Makalah Kelompok 2
Makalah Kelompok 2
“Trauma Dada”
Oleh:
KELOMPOK 2:
SAFRIANTI ZULMA
SANTRYATI
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat
pada waktunya.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas terhadap kami.
Kami juga mengucapakan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Kami jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi
kami pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
Tertanda,
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fitrianti, 2017). Benturan yang keras pada trauma dada dapat menyebabkan
terjadinya flail chest. Flail chest merupakan area thoraks yang melayang,
disebabkan adanya fraktur iga multipel berurutan lebih atau sama dengan 3 iga
dan memiliki garis fraktur lebih atau sama dengan 2 tiap iganya (Sjamsuhidajat,
2005).
Menurut Lugo, (2015) flail chest merupakan suatu kondisi medis dimana
kosta-kosta yang berdekatan patah baik unilateral maupun bilateral yang terjadi
pada daerah kostokondral dan kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab utama
yang paling sering terjadi karena adanya gaya tumpul secara langsung maupun
tidak langsung. Tanda dan gejala yang dapat terlihat pada flail chest diantaranya
pernafasan paradoksal segmen yang mengambang yaitu pada saat ekspirasi akan
menonjol keluar dan pada saat inspirasi akan menonjol ke dalam, sesak nafas,
Akibat dari flail chest dapat menjadi kasus gawat darurat karena pada
keadaan ini ketika segmen thoraks mengembang bebas maka patahan akan
paru untuk berekspirasi maksimal pada saat inspirasi akibatnya jumlah oksigen
4
yang masuk dalam paru akan mengalami penurunan mengganggu keseimbangan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
setelah penyakit kardiovaskular dan kanker. Meskipun cedera terkait trauma dapat
terjadi pada berbagai jaringan tubuh, satu dari empat pasien trauma meninggal
karena trauma dada atau komplikasinya. Trauma dada tetap menjadi masalah
Trauma dada terjadi pada sekitar 60% pasien dengan politrauma dan memiliki
mortalitas 20%-25%.
Trauma dada dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu trauma tumpul dan
trauma tembus. Trauma tumpul dapat menyebabkan kerusakan pada organ dan
Beberapa peyebab trauma dada tumpul bisa diakibatkan jatuh dari ketinggian,
kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja. Cedera tumpul pada dada penting
untuk dipahami karena hampir sekitar 70% dari semua trauma dada merupakan
cedera tumpul. Selain itu, trauma dada akibat benda tumpul menyumbang 15%
dari semua kasus trauma di dunia. Angka kematian sulit untuk dievaluasi karena
penyebab kematian pada trauma dada mungkin karena komplikasi paru dan
komplikasi lainnya.
mortalitas pada trauma dadad akbiat benda tumpul. Terlepas dari usia pasien,
6
penyakit paru sebelumnya, cedera kepala yang menyertai, hipotensi dan cedera
organ ekstra toraks. Trauma dada terus meningkat dan banyak pasien yang
pada trauma dada akibat benda tumpul sebagian besar disebabkan oleh komplikasi
paru. Perlu diperhatikan bahwa angka kematian yang dapat dicegah pada pasien
trauma dada adalah antara 4% -60% jika bisa mendapatkan perawatan yang efektif
dengan segera.
Penyebab
Sejauh ini penyebab trauma dada akibat benda tumpul yang paling penting
dan signifikan adalah kecelakaan lalu lintas. Dimana kecelakaan akibat kendaraan
bermotor ini menyumbang sekitar 70-80% kejadian. Secara umum, berikut ini
o Berkelahi
o Olah raga
Tanda dan gejala yang muncul pasien dengan trauma dada tumpul sangat
bervariasi, berkisar dari laporan nyeri hingga terjadinya syok. Presentasi klinis
tergantung pada mekanisme cedera dan sistem organ terkena. Berikut tanda dan
gejala trauma dada yang biasanya muncul sesuai keparahan organ yang terkena:
7
Dada cambuk (keadaan saat bagian dinding dada cedera) --> kulit
respiratorik.
Koyak miokardial besar (bisa berakibat fatal dengan cepat) dan koyak
emfisema subkutanus.
obstruksi.
Fraktur rusuk --> Rasa perih, edema ringan di tempat fraktur, dan nyeri
Fraktur sternal --> Nyeri dada persisten, bahkan saat pasien beristirahat.
diserang), sianosis, dispnea parah, bunyi napas tidak ada (di sisi yang
8
Uji Diagnosis
dada, dan gejala khas lainnya. Pemeriksaan fisik dan uji diagnostik
miokardial.
naik.
Studi kontras dan scan hati dan limpa membantu mendeteksi ruptur
diafragmatik.
9
Ekokardiografi, computed tomography scan, dan scan kardiak dan paru-
IGD setelah mengalami kecelakaan motor (tunggal), terjatuh sendiri dan masuk
kedalam lubang irigasi jalan. Pasien ditemukan sudah tidak sadarkan diri kurang
lebih 1 jam SMRS. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran Somnolen, GCS
Pupil isokor (3mm), reflek pupil langsung dan tidak langsung mata kanan
dan kiri (+), pada leher terdapat jejas bagian kiri (+), pada dinding dada didapati
hasil Inspeksi pergerakan dada asimetris (pergerakan dada kiri tertinggal), retraksi
dinding dada bagian bawah kanan dan kiri (+), pada regio anterior toraks sinistra
di atas processus xypoideus terdapat jejas, ukuran ± 1x5 cm, ictus cordis tidak
terlihat dan tidak teraba, perkusi redup pada thoraks sinistra, suara nafas kiri
menjauh, vesikular (-/+), ronki basah (+/-), murmur (-), gallop (-).
Pada ekstremitas bawah terdapat vulnus eksoriasum pada regio cruris 1/3
proksimal kearah medial dengan diameter kurang lebih 5 cm. Status lokalis regio
anterior toraks sinistra terdapat jejas (+) ukuran ± 1x5 cm. Pada pasien disarankan
10
10ribu/µL), Eritrosit 4,55 juta/ µL (4,37 – 5,63 juta/ µL), Hemoglobin 11,1 g/dL
(14 – 18 g/dL), Hematokrit 35,4 % (41 – 54 %), MCV 77,7 Fl (80 – 92 FI), MCH
24,4 Pg (27 – 31 Pg), MCHC 31,4 g/dL(32 – 36 g/dl), Trombosit 319 ribu/µL
(150 – 450 ribu/µL) dan pada pemeriksaan rontgen toraks AP posis supine
gambaran foto rontgen thorak AP pada pasien didapatkan gambaran opak pada
O2 sungkup 3-5 liter/menit, rehidrasi cairan IVFD RL 20 tetes per menit, pantau
Hb serial, pasien berbaring dalam posisi semi fowler, serta dapat dilanjutkan
pemasangan chest tube yang dihubungakan dengan tabung berisi air (water shield
drainage) dan didapatkan darah dengan jumlah ± 300 cc saat pertama kali
pemasangan.
lainnya berupa antibiotik 2x1 gr IV, vit K 3x1 gr IV, antihistamin 2x1 gr IV.
sudah cukup stabil, tekanan darah pasien 130/80 mmHg, nadi 100x/menit,
11
keruangan untuk dilakukan observasi. Pada perawatan hari kedua pasien sudah
sadar, nafas spontan adekuat. Respirasi 22x/menit, SPO2 98%, tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 97x/menit, hasil WSD ± 275 cc, pergerakan thoraks masih
asimetris (pergerakan dada kiri tertinggal), suara nafas kiri menjauh. Vesikuler
spontan adekuat. Respirasi 20 x/menit, SPO2 99%, tekanan darah 120/70 mmHg,
nadi 88x/menit, hasil WSD : ± 175 cc. pergerakan dinding thoraks sudah simetris
(tidak ada yang tertinggal), vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-), dengan
keadaan pasien yang semakin membaik dan semakin stabil maka pasien dapat di
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
oleh Parry dkk. Dari hasil penangan selama pasien dirawat, didapatkan perbaikan
kondisi vital pasien dari hari keharidan total perdarahan yang didapatkan dari
hasil WSD sebanyak 750 cc, perdarahan pada rongga thoraks sinistra sudah
berkurang serta perbaikan keadaan umum pasien yang signifikan, sehingga pasien
dapat dipulangkan.
B. Saran
Saran kami, maakalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka krtitik dan
saranya sangat saya butuhkan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria M., dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi
Bahasa Indonesia. Indonesia : Elsivier
14