Tugas AI - BAB 3 - Kelompok 3

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 19

THE INTERNATIONAL PROFESSIONAL PRACTICE FRAMEWORK

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Audit Internal yang ditugaskan
oleh Rita Yuniarti, Dr., S.E., M.M., Ak., C.A.

Disusun oleh:
Siti Sobariah (0117101094)
Helmi Abyadi S. (0117101109)
Kristina Lasroha S. (0117101116)
Hana Pertiwi A. (0117101121)
Celline Dyah P. (0117101122)
Kelompok 3
Kelas C

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah Audit Internal.
Meskipun dalam penyusunan makalah ini kami banyak menemukan hambatan dan
kesulitan, tetapi karena motivasi dan dorongan dari berbagai pihak makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari bahwa pada penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang telah membaca
makalah ini yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat memenuhi syarat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Audit Internal dan juga dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya. Tidak
lupa kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak atas dukungannya sehingga
terwujudnya makalah ini.
Akhir kata, kami memohon maaf apabila ada kesalahan yang terdapat didalam
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Terimakasih atas
perhatiannya.

Penulis

Bandung, Februari 2020

DAFTAR ISI

ii
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB 1.........................................................................................................................................1

PEMBAHASAN.........................................................................................................................1

1.1. Sejarah Pedoman Untuk Profesi Audit.........................................................................1

1.2. The International Professional Practice Framework (IPPF).........................................3

1.2.1. Mandatory Guidance (Pedoman Wajib)...............................................................3

1.2.2. Strongly Recommended Gidance.......................................................................11

1.3. Bagaimana The International Professional Practices Framework (IPPF) Dilakukan


Saat Ini........................................................................................................................12

BAB 2.......................................................................................................................................13

ANALISIS JURNAL INTERNASIONAL...............................................................................13

2.1. Inti Masalah................................................................................................................13

2.2. Tujuan.........................................................................................................................13

2.3. Desain / Metodologi / Pendekatan..............................................................................13

2.4. Temuan.......................................................................................................................13

2.5. Batasan / Implikasi Penelitian....................................................................................13

2.6. Implikasi Praktis.........................................................................................................14

2.7. Orisinalitas / Nilai.......................................................................................................14

BAB 3.......................................................................................................................................15

PENUTUP.................................................................................................................................15

3.1. Kesimpulan.................................................................................................................15

3.2. Saran...........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................16

iii
BAB 1
PEMBAHASAN
1.1. Sejarah Pedoman Untuk Profesi Audit
Praktik audit internal dikembangkan dalam jangka waktu yang cukup lama. Sebuah
organisasi dapat tumbuh dalam ukuran dan kompleksitas yang berbeda dan juga dapat
berkembang dengan cepat. Karena adanya perkembangan tersebut, manajer tingkat atas dari
struktur organisasi tidak lagi dapat mengawasi tanggung jawab para bawahannya atau
memiliki kontak langsung dengan mereka yang melaporkan tanggung jawabnya kepada para
manajer. Maka dari itu, audit internal muncul untuk membantu manajemen dalam mengawasi
tanggung jawab bawahannya. Seiring berjalannya waktu, profesi audit internal ini pun
menjadi formal dan resmi dengan berdirinya IIA.
Dengan berdirinya The Instisure of Internal Auditors (IIA) pada tahun 1941, praktik audit
internal mulai bergerak menjadi sebuah profesi termasuk kesepakatan diantara praktisi
mengenai peran, konsep dan praktek dasar audit internal. Pedoman resmi yang pertama adalah
pernyataan mengenai tanggung jawab seorang auditor internal, yang dikeluarkan pada tahun
1947. Pernyataan pedoman tersebut menentukan tentang tujuan dan ruang lingkup audit
internal. Dalam revisi yang berikutnya, pedoman ini memperluas tujuan dan ruang lingkup
dari auditor internal. Contohnya, ruang lingkup kegiatan audit internal dalam pedoman tahun
1947 tanggung jawab dibatasi hanya untuk masalah keuangan saja. Tapi pada tahun 1957,
ruang lingkup audit internal telah diperluas dengan menyertakan evaluasi kegiatan
operasional sebagai tanggung jawabnya. Ruang lingkup dari profesi audit internal ini terus
berkembang selama bertahun-tahun. Begitupun dengan statement of responsibilities atau
tanggung jawab audit internal yang terus direvisi pada tahun 1971, 1976, 1981 dan 1990.
Pada tahun 1986, IIA membuat pedoman etika dengan menerbitkan kode etik untuk para
anggotanya. Kode etik ini terdiri dari 8 artikel, dan prinsip-prinsip dasar yang masih
digunakan sampai saat ini. Dengan di terbitkannya CBOK (Common Body of Knowledge)
pada tahun 1972, dan dilaksanakannya program sertifikasi CIA (Certified Internal Auditor)
pada tahun 1973. IIA kemudian mengeluarkan standar praktek profesional untuk audit
internal. Standar tersebut, terdiri dari 5 standar umum dan 25 pedoman khusus mengenai
bagaimana mengelola fungsi audit internal dan apa yang harus dilakukan oleh audit internal.
Standar ini telah di adopsi dan diterjemahkan kedalam beberapa bahasa. Selain itu, standar ini
juga dimasukan kedalam Undang-Undang dan peraturan pemerintah.
Standar tahun 1978 ini terbukti relatif kuat dan mampu mengakomodasi profesi yang
berkembang, dan tidak akan berubah selama 20 tahun ke depan. Namun, IIA memberikan

1
beberapa pedoman tambahan untuk memfasilitasi interpretasi standar tersebut. Berikut ini
yang termasuk dalam pedoman tambahan:
 Pedoman yang di sertai standar 1978
 Memberikan tanggapan untuk pertanyaan yang sering diajukan mengenai praktek
profesional audit internal
 Position papers
 Studi penelitian
Pada akhir tahun 1990-an, tingkat kewenangan antara pedoman pun tidak lagi jelas
sehing muncul lah pertentangan mengenai pedoman tersebut.
Pada tahun 1980, profesi internal audit pun mulai berubah. Pengguna penilaian resiko
sebagai metode mengalokasikan sumber daya internal audit (audit berbasis resiko) dengan
cepat mendapatkan popularitasnya. Pada tahun 1990, banyak organisasi yang menggunakan
audit internal yang didapatkan dari para penyedia jasa eksternal. Dalam pemeriksaannya,
waktu yang di alokasikan untuk layanan audit internal tradisional lebih sedikit, karena waktu
tersebut lebih banyak digunakan untuk mengawasi efektivitas dan efisiensi operasi. Layanan
audit internal non tradisional tersebut, seperti program control self assessment, pelatihan
proaktif mengenai pengendalian internal, berpartisipasi sebagai penasehat dalam sistem
pelaksanaan proyek, dan konsultasi lainnya.
Menyadari peran penting pernyataan tanggung jawab, kode etik dan khususnya, standar
1978 telah mengembangkan profesi audit internal secara global. Kemudian IIA membentuk
Guidance Task Force (GTF) pada tahun 1997. Untuk mempertimbangkan kebutuhan dan
mekanisme pedoman profesi untuk masa yang akan datang. Setelah lebih dari satu tahun
studi, GTF mengeluarkan laporannya mengenai visi untuk masa depan: kerangka kerja
praktek profesional untuk audit internal. Laporan ini mengusulkan definisi baru dari audit
internal dan struktur baru untuk memberikan pedoman yang relevan bagi profesi ini. Definisi
dan struktur yang diusulkan telah disetujui pada tahun 1999. Pelaksanaannya dimulai dengan
revisi kode etik pada tahun 2000 dan penyelesaian standar internasional untuk praktek internal
audit (standar) pada tahun 2002.
Pada tahun 2006, standar telah di akui secara global, dengan terjamahan resmi sebanya 32
bahasa. Selain itu, jumlah negara di seluruh dunia yang memasukan standar tersebut kedalam
hukum dan peraturan pun terus meningkat. Dengan meningkatnya pengakuan dan status
pedoman profesional IIA. Pemimpin IIA harus memastikan bahwa pedoman sudah jelas,
relevan dan konsisten secara internasional. Proses pengaturan pedoman juga harus cukup
responsif terhadap kebutuhan profesi dan transparan kepada pihak yang berkepentingan.

2
Guidance Task Force (GTF) dan Steering Commite, didirikam untuk meninjau struktur
pedoman yang ada dan mengembangkan, mengkaji dan penerbitan pedoman. Hasil revisi
terbarunya adalah International Professional Practices Framework (IPPF) dan a reengineering
of the guidance-setting process.

1.2. The International Professional Practice Framework (IPPF)


IPPF merupakan satu-satunya guidance untuk profesi internal audit yang diakui secara
global. IPPF memberikan dasar bagi fungsi internal audit untuk menunaikan peran internal
audit dan cara yang efektif memenuhi tanggung jawab internal audit serta memberikan
petunjuk dan pedoman kepada profesi internal auditor dan menetapkan keinginan para
stakeholder sehubungan dengan kinerja jasa internal audit yang didalamnya mengandung
elemen penting yaitu:
 Kualitas dari individu internal auditor;
 Karakteristik dari fungsi yang menyediakan jasa internal audit;
 Sifat dari akitivitas internal audit; .
 Kriteria kinerja terkait
Misi audit internal yaitu menunjukkan tujuan dan cita-cita yang ingin dicapai oleh audit
internal dalam sebuah organisasi. Dalam IPPF ini, menunjukkan bagaimana praktisi Internal
Audit harus memanfaatkan seluruh kerangka kerja untuk mendukung kemampuan mereka
untuk mencapai misi.
Dalam IPPF terdapat 2 komponen. yang pertama pedoman wajib (Mandatory Guidance)
yang terdiri definisi audit internal, kode etik auditor internal dan standar auditor internal.
Yang kedua, pedoman yang disarankan (Strongly Recommended Guidance) yang terdiri dari
Position Papers, Practice Advisories dan Practice Guides. Kesesuaian dengan Mandatory
Guidance dianggap penting. Pedoman ini di kembangkan melalui proses yang sangat teliti.
Strongly Recommended Guidance menjelaskan mengenai praktik pelaksanaan yang efektif
dari prinsipprinsip yang ditemukan dalam definisi, kode etik dan standar. IIA (Institute of
Internal Auditors) sangat mendorong dan mendukung kesesuaian dengan pedoman.

1.2.1. Mandatory Guidance (Pedoman Wajib)


 Pengertian Audit Internal
Audit internal adalah kegiatan penjaminan dan konsultasi yang dilakukan secara
independen dan objektif yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan
meningkatkan operasi organisasi. Audit internal ini membantu organisasi mencapai

3
tujuannya dengan melakukan pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi
dan meningkatkan efektivitas manajemen resiko, pengendalian dan proses tata kelola
perusahaan.
Definisi tersebut mengakui bahwa tujuan akhir dari profesi audit internal dan fungsi
audit adalah untuk memberikan nilai tambah bagi organisasi dengan menyediakan jaminan
dan layanan konsultasi. Fokus dari audit internal itu sendiri adalah pada evaluasi dan
peningkatan efektivitas manajemen resiko, konrol dan tata kelola organisasi. Independensi,
objektivitas, sistematis dan disiplin merupakan landasan audit internal dalam
melaksanakan tugasnya. Unsur-unsur tersebut dibahas dalam komponen dari IPPF.

 Kode Etik
Tujuan kode etik adalah untuk mengembangkan budaya etis dalam profesi audit
internal. Kode etik terdiri dari dua komponen yaitu prinsip-prinsip yang relevan bagi
profesi dan praktik internal audit dan kaidah perilaku yang menjelaskan norma serta
tinggah laku yang diharapkan dari sosok internal auditor. Kedua komponen tersebut
melampaui definisi audit internal dengan memperluas atribut dan perilaku individu dalam
memberikan jasa audit internal yang diperlukan.
Prinsip-prinsip tersebut mencakup 4 prisip yang harus di pertahankan oleh audit
internal untuk dalam melaksanakan pekerjaannya. Hal yang paling utama adalah auditor
internal harus mempertahankan atau mendapatkan kepercayaan dari orang-orang yang
menggunakan jasa mereka. Peraturan tersebut terdiri dari 12 norma perilaku yang harus
diikuti dan dilaksanakan oleh seorang auditor internal. Berikuti ini merupakan 4 prinsip
dan 12 norma perilaku yang harus di ikuti dan dilakukan oleh audit internal:
 Integritas
Menurut kode etik, integritas dari internal auditor akan membentuk kepercayaan
yang kemudian nantinya akan menjadi dasar keyakinan atas penilaian yang dikeluarkan.
Integritas adalah “tiket masuk” atau sesuatu yang harus dimiliki oleh auditor internal.
Hal ini merupakan hal yang paling dasar, karena tanpa integritas. Seorang individu tidak
dapat berperan sebagai audit internal yang profesional. Karena pada dasarnya
stakeholder tidak dapat mengandalkan pekerjaan auditor internal jika auditor
internalnya selalu memalsukan atau pernah melakukan pemalsuan terhadap laporan.
Auditor internal harus mempunyai menggambarkan nilai etis di organisasi untuk
mendapatkan kepercayaan dan rasa hormat agar dapat memenuhi tanggungjawab
profesionalnya.

4
 Objektivitas
Kode etik mengharuskan auditor internal mampu menunjukan ke objektivitasannya
dalam mengumpulkan, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan informasi tentang
kegiatan atau proses yang sedang dilakukan. Auditor internal membuat penilaian yang
seimbang dari semua keadaan yang relevan dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan
pribadi ataupun oleh orang lain dalam membentuk penilaian.
Aturan perilaku yang berhubungan dengan prinsip objektivitas auditor internal
adalah:
- Tidak akan berpartisipasi dalam setiap kegiatan atau hubungan yang dapat
mengganggu atau dianggap mengganggu penilaian.
- Tidak akan menerima apa pun yang dapat mengganggu atau dianggap
mengganggu penilaian profesional mereka.
- Harus mengungkapkan semua fakta material yang diketahui kepada mereka bahwa,
jika tidak diungkapkan, dapat mendistorsi pelaporan kegiatan dikaji.

Objektivitas adalah atribut fundamental audit internal. Dalam melakukan pekerjaan


mereka, auditor internal harus menyadari potensi ancaman terhadap objektivitas mereka
seperti hubungan pribadi atau konflik kepentingan.
 Kerahasiaan
Kode etik juga mensyaratkan agar auditor menghargai nilai dan kepemilikan
informasi yang mereka terima dan tidak mengungkapkan informasi tanpa otoritas yang
tepat kecuali ada kewajiban hukum dan profesional untuk melakukannya.
Aturan perilaku yang berkaitan dengan prinsip kerahasiaan auditor internal adalah:
- Akan lebih bijaksana dalam menggunakan dan melindungi informasi yang diperoleh
dalam perjalanan tugas mereka.
- Tidak akan menggunakan informasi untuk keuntungan pribadi atau dengan cara
apapun yang akan bertentangan dengan hukum atau merugikan tujuan yang sah dan
etis dari perusahaan.

Dalam memberikan pelayanan audit, auditor internal memerlukan akses yang bebas
untuk mendapatkan semua data yang relevan. Untuk memberikan akses tersebut,
manajemen memiliki keyakinan bahwa auditor internal tidak akan mengungkapkan atau
menggunakan data dengan tujuan merugikan organisasi, melanggar hukum, atau
menghasilkan keuntungan pribadi.

5
 Kompetensi
Yang terakhir kode etik mensyaratkat auditor internal menerapkan pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman yang diperlukan dalam pelaksanaan layanan audit
internal.
Aturan perilaku yang berkaitan dengan prinsip kompetensi auditor internal adalah:
- Hanya boleh terlibat dalam layanan yang mereka miliki pengetahuan, keterampilan
dan pengalamannya.
- Wajib melakukan jasa audit internal sesuai dengan standar internasional untuk
praktik profesional audit internal.
- Akan terus meningkatkan kemampuan mereka, efektivitas dan kualitas layanan
mereka.

Jasa audit internal dapat dilakukan oleh orang-orang yang memiliki integritas,
objektivitas dan dapat menjaga kerahasiaan. namun ketiga hal tersebut bukanlah apa apa
jika orang tersebut tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
melakukan pekerjaan dan mencapai kesimpulan yang valid. Itulah mengapa ada standar
khusus yang membutuhkan auditor internal menjadi kompeten dan terus berupaya untuk
melakukan perbaikan.
Kode etik berlaku untuk semua individu dan entitas yang menyediakan layanan audit
internal, bukan hanya untuk anggota IIA atau orang yang sudak bersertifikasi IIA. Namun,
IIA mempunyai penekanan yang lebih kepada anggota IIA dan penerima, atau calon,
sertifikasi profesional IIA. Pelanggaran kode etik oleh mereka dalam lingkup IIA dapat
mengakibatkan kecaman, suspensi keanggotaan dan / atau sertifikasi, dan explusion dan /
atau pencabutan sertifikasi yang ditetapkan oleh komite etika yaitu IIA.

 Standar Internasional Praktik Profesional Audit Internal


Prinsip-prinsip dasar dari audit internal diuraikan dalam standar IIA. Pengantar standar
mengakui bahwa "audit internal dilakukan dalam lingkungan hukum dan budaya yang
beragam; dalam organisasi yang bervariasi dalam tujuan, ukuran, kompleksitas, dan
sturcture; dan oleh orang dalam atau di luar organisasi. "Sedangkan perbedaan yang ada di
antara organisasi dapat mempengaruhi praktek audit internal. "Kesesuaian dengan
(standar) sangat penting dalam memenuhi tanggung jawab auditor internal dan aktivitas
audit internal." Tujuan dari standar ini adalah untuk:
- Menguraikan prinsip dasar yang menggambarkan pelaksanaan audit internal.

6
- Memberikan suatu keranka kerja dalam melaksanakan dan meningkatkan nilai tambah
audit internal secara luas.
- Menetapkan dasar untuk mengevaluasi kinerja audit internal.
- Mendorong peningkatan proses dan operasional organisasi.

Standar difokuskan pada prinsip-prinsip dan persyaratan mandatori yang mencakup :


- Pernyataan persyaratan dasar, yang berisi persyaratan dasar praktik profesional audit
internal dan pedoman evaluasi efektivitas kinerjanya, yang berlaku secara internasional
pada tingakatan organisasi dan individual.
- Interpretasi, yang menjelaskan lebih lanjut istilah dan konsep yang digunakan dalam
pernyataan persyaratan dasar di atas.

Standar menggunakan istilah-istilah, yang memiliki maksan khusus sebagaimana


dijelaskan pada daftar istilah. Pernyataan, interpretasi, dan istilahistilah yang didefinisikan
harus dipertimbangkan bersama-sama untuk memahami dan menerapkan standar yang
benar. Terdapat 3 jenis standar yaitu:
- Standar atribut, untuk mengatur atribut organisasi dan individu yang melaksanakan
audit internal.
- Standar kinerja, mengatur sifat audit internal dan menetapkan kriteria mutu untuk
mengukur kinerja jasa audit internal tersebut.
- Standar pelaksanaan, diterbitkan sebagai aturan yang lebih rinci dari standar atribut dan
standar kinerja, dengan menyajikan persyaratan tertentu untuk setiap jenis kegiatan
audit internal. Seperti kegiatan penjaminan dan konsultasi.

Standar disusun menggunakan sistem angka dan huruf. Standar atribut dimulai dari
1000 dan standar kinerja di mulai dari 2000. Kedua standar sama-sama berlaku untuk
jaminan dan kegiatan konsultasi

 Jaminan dan Layanan Konsultasi


Didalam standar, kedua jenis layanan ini di definisikan sebagai berikut:
 Jasa Assurance
Merupakan kegiatan penilaian bukti obyektif oleh auditor internal yang independen
untuk memberikan pendapat atau simpulan mengenai tata kelola, manajemen resiko,

7
dan kontrol dari organisasi tersebut. Contohnya penilaian keuangan, kinerja, kepatuhan,
sistem keamanan, dll.
 Jasa Konsultasi
Merupakan konsultasi yang berkaitan dengan kegiatan pelayanan, sifat dan ruang
lingkup yang disepakati (pelanggan), dimaksudkan untuk menambah nilai dan
meningkatkan tata kelola organisasi, manajemen resiko, proses kontrol tanpa auditor
internal dengan asumsi tanggungjawab manajemen. Misalnya, memberi nasihat, saran,
dan pelatihan.

Perbedaan kedua jenis layanan ini dapat dilihat dari tujuan keduanya. Dalam jasa
assurance, perjanjian yang dilakukan adalah untuk memberikan penilaian yang
independen. Sedangkan jasa konsultasi, melakukan perjanjian untuk memberikan
pelayanan konsultasi, pelatihan dan pendampingan.

Jasa assurance biasanya melibatkan 3 pihak yaitu :


- Seorang atau sekelompok orang yang terlibat secara langsung dengan entitas, operasi,
fungsi, proses, sistem atau permasalahan lainnya. Disebut pemilik proses.
- Seorang atau sekelompok orang yang melakukan penilaian disebut auditor internal.
- Seorang atau sekelompok orang yang memanfaatkan hasil penilaian disebut, pengguna

Sedangkan pengguna jasa konsultasi ada 2 pihak yaitu :


- Seorang atau sekelompok orang yang memberikan nasihat—auditor internal.
- Seorang atau sekelompok orang yang menerima nasihat—klien penugasan.

Kompleksitas keterlibatan jasa assurance tercermin dalam standar. Fungsi audit


internal yaitu harus merencanakan dan melaksanakan perjanjian jaminan dan melaporkan
hasilnya dengan cara yang memenuhi kebutuhan pihak ketiga yang tidak terlibat langsung
dalam perjanjian. Selain itu, fungsi audit internal audit internal harus berhati-hati dan
menghindari konflik kepentingan dengan para pengguna. Banyak atribut dan praktek yang
diperlukan oleh standar dan kode etik yang sangat peduli dalam menjaga kepentingan
penyedia layanan jaminan dan pengguna pihak ketiga selaras. Dengan demikian, standar
pelaksanaan layanan jaminan yang lebih ketat dan banyak dari standar pelaksanaan jasa
konsultasi. Cakupan standar pelaksanaan terintegrasi dalam pembahasan berikut standar
atribut dan standar kinerja.

8
 Standar Atribut
Standar atribut, merupakan ciri-ciri fungsi internal audit dan auditor internal individu
harus dimiliki untuk melaksanakan jaminan yang efektif dan layanan konsultasi, terbagi
menjadi empat bagian utama:
 1000 - Tujuan, Wewenang, dan Tanggung Jawab
Fungsi internal audit harus memiliki Piagam yang jelas menyatakan tujuan fungsi,
wewenang dan tanggungjawab dan menentukan sifat jaminan dan layanan konsultasi
yang menyediakan fungsi. Piagam juga harus mengakui fungsi internal audit
bertanggung jawab untuk mematuhi definisi internal audit, kode etik dan standar.
informasi tersebut dapat didokumentasikan dalam dari layanan kontrak ketika layanan
internal audit yang Outsource ke penyedia layanan pihak ketiga.CAE "harus secara
berkala meninjau Piagam internal audit dan mempersembahkannya kepada manajemen
senior dan Dewan untuk disetujui" (standart 1000: tujuan, wewenang dan tanggung
jawab).Persetujuan akhir dari Piagam adalah tanggung jawab Dewan.informasi lebih
lanjut tentang Piagam internal .
 1100 - Independensi dan Objektivitas
Audit internal (fungsi) harus independen, dan auditor internal harus menjadi tujuan
dalam melaksanakan pekerjaan mereka"(standart 1100: indepedence dan
objektivitas.).Daftar istilah untuk standar mendefinisikan independensi dan objektivitas
sebagai berikut:
- Indepedence, merupakan kebebasan dari kondisi yang mengancam objektivitas atau
penampilan objektivitas, ancaman-ancaman untuk objektivitas harus dikelola di
individu auditor, keterlibatan, fungsional, dan tingkat organisasi.
- Objektivitas, merupakan sikap mental yang tidak bias yang memungkinkan auditor
internal untuk melakukan pertunangan sedemikian rupa bahwa mereka memiliki
kepercayaan yang jujur dalam produk kerja mereka dan bahwa mereka memiliki
kepercayaan yang jujur dalam produk kerja mereka dan bahwa tanpa kompromi
kualitas signifikan yang dibuat. objektivitas memerlukan auditor internal tidak untuk
subordinate penilaian mereka mengenai masalah-masalah audit kepada orang lain.

Penting untuk dicatat bahwa independensi dan objektivitas adalah dua yang
berbeda, namun saling terkait, konsep yang mendasar untuk memberikan nilai - jasa
audit internal menambahkan - fungsi audit internal harus auditor internal independen
dan individu harus objektif. Sedangkan kemerdekaan adalah atribut dari fungsi internal

9
audit, objektivitas adalah atribut auditor individu. ini adalah perbedaan halus, namun
sangat penting
 1200 - Kemampuan dan Kehati-hatian Professional
Kemampuan dan perawatan professional karena merupakan pilar second dan ketiga
mendukung layanan audit internal yang efektif. Jasa asuransi dan konsultasi yang
diberikan oleh auditor internal kurang pengetahuan yang diperlukan, keterampilan, dan
kompetensi lainnya (yaitu, kemahiran) untuk perfrom pekerjaan atau gagal untuk
menerapkan perawatan dan skils dibutuhkan akan sedikit, jika ada, nilai.
Sehingga standar mengharuskan fungsi audit internal dan auditor individu memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lain yang dibutuhkan untuk memenuhi
tanggung jawab mereka dan menerapkan perawatan profesional.
Standar tidak mandate seperangkat spesifik pengetahuan, keterampilan, dan
kompetensi lainnya. sangat disarankan bimbingan mengenai kemahiran disediakan
dalam praktek penasehat 1210-1: kemahiran. panduan lebih lanjut dapat ditemukan
dikerangka kompetensi IIA (dibahas dalam bab 1, "auditor pengenalan (CIA)
pemeriksaan.
 1300 –Jaminan Kualitas dan Program Perbaikan
Konsep dasar dari jaminan kualitas untuk layanan audit internal adalah sama seperti
pada pembuatan produk atau penyerahan jenis layanan. Jaminan kualitas menanamkan
keyakinan bahwa produk atau layanan memiliki fitur penting dan karakteristik itu
dimaksudkan untuk memiliki. Misalnya, jaminan kualitas yang terkait dengan
manufaktur baut logam tertentu akan fokus pada memastikan bahwa baut dibuat sesuai
dengan spesifikasi teknik yang ditentukan. Dalam nada yang sama, jaminan kualitas dan
perbaikan program fungsi audit internal "dirancang untuk memungkinkan evaluasi audit
internal (fungsi) kesesuaian dengan Definisi Audit Internal dan Standar dan evaluasi
apakah auditor internal mematuhi Kode etika. Program ini juga menilai efisiensi dan
efektivitas audit internal (fungsi) dan mengidentifikasi peluang untuk perbaikan
"(Interpretasi Standar 1300: Jaminan kualitas dan Program Peningkatan).
Standard 1310: Kebutuhan Quality Assurance dan Peningkatan Program
menyatakan bahwa "Jaminan kualitas dan program peningkatan harus mencakup
penilaian internal dan eksternal." Assessmebts internal harus mencakup:
- Pemantauan berkelanjutan dari kinerja audit internal (fungsi),

10
- Ulasan periodic dilakukan melalui self-assessmebt atau oleh orang lain dalam
organisasi dengan pengetahuan yang cukup tentang praktik audit internal"(Standard
1311: Penilaian internal).

Penilaian Eksternal harus dilakukan setidaknya sekali setiap lima tahun oleh,
resensi independen yang berkualifikasi atau review tim dari luar organisasi. Kepala
eksekutif audit yang harus mendiskusikan dengan papan:
- Kebutuhan untuk penilaian eksternal lebih sering,
- Kualifikasi dan undependence dari resensi eksternal atau review tim, termasuk
potensi konflik kepentingan. (Standar 1312: Penilaian Eksternal)

1.2.2. Strongly Recommended Guidance


Strongly recommended guidance (practice advisories, position papers, and
practice guides) menyediakan lebih spesifik, non mandatory guidance. Dalam beberapa kasus,
sangat dianjurkan pedoman yang otoritatif dalam arti bahwa IIA telah disahkan melalui
dukungan formal, yang meliputi review oleh komite etika dan internal dewan standar audit
untuk konsistensi dengan mandatory guidance. Strongly recommended guidance terdiri dari:
 Position Papers
Membantu berbagai pihak yang berkepentingan, termasuk mereka yang tidak dalam
profesi audit internal, dalam memahami isu-isu pemerintahan, risiko, atau kontrol yang
signifikan, dan menggambarkan peran terkait dan tanggung jawab audit internal
 Practice Advisories
Membantu auditor internal dalam menerapkan definisi AuditInternal, Kode Etik, dan
Standar, dan mempromosikan praktik terbaik. Practice Advisories mengatasi audit internal
pendekatan, metodologi, dan pertimbangan, tetapi tidak rinci proses atau prosedur. Mereka
termasuk praktek yang berkaitan dengan internasional, negara, atau isu-isu industri-
spesifik, tipe tertentu dari keterlibatan, dan masalah hukum atau peraturan.
 Practice Guides
Memberikan panduan rinci untuk melakukan kegiatan audit internal. Mereka termasuk
proses dan prosedur, alat dan teknik, program, dan pendekatan langkah-demi-langkah.

11
1.3. Bagaimana The International Professional Practices Framework (IPPF) Dilakukan
Saat Ini
IPFF adalah sebuah bentuk pedoman yang bersifat dinamis. Senantiasa berkembang
sesuai dengan kondisi lingkungan. IPFF dikoordinasikan, dikembangkan, diterbitkan oleh
The Professional Guidance Advisory Council, yang terdiri dari The global ethic comitee,
The International audit standard board, the Professional Issue comitee, dan public sector
comitee.

12
BAB 2
ANALISIS JURNAL INTERNASIONAL
Internal Auditor’s Compliance to Code of Ethics
Empirical Findings from Malaysian Government – Linked Companies
Noor Furzanne Alias and Anuar Nawawi
Faculty of Accountancy,Universiti Teknologi MARA, Shah Alam, Malaysia, and
Ahmad Saiful Azlin Puteh Salin
Faculty of Accountancy, Universiti Teknologi MARA,
Perak Branch Tapah Campus, Malaysia
2.1. Inti Masalah
 Tren penipuan, korupsi dan praktik-praktik tidak etis di Malaysia terus meningkat.
 Banyak perusahaan di Indonesia Malaysia bersedia memanipulasi laporan keuangan.

2.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat kompetensi profesional yang
diperoleh oleh auditor internal dalam mendeteksi perilaku tidak etis, untuk mengevaluasi
posisi auditor internal pada objektivitas dan integritas dalam berurusan dengan perilaku tidak
etis dan untuk menguji sejauh mana kesadaran mereka tentang etika masalah di perusahaan
yang terkait dengan pemerintah (GLC).

2.3. Desain / Metodologi / Pendekatan


Data dikumpulkan melalui kuesioner yang diambil secara acak didistribusikan kepada
auditor internal GLS yang dipilih di Malaysia. Kuisioner ini dibuat dari Makalah Pemeriksaan
Auditor Internal Bersertifikat (CIA) dan Institut Auditor Internal (IIA) Kerangka Kompetensi.

2.4. Temuan
Studi ini menemukan bahwa auditor internal GLC memiliki tingkat kompetensi yang
tinggi di Indonesia melakukan perikatan audit dan mampu mendeteksi praktik tidak etis di
perusahaan. Sebagian besar dari auditor internal juga memiliki tingkat objektivitas dan
integritas yang tinggi ketika dihadapkan dengan perilaku tidak etis selama perikatan audit.

2.5. Batasan / Implikasi Penelitian


Penelitian ini memberikan bukti kuat bahwa auditor internal PT GLC Malaysia sangat
mematuhi Kode Etik IIA. Selain itu, mereka juga sadar akan hal yang tidak etis perilaku yang

13
terjadi dalam organisasi mereka. Namun, penelitian ini terbatas pada auditor internal di PT
GLC, sementara pertanyaan instrumen survei terbatas pada elemen integritas, objektivitas dan
kompetensi profesional auditor internal.

2.6. Implikasi Praktis


Studi ini menyoroti tingkat kompetensi dan kepatuhan auditor internal Standar
Internasional IIA untuk Praktik Profesional Audit Internal (ISPPIA) dan IIA Panduan Praktik
untuk mengidentifikasi perilaku tidak etis dalam GLC Malaysia.

2.7. Orisinalitas / Nilai


Penelitian ini asli karena berfokus pada GLC yang tidak mendapat banyak perhatian
peneliti sebelumnya, khususnya GLC yang beroperasi di negara berkembang seperti
Malaysia.

BAB 3
PENUTUP

14
3.1. Kesimpulan
Bab ini memaparkan secara detail mengenai IPPF (The International Professional
Practice Framework) yang merupakan framework audit internal. IPPF terbagi dalam dua
kategori yaitu authoritative mandatory guidance dan recommended guidance. Keduanya
mendukung fungsi audit untuk menghasilkan value added assurance dan consulting service.
Mandatory guidance mencakup prinsip dasar untuk praktik professional audit, definisi internal
audit, kode etik internal audit, dan standar internal audit. Recommended guidance mencakup
pedoman pelaksanaan dan bimbingan tambahan.
Prinsip dasar internal audit menunjukkan efektivitas kinerja dan fungsi audit internal.
Kode etik internal audit menjelaskan tentang prinsip etika dan norma perilaku yang relevan
dalam praktik kinerja internal auditing. Standar atribut memaparkan atribusi fungsi internal
audit ataupun internal auditor secara individu harus memberikan assurance dan consulting
service secara efektif kepada klien. The Performance Standard mendukung authoritative
guidance dalam mengatur dan menjalankan fungsi internal audit dan memberikan hasil berupa
assurance dan service engagements. Pedoman pelaksanaan dan bimbingan tambahan berguna
untuk menuntun auditor dalam implementasi terhadap Core Principles, The Definition of
Internal Auditing, The Code of Ethics dan The Standard.

3.2. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman
pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/333962929/Audit-Internal-Chapter-2
www.scribd.com

15
https://www.academia.edu/34526107/
RESUME_PENGAUDITAN_INTERNAL_THE_INTERNATIONAL_PROFESSIONA
L_PRACTICE_FRAMEWORK_AUTHORITATIVE_GUIDANCE_FOR_THE_INTER
NAL_AUDIT_PROFESSION
https://www.emerald.com/insight/content/doi/10.1108/JFC-07-2017-0066/full/pdf?
title=internal-auditors-compliance-to-code-of-ethics-empirical-findings-from-malaysian-
government-linked-companies

16

Anda mungkin juga menyukai