Anda di halaman 1dari 16

NASKAH

GLOMERULUS FILTRATION RATE (GFR)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Anatomi


Fisiologi Dosen Pengampu:
Dr. apt. Yati Sumiyati, M.Kes.

Kelompok 6 :

Nadia Septi Nurrisa (2023210218)

Namira Pavita Sarah Rachman (2023210219)

Nanda Elry Aulia (2023210220)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PANCASILA

2023

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih
atas segala limpahan karunianya dan kasih sayang-Nya sehingga Naskah
ini dapat diselesaikan dengan baik. Selesainya Naskah kasus mengenai
Glomerulus Filtration Rate(GFR) ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan,
dan doa dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, kami ingin
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan karya ini, ucapan terima kasih juga kami sampaikan
kepada yang terhormat Dr. apt. Yati Sumiyati, M.Kes. selaku dosen
pengampu mata kuliah Anatomi dan Fisiologi yang telah memberikan
kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.

Dalam pembuatan naskah kasus mengenai Glomerulus Filtration


Rate (GFR) ini kami telah berusaha semaksimal mungkin. Tetapi tentunya
masih banyak kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan saran untuk membangun karya ini. Semoga karya ini
dapat bermanfaat bagi banyak orang.

Jakarta, 17 November 2023

3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................

BAGIAN I...............................................................................................................

TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................

A. Fisiologi Organ Terkait..............................................................................

BAGIAN II..............................................................................................................

TINJAUAN KASUS...............................................................................................

A. Glomerulus Fitration Rate(GFR)..............................................................

B. Tanda dan Gejala........................................................................................

C. Pengobatan..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................

4
BAGIAN I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Fisiologi Organ Terkait

Glomerulus fitlration rate (GFR) merupakan salah satu paramenter


untuk mengetahui fungsi ginjal. GFR menggabarkan fungsi ginjal yang
kitamiliki dan umumnya diperkirakan dari tingkat kreatinin darah.

Laju filtrasi glomerulus (GFR) menunjukkan aliran plasma dari


glomerulus ke ruang Bowman selama periode tertentu dan merupakan
ukuran utama fungsi ginjal. Ginjal menerima 20% hingga 25% curah
jantung (sekitar 1,0 hingga 1,1 liter per menit) dengan darah memasuki
berkas glomerulus melalui arteriol aferen dan keluar melalui arteriol
eferen. Dari aliran darah ginjal (RBF) ini, hanya plasma yang dapat
melintasi struktur yang menyusun glomerulus (Murrant et al., 2018).

Fungsi glomerulus adalah menyaring segala sesuatunya. Ini adalah


mekanisme perlindungan, karena tubuh tidak dapat memprediksi apakah
zat beracun masuk ke dalam tubuh. Perlu diingat bahwa semuanya
disaring dari darah di glomerulus ke dalam tabung di kapsul Bowman
kemudian ginjal bekerja menyerap kembali hal-hal penting kembali ke
dalam darah dan sisanya dikeluarkan dari tubuh sebagai urin. Struktur
glomerulus memberikan batasan ukuran dan muatan terhadap apa yang
akan melewatinya. Kekuatan yang mengatur filtrasi di kapiler
glomerulus sama dengan kekuatan kapiler lainnya.

Di glomerulus , urin primer disaring dari darah, yang mengalir


melalui kapiler glomerulus. Dengan pengecualian protein dengan massa
molekul lebih dari 10 kDa, semua komponen plasma disaring ke dalam
urin primer. Selanjutnya, reabsorpsi aktif dan pasif zat-zat penting di
tubulus ginjal dari urin primer menjadi sangat penting (lihat reabsorpsi

15
tubulus.

Aliran darah ginjal kira-kira 20% dari curah jantung saat istirahat
(1-1,2 l/menit). Sekitar 10% aliran darah ginjal disaring dan dijadikan
urin primer. Kecepatan filtrasi urin primer disebut laju filtrasi
glomerulus (GFR) dan kira-kira 120 ml/menit. Variabel berikut
meningkatkan GFR: peningkatan tekanan hidrolik di kapiler glomerulus
dan luas (jumlah) kapiler glomerulus. Variabel berikut menurunkan
GFR: peningkatan tekanan hidrolik di kapsul Bowmann, peningkatan
tekanan osmotik koloid di kapiler glomerulus, penurunan permeabilitas
kapiler glomerulus. Tekanan hidrostatik di kapiler glomerulus
berbanding lurus dengan tekanan darah arteri dan merupakan faktor
penentu pengaturan normal laju filtrasi glomerulus (GFR). Beberapa
mekanisme ginjal menghasilkan GFR yang konstan pada rentang variasi
tekanan darah fisiologis yang luas. Fluktuasi tekanan darah
dikompensasi oleh vasokonstriksi dan vasodilatasi arteriol aferen.

Peningkatan tekanan hidrostatik di glomerulus menyebabkan


hiperfiltrasi glomerulus dan peningkatan beban cairan pada tubulus. Hal
ini terjadi di makula densa tubulus distal dan menyebabkan
vasokonstriksi arteriol aferen menggunakan pemancar ATP dan
adenosin. Tekanan darah rendah dan penurunan perfusi ginjal
menyebabkan pelepasan renin dan aktivasi angiotensin II melalui
langkah perantara (lihat Sistem Renin-Angiotensin ). Angiotensin II
menyebabkan vasokonstriksi arteriol eferen dan meningkatkan tekanan
filtrasi di glomerulus.

Laju filtrasi glomerulus tidak dapat diukur secara langsung.


Sebagai perkiraan, eliminasi suatu zat diukur, yaitu tersaring seluruhnya
dengan urin primer,tidak direabsorbsi di tubulus ginjal,tidak disekresi di
tubulus ginjal Zat dengan filtrasi glomerulus eksklusif (tanpa sekresi
atau reabsorpsi tubular) seperti kreatinin memiliki konsentrasi serum
yang bergantung langsung pada laju filtrasi glomerulus/Glomerulus

16
Filtration Rate (GFR). Penurunan separuh GFR menyebabkan
peningkatan dua kali lipat konsentrasi kreatinin serum. Artinya,
penurunan GFR sebesar 75% menyebabkan peningkatan konsentrasi
kreatinin serum sebanyak empat kali lipat. Penurunan lebih lanjut
(hanya sedikit) pada GFR menyebabkan peningkatan dramatis
konsentrasi kreatinin.

Sistem fisiologis utama yang mengatur aliran darah ginjal dan GFR
adalah autoregulasi, respon miogenik dan umpan balik tubuloglomerular
(TGF). Proses-proses ini mengatur aliran darah pada rentang tekanan
darah, seperti ketika tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat
saat berolahraga.

Agar ginjal dapat berfungsi secara optimal dalam menjaga


homeostatis dalam tubuh, laju filtrasi glomerulus (GFR) harus diubah
sedikit. Masalah yang mungkin terjadi jika terjadi peningkatan GFR,
seperti peningkatan volume dan tekanan darah, hal ini akan
meningkatkan volume dan laju cairan yang mengalir melalui tubulus
proksimal tetapi mengurangi waktu yang dapat dihabiskan cairan
tersebut di dalam tubulus. , yang dikenal sebagai waktu keseimbangan.
Penurunan waktu kesetimbangan mengurangi jumlah waktu zat terlarut
diserap kembali ke dalam darah di tubulus proksimal. Hal ini akan
mengakibatkan zat terlarut penting tertinggal dalam tabung nefron dan
hilang melalui ekskresi, yang merupakan masalah besar. Oleh karena
itu, GFR harus diatur. GFR diatur secara ketat dan lokal di ginjal
melalui tiga mekanisme.

1. Autoregulasi (Respon miogenik)

2. Umpan Balik tubuloglomerular

3. Renin
Mekanisme autoregulasi intrarenal menjaga aliran darah ginjal
(RBF) dan laju filtrasi glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate

17
(GFR) tidak bergantung pada tekanan perfusi ginjal (RPP) pada rentang
tertentu (80–180 mmHg). Autoregulasi tersebut sebagian besar
dimediasi oleh respons miogenik dan umpan balik makula densa-
tubuloglomerular (MD-TGF) yang mengatur tonus vasomotor
preglomerulus terutama dari arteriol aferen.

(Gambar: Laju Filtrasi Glomerulus)

1. GFR60 atau lebih tinggi berada dalam kisaran normal.


2. GFR di bawah 60 mungkin berarti penyakit ginjal.
3. GFR 15 atau lebih rendah mungkin berarti gagal ginjal.

Hasil pemeriksaan umumnya berupa nilai GFR dan stadium penyakit


ginjal yang Di alaminya. Di bawah ini merupakan indikator hasil
pemeriksaan .
1. Stadium 1 (GFR 90 atau lebih): menunjukkan kerusakan ginjal
minimal, tetapi ginjal tetap berfungsi dengan baik.
2. Stadium 2 (GFR antara 60 – 89): menunjukkan kerusakan ginjal
ringan, tetapi ginjal tetap berfungsi dengan baik.
3. Stadium 3a (GFR antara 45 – 59): menunjukkan kerusakan ginjal
ringan hingga sedang dan mulai mengalami penurunan fungsi
ginjal.
4. Stadium 3b (GFR antara 30 – 44): menunjukkan kerusakan ginjal
sedang hingga parah dan mengalami penurunan fungsi ginjal,
mungkin disertai gejala.

18
5. Stadium 4 (GFR antara 15 – 29): menunjukkan kerusakan ginjal
parah dengan fungsi ginjal yang buruk.
6. Stadium 5 (GFR di bawah 15): menunjukkan kondisi paling serius
atau gagal ginjal.
BAGIAN II
TINJAUAN KASUS

A. Glomerulus filtration rate (GFR)


Glomerulus filtration rate (GFR) merupakan salah satu paramenter untuk
mengetahui fungsi ginjal. GFR menggabarkan fungsi ginjal yang kita miliki dan
umumnya diperkirakan dari tingkat kreatinin darah. GFR atau laju fitrasi
glomerular (LFG) adalah tes terbaik untuk mengukur tingkat fungsi ginjal dan
menentukan stadium penyakit. Ginjal menerima 20% hingga 25% curah jantung
(sekitar 1,0 hingga 1,1 liter per menit) dengan darah memasuki berkas
glomerulus melalui arteriol aferen dan keluar melalui arteriol eferen. Dari aliran
darah ginjal (RBF) ini, hanya plasma yang dapat melintasi struktur yang
menyusun glomerulus. Glomerulus Filtration Rate akan mengukur seberapa baik
kemampuan ginjal untuk menyaring limbah dari darah. Glomerulus fitration rate
(GFR) diukur berdasarkan tingkat serum kreatinin, usia, jenis kelamin dan ras.
Menurut National Kidney Foundation, hasil normal berkisar antar 90-120
mL/menit/1.73m2 . Semakin tua usia seseorang, maka nilai Glomerulus filtration
rate (GFR) akan lebih rendah dari nilai normal, karena nilai Glomerulus filtration
rate (GFR) akan menurun sesuai dengan bertambahnya usia
Ginjal merupakan suatu organ yang sangat penting untuk mengeluarkan
hasil metabolisme tubuh yang sudah tidak digunakan dan obat-obatan. Ginjal juga
memiliki fungsi membuang sampah metabolisme yang tidak lagi dibutuhkan oleh
tubuh dan racun tubuh dalam bentuk urin.
Apabila ginjal mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsinya, maka
dapat dipastikan organ tersebut mengalami masalah serius, salah satunya gagal
ginjal kronik (chronic kidney disease). Gagal ginjal kronik merupakan suatu
keadaan dimana terjadi penurunan fungsi ginjal dengan beragam etiologi yang

19
mendasarinya, terjadi secara progresif dan bersifat irreversible.
Gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis dimana Laju Filtrasi
Glomerulus/Glomerular Filtration Rate (GFR) yang diperkirakan atau diukur
adalah yang ada setidaknya selama 3 bulan dengan atau tanpa bukti kerusakan
ginjal atau dapat didefinisikan sebagai kerusakan ginjal dengan atau tanpa
penularan laju filtrasi glomerulus yang ada tidak ada 3 bulan tanda kerusakan
ginjal dimaksud albuminuria elektrolit abnormalitas sedimen urine berubahnya
struktur ginjal secara anatomi maupun histologi dikarenakan keadaan patologis
yang mempengaruhinya ataupun adanya riwayat transplantasi ginjal juga disertai
dengan penurunan laju filtrasi glomerulus. penyakit ginjal kronis seringkali
merupakan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki dan menetap selama minimal 3
bulan. Tahapan penyakit ginjal kronis adalah sebagai berikut:
1. Tahap 1 normal, lebih besar dari 90 ml per menit
2. Tahap 2 ringan, 60 hingga 89 ml per menit
3. Tahap 3a ringan sampai sedang, 45 sampai 59 ml per menit
4. Tahap 3b sedang hingga berat, 30 hingga 44 ml per menit
5. Tahap 4 parah, 15 hingga 29 ml per menit
6. Kegagalan tahap 5, kurang dari 15 ml per menit
Pada gagal ginjal kronik, terdapat penyebab secara obstruktif maupun
nonobstruktif. hipertensi menjadi salah satu faktor penyebab non obstruktif utama
gagal ginjal kronik pada pasien dewasa disamping diabetes mellitus. Pada gagal
ginjal obstruktif, kasus batu dan kasus kanker menjadi hal yang sering ditemukan.
Prevalensi faktor penyebab terbanyak pun di setiap negara akan berbeda-beda. Di
Indonesia, menurut data yang telah dikumpulkan Perhimpunan Nefrologi
Indonesia (Pernefri), prevalensi kejadian gagal ginjal kronik pada pasien dewasa
di hemodialisa hasilnya yaitu penyakit hipertensi berada pada urutan pertama
sebesar 34%, urutan kedua yaitu diabetes melitus sebesar 27%, dan diikuti oleh
nefropati obstruktif sebesar 8 %, lalu diikuti oleh faktor lainnya.
Tekanan osmotic. Tekanan darah kapiler di glomerulus menggambarkan
tahanan pada aliran arteriol aferen dan eferen. Kontraksi praglomerulus
(khususnya arteriol aferen) yang disebabkan oleh saraf simpatis ginjal, akan

11
0
menurunkan aliran darah yang menuju ke bagian kapiler glomerulus serta dapat
menurunkan tekanan darah kapiler glomerulus dan laju filtrasi glomerulus (GFR).
Kontraksi postglomerulus yang disebabkan oleh angiotension II, akan menahan
darah di glomerulus dan meningkatkan tekanan darah kapiler glomerulus dan laju
filtrasi glomerulus. Tekanan darah kapiler peritubulus turun setelah adanya
kontraksi arteriol aferen maupun eferen. Penurunan tekanan kapiler peritubulus
membantu reabsorbsi hasil filtrasi glomerulus.
Tekanan onkotik plasma seperti yang dipengaruhi oleh albumin akan
mengurangi filtrasi di kapiler glomerulus. Jika barrier glomerulus menjadi rusak
menyebabkan kadar protein darah menurun yang akan menurunkan daya reasorbsi
onkotik normal, serta menyebabkan laju filtrasi glomerulus meningkat.
Mekanisme tubulus untuk sekresi dan reasorbsi dimana tubulus renalis
dilapisi oleh sel-sel epitel yang secara selektif menyekresi atau menyerap kembali
berbagai zat. Modifikasi dari ultrafiltrasi terjadi dengan difusi dan transport
selektif di tubulus. Hasil laju filtrasi glomerulus mengalir secara progresif melalui
kapsul Bowman, tubulus 15 proksimal, lengkung Henle, tubulus distal, dan duktus
koligentes kemudian masuk ke ruang medulla renalis, selanjutnya ke ureter dan
disimpan di kandung kemih sebelum dikeluarkan dari tubuh sebagai urine.
Segmen tubulus secara anatomis bersebelahan dengan suplai vascular
untuk nefron sehingga sebagian besar hasil filtrasi direasorbsi kembali kedalam
darah pada tiap nefron. Aparatus jukstaglomerulus terdiri atas glomerulus dan
tubulus distal yang memungkinkan control umpan balik negative dari
pembentukan hasil filtrasi glomerulus pada level tiap nefron, serta reabsorbsi air
diatur oleh gradien osmotik.
Tubulus proksimal merupakan bagian nefron yang akan menyerap kembali
65% air yang disaring, Na+, Cl-, dan K+. Tubulus proksimal akan menyerap
kembali 100% dari glukosa yang terfiltrasi, asam amino, dan peptide-peptida kecil
dengan menggunakan transport pasangan Na+. Bagian desenden yang tipis dari
lengkung Henle akan sangat mudah dilewati air, sehingga memungkinkan air
untuk keluar dari tubulus ketika hasil filtrasi melewati medula renalis secara
osmotik terkosentrasi. Sedangkan bagian asenden yang tebal dari lengkung Henle

11
1
tidak dapat ditembus air, kecuali bila tersedia hormon antidiuretik (ADH).
Sedangkan Aldosteron memicu sekresi K dan reabsorbsi Na di tubulus distal, dan
hormon antidiuretik (ADH) akan meningkatkan reabsorbsi air di duktus
koligentes. Hasil filtrasi yang mengalir dari duktus koligentes ke bagian ureter
merupakan hasil eksresi akhir dari urine.Fungsi ginjal secara umum berperan
dalam proses eksresi dan regulasi komposisi dan volume cairan tubuh. Secara
khusus mengatur komponen terlarut (misalnya natrium, kalium, klorida, glukosa,
asam amino) dan keseimbangan asam basa.
Pembentukan urine diselesaikan seluruhnya oleh nefron melalui tiga
proses, yaitu filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus. Tiga
proses tersebut dapat dilihat dari gambar berikut ini:

Gambar: Tiga mekanisme utama ginjal


Sumber: LeMone et.al (2015)
A. Filtrasi glomerulus
Tiga faktor yang mempengaruhi GFR, yaitu total area permukaan yang
ada untuk filtrasi, permeabilitas membrane filtrasi, dan tekanan filtrasi bersih.
Tekanan filtrasi bersih berperan dalam pembentukan filtrate dan ditentukan oleh
dua gaya, yaitu gaya dorong dan gaya tarik. GFR normal dikedua ginjal adalah
120 hingga 125 mL//menit pada orang dewasa. Laju ini dipertahankan konstan
dibawah kondisi normal oleh otoregulasi ginjal. Pengontrolan lain GFR adalah
mekanisme renin angiotensin yang bekerja diginjal. Aparatus jukstaglomerulus,
yang terletak ditubulus distal, merespons aliran filtrat lambat dengan melepaskan

11
2
zat kimia yang menyebabkan arteriol aferen mengalami vasodilatasi hebat.
Sebaliknya, peningkatan aliran filtrat meningkatkan vasokontriksi yang
menurunkan GFR. Penurunan terus–menerus pada tekanan darah sistemik
memicu sel jukstaglomerulus untuk melepaskan renin. Renin bekerja pada
globulin plasma, angiotensinogen, untuk melepaskan angiotensin I dan
selanjutnya diubah menjadi angiotensin II mengaktifkan otot polos vascular
diseluruh tubuh, menyebabkan tekanan darah sistemik meningkat. GFR juga
dikontrol oleh system saraf simpatis (sympathetic nervous system, SNS). Selama
periode stress ekstrem atau kedaruratan, rangsangan pada SNS menyebaabkan
arteriol aferen berkonstriksi dan menghambat pembentukan filtrate. SNS juga
merangsang sel jukstaglomerulus untuk melepaskan renin, meningkatkan tekanan
darah sistemik.
B. Reabsorpsi tubulus
Reabsorpsi tubulus adalah proses yang dimulai saat filtrat memasuki
tubulus proksimal. Pada ginjal sehat hampir semua nutrient organik (glukosa,
asam amino) direabsorpsi. Namun, tubulus secara konstan mengatur dan
menyesuaikan laju serta tingkat reabsorbsi air dan ion sebagai respon
terhadap sinyal hormonal. Reabsorbsi dapat terjadi secara aktif dan pasif. Zat
yang didapat kembali melalui reabsorbsi tubulus aktif biasanya bergerak
melawan gradien listrik dan atau kimia. Zat-zat ini termasuk glukosa, asam
amino, laktat, vitamin dan sebagian dari ion membutuhkan ATP-dependent
carrier untuk dipindahkan nantinya keruang interstisial. Pada reabsorbsi
tubulus pasif yang mencakup difusi dan osmosis, zat bergerak disepanjang
gradienya tanpa mengeluarkan energi
C. Sekresi tubulus
Proses akhir pembentukan urine adalah sekresi tubulus, yang merupakan
reabsorbsi balik yang penting. Zat seperti ion hidrogen dan kalium, kreatinin,
ammonia, dan asam organic bergerak dari darah di kapiler peritubulus
menuju tubulus itu sendiri sebagai filtrate. Dengan demikian, urine terdiri
atas zat yang disaring dan disekresi. Sekresi tubulus sangat diperlukan untuk
membuang zat yang tidak ada dalam filtrat, seperti obat-obatan. Proses ini

11
3
membuang zat yang tidak diinginkan yang telah direabsorbsi oleh proses
pasif dan menghilangkan ion kalium yang berlebihan. Sekresi tubulus juga
merupakan kekuatan penting dalam pengaturan pH darah.

B. Tanda dan Gejala

Ketika laju filtrasi glomerulus/ Glomerulus Filtration Rate (GFR)


menurun, gejala seperti edema dan hipertensi terjadi, terutama disebabkan
oleh retensi garam dan air yang disebabkan oleh aktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron. Beberapa gejala muncul terutama dan meliputi:

1. Hipertensi

2. Edema (perifer atau periorbital) - awalnya di area dependen/area dengan


ketegangan jaringan rendah

3. Sedimentasi urin yang tidak normal

4. Hematuria – mikroskopis atau kotor

5. Oliguria

6. Sesak napas atau dispnea saat beraktivitas

7. Sakit kepala - akibat hipertensi

8. Kebingungan - sekunder akibat hipertensi maligna

9. Kemungkinan nyeri pinggang

Atau mungkin ada gejala khusus yang berhubungan dengan penyakit sistemik
yang mendasarinya:

1. Trias sinusitis, infiltrat paru, dan nefritis – granulomatosis dengan


poliangiitis

2. Mual, muntah, sakit perut

11
4
3. Artralgia - lupus eritematosus sistemik (Hemoptisis - Sindrom
Goodpasture atau glomerulonefritis progresif idiopatik

4. Ruam kulit

C. Pengobatan

GFR menggambarkan fungsi ginjal yang kita miliki dan umumnya


dihitung dari tingkat kreatinin darah. GFR atau LFG (Laju Filtrasi
Glomerular) adalah tes yang paling baik untuk mengukur fungsi ginjal dan
juga menentukan stadium pada penyakit ginjal. Jika nilai GFR turun dibawah
30, maka harus berkonsultasi segera dengan dokter spesialis ginjal dan
hipertensi (Nefrologis). Dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan
dan membicarakan tentang pengobatan apa saja yang Anda harus lakukan
kedepan, seperti dialisis (cuci darah) atau transplantasi ginjal. Bahkan jika
nilai GFR Anda dibawah 15, maka harus mengambil salah satu tindakan
diatas.

Meskipun banyak obat yang dieliminasi melalui ginjal dan oleh


karena itu relevan dengan pembahasan fungsi ginjal, mekanisme beberapa
obat secara langsung mempengaruhi Glomerulus Fitration Rate (GFR).
Nonsteroidal Antiinflammatory Drugs (NSAID) dan ACE inhibitor (atau
penghambat reseptor angiotensin) keduanya menurunkan GFR melalui
mekanisme yang berbeda.(NSAID)menghambat sintesis prostaglandin.
Prostasiklin (PGI2) dan Postaglandin E2 (PGE2) biasanya melebarkan
arteriol aferen, sehingga NSAID bersifat konstriktor aferen. Angiotensin II
biasanya mengkonstriksi arteriol eferen, sehingga inhibitor Angiotensin
converting enzyme(ACE) atau penghambat reseptor angiotensin melebarkan
arteriol aferen. Perhatikan bahwa senyawa yang diproduksi secara endogen
(PGE2 dan Angiotensin II) meningkatkan GFR, dan obat-obatan eksogen
menurunkan GFR (NSAIDS dan ACE atau Angiotensin 2 reseptor blocker
ARB). Inilah sebabnya mengapa penggunaan NSAID pada ACE atau ARB

11
5
merupakan kontraindikasi relatif, terutama dengan obat aktif ginjal lainnya
seperti diuretik

KESIMPULAN

Glomerulus filtration rate (GFR) merupakan salah satu paramenter untuk


mengetahui fungsi ginjal. GFR atau laju fitrasi glomerular (LFG) adalah tes
terbaik untuk mengukur tingkat fungsi ginjal dan menentukan stadium penyakit.
Ginjal menerima 20% hingga 25% curah jantung (sekitar 1,0 hingga 1,1 liter per
menit). Ginjal merupakan suatu organ yang sangat penting untuk mengeluarkan
hasil metabolisme tubuh yang sudah tidak digunakan dan obat-obatan. Ginjal juga
memiliki fungsi membuang sampah metabolisme yang tidak lagi dibutuhkan oleh
tubuh dan racun tubuh dalam bentuk urin. Apabila ginjal mengalami kegagalan
dalam menjalankan fungsinya, maka dapat dipastikan organ tersebut mengalami
masalah serius, salah satunya gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease).

11
6
DAFTAR PUSTAKA

Carlström M, Wilcox CS, Arendshorst WJ. 2015. Renal autoregulation in health


and disease. Physiol Rev, 95(2):4 05-511.
Doi: https://doi.org/10.1152%2Fphysrev.00042.2012

Kaufman, D. P., Basit, H., dan Knohl, S. J. 2023. Fisiologi, Laju Filtrasi
Glomerulus. National Library of Medicine: StatPearls Publishing.

Kazi, A. M., dan Hashmi, M. F. 2023. Glomerulonefritis. National Library of


Medicine: StatPearls Publishing.

LeMone, P., Genere, B., dan Karen, B. L. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Gangguan Respirasi. Jakarta: EGC.

Manski, D. Fisiologi Ginjal: Fisiologi Laju Filtrasi Glomerulus. Urologi Text


Book Diakses dari:
https://www-urology--textbook-com.translate.goog/kidney-glomerular-
filtration-rate.html?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

Murrant, C., Ritchie, K., Tishinsky, J., & Versluis, Ali Coulter, C. (2018).
Glomerular Filtration. University of Guelph: Human Physiology.
https://books-lib-uoguelph-ca.translate.goog/human-physiology/chapter/
kidney-filtration-and-reabsorption/?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

https://kpcdi.org/2016/09/07/wajib-tahu-cara-memahami-hasil-laboratorium-pada-
penyakit-ginjal-kronik/#:~:text=Jika%20nilai%20GFR%20turun
%20dibawah,cuci%20darah)%20atau%20transplantasi%20ginjal

https://www-ucsfhealth-org.translate.goog/medical-tests/glomerular-filtration-
rate?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc

11
7

Anda mungkin juga menyukai