Anda di halaman 1dari 10

Acta Psychologia, Volume 4 Nomor 1, 2022, Halaman 38-47

Acta Psychologia
Available online at: http://journal.uny.ac.id/index.php/acta-psychologia

Regulasi Emosi Remaja Putri yang Kehilangan Ayah


karena Kematian
Aris Abidina, Dhestina Religia Mujahid
UIN Raden Mas Said Surakarta
arisabidina@gmail.com

Abstrak
Kehilangan ayah yang merupakan sumber rasa aman, pelindung, dan fondasi dalam keluarga, membuat kesedihan
yang mendalam bagi anak yang ditinggalkan. Terlebih pada anak perempuan yang cenderung lebih emosional
ketika menghadapi kehilangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui regulasi emosi remaja putri yang
kehilangan ayah karena kematian. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan naratif-
fenomenologi. Teknik pengumpulan data berupa wawancara dan observasi. Pemilihan informan menggunakan
teknik purposive sampling dengan melibatkan empat orang subjek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek
menunjukkan emosi negatif pasca sepeninggal ayah, seperti mengurung diri, kehilangan motivasi untuk
melanjutkan studi, dan takut menjalani hidup ke depan tanpa ayah. Salah satu cara yang dilakukan subjek untuk
mengurangi kesedihannya yaitu dengan mendekatkan diri pada Allah. Dukungan dari orang sekitar dan keyakinan
pada takdir Allah membuat subjek mampu merasa ikhlas akan kepergian ayah.

Kata Kunci: regulasi emosi; remaja putri; kematian ayah

Abstract
The loss of the father who is the source of security, protector, and foundation in the family, makes a deep sadness
for the child who left behind. Especially for young women who tend to be more emotional when faced this loss.
The purpose of this study was to determine how the emotional regulation of adolescent girls who lost their fathers
due to death. This study used qualitative methods with narrative-phenomenological approach. Data collection
techniques used interviews and observations. The selection of informants using purposive sampling technique
involving four subjects. The results showed that the subjects showed negative emotions after the death of the
father, such as confinement, loss of motivation to continue their studies, and fear of living life in the future
without a father. One of the ways that the subject does to reduce his grief is to get closer to God. The support of
the surrounding people and faith in God's Destiny make the subject able to feel sincere about the departure of the
father.

Keywords: emotions regulation; young woman; father’s death

Pendahuluan sehingga tidak dapat melakukan tugas


Kematian dalam Psikologi Islam perkembangan, terutama perkembangan
merupakan proses berpisahnya nafs atau emosional dan sosial yang dapat
jiwa dari tubuh (Arqi, 2018). Latif (2016) berpengaruh terhadap kondisi psikologi
mengemukakan, bahwa mati merupakan dan perilaku mereka (Suzanna, 2018). Oleh
titik pemisah dari kehidupan di dunia dan karena itu, dibutuhkan kemampuan
kehidupan yang kekal di akhirat. pengelolaan emosi yang baik untuk
Kehilangan yang dialami anak dapat menghilangkan emosi negatif berlebihan
mengganggu kejiwaan remaja, yang muncul pasca kematian orang
menimbulkan stress bahkan depresi, terdekat.
Copyright © 2022, Acta Psychologia - 38
Kehilangan adalah suatu situasi yang Penelitian Nurhidayati dan Chairini
biasanya dialami individu ketika berpisah (2014) menyebutkan bahwa kehilangan
dengan sesuatu yang sebelumnya ada yang dirasakan oleh remaja meliputi
menjadi tidak ada, baik sebagian atau kehilangan sosok pemberi perhatian dan
keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam kasih sayang, kehilangan model, kehilangan
hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan sumber rasa aman, dan kehilangan teman
(Asyfiyah, 2017). Engel (1964) berbagi. Remaja mengungkapkan perasaan
mendefinisikan duka sebagai reaksi kehilangannya dengan menangis, merasa
kesedihan atas hilangnya sumber sedih, melakukan penolakan, dan menyesal.
kebahagiaan psikologis. Sumber Kehilangan orang tua karena kematian
kebahagiaan psikologis dalam hal ini adalah cenderung memberikan dampak negatif
seseorang yang dicintai, seperti orang tua, pada diri remaja apabila ia tidak mampu
pasangan, anak, sahabat, dan seseorang mengelola emosi dan tidak memiliki
yang dikenal dekat. pemahaman yang positif mengenai
kehilangan.
Santrock, Deater-Deckard, dan
Lansford (2021) mengungkapkan bahwa Berdasarkan pemaparan sebelumnya
kehilangan dapat terjadi dalam kehidupan diketahui bahwa kematian figure ayah akan
dengan berbagai bentuk seperti perceraian, membuat anak perempuan merasakan
kehilangan pekerjaan, atau meninggalnya kehilangan yang mendalam. Beberapa juga
binatang peliharaan. Salah satu sumber ditemukan menunjukkan emosi negative
kehilangan yang paling besar adalah setelah ayahnya meninggal. Oleh karena
kehilangan karena kematian seseorang yang perlu regulasi emosi yang baik dalam
dicintai dan disayangi seperti orang tua, menghadapi kehilangan figure ayah.
saudara kandung, pasangan hidup, saudara Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
atau teman. bagaimana regulasi emosi remaja putri yang
kehilangan ayah karena kematian.
Sosok ayah sebagai sumber rasa aman,
pelindung, dan fondasi dalam keluarga Metode Penelitian
membuat kepergiannya menjadi kesedihan Jenis penelitian
yang mendalam pada anak yang
ditinggalkan. Terlebih pada anak Jenis penelitian yang digunakan adalah
perempuan, ia akan lebih emosional ketika jenis penelitian kualitatif. Creswell dan
menghadapi suatu permasalahan. Santrock, Poth (2017) mendefinisikan penelitian
Deater-Deckard, dan Lansford (2021) kualitatif sebagai jenis penelitian yang
mengungkapkan wanita lebih emosional mengeksplorasi dan memahami makna
dan penuh perasaan sedangkan laki-laki yang diyakini oleh individu atau
lebih rasional dan menggunakan logika. sekelompok orang yang sumbernya berasal
Sikap menghadapi kehilangan akan dari masalah sosial. Dalam penelitian ini,
berbeda, tergantung seseorang itu sedang pendekatan yang digunakan adalah naratif
berada di fase balita, anak, remaja, atau dan fenomenologi. Creswell (2014)
dewasa. mengungkapkan bahwa pendekatan naratif
tepat untuk mengungkap kehidupan
informan secara kronologis. Peneliti

Copyright © 2022, Acta Psychologia - 39


menggunakan pendekatan naratif untuk ayahnya, yang dapat meliputi keluarga,
mendapatkan alur atau runtutan peristiwa saudara kandung, kerabat, dan/atau teman
ketika remaja mengalami duka karena dekat informan. Penentuan jumlah
kematian ayahnya serta melihat afeksi serta significant other pada masing-masing
relasi anak-ayah. informan utama disesuaikan dengan
karakteristik informan utama.
Creswell (2014) berpendapat bahwa
fenomenologi berupaya untuk menjelaskan Teknik pengumpulan data dan instrumen
makna pengalaman hidup sejumlah orang Pengumpulan data dilakukan dengan
tentang suatu konsep atau gejala, termasuk observasi dan wawancara. Teknik
di dalamnya konsep diri atau pandangan observasi yang digunakan dalam penelitian
hidup mereka sendiri. Ciri khusus
ini adalah observasi partisipatif dimana
fenomenologi adalah mencari jawaban peneliti terlibat dalam kehidupan orang-
tentang makna dari suatu fenomena orang yang diteliti (Creswell, 2014). Jenis
(Hamid, 2013). Fenomenologi berkaitan wawancara yang digunakan dalam
dengan pengetahuan yang muncul dalam penelitian ini adalah wawancara semi
kesadaran, ilmu yang mendeskripsikan apa terstruktur. Smith (2009) mengungkapkan
yang dipahami seseorang dalam kesadaran dengan wawancara semi terstruktur,
dan pengalamannya (Moustakas, 1994). interviewer akan mengatur sendiri urutan
Penelitian ini menggunakan pendekatan pertanyaan yang akan diajukan, tetap
fenomenologi untuk mengungkap menggunakan pedoman wawancara namun
bagaimana remaja memaknai peristiwa pertanyaannya dinyatakan secara semu,
kehilangan ayah karena kematian dan disesuaikan dengan kondisi. Penggunaan
bagaimana remaja mengelola emosi pasca wawancara semi terstruktur diharapkan
kematian ayahnya. ketika pelaksanaannya peneliti dapat
Subjek penelitian melakukan probing atau dapat
mengembangkan setiap pertanyaan lebih
Pemilihan informan dilakukan dengan lanjut.
purposive sampling. Dalam purposive
sampling, sampel yang disesuaikan dengan Teknik Analisis data
tujuan penelitian, sehingga dapat dikatakan Penelitian ini menggunakan analisis data
sebagai sample-bertujuan (Moleong, 2017). Moustakas (1994) yang terdiri atas
Informan dipilih sebanyak empat orang beberapa tahapan, antara lain: membaca
dengan kriteria: (1) Informan adalah remaja transkip wawancara; tahap horizontalisasi;
remaja putri; (2) Informan pernah tahap cluster of meaning; tahap deskripsi
mengalami situasi kehilangan ayah karena esensi; serta melaporkan hasil penelitian.
kematian; (3) Kematian ayah informan Kredibilitas penelitian merupakan
kurang dari jangka waktu tiga tahun. keakuratan penelitian dalam menghasilkan
Peneliti juga menggunakan significant penafsiran tentang pemaknaan dari
other sebagai sumber informasi. Significant partisipan (Creswell, 2017). Kredibilitas
other dalam penelitian ini adalah orang data dalam penelitian ini adalah triangulasi
yang dekat dengan informan dan sumber dan member checking.
mengetahui kondisi informan sepeninggal
Copyright © 2022, Acta Psychologia - 40
Hasil Penelitian dan Pembahasan gitu sering ke kamar, nawari pengen makan apa.
Temuan penelitian dari empat subjek yang Ya dikasih tau kalo aku sedih terus kasian ayah
terlibat dijabarkan sebagai berikut. juga kan” (INF 1: AA: W1: 143).

Subjek AA (19 Tahun) “Dari sedih banget, nggak terima, terus mikir
hidup harus berlanjut, mampu ikhlas rasanya
Ayah AA meninggal karena sakit jantung lega sih mbak, sebelum itu rasanya kek sesek
yang telah diderita selama empat tahun. banget di dada” (INF 1: AA: W1: 190)
Ketika meninggal, AA berusia 16 tahun.
Respon AA ketika mengetahui ayahnya Subjek UF (21 Tahun)
meninggal adalah merasa tidak percaya dan Ayah UF meninggal saat pandemi dan
merasa kejadian tersebut cukup mendadak. didiagnosis positif Covid-19. UF terpukul
Kepergian sang ayah membuat AA merasa karena protocol pemakaman Covid-19
sedih, murung, mengurung diri di kamar, tidak memperbolehkan pihak keluarga
dan sakit. untuk mengurus, bahkan melihat sang ayah
untuk terakhir kalinya. Respon pertama UF
“Aku langsung mikirnya ngga mungkin, ngga
ketika mengetahui ayahnya meninggal
mungkin, ayah masih bisa dibawa ke rumah
sakit. Aku masuk rumah langsung nyari minyak adalah merasa tidak percaya. Menurutnya,
kayu putih mbak, padahal udah dikasih tau kalo kematian ayahnya yang dirasa mendadak,.
napas ayah udah ngga ada.” (INF 1: AA: W1: Hal ini membuat UF tertekan, sedih, dan
66) sempat membuatnya berpikir untuk tidak
“sedih terus ga doyan makan, mung ngurung diri melanjutkan kuliah.
di kamar, ning awak dadi masuk angin.” (INF
1: AA: W1: 137) “Ngga percaya mbak, soalnya maghrib itu masih
“…aahh sedih banget mbak soalnya” (INF 1: chattingan sama ibu” (INF 2: UF: W1: 73).
AA: W1: 143) “Sedih banget, apalagi kan terus banyak tetangga
“Tujuh harian itu aku masih di kamar terus, yang kayak ngejauhin” (INF 2: UF: W1: 121).
nangis terus itu aku mbak, ngurung diri di
kamar. Empat puluh harian aku juga masih “Tapi kayak ada tekanan tersendiri gitu mbak,
sedih banget, pas acara aku di kamar juga itu sedihnya dua kali lipat” (INF 2: UF: W1:
mbak.” (INF 1: AA: W1: 78) 144).

Hal yang dilakukan AA untuk “Terus kepikiran, ngko kuliahku pie? Kalo yang
mengurangi kesedihannya yaitu memilih ngebiayain ibu tok kan kasian ibu, terus mikir
mendekatkan diri pada Allah dengan apa aku tak berenti kuliah aja” (INF 2: UF:
sholat. Ingatan akan ibu, adik, dan W1: 151)
dukungan dari keluarga memotivasi AA Saat ayah meninggal, UF berusia 20
untuk bangkit. Percaya pada takdir Allah tahun. UF juga cukup dekat dengan sang
juga membuat AA menjadi ikhlas akan ayah. Hal-hal yang dilakukan UF untuk
kepergian sang ayah. Perbedaan yang AA mengurangi kesedihannya yaitu dengan
rasakan setelah mampu ikhlas yaitu merasa bermain bersama kucing peliharaan,
lega. menyibukkan diri dengan kegiatan rumah,
dan mengakses sosial media yang
“…yaa keinget ibu, kalo sedih terus ya gimana,
biar bisa nemenin ibu sama adek juga. Terus kan menghibur. Seiring berjalannya waktu dan
aku yaa kerja ya mbak, jadi yaa ada motivasi sampai saat ini, UF masih merasa
harus bangkit” (INF 1: AA: W1: 103). Ada kehilangan ayahnya dan masih merindukan
mbak, adekku, ibu, mbah uti, sama bulik kayak sang ayah. Rasa ingin menjaga ibu dan

Copyright © 2022, Acta Psychologia - 41


adik, serta kepercayaan UF pada ketentuan “…kayak nggak terima gitu, sampai badan
Allah membuatnya mampu untuk bangkit lemas semua, terus sempet pingsan juga” (INF 3:
dari kesedihannya. Hal yang UF rasakan DM: W1: 103)
setelah merasa ikhlas yaitu menjadi lebih
bersemangat. Selama masa sulit setelah kehilangan
sang ayah, DM meminta temannya untuk
“Main sama kucing mbak hehe” (INF 2: UF: menemaninya dan untuk mengurangi
W1: 168) kesedihannya DM pergi keluar dengan
temannya. DM mengatakan terkadang DM
“Apa ya mbak, main hape buka sosmed mbak,
merasa rindu dan ingin bertemu ayahnya,
nonton yang menghibur gitu mbak” (INF 2: UF:
DM merasa terkadang ayahnya bukan
W1: 241).
tiada, namun hanya pergi untuk sementara
“Jadi kadang kalo sedih aku pilih nyuci baju dan akan kembali lagi. Namun ketika
kalo ngga ya tidur” (INF 2: UF: W1: 269) menyadari bahwa ayahnya pergi untuk
selamanya DM merasa belum bisa ikhlas
“Ya karna aku percaya sama ketentuan Allah dengan keadaan. Hal-hal yang membuat
mbak. Terus ya harus bisa ikhlas, kalo ngerasa DM mampu untuk bangkit yaitu teringat
sedih terus dan ngga bisa ikhlas kan juga kasian orang-orang sekitar yang menyayanginya
ayah” (INF 2: UF: W1: 332) dan rasa sabar menerima apa yang telah
terjadi dengan berhenti meratapi dan
“Lebih bersemangat kalik ya mbak, secara kalo berdo’a pada Allah agar mampu untuk
pas belum bisa ikhlas kan kita sendiri yang ikhlas. Hal yang DM rasakan setelah
susah, jadi sedih, berfikiran negatif juga kan” mampu ikhlas yaitu hatinya menjadi
(INF 2: UF: W1: 339) tenang, mudah merasa bahagia, dan
Subjek DM (22 Tahun) kembali semangat.

Ayah DM meninggal saat DM menginjak “…aku nyuruh temen nginep biar akune ada
usia 22 tahun. Hal yang membuat DM temen untuk menghibur gitulah…” (INF 3:
sedih adalah karena ayahnya sempat DM: W1: 155)
merahasiakan sakit tumor hati yang “kalo udah keluar sama temen deket rasanya
dideritanya. DM dan keluarga baru seenggaknya agak plong” (INF 3: DM: W1:
menyadari tumor tersebut setelah sang 172)
ayah meninggal. Respon pertama DM
ketika mengetahui ayahnya tiada yaitu “…suruh melanjutkan skripsinya, tapi aku kaya
merasa kaget, tidak menyangka, dan sedih ngerasa udah nyerah gitu, tapi ya harus
yang mendalam. DM juga sempat berpikir dipaksa…” (INF 3: DM: W1: 176)
untuk tidak melanjutkan kuliahnya. Selama “Kayak belum ikhlas gitu dulu, kadang rasanya
ini keluarga hanya tahu ayah mereka kayak bapak cuman pergi kemana gitu terus
diopname karena sakit asam lambung. nanti balik lagi, tapi kadang juga sadar ternyata
udah nggak ada ngga mungkin balik lagi” (INF
“Kaget banget mesti, ngga nyangka sama sekali, 3: DM: W1: 199)
udah ngga bisa ngomong apa-apa lagi langsung
nangis, perasaane ngga karuan” (INF 3: DM: “…mengingat masih ada orang-orang terdekat
W1: 101) yang menyayangi terutama ibu dan keluarga
untuk kembali semangat” (INF 3: DM: W1:
230)

Copyright © 2022, Acta Psychologia - 42


“… berdo’a sama Allah biar bisa ikhlas, sabar “…karna pengin buat ibu bahagia mbak, jadi
menerima apa yang telah terjadi berhenti rasa semangat itu muncul mbak selepas kepergian
meratapi, bersyukur…” (INF 3: DM: W1: bapak” (INF 4: NF: W1: 153)
209). “Hati jadi ngerasa tenang, mudah merasa
bahagia, terus ya kembali semangat lagi” (INF “…di hati jauh lebih enak karna rasa ikhlas itu
3: DM: W1: 248) mbak, rasa ikhlas dan percaya bahwa semuanya
memang karna kehendak Allah” (INF 4: NF:
Subjek NF (23 Tahun) W1: 197)
Ayah NF meninggal karena sakit liver dan “…di hati jauh lebih enak karna rasa ikhlas itu
saat itu NF berusia 21 tahun. Respon mbak, rasa ikhlas dan percaya bahwa semuanya
pertama NF ketika menghadapi situasi memang karna kehendak Allah” (INF 4: NF:
kehilangan ayah yaitu sedih dan tidak W1: 197).
percaya. Pasalnya saat akan meninggal,
Diskusi
ayah sempat mengajaknya berbicara dan
memberinya nasihat. NF sempat takut Hasil wawancara keempat informan
menjalani hidup tanpa ayah. NF termasuk menunjukkan bahwa kematian
tipe orang yang memilih memendam menimbulkan perasaan sedih yang teramat
masalah, untuk mengurangi rasa sedihnya sangat, perasaan pertama yang muncul
NF lebih memilih untuk berdo’a dan adalah rasa tidak percaya dengan keadaan
mengirim do’a untuk ayahnya. Bagi NF
tersebut. Kehilangan ayah untuk selamanya
perasaan kehilangan ayah akan tetap ada
memberikan dampak negatif, seperti
dan tidak mungkin bisa hilang. Keinginan
menjadi murung, cenderung menyendiri,
untuk membahagiakan ibu, kepercayaan
pada semua memang kehendak Allah dan takut menghadapi kehidupan selanjutnya
keyakinan bahwa semua hanya titipan, tanpa ayah, kehilangan sosok yang menjadi
membuat NF mampu untuk bangkit. tumpuan dalam hidupnya. Hal ini sesuai
Setelah mampu untuk ikhlas, NF merasa dengan penelitian Nurhidayati dan Chairini
hati menjadi lebih enak. (2014) yang menyebutkan bahwa
kehilangan yang dirasakan oleh remaja
“Yang pasti rasa sedih ya mbak, nggak percaya meliputi kehilangan sosok pemberi
kalo bapak udah nggak ada, takut, campur aduk
mbak rasanya…” (INF 4: NF: W1: 59) perhatian dan kasih sayang, kehilangan
model, kehilangan sumber rasa aman, dan
“…awalnya pasti memang sedih ya mbak, jadi kehilangan teman berbagi.
murung” (SO 4: WA: W1: 49)
Informan mengungkapkan perasaan
“…buat nenangin hati dan kuatin hati setiap kehilangannya dengan menangis, merasa
ingat selalu kirim doa buat almarhum mbak”
(INF 4: NF: W1: 84) sedih, dan menjadi murung. AA
mengatakan bahwa beberapa hari
“Gak pernah itu mbak, aku gak pernah cerita sepeninggal ayahnya ia mengurung diri di
soal kehilangan bapak ke siapapun mbak, ya kamar. Hal ini dikarenakan ia merasa sedih
rasanya seperti ini ya aku pendam aja mbak…” dan juga menyesal. AA merasa semasa
(INF 4: NF: W1: 138)
hidup ayahnya ia belum bisa menjadi anak
“Kalo perasaan kehilangan tetap selalu ada dan yang berbakti. UF dan DM sempat
gak mungkin bisa hilang mbak” (INF 4: NF: kehilangan semangat untuk melanjutkan
W1: 93) kuliah karena kejadian sepeninggal ayah.

Copyright © 2022, Acta Psychologia - 43


UF mengatakan bahwa ia memikirkan Setelah kematian ayah, subjek
siapa yang akan membiayai kuliahnya dan melakukan beberapa cara untuk mengubah
menjadi berfikir untuk berhenti kuliah kesedihannya, yaitu dengan mengalihkan
karena hal tersebut. Sama halnya dengan pikiran dari kesedihan. AA memilih untuk
NF yang juga sempat terpuruk karena sedikit menjauh dari orang-orang sekitar
kehilangan ayahnya. Perasaan yang ia dan cenderung menyendiri. AA lebih
rasakan yaitu tidak percaya dan takut memilih langsung mengadukan masalah
menjalani hidup selanjutnya tanpa ayah, yang ia hadapi pada Allah yaitu dengan
hingga membuat NF susah tidur dan cara sholat dan berdo’a. Tidak jauh
makan, hingga jatuh sakit. berbeda dengan AA, NF juga memilih
untuk berdo’a dan mengirim do’a untuk
Subjek membutuhkan waktu yang mengalihkan pikiran dari kesedihannya,
cukup lama untuk mampu merasa ikhlas juga beberapa kegiatan seperti,
karena kepergian ayahnya. AA mengatakan mengerjakan tugas dan kuliah, dapat
ia membutuhkan waktu sekitar dua bulan membuatnya sedikit teralihkan dari rasa
dan UF sekitar empat bulan setelah sedih. NF mengatakan hal-hal yang biasa ia
kejadian. Hal tersebut dikarenakan subjek lakukan untuk mengurangi rasa sedihnya
merasa belum mampu kehilangan sosok yaitu bermain dengan kucing, melakukan
ayah yang selama ini mereka cintai, sosok kegiatan rumah, dan mengakses media
yang dipandang kuat, dan orang terbaik sosial yang menghibur. Berbeda dengan
yang pernah informan temui. Dari waktu ketiga informan yang lain, DM memilih
ke waktu pasca sepeninggal ayah, subjek untuk menghabiskan waktu bersama teman
mengatakan bahwa perasaan rindu dan dekatnya, ia merasa perlu untuk ditemani
ingin bertemu masih terus ada. Hal
tersebut sesuai dengan teori Santrock, Di situasi tertentu, informan
Deater-Deckard, and Lansford (2021) mengatakan masih sering merindukan
bahwa anak perempuan akan lebih ayahnya. Hal yang dilakukan selanjutnya
emosional dan penuh perasaan ketika yaitu attention deployment, merupakan cara
menghadapi suatu permasalahan. informan untuk mengalihkan perhatian
mereka dari situasi yang tidak
Kemampuan informan untuk menyenangkan untuk menghindari
menghadapi situasi tersebut dan kemudian timbulnya emosi yang berlebihan yaitu
bangkit karena adanya proses regulasi dengan cognitive change. Cognitive change
emosi. Regulasi emosi menurut Gross adalah cara individu dengan mengubah
(2006) adalah strategi sadar maupun tidak cara berpikir menjadi lebih positif sehingga
sadar terkait apa yang digunakan individu dapat mengurangi pengaruh kuat dari
untuk mengubah respon emosi mereka emosi yang timbul. AA dan UF
dalam bentuk perasaan, perilaku fisiologis mengatakan alasan bangkit dari kesedihan
yang terkait dengan suatu kejadian tertentu. yaitu dengan mengingat ibu dan adiknya.
Adanya perubahan dari emosi negatif Hal ini disebabkan karena subjek AA dan
menjadi respon positif oleh ke-empat UF merupakan anak sulung sehingga
informan, menunjukkan adanya proses membuat subjek memiliki tanggung jawab
regulasi emosi. untuk menjaga ibu dan adiknya.

Copyright © 2022, Acta Psychologia - 44


Gambar 1. Proses Regulasi Emosi Subjek

Adapun pada subjek DM, alasannya Kemampuan informan untuk


untuk bangkit yaitu ketika mengingat mengelola emosinya dengan baik
keberadaan orang-orang terdekat yang dipengaruhi oleh faktor intrinsik, faktor
masih menyayanginya dan keinginannya ekstrinsik, dan faktor religiusitas. Faktor
untuk dapat melanjutkan kuliah. Hal ini intrinsik berkaitan dengan individu itu
juga terjadi pada subjek UF yang bangkit sendiri, seperti cara berpikir informan,
karena ingin melanjutkan kuliahnya, adanya pemikiran untuk membahagiakan
mengingat cita-cita ayahnya yaitu melihat keluarga, mengingat orang-orang sekitar
anaknya menjadi sarjana. NF di masa yang masih sayang, dan semangat untuk
terpuruknya mampu bangkit ketika adanya melanjutkan kuliah. Adapun faktor
keinginan untuk membahagiakan ibunya. ekstrinsik yaitu faktor dari luar meliputi
Selain semua itu, alasan kuat yang adanya dukungan dari keluarga, kerabat,
membuat mereka ikhlas dengan kepergian teman, dan orang-orang sekitar. Hal
sang ayah adalah ketika mereka berpikir tersebut sesuai dengan pernyataan Hasanah
bahwa semua itu sudah takdir dari Allah. dan Widuri (2014) bahwa keluarga dan
teman merupakan faktor pendukung
Semua usaha yang informan lakukan seseorang mampu melakukan proses
untuk mampu bangkit dan tidak tenggelam regulasi emosi. Kemudian faktor
dalam kesedihan, membuat subjek lebih religiusitas yaitu faktor keagamaan,
kuat. Hal yang subjek rasakan setelah meliputi hubungan dekat dengan Tuhan
mampu ikhlas dengan kepergian ayahnya, yang kemudian membuat subjek menyadari
yaitu menjadi lebih lega, lebih bersemangat, bahwa kejadian yang menimpa subjek
dan lebih bahagia. Hal tersebut berkaitan merupakan takdir yang harus diterima dan
dengan modulasi respon, yaitu usaha dihadapi dengan sabar.
individu untuk menampilkan respon. Hal
ini berkaitan dengan perubahan emosi
setelah individu mampu mengelola emosi.

Copyright © 2022, Acta Psychologia - 45


Simpulan dan Saran dan perempuan saat kehilangan sosok
Simpulan ayah.

Kehilangan ayah karena kematian


merupakan situasi yang membuat informan
Daftar Pustaka
menjadi terpuruk. Bagi informan
kehilangan ayah bukan hanya kehilangan Arqi, M. A. (2018). Kematian menurut
sosok kepala keluarga, namun kehilangan Islam Wetu Telu Ditinjau dari
seseorang yang mereka cintai, kehilangan Perspektif Islam. Jurnal Psikologi
sosok pemberi rasa aman, dan kehilangan Islam, 5(9), 37–44.
sosok penguat dalam hidup. Rasa Asyfiyah, H. N. B. (2017). Proses Duka
kehilangan ayah masih terasa hingga Remaja yang Mengalami Kematian
sekarang dan tidak akan bisa hilang. Orang Tua. Skripsi.
Pengelolaan emosi yang dilakukan subjek
Creswell, J.W., & Poth, C. N. (2017).
berfokus untuk mengurangi kesedihan
Qualitative Inquiry & Research
yang dirasakan. Regulasi emosi yang
Design: Choosing Among Five
dilakukan subjek meliputi mendekatkan
Approaches. In Sage Publication
diri kepada Tuhan, mengingat bahwa
Inc (Fourth Edi). Sage Publication
masih ada anggota keluarga lain yang
Inc.
membutuhkan, dan dukungan dari
https://doi.org/10.13187/rjs.2017.
keluarga. Selain itu, subjek juga
1.30
mengurangi kesedihan dengan melakukan
aktivitas, mengakses sosial media, dan Creswell, J.W. (2014). Qualitative Inquiry
bermain dengan hewan peliharaan.. & Research Design: Choosing
Among Five Approaches. In Sage
Saran Publications (Third Edit). Sage
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat Publication Inc.
melakukan penelitian terkait regulasi emosi https://doi.org/10.1111/1467-
pada anak laki-laki yang kehilangan ayah. 9299.00177
Karena bagaimanapun, kehadiran dan
Engel, G. L. (1964). Grief and Grieving.
peran ayah tetap akan berpengaruh
American Journal of Nursing,
signifikan tanpa memandang jenis kelamin
anak-anaknya. Selain itu, jika dinamika 64(9), 93–98.
regulasi emosi anak laki-laki telah dapat Gross, J. J. (1998). The Emerging Field of
dilihat, maka dapat diketahui pula Emotion Regulation: An
perbedaan dan perbandingan regulasi Integrative Review. Review of
emosi anak laki-laki dan perempuan saat General Psychology, 2(3).
kehilangan sosok ayah. Peneliti selanjutnya
dapat melakukan penelitian terkait regulasi Hamid, F. (2013). Pendekatan
emosi pada anak laki-laki yang kehilangan Fenomenologi. UIN Sunan
ayah. Sebab dengan mengetahui dinamika Kalijogo Yogjakarta.
regulasi emosi anak laki-laki dapat
Hasanah, T. D. U., & Widuri, E. L. (2014).
diketahui pula perbedaan dan
Regulasi Emosi pada Ibu Single
perbandingan regulasi emosi anak laki-laki

Copyright © 2022, Acta Psychologia - 46


Parent. Jurnal Psikologi Integratif,
2, 86–92.
Latif, U. (2016). Konsep Mati dan Hidup
dalam Islam (Pemahaman
Berdasarkan Konsep Eskatologis
1). Jurnal Al-Bayan, 22(34), 27–38.
Moleong, L. (2017). Metode Penelitian
Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.
Moustakas, C. (1994). Phenomenological
Research Methods. Sage
Publication Inc.
Nurhidayati, & Chairini, L. (2014). Makna
Kematian Orang Tua bagi Remaja.
Jurnal Psikologi, 10, 41–48.
Santrock, J. W., Deater-Deckard, K. D.,
Lansford, J. E. (2021). Child
development. McGraw-Hill
Education.
Smith, J. A. (2009). Psikologi Kualitatif.
Pustaka Pelajar.
Suzanna, S. (2018). Makna kehilangan
orang tua bagi remaja di Panti
Sosial Bina Remaja Indralaya
Sumatera Selatan: Studi
Fenomenologi. Jurnal Aisyah:
Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), 61–76.
https://doi.org/10.30604/jika.v3i1
.8.

Copyright © 2022, Acta Psychologia - 47

Anda mungkin juga menyukai