angka kematian seperti cacar, polio,
tubercolosis, hepatitis B, difteri, campak, rubella dan sindrom kecacatan bawaan
akibat rubella (congenital rubella syndrome/CRS), tetanus, pneumonia (radang
paru) serta meningitis (radang selaput otak). Pelaksanaan imunisasi pada balita
menyelamatkan sekitar 2–3 juta nyawa di seluruh dunia setiap tahun dan
berkontribusi besar pada penurunan angka kematian bayi global dari 65 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 1990 menjadi 29 pada tahun 2018 (1)

Kegiatan Imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Mulai


tahun 1977 kegiatan Imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan
Imunisasi (PPI) dalam rangka pencegahan penularan terhadap beberapa Penyakit
yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis,
Campak, Polio, Tetanus serta Hepatitis B. Beberapa penyakit yang saat ini menjadi
perhatian dunia dan merupakan komitmen global yang wajib diikuti oleh semua
negara adalah eradikasi polio (ERAPO), eliminasi campak dan rubela dan Eliminasi
Tetanus Maternal dan Neonatal (ETMN) (2).

Pelaksanaan imunisasi diharapkan dapat menurunkan jumlah balita yang


meninggal akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31) (InfoDatin
Kementerian Kesehatan, 2016). Namun dalam beberapa tahun terakhir, angka
kematian balita akibat penyakit infeksi yang seharusnya dapat dicegah dengan
imunisasi masih terbilang tinggi. Laporan WHO tahun 2020 menyebutkan bahwa
terdapat 20 juta anak belum mendapatkan pelayanan imunisasi untuk balita di
seluruh dunia secara rutin setiap tahun. Tingginya jumlah anak yang belum
mendapatkan imunisasi mengakibatkan beberapa penyakit yang dapat
menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian, yang seharusnya dapat dicegah
dengan vaksin, muncul kembali di negara maju dan berkembang. Penyakit tersebut
antara lain campak, pertusis, difteri dan polio (Hidayah et al., 2018; UNICEF,
2020).

Kejadian kematian anak berusia bawah lima tahun (balita) pada negara
berkembang mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu
faktor yang menyebabkan kematian pada anak adalah daya tahan tubuh anak yang
belum sempurna. Jumlah kematian balita yang terjadi di Tiongkok antara tahun
1996 sampai dengan tahun 2015 yaitu sebanyak 181.600 balita. Dari total jumlah
kematian tersebut sebanyak 93.400 (51%) kematian balita terjadi pada neonatus
yang mayoritas disebabkan oleh penyakit pneumonia. Sedangkan di Afrika
penyakit pneumonia, diare dan campak menjadi penyebab setengah dari kematian
anak (He et al., 2017; Liu et al., 2015; Sari & Nadjib, 2019).

Gambaran cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia tahun 2016-2018


yaitu pada tahun 2016 sebesar 91,58%. Pada tahun 2017 cakupan imunisasi dasar
lengkap mengalami penurunan menjadi 85,41%. Pada tahun 2018 cakupan
imunisasi dasar lengkap kembali mengalami penurunan dari tahun 2017 yaitu
57,95% (Azis et al., 2020; Riskesdas, 2018). Data pada tahun 2019 cakupan
imunisasi rutin di Indonesia masih dalam kategori kurang memuaskan, dimana
cakupan Pentavalent-3 dan MR pada tahun 2019 tidak mencapai 90% dari target.
Padahal, program imunisasi dasar diberikan secara gratis oleh pemerintah di
Puskesmas serta Posyandu (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020;
WHO, 2020).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Imunisasi di Indonesia?
2. Apa saja dasar hukum penyelenggaraan imunisasi?
3. Apa tujuan dari imunisasi?
4. Apa manfaat imunisasi?
5. Apa saja jenis enyakit yang dapatdicegah dengan imunisasi?
6. Apa saja jenis-jenis imunisasi?
7. Bagaimana cara penuimpanan dan pemeliharaan logistik vaksin?
8. Bagaimana jadwal imunisasi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui imunisasi di Indonesia?
2. Untuk mengetahui dasar huum penyelenggaraan imunisasi.
3. Untuk mengetahui tujuan dari imunisasi.
4. Untuk mengetahui manfaat imunisasi.
5. Untuk mengetahui jenis enyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
6. Untuk mengetahui jenis-jenis imunisasi.
7. Untuk mengetahui cara penuimpanan dan pemeliharaan logistik vaksin
8. Untuk mengetahui jadwal imunisasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Imunisasi di Indonesia


Di Indonesia, program imunisasi diatur oleh Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Pemerintah, bertanggungjawab menetapkan
sasaran jumlah penerima imunisasi, kelompok umur serta tatacara
memberikan vaksin pada sasaran. Pelaksaan program imunisasi
dilakukan oleh unit pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta.
Institusi swasta dapat memberikan pelayanan imunisasi sepanjang
memenuhi persyaratan perijinan yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan, Di Indonesia pelayanan imunisasi dasar/
imunisasi rutin dapat diperoleh pada :
1. Pusat pelayanan yang dimiliki oleh pemerintah, seperti Puskesmas,
Posyandu, Puskesmas pembantu, Rumah Sakit atau Rumah
Bersalin
2. Pelayanan di luar gedung, namun diselenggarakan oleh pemerintah
misalnya pada saat diselenggarakan program Bulan Imunisasi Anak
Sekolah, pekan Imunisasi Nasional, atau melalui kunjungan dari
rumah ke rumah.
3. Imunisasi rutin juga dapat diperoleh pada bidan praktik swasta,
dokter praktik swasta atau rumah sakit swasta.

2.2 Dasar Hukum Penyelenggaraan Program Imunisasi


Dasar hukum penyelenggaraan program imunisasi :
1. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
Menular.
3. Undang-undang No. 1 tahun 1962 tentang Karantina Laut.
4. Undang-undang No. 2 tahun 1962 tentang Karantina Udara.
5. Keputusan Menkes No. 1611/Menkes/SK/XI/2005 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.
6. Keputusan Menkes No. 1626/ Menkes/SK/XII/2005 tentang
Pedoman Pemantauan dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Paska
Imunisasi (KIPI).

2.3 Tujuan Imunisasi di Indonesia


Tujuan imunisasi terutama untuk memberikan perlindungan
terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Menurut
Permenkes RI (2017), program imunisasi di Indonesia memiliki tujuan
umum untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Sedangkan, tujuan
khusus dari imunisasi ini diantaranya, tercapainya cakupan imunisasi dasar
lengkap (IDL) pada bayi sesuai target RPJMN (target tahun 2019 yaitu
93%), tercapainya Universal Child Immunization/UCI (prosentase minimal
80% bayi yang mendapat IDL disuatu desa/kelurahan) di seluruh
desa/kelurahan, dan tercapainya reduksi, eliminasi, dan eradikasi penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi.

2.4 Manfaat Imunisasi


Manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan
menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi, tetapi dapat dirasakan oleh :

a. Anak, yaitu mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit


dan kemungkinan cacat atau kematian.
b. Keluarga, yaitu menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan
bila anak sakit, mendorong pembentukan keluarga apabila orangtua
yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang
nyaman.
c. Negara, yaitu memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa
yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara
2.5 Jenis Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Menurut buku ajar imunisasi yang disusun oleh pusat pendidikan
dan pelatihan tenaga kesehatan (2014), dijelaskan bahwa terdapat beberapa
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yaitu sebagai berikut :

a. Tuberculosis (TBC)
Penyakit TBC merupakan penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosa disebut juga batuk darah yang ditularkan
melalui pernafasan dan melalui bersin atau batuk. Gejala awal penyakit
ini adalah lemah badan, penurunan berat badan, demam, dan keluar
keringat pada malam hari, gejala selanjutnya yaitu batuk terus menerus,
nyeri dada dan mungkin batuk darah, sedangkan gejala lain timbul
tergantung pada organ yang diserang. Komplikasi yang dapat
diakibatkan dari penyakit TBC adalah kelemahan dan kematian.
b. Difteri
Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diphtheriae yang ditularkan melalui kontak fisik dan
pernafasan. Gejala yang timbul berupa radang tenggorokan, hilang
nafsu makan, demam ringan,dalam 2-3 hari timbul selaput putih
kebirubiruan pada tenggorokan dan tonsil. Komplikasi yang dapat
diakibatkan dari penyakit difteri adalah gangguan pernafasan yang
berakibat kematian.
c. Pertusis
Pertusis merupakan penyakit pada saluran pernafasan yang
disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis yang ditularkan melalui
percikan ludah (droplet infection) dari batuk atau bersin. Gejala yang
timbul berupa pilek, mata merah, bersin, demam, batuk ringan yang
lama kelamaan menjadi parah dan menimbulkan batuk yang cepat dan
keras. Komplikasi yang dapat diakibatkan dari penyakit pertusis adalah
Pneumonia bacterialis yang dapat menyebabkan kematian.
d. Tetanus
Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh Clostridium
tetani yang menghasilkan neurotoksin dan ditularkan melalui kotoran
yang masuk ke dalam luka yang dalam. Gejala awal yang timbul berupa
kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku
otot perut, berkeringat dan demam. Pada bayi terdapat gejala berhenti
menetek antara 3-28 hari setelah lahir dan gejala berikutnya berupa
kejang yang hebat dan tumbuh menjadi kaku. Komplikasi yang dapat
diakibatkan dari penyakit tetanus adalah patah tulang akibat kejang,
Pneumonia, infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian.
e. Hepatitis B
Hepatitis B merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B
yang merusak hati (penyakit kuning). Ditularkan secara horizontal dari
produknya, suntikan yang tidak aman, transfusi darah, melalui
hubungan seksual dan secara vertikal dari ibu ke bayi selama proses
persalinan. Gejala yang ditimbul berupa merasa lemah, gangguan perut,
flu, urin menjadi kuning, kotoran menjadi pucat, dan warna kuning bisa
terlihat pada mata ataupun kulit. Komplikasi yang diakibatkan dari
penyakit hepatitis B adalah penyakit bisa menjadi kronis yang
menimbulkan pengerasan hati (Cirhosis Hepatitis), kanker hati (Hepato
Cellular Carsinoma) dan menimbulkan kematian.
f. Campak
Campak merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus myxovirus
viridae measles dan ditularkan melalui udara (percikan ludah) dari
bersin atau batuk penderita. Gejala awal yang timbul berupa demam,
bercak kemerahan, batuk, pilek, konjungtivitis (mata merah) dan koplik
spots, selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian
menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki. Komplikasi yang diakibatkan
dari penyakit campak adalah diare hebat, peradangan pada telinga,
infeksi saluran nafas (Pneumonia).
g. Rubella
Rubella atau campak jerman merupakan penyakit yang disebabkan
oleh virus rubella, sebuah togavirus yang menyelimuti dan memiliki
RNA genom untai tunggal. Virus ini ditularkan melalui jalur pernafasan
dan bereplikasi dalam nasofaring dan kelenjar getah bening serta
ditemukan dalam darah 5-7 hari setelah infeksi dan menyebar ke seluruh
tubuh. Rubella ditularkan melalui oral droplet, dari nasofaring atau rute
pernafasan. Gejala rubella pada anak biasanya berlangsung dua hari
yang ditandai dengan ruam awal pada wajah yang menyebar ke seluruh
tubuh, demam ren posterior limfadenopati servikal. Sedangkan gejala
pada anak yang lebih tua dan orang dewasa gejala tambahan berupa
pembengkakan kelenjar, dingin seperti gejala, dan sakit sendi terutama
pada wanita muda. Masalah serius dapat terjadi berupa infeksi otak dan
perdarahan
h. Poliomielitis
Poliomielitis merupakan penyakit pada susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh virus polio tipe 1, 2, atau 3 dan secara klinis menyerang
anak di bawah usia 15 tahun dan menderita lumpuh layu akut dengan
ditularkan melalui kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi. Gejala
yang timbul berupa demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada
minggu pertama. Komplikasi yang diakibatkan dari penyakit
poliomielitis adalah bisa menyebabkan kematian jika otot pernafasan
terinfeksi dan tidak segera ditangani.
i. Radang Selaput Otak
Radang selaput otak (meningitis) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus, bakteri, riketsia, jamur, cacing, dan protozoa. Penyebab
paling sering adalah virus dan bakteri. Meningitis yang disebabkan oleh
bakteri berakibat lebih fatal dibandingkan meningitis penyebab lain
karena mekanisme kerusakan dan gangguan otak yang disebabkan oleh
bakteri maupun produk bakteri lebih berat. Penularan kuman dapat
terjadi secara kontak langsung dengan penderita dan droplet (tetesan)
infection yaitu terkena percikan ludah, dahak, ingus, cairan bersin, dan
cairan tenggorokan penderita.
j. Radang Paru-Paru
Radang paru-paru (pneumonia) adalah sebuah penyakit pada paru-
paru dimana (alveoli) yang bertanggungjawab menyerap oksigen dari
atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat
disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteri,
virus, jamur, atau parasit. Radang paru-paru dapat juga disebabkan oleh
penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu berlebihan
minum alkohol. Gejala yang berhubungan dengan radang paru-paru
termasuk batuk, demam. Radang paru-paru terjadi di seluruh kelompok
umur dan merupakan penyebab kematian peringkat atas di antara
orangtua dan orang yang sakit menahun.

2.6 Jenis-jenis Imunisasi


Imunisasi program adalah Imunisasi yang diwajibkan kepada seseorang
sebagai bagian dari masyarakat dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan
masyarakat sekitarnya dari penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi.
Imunisasi program terdiri dari imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan imunisasi
khusus (Permenkes RI 12, 2017).

a. Imunisasi Rutin Imunisasi rutin merupakan imunisasi yang dilaksanakan


secara terus menerus dan berkesinambungan yang terdiri dari imunisasi dasar
dan imunisasi lanjutan (Permenkes RI 12, 2017).
1) Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar merupakan imunisasi awal yang diberikan kepada
bayi sebelum berusia satu tahun. Pada kondisi ini, diharapkan sistem
kekebalan tubuh dapat bekerja secara optimal. Setiap bayi (usia 0-11 bulan)
diwajibkan untuk mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1
dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB-HiB, 4 dosis polio tetes,
dan 1 dosis campak/MR (Kemenkes RI, 2018).
2) Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
menjamin terjaganya tingkat imunitas pada anak baduta, anak usia sekolah,
dan wanita usia subur (Permenkes RI 12, 2017).
▪ Imunisasi Lanjutan Pada Anak Baduta
Imunisasi lanjutan merupakan ulangan imunisasi dasar untuk
mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk memperpanjang masa
perlindungan anak yang sudah mendapatkan imunisasi dasar yaitu
dengan diberikan 1 dosis DPT-HB-Hib pada usia 18 bulan dan 1
dosis campak/MR pada usia 24 bulan. Perlindungan optimal dari
pemberian imunisasi lanjutan ini hanya didapatkan apabila anak
tersebut telah mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap
(Kemenkes RI, 2018). 14 b)
▪ Imunisasi Anak Sekolah
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia SD
diberikan pada kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)
yang diintegrasikan dengan kegiatan UKS. Imunisasi yang diberikan
adalah imunisasi campak, tetanus, dan difteri. Imunisasi ini
diberikan pada kelas 1 (campak dan DT), kelas 2 (Td), dan kelas 5
(Td) (Kemenkes RI, 2018).
▪ Imunisasi Pada Wanita Usia Subur
Imunisasi yang diberikan pada wanita usia subur adalah
imunisasi tetanus toksoid difteri (Td) yang berada pada kelompok
usia 15-39 tahun baik itu WUS hamil (ibu hamil) dan tidak hamil
(Kemenkes RI, 2018). b.
b. Imunisasi Tambahan
Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu yang
diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena
penyakit sesuai dengan kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu
(Kemenkes RI, 2018).
c. Imunisasi Khusus
Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang dan
masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu seperti persiapan
keberangkatan calon jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan menuju atau
dari negara endemis penyakit tertentu, dan 15 kondisi kejadian luar
biasa/wabah penyakit tertentu (Kemenkes RI, 2018).

2.7 Cara Penyimpaban dan Pemeliharaan Logistik


Untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima sampai
didistribusikan ketingkat berikutnya (atau digunakan), vaksin harus selalu
disimpan pada suhu yang telah ditetapkan, yaitu:

1. Provinsi
a. Vaksin Polio Tetes disimpan pada suhu -15°C s.d. -25°C pada freeze
room atau freezer
b. Vaksin lainnya disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C pada cold room atau
vaccine refrigerator
2. Kabupaten/Kota
a. Vaksin Polio Tetes disimpan pada suhu -15°C s.d. -25°C pada freezer
b. Vaksin lainnya disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C pada cold room atau
vaccine refrigerator.
3. Puskesmas
a. Semua vaksin disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C pada vaccine
refrigerator
b. Khusus vaksin Hepatitis B, pada bidan desa disimpan pada suhu
ruangan, terlindung dari sinar matahari langsung.
Penyimpanan pelarut vaksin pada suhu 2°C s.d. 8°C atau pada suhu ruang
terhindar dari sinar matahari langsung. Sehari sebelum digunakan, pelarut
disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C. Beberapa ketentuan yang harus selalu
diperhatikan dalam pemakaian vaksin secara berurutan adalah paparan vaksin
terhadap panas, masa kadaluwarsa vaksin, waktu pendistribusian/penerimaan serta
ketentuan pemakaian sisa vaksin.

2.8 Jadwal Imunisasi


1. Imunisasi rutin
a. Imunisasi dasar

Catatan :
− Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi <24 jam
pasca persalinan, dengan didahului suntikan vitamin K1 2-3 jam
sebelumnya, khusus daerah dengan akses sulit, pemberian
Hepatitis B masih diperkenankan sampai <7 hari.
− Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik
Swasta, Imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum
dipulangkan.
− Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat
diberikan sampai usia <1 tahun tanpa perlu melakukan tes
mantoux.
− Bayi yang telah mendapatkan Imunisasi dasar DPT-HBHib 1,
DPT-HB-Hib 2, dan DPT-HB-Hib 3 dengan jadwal dan interval
sebagaimana Tabel 1, maka dinyatakan mempunyai status
Imunisasi T2.
− IPV mulai diberikan secara nasional pada tahun 2016
− Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat
diberikan sebelum bayi berusia 1 tahun.
b. Imunisasi lanjutan
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Bawah Dua Tahun

Catatan:
− Pemberian Imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB-Hib dan
Campak dapat diberikan dalam rentang usia 18-24 bulan
− Baduta yang telah lengkap Imunisasi dasar dan mendapatkan
Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib dinyatakan mempunyai status
Imunisasi T3.
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Usia Sekolah Dasar
Catatan:
− Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap Imunisasi
dasar dan Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib serta
mendapatkan Imunisasi DT dan Td dinyatakan
mempunyai status Imunisasi T5.
Imunisasi Lanjutan pada Wanita Usia Subur (WUS)

Catatan:
− Sebelum Imunisasi, dilakukan penentuan status
Imunisasi T (screening) terlebih dahulu, terutama pada
saat pelayanan antenatal.
− Pemberian Imunisasi Td tidak perlu diberikan, apabila
status T sudah mencapai T5, yang harus dibuktikan
dengan buku Kesehatan Ibu dan Anak, kohort dan/atau
rekam medis.
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Di Indonesia, program imunisasi diatur oleh Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Pemerintah, bertanggungjawab menetapkan
sasaran jumlah penerima imunisasi, kelompok umur serta tatacara
memberikan vaksin pada sasaran. Pelaksaan program imunisasi
dilakukan oleh unit pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta.
Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular
khususnya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang
diberikan kepada tidak hanya anak sejak bayi hingga remaja tetapi juga
pada dewasa. Jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
yaitu TBC (Tuberculosis), difteri, pertusis, tetanus, polio, influenza,
demam tifoid, hepatitis, meningitis, pneumokokus, mmr ((mumps
measles rubella), rotavirus, varisela dan hepatitis A .
DAFTAR PUSTAKA
1. Dillyana, Tri Anisca, and Ira Nurmala. "Hubungan pengetahuan, sikap dan
persepsi ibu dengan status imunisasi dasar di Wonokusumo." Jurnal
Promkes 7.1 (2019): 68-78.
2. Wulansari, Mardianti N. Determinan cakupan imunisasi dasar lengkap pada
penerima program keluarga harapan. Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia.
2020: 4(1); 1-9 4. Hidayah, Nurul, Hetty Maria Sihotang, and Wanda
Lestari. "Faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi dasar
lengkap pada bayi tahun 2017." Jurnal Endurance 3.1 (2018): 153-161
3. Ladyani, Festy, et al. "Penyuluhan Tentang Imunisasi di Puskesmas Rawat
Inap Kemiling Bandar Lampung." Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada
Masyarakat (PKM) 4.5 (2021): 1155-1159.Hudhah M, Atik CH. Perilaku
ibu dalam imunisasi dasar lengkap di PuskesmasGayam Kabupaten
Sumenep. Jurnal Promkes. 2017: 5(1); 167-80
4. Pracoyo, Noer Endah. "Faktor Penyebab Terjadinya Kejadian Luar Biasa
(KLB) Difteri Pada Anak Di Indonesia." Jurnal Ekologi Kesehatan 19.3
(2020): 184- 195. 7. Winarni, Sri, et al. "Pemberdayaan Masyarakat dalam
Optimalisasi Formulir Pencatatan pada Sistem Informasi Posyandu (SIP)."
Journal of Public Health and Community Service 1.2 (2022): 70-74.
5. Hartoyo E. Difteri Pada Anak. Sari Pediatri. 2018: 19(5); 300-6 9. Dulcia,
Reiz. et al GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG
PEMBERIAN IMUNISASI PADA BAYI USIA 0-11 BULAN
DICENTROSAUDE-COMORO DILI,TIMOR-LESTE. JURNAL
SAHABAT KEPERAWATAN. 2020. Vol 2 (2)
6. Sofiyati, Sofiyati. "HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG
IMUNISASI POLIO DENGAN WAKTU PEMBERIAN IMUNISASI POLIO DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG KECAMATAN
KEDAWUNG KABUPATEN CIREBON." Jurnal Ilmu Kedokteran dan
Kesehatan Indonesia 2.2 (2022): 52-65.
7. Hadianti DN, Elis M, Ester R, Fia S, Hendro, S, et al. Buku Ajar Imunisasi.
Cetakan I. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan. 2014
16.KEMENKES RI. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta:
Kemenkes RI. 2019
8. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jadwal Imunisasi IDAI 2020. www.idai.or.id

Anda mungkin juga menyukai