DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT PRATAMA WAESALA
Jl. Lintas Seram- Huamual Belakang
Email : rs.pratama.wsl2022@gmail.com
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT PRATAMA WAESALA
NOMOR :
TENTANG
1
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.1045/Menkes/Per/XI/2008 Tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen
Kesehatan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.1144/Menkes/PER/VIII/2010 tentang Organisasi
Tata Kerja Departemen Kesehatan.
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1204/Menkes/SK/III//2007 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit
9. Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.1575/Menkes/XI/2005 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Kesehatan.
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017
tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
Dalam Keputusan Direktur ini yang di maksud dengan :
1. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang selanjutnya
disingkat PPI adalah upaya untuk mencegah dan
meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien, petugas,
2
pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan
kesehatan
2. Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Health Care
Associated Infections) yang selanjutnya disingkat HAIs
adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama
perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak ada
infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi
dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang,
juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit
dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan
3. Direktur adalah Kepala Rumah Sakit atau pimpinan
rumah sakit.
Pasal 2
Ruang lingkup Peraturan Direktur ini meliputi
penyelenggaraan atau pelaksanaan PPI di Rumah Sakit
Pratama Waesala
Pasal 3
1) Setiap Instalasi/Unit di ruang lingkup Rumah Sakit
Pratama Waesala harus melaksanakan Program PPI.
2) PPI Sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dilaksanakan
melalui penerapan
a. Prinsip kewaspadaan standar dan berdasarkan
transmisi.
b. Penggunaan Antimikroba secara bijak
c. Bundles HAIs.
3) Kewaspadaan Standar sebagaimana dimaksud pada
Ayat (2) yaitu :
a. Kebersihan Tangan
b. Alat Pelindung Diri
c. Dekontaminasi Peralatan Perawatan pasien
3
d. Pengendalian Lingkungan
e. Pengelolaan Limba
f. Penatalaksanaan Linen
g. Perlindungan Kesehatan Petugas
h. Penempatan Pasien
i. Kebersihan Pernapasan/Etika batuk dan Bersin
j. Praktik Menyuntik Yang Aman
4) Kewaspadaan Transmisi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) yaitu sebagai tambahan Kewaspadaan Standar
yang dilaksanakan sebelum pasien didiagnosis dan
setelah terdiagnosis jenis infeksi yang terdiri dari :
a. Melalui Kontak
b. Melalui Droplet
c. Melalui Udara (Airborn)
d. Common Vehicle (Makanan, air,obat,alat, peralatan)
e. Melalui Vektor
5) Bundles sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
merupakan sekumpulan praktik berbasis bukti sahih
yang menghasilkan perbaikan keluaran poses pelayanan
kesehatan bila dilakukan secara kolektif dan konsisten.
6) Penerapan PPI sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan terhadap infeksi terkait pelayanan HAIs dan
infeksi yang bersumber dari masyarakat.
7) Dalam pelaksanaan PPI sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Rumah Sakit Pratama Waesala harus
melakukan:
a. Pengkajian Resiko
b. Penanganan Peralatan medis dan atau bahan medis
habis pakai
c. Kebersihan lingkungan
d. Manajemen linen
e. Penanganan limba infeksius
f. Pelayanan makanan
4
g. Resiko infeksi pada kontruksi dan renovasi
h. Penularan infeksi/Surveilans Infeksi
i. Kebersihan tangan
j. Peningkatan mutu dan program edukasi
k. Edukasi, pendidikan dan pelatihan PPI.
Pasal 4
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan PPI di
Rumah Sakit Pratama Waesala sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Direktur Rumah Sakit Pratama Waesala ini.
Pasal 5
1) Penyelanggaraan PPI di Rumah Sakit Pratama Waesala
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilakukan melalui
pembentukan Komite PPI Rumah Sakit Pratama Waesala
2) Komite PPI sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan organisasi nonstruktural pada Rumah Sakit
Pratama Waesala yang mempunyai fungsi utama
menjalankan Program PPI serta menyusun kebijakan
pencegahan dan pengendalian infeksi.
Pasal 6
1) Komite PPI Rumah Sakit Pratama waesala dibentuk
untuk menyelenggarakan tata kelola PPI yang baik agar
mutu pelayanan medis serta keselamatan pasien dan
pekerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan terjamin dan
terlindungi.
2) Pembentukan Komite PPI sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disesuaikan dengan jenis, kebutuhan, beban
kerja, dan/atau klasifikasi Rumah Sakit Pratama
Waesala
5
Pasal 7
1) Komite PPI Rumah Sakit Pratama Waesala bertugas
melaksanakan kegiatan pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, dan pembinaan.
2) Hasil pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (1) harus dilaporkan kepada Direktur
Rumah Sakit Pratama Waesala secara berkala paling
sedikit 2 (dua) kali dalam setahun, atau sesuai dengan
kebutuhan.
3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dipergunakan Direktur sebagai dasar penyusunan
perencanaan dan pengambilan keputusan.
Pasal 8
Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi Komite
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal
7 tercantum selanjutnya akan dijelaskan dan di atur
dengan dalam Peraturan Direktur Rumah Sakit Pratama
Waesala
Pasal 9
1) Rumah Sakit Pratama Waesala harus melakukan
pencatanan dan pelaporan penyelenggaraan PPI.
2) Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disampaikan kepada, Dinas Kesehatan, dan
Kementerian Kesehatan secara berkala setiap 6 (enam)
bulan sekali atau sesuai dengan kebutuhan.
Pasal 10
1) Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
Peraturan Direktur ini dilakukan oleh Direktur Dan
Ketua Komite PPI sesuai dengan tugas dan fungsinya
masing-masing.
6
2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat melibatkan perhimpunan/asosiasi
Rumah Sakit Pratama Waesala dan organisasi profesi
yang terkait.
Pasal 11
Pada saat Peraturan Direkrur ini mulai berlaku maka
peraturan direktur sebelumnya terkait dengan Peraturan
Penyelenggaraan PPI di Rumah sakit Pratama Waesala
dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 12
Peraturan Direktur ini mulai berlaku pada tanggal
diterbitkan.
Ditetapkan di : Ambon
Pada Tanggal : 03 Juli 2023
Direktur,
Rumah Sakit Pratama Waesala
7
Lampiran : Peraturan Direktur Rumah Sakit Pratama Waesala
Nomor :
Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit Pratama Waesala
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
8
itu perlu adanya suatu pedoman yang digunakan di Rumah Sakit
Khusus Daerah Provinsi Maluku.
Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi merujuk pada
program manajerial dan pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi
dari Kementrian Kesehatan. Diharapkan dengan adanya Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ini, seluruh petugas Rumah Sakit
Pratama Waesala memiliki sikap dan perilaku yang mendukung standar
pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit dan dapat
menjamin terlaksananya patien safety secara menyeluruh di RS Pratama
Waesala
B. Tujuan
C. Ruang Lingkup
Pedoman ini memberi acuan bagi petugas kesehatan di RS.
Pratama Waesala dalam melaksanakan uapaya pencegahan dan
pengendalian infeksi pada pelayanan terhadap pasien.
D. Batasan Operasional
Batasan operasional Pencegahan dan pengendalian infeksi RS.
Pratama Waesala adalah pada lingkup di dalam Rumah sakit pratama
dan pelaporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten seram bagian barat serta
ke komite Mutu RS Pratama Waesala
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan.
2. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
9
3. Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran (Lembaga Negara RI Tahun 2004 Nomor 116, tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 4431)
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1045/Menkes/Per/XI/2008
Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan
Departemen Kesehatan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1144/Menkes/PER/VIII/2010
tentang Organisasi Tata Kerja Departemen Kesehatan.
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1204/Menkes/SK/III//2007
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
9. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1575/Menkes/XI/2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
11. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2002 tentang
Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit.
12. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Nomor
AK.03.01/III/3744/08 tentang Pembentukan Komite dan Tim
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit.
BAB II
10
STANDAR KETENAGAAN
BAB III
11
STANDAR FASILITAS
Lemari Arsip
IPCN
Ketua komite
Jendelah
BAB IV
13
TATA LAKSANA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
DI RUMAH SAKIT PRATAMA WAESALA
A. KEWASPADAAN STANDAR
Kewaspadaan standar yaitu kewaspadaan yang utama, dirancang
untuk diterapkan secara rutin dalam perawatan seluruh pasien di rumah
sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, baik yang telah
didiagnosis,diduga terinfeksi atau kolonisasi. Diterapkan untuk mencegah
transmisi silang sebelum pasien di diagnosis, sebelum adanya hasil
pemeriksaan laboratorium dan setelah pasien didiagnosis. Tenaga
kesehatan seperti petugas laboratorium, rumah tangga, CSSD, pembuang
sampah dan lainnya juga berisiko besar terinfeksi. Pada tahun 2007, CDC
dan HICPAC merekomendasikan 11 (sebelas) komponen utama yang
harus dilaksanakan dan dipatuhi dalam kewaspadaan standar, yaitu
kebersihan tangan, Alat Pelindung Diri (APD), dekontaminasi peralatan
perawatan pasien, kesehatan lingkungan, pengelolaan limbah,
penatalaksanaan linen, perlindungan kesehatan petugas, penempatan
pasien, hygiene respirasi/etika batuk dan bersin, praktik menyuntik yang
aman dan praktik lumbal pungsi yang aman. Namun di RS.
14
1. Kebersihan Tangan/Hand Hygiene
a. Definisi
Kebersihan tangan dari sudut pandang pencegahan dan
pengendalian infeksi adalah praktek membersihkan tangan untuk
mencegah infeksi yang ditularkan
b. Jenis kebersihan tangan
Kebersihan tangan handwash
Kebersihan tangan handrub
c. Lima moment kebersihan tangan :
Sebelum kontak dengan pasien
Setelah kontak dengan pasien
Sebelum melakukan tindakan septic/aseptic
Setelah kontak dengan cairan tubuh
Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
15
sebaliknya sebanyak 4x
Gosok dengan memutar ujung jari-jari di telapak tangan kiri dan
sebaliknya sebanyak 4x
a. Hal-hal yang diperhatikan dalam kebersihan tangan:
Kuku harus seujung jari tangan.
Cat kuku tidak diperkenankan
Bila tangan luka atau tidak intak, harus diobati dan dibalut
dengan balutan yang kedap air.
Jam tangan dan cicncin tidak diperkenankan dipakai
2) Masker Bedah
Sarung tangan
16
Jenis sarung tangan :
17
2) Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan
kulit kepala petugas terhadap alat-alat di daerah steril dan
juga sebaliknya melindingi kepala petugas dari bahan – bahan
berbahaya dari pasien.
3) Digunakan saat melakukan tindakan yang memerlukan area
steril yang luas (operasi,pemasangan kateter vena sentral.)
Apron/celemek
Apron steril digunakan untuk prosedur pembedahan atau yang
beresiko terjadi cipratan atau kontak dengan cairan tubuh
pasien. Digunakan untuk melindungi dari cairan atau bahan
kimia di ruang linen , dapur, IPAL, Laboratorium. Saat
menangani pencucian peralatan bekas digunakan pasien
(instrumen, urinal, pispot, bengkok dll)
Pelindung kaki
Tujuan :
Melindungi kaki petugas dari tumpahan /percikan darah atau
cairan tubuh lainnya dan mencegah dari kemungkinan tusukan
benda tajam.
Gaun pelindung
Tujuan :
Melindung petugas dari kemungkinan genangan atau percikan
darah atau cairan tubuh lainnya yang dapat mencemari baju.
Jenis Gaun :
1) Gaun pelindung tidak kedap air.
2) Gaun pelindung kedap air.
3) Gaun steril.
4) Gaun non steril.
Helm/topi pelindung
Terbuat dari plastik dan digunakan untuk melindungi kepala dan
digunakan pekerjaan yang berhubungan dengan bangunan.
18
3. Pemrosesan Peralatan Pasien
3.1 Pemrosesan Peralatan Pasien :
a. Alur Pemrosesan Alat
Pembersihan
(cuci bersih dan tiriskan)
STERILISASI DESINFEKSI
(PERALATAN KRITIS)
Masuk Dalam Pembuluh
Darah/Jaringan Tubuh
19
Pembersihan : proses yang secara fisik membuang
semua kotoran, darah atau cairan tubuh lainnya dari benda
mati ataupun mikroorganisme untuk mengurangi resiko bagi
petugas yang menyentuh kulit atau menangani objek
tersebut
Sterilisasi : proses menghilangkan semua
mikroorganisme (bacteria, virus, fungi, dan parasit termasuk
endospora bacterial) dari benda mati dengan uap tekanan
tinggi (Autoclave), pabas kering (oven), sterilisasi, kimiawi,
atau radiasi
4. Pengelolaan Linen :
Definisi : Pengelolaan linen adalah penanganan linen di rumah sakit
meliputi proses penyimpanan, pendistribusian, pemisahan linen
kotor, dan pencucian.
Tujuan : mencegah terjadinya penularan melalui linen yang
terkontaminasi dari pasien ke petugas maupun ke pasien lain dan
lingkungan sekitarnya.
Prinsip umum :
Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukan kedalam
kantong/wadah yang tidak rusak saat diangkut.
Pengantongan ganda tidak diperlukan bagi linen yang sudah
digunakan
Prosedur pengelolaan Linen :
Linen kotor diletakan/dipisahkan, linen yang infeksi dan non
infeksi dengan menggunakan APD. Kantong kuning untuk
infeksi, dan yang hitam untuk non infeksi. Kemudian diikat
rapih.
Hilangkan bahan padat dari linen kotor dengan menggunakan
APD yang sesuai dan buang ke tempatnya, kemudian linen
dimasukan ke kantong cucian.
Linen yang sudah digunakan harus dibawa dengan hati-hati
dengan mengunakan trolley linen dengan membedakan tempat
linen bersih dan yang kotor, untuk mencegah kontamniasi
permukaan lingkungan atau orang-orang disekitarnya.
Jangan memilah linen ditempat perawatan pasien. Masukan
linen yang terkontaminasi langsung ke kantong cucian
Linen dicuci sesuai denga prosedur pencucian
Cuci dan keringkan linen sesuai standard dan prosedur tetap di
rumah sakit. Untuk pencucian dengan air panas, cuci linen
menggunakan detergen/disinfeksi dengan air 70ºC selama 25
menit. Pilih bahan kimia yang cocok untuk pencucian temperature
20
rendah dengan konsentrasi yang sesuai dengan temperature air >
70ºC
5. Pengolahan Limbah
Pengolahan limbah merupakan salah satu upaya kegiatan pencegahan
dan pengendalian infeksi rumah sakit. Limbah rumah sakit berupa
limbah yang sudah terkontaminasi atau tidak terkontaminasi dan tidak
berbahaya bagi petugas yang menangani, namun demikian penanganan
limbah ini harus dikelola dengan baik benar.
5.1 Pengertian
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari
kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair atau gas.
5.2 Tujuan Pengolahan Limbah
Melindungi petugas dari luka
Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan
Mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya
Membuang bahan-bahan berbahaya dengan aman
5.3 Jenis-jenis Limbah
a. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit
yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang
terdiri dari :
Limbah medis padat : adalah limbah padat yang terdiri dari
limbah infeksius, limbah patologis, limbah benda tajam,
limbah farmasi, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah
container bertekanan, limbah dengan kandungan logam
berat yang tinggi.
Limbah non medis adalah : limbah padat yang dihasilkan
dari kegiatan rumah sakit diluar medis yang berasal dari
dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat
dimanfaatkan kembali apabila dan teknologinya.
b. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang
berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan
mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun, dan
radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan
c. Limbah infeksius adalah limbah terkontaminasi dengan darah,
cairan tubuh pasien, ekresi, sekresi yang dapat menularkan
kepada orang lain.
5.4 Pengolahan Limbah
a. Identifikasi Limbah :
Padat
Cair
Tajam
Infeksius
Non infeksius
21
b. Pemisahan
Pemisahan dimulai dari awal penghasil limbah
Pisahkan limbah sesuai dengan jenis limbah
Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya
Limbah cair segera dibuang ke wastafel di spoelhok
c. Labeling
Limbah padat infeksius : plastik kantong kuning
Limbah padat infeksius : plastik kantong warna hitam
Limbah benda tajam : wadah tahan tusuk (safety box)
d. Kantong pembuangan diberi label biohazard atau sesuai jenis
limbah
e. Packing
Tempatkan dalam wadah limbah tertutup
Tutup mudah dibuka, sebaiknya bisa dengan menggunakan
kaki
Kontainer dalam keadaan bersih
Kontainer terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan tidak
berkarat
Tempatkan setiap container limbah pada jarak 10-20m
Ikat limbah jika sudah terisi ¾ penuh
Kontainer limbah harus dicuci setelah pembuangan sampah
f. Penyimpanan
Simpan limbah ditempat penampungan sementara
Tempatkan limbah dalam kantong plastik dan ikat dengan
kuat
Beri label pada kantong plastik limbah
Mengangkut limbah harus menggunakan kereta dorong
khusus
Tempat penampungan sementara harus di area terbuka,
terjangkau oleh kendaraan, aman dan selalu dijaga
kebersihannya dengan kondisi kering
g. Pengangkutan
Mengangkut limbah harus menggunakan kereta dorong
khusus
Kereta dorong harus kuat, mudah dibersihkan dan tertutup
Tidak boleh ada yang tercecer
Sebaliknya jalan pengangkut limbah berbeda dengan jalan
pasien
Gunakan alat pelindung diri ketika menangani limbah
h. Treatment
Limbah infeksius dimasukan ke dalam incinerator
22
Limbah non infeksius dibawa ke tempat pembuangan limbah
umum
Limbah benda tajam dimasukan kedalam incinerator
Limbah cair ke dalam wastafel diruang spoelhok
Limbah feces, urine kedalam WC
5.5 Penanganan Limbah Benda Tajam
Jangan menekuk atau mematahkan benda tajam
Jangan meletakan limbah benda tajam sembarangan tempat
Segera buang limbah benda tajam ke kontainer yang tersedia
yang tahan tusuk dan tahan air dan tidak bisa dibuka kembali
Selalu buang sendiri oleh pemakai
Tidak menyarung kembali jarum suntik habis pakai
Kontainer benda tajam diletakan dekat lokasi tindakan
5.6 Unit pengolahan Limbah Cair
IPAL (Instalasi pengolahan Air Limbah)
5.7 Pembuangan Limbah infeksius
Menuangkan cairan atau limbah basah ke sistem pembuangan
kotoran tertutup
Incenerasi (pembakaran) untuk menghancurkan bahan-bahan
sekaligus mikroorganismenya. Ini merupakan metode terbaik
untu pembuangan limbah infeksius. Pembakaran juga akan
mengurangi volume limbah dan memastikan bahwa bahan-
bahan tersebut tidak akan dijarah dan dipakai ulang.
Bagaimanapun juga pembakaran akan dapat mengeluarkan
kimia beracun ke udara.
Mengubur limbah infeksius agar tidak tersentuh lagi.
5.8 Cara penanganan Limbah infeksius
Untuk limbah infeksius, pakailah wadah plastik atau disepuh
logam dengan tutup yang rapat.
Gunakan wadah tahan tembus untuk pembuangan semua
benda-benda tajam.
Tempatkan wadah limbah dekat dengan lokasi terjadinya
limbah itu dan mudah dicapai oleh pemakai.
Peralatan yang dipakai untuk mengumpulkan dan mengangkut
limbah tidak boleh dipakai untuk keperluan lain diklinik atau
dirumah sakit.
Cuci semua wadah limbah dengan larutan pembersih
disinfektan dan bilas teratur dengan air.
Jika mungkin, gunakan wadah terpisah untuk limbah yang
akan dibakar dan yang tidak akan dibakar sebelum dibuang.
Gunakan alat perlindungan diri (APD) ketika menangani
limbah.
23
Lakukan kebersihan tangan.
5.9 Cara Pembuangan Limbah
Incenerasi adalah proses dengan suhu tinggi untuk
mengurangi berat dan isi limbah. Proses ini biasanya dipilih
untuk menangani limbah yang tidak dapat didaur ulang,
dipakai lagi, atau dibuang ke tempat pembuangan limbah.
Limbah farmasi
Dalam jumlah sedikit limbah farmasi (obat dan bahan obat-
obatan) dapat dikumpulkan dalam wadah dengan limbah
terinfeksi dan dibuang dengan cara yang sama yaitu
incenerasi.
Limbah bahan berbahaya dan beracun
Baterei, thermometer dan lain-lain, yang mengandung logam
berat seperti air raksa atau cadmium. Cara pembuangannya
sebagai berikut :
- Pelayanan daur ulang
- Enkapsulasi, jika daur ulang tidak mungkin maka
pembuangan limbah enkapsulasi dapat dilakukan, jika
tersedia.
Jenis limbah ini tidak boleh di incenerasi karena uap logam
beracun yang dikeluarkan, juga tidak boleh dikubur tanpa
enkapsulasi karena mengakibatkan polusi lapisan air tanah.
Biasanya, limbah jenis ini hanya terdapat dalam jumlah yang
kecil di fasilitas kesehatan.
Wadah penyembur aerosol tidak di daur ulang
- Semua tekanan sisa harus dikeluarkan sebelum aerosol
dikubur
- Wadah bertekanan gas tidak boleh dibakar atau
diincenerasi karena dapat meledak
Sebagai kesimpulan, sedapat-dapatnya hindarkan membeli
atau, memakai produk kimia yang sukar atau sangat mahal
untuk dibuang.
6. Pengendalian Lingkungan Rumah Sakit
Pengendalian lingkungan rumah sakit atau fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya merupakan salah satu aspek dalam upaya
pencegahan pengendalian infeksi dirumah sakit atau fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya. Lingkungan rumah sakit jarang
menimbulkan transminsi penyakit HAIs, namun pada pasien-pasien
yang immunocomprimise harus lebih diwaspadai dan diperhatikan
karena dapat menimbulkan bebrapa penyakit infeksi lainnya seperti
infeksi saluran pernapasan, aspergillus, legionella, mycrobacterium TB,
varicella zoster, virus hepatitis B, HIV.
24
Pengendalian lingkungan rumah sakit meliputi ruang bangunan,
penghawaan, kebersihan, saluran limbah dan lainnya sebagainya.
Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat
diminimalkan dengan melakukan :
1) Pembersihan lingkungan
2) Disinfeksi lingkungan yang terkontaminasi dengan darah atau
cairan tubuh pasien
3) Melakukan pemeliharan peralatan medik dengan tepat
4) Mempertahankan mutu air bersih
5) Memperhatikan ventilasi yang baik
a. Pengertian
Pembersihan lingkungan adalah proses membuang semua atau
sebagian besar pathogen dari permukaan dan benda yang
terkontaminasi
Pembersihan permukaan di lingkungan pasien sangat penting
karena agen infeksius yang dapat menyebabkan ISPA dapat
bertahan di lingkungan selama beberapa jam atau atau bahkan
beberapa hari. Pembersihan dapat dilakukan dengan air dan
detergen netral.
b. Tujuan
Tujuan pengendalian lingkungan rumah sakit atau fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya adalah untuk menciptakan
lingkungan yang bersih aman dan nyaman sehingga dapat
meminimalkan atau mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme
dari lingkungan kepada pasien, petugas, pengunjung dan
masyarakat sekitar rumah sakit dan fasilitas kesehatan sehingga
infeksi HAIs dan kecelakaan kerja dapat di cegah.
c. Prinsip dasar pembersihan lingkungan
Semua permukaan horizontal ditempat dimana pelayanan
disediakan untuk pasien harus dibersihkan setiap hari.
Permukaan tersebut juga harus dibersihkan bila pasien sudah
keluar dan sebelum pasien masuk.
Bila permukaan tersebut, meja pemeriksaan atau peralatan
lainnya pernah bersentuhan langsung denga pasien, permukaan
tersebut harus dibersihkan dan didisinfeksi.
Semua kain lap yang digunakan harus dibasahi sebelum
digunakan. Membersihkan debu dengan kain kering atau sapu
dapat menimbulkan aerosolisasi dan harus dihindari.
Larutan, kain lap dan kain pel harus diganti secara berkala
sesuai dengan standar
Semua peralatan pembersih harus dibersihkan dan dikeringkan
setelah digunakan.
25
Tempat-tempat sekitar pasien harus bersih dari peralatan serta
perlengkapan yang tidak perlu sehingga memudahkan
pembersihan menyeluruh setiap hari.
Meja pemeriksaan dan peralatan disekitarnya yang telah
digunakan pasien yang diketahui atau suspek terinfeksi ISPA
yang dapat menimbulkan kekhawatiran harus dibersihkan
dengan disinfektan segera setelah digunakan.
d. APD untuk pembersihan lingkungan
Kegiatan pembersihan adalah tugas berat yang memerlukan banyak
pekerja dan dilingkungan tertentu resiko terpajan benda-benda
tajam sangat tinggi.
Petugas kesehatan harus mengenakan :
Sarung tangan karet
Gaun pelindung dan celemek plastic
Sepatu yang rapat dan kuat seperti boot
e. Pembersihan tumpahan dan percikan
Saat membersihkan tumpahan atau percikan cairan tubuh atau
sekersi, petugas kesehatan harus menggunakan APD yang
memadai, termasuk sarung tangan karet dan gaun pelindung.
f. Tahap-tahap pembersihan tumpahan adalah sebagai berikut :
Persiapan Alat :
1) APD (sarung tangan, masker, kaca mata, penutup kepala,
sarung tangan latex)
2) Plasti kuning
3) Pasir
4) Tissue/kain lap
5) Sapu dan serok
6) Larutan chlorine 0,5%
Cara kerja :
1) Lakukan prosedur kebersihan tangan
2) Ambil spill kit, buka dan letakan pada sisi luar
3) Letakan plastik kuning dengan posisi terbuka
4) Gunakan APD (gaun, masker, kaca mata, penutup kepala,
sarung tangan biasa, sarung tangan latex)
5) Batasi tumpahan cairan infeksius dengan menggunakan pasir
6) Tuangi disinfektan secukupnya, diamkan selama 2 menit
7) Setelah 2 menit tutup dengan tissue/kain lap
8) Kemudian pungut kain lap/tissue dengan gerakan memutar
searah jarum jam. Masukan kedalam kanting plastik kuning
pertama
9) Bersihkan sisa pasir dengan sapu hingga bersih, masukan ke
dalam kantong kuning pertama
10) Masukan sapu dan serokan kedalam kantong kuning ke dua
26
11) Ikat kantong kuning pertama dan masukan ke dalam tempat
sampah infeksius
12) Lepas APD secara berurutan (sarung tangan latex, kaca
mata, apron, sarung tangan biasa, masker, masukan ke
dalam kantong kuning kedua)
13) Rapihkan Spill kit kembali
14) Pel permukaan dengan menggunakan air dan larutan
chlorine 0,5% / lisol
15) Lakukan kembali prosedur kebersihan tangan
27
5) Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mecegah
masuknya serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
6) Jaringan Instalasi
Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah,
gas, listrik, sistem penghawaan, sarana komunikasi dan lain-
lainnya harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan agar
nyaman dan aman, mudah dibersihkan dari tumpukan debu.
Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilang dengan pipa
air limbah dan tidak boleh bertekanan negatif untuk menghindari
pencemaran air minum.
7) Furniture
Dibersihkan secara rutin setiap hari, khusus tempat tidur pasien
gunakan cairan disinfektan, tidak menggunakan bahan yang
dapat menyerap debu, sebaiknya bahan yang mudah dibersihkan
dari debu maupun darah atau cairan tubuh lainnya.
8) Fixture dan fitting
Peralatan yang menetap di dinding hendaknya didesain
sedemikian rupa sehingga mudah dibersihkan.
9) Gorden
Menggunakan bahan yang mudah dibersihkan, tidak
bergelombang, warna terang, dicuci secara periodik 3 bulan
sekali atau sudah tampak kotor dan tidak menyentuh lantai,
desain ruangan sedapat mungkin diciptakan dengan
memfasilitasi kewaspadaan standar.
Alkohol dan rub perlu disediakan ditempat yang mudah diraih
saat tangan tidak tampak kotor.
Jarak antara tempat tidur diupayakan cukup agar perawat tidak
menyentuh 2 tempat tidur dalam waktu yang sama, bila mungkin
atau idealnya ≥1 meter, bila memungkinkan 1,8 meter.
g. Lingkungan
a) Ventilasi Ruangan
Definisi :
Ventilasi ruangan adalah proses memasukan dan
menyebabkan udara luar, dan atau udara daur ulang yang
telah diolah dengan tepat dimasukan ke dalam gedung atau
ruangan
Pengkondisian udara adalah mempertahankan udara dalam
ruang agar bertemperatur nyaman
Tujuan :
Untuk mempertahankan kualitas udara dalam ruangan yang
baik, aman untuk keperluan pernapasan
28
Ventilasi yang memadai dan aliran satu arah yang terkontrol
harus diupayakan di rumah sakit
Untuk mengurangi penularan pathogen yang ditularkan
dengan penularan obligat atau preferensial melalui airbone
Ventilasi ruangan untuk infeksi pernapasan :
Ruang ventilasi memadai adalah ruangan dengan pertukaran
udara >12x/jam tapi aliran udaranya tidak ditentukan
diperlukan bila ada kemungkinan penularan droplet nuclei.
Direkomendasikan ventilasi ruangan ACH ≥12 dan aliran udara
yang diharapkan, dapat dicapai dengan ventilasi alami atau
mekanik.
Table 1 : Tabel Pertukaran Udara Pada Ventilasi Alami
Kondisi Ruangan ACH
(Pertukaran Udara/Jam)
Jendela dan pintu dibuka 29,3-93,2
penuh
Jendela dibuka penuh, pintu 15,1-31,4
ditutup
Jendela dibuka separuh, pintu 10,5-24
ditutup
Jendela ditutup 8,8
Jenis-jenis ventilasi :
1. Ventilasi mekanis : menggunakan fan untuk mendorong aliran
udara melalui suatu gedung, jenis ini dapat di kombinasi
dengan pengkondisian dan penyaringan udara.
2. Ventiasi alami : menggunakan cara alami untuk mendorong
aliran udara melalui suatu gedung, adalah tekanan angin dan
tekanan yang dihasilkan oleh perbedaan kepadatan antara
udara didalam dan diluar gedung, yang dinamakan efek
cerobong.
3. Ventilasi gabungan memadukan ventilasi mekanis dan alami
29
Efektifitas ventilasi alami tergantung pada kecepatan angin
dan atau temperatur, daerah bersuhu extreme dan
kecepatan angin yang selalu rendah tidak cocok untuk
penggunaan ventilasi alami.
30
Anjurkan pasien, keluarga, pengunjung menggunakan air dari
keran
Uji kualitas mutu air minimal 6 bulan sekali
c) Permukaan Lingkungan
Permukaan lingkungan meliputi permukaan lingkungan di area
perawatan, lantai, dinding, permukaan yang sering disentuh
(pegangan pintu, bed rails, light switch), blinds dan jendela tirai
perawatan pasien. Teknik pembersihan permukaan lingkungan
meliputi :
1. Area Perawatan
Disamping pembersihan secara seksama disinfeksi bagi
peralatan tempat tidur dan permukaan perlu dilakukan,
seperti dorongan tempat tidur, meja disamping tempat tidur,
kereta dorong, lemari baju, tombol pintu, keran, tombol
lampu, bel panggilan, telepon, tv, remote control
Virus dapat dinonaktifkan oleh alkohol 70% dan clorin 0,5%
Dianjurkan untuk melakukan pembersihan permukaan
lingkungan dengan detergen yang netral dilanjutkan dengan
larutan disinfektan
Bersihkan dan disinfeksi permukaan lingkungan di area
perawatan
Lakukan pembersihan sehari dua kali bila kotor
Pilih disinfeksi yang terdaftar dan digunakan sesuai
petunjuk pabrik
Jangan menggunakan high level disinfektan/cairan chemical
untuk peralatan non kritikal dan permukaan lingkungan
Ikut petunjuk pabrik untuk pembersihan dan pemeliharaan
peralatan non kritkal
Pembersih dari pabrik ikut petunjuk pabrik dan bila tidak
ada petunjuk pembersihan dari pabrik ikuti prosedur yang
telah ditentukan
Jangan melakukan disinfeksi fogging atau sinar UV diarea
keperawatan
Hindari metode pembersihan permukaan yang luas yang
menghasilkan mist atau aerosol
2. Membersihkan permukaan lantai, dinding dan meja
Gunakan detergen jangan menggunakan high level
disinfektan/cairan chemical untuk peralatan non kritikal
dan permukaan lingkungan
Ikut petunjuk pabrik untuk pembersihan dan pemeliharaan
peralatan non kritkal
Jika tidak ada petunjuk disinfektan yang terdaftar untuk
pembersihan dan disinfeksi ruangan perawatan pasien
31
gunakan detergen atau air untuk pembersihan permukaan
non perawatan seperti perkantoran dan administrasi
3. Pembersihan permukaan yang sering disentuh seperti
pegangan pintu, bed rails, light switch
Bersihkan dinding, blinds dan jendela, tirai diarea
perawatan pasien
Hindari metode pembersihan permukaan yang luas yang
menghasilkan mist atau aerosol
Ikuti prosedur tepat yang efektif menggunakan mops, cloths
and solution
- Siapkan cairan pembersih setiap hari atau jika
diperlukan, dan gunakan cairan yang baru
- Ganti mop setiap hari
- Bersihkan mop dan kain pembersih setelah dipakai dan
dibiarkan kering sebelum dipakai lagi
Berikan perhatian ketat untuk pembersihan dan disinfeksi
permukaan yang sering disentuh diarea perawatan seperti
charts, bedside commode, pegangan pintu.
4. Perawatan bunga
Bunga dan tanaman pot tidak dianjurkan diarea pelayanan
pasien
Tidak mengijinkan bunga segar atau kering atau tanaman
pot diarea perawatan
Lakukan post control secara rutin
Prinsip Pembersihan Lingkungan
Pakai APD selama prosedur pembersihan dan disinfeksi
Lakukan pembersihan dan disinfeksi untuk pengendalian
lingkungan yang terkontaminasi sesuai prosedur
Pastikan kepatuhan petugas kebersihan untuk pembersihan
dan disinfeksi
Pakai cairan disinfeksi yang sesuai
Kultur permukaan lingkungan dapat dilakukan bila terjadi
KLB
Pembersihan dan disinfeksi lingkungan permukaan peralatan
medis secara regular
Anjurkan keluarga, pengunjung dan pasien tentang pentingnya
kebersihan tangan
Untuk meminimalkan penyebaran mikroorganisme
Jangan menggunakan disinfeksi tingkat tinggi untuk
kebersihan lingkungan
Batasi sampling mikrobilogi untuk jaminan kualitas
d) Linen pasien
Kebersihan linen adalah tanggung jawab petugas
32
Petugas harus mengganti pakaiannya yang terkontaminasi
darah atau material lain yang terkontaminasi infeksius dna
mencucinya kebagian laundry
Fasilitas dan peralatan laundry
- Pertahankan tekanan negative pada ruangan kotor
dibanding dengan ruangan bersih
- Pastikan bahwa area laundry mempunyai sarana cuci
tangan dan tersedia APD
Pakai dan pelihara peralatan laundry sesuai dengan indstruksi
pabrik
Jangan biarkan pakaian direndam dimesin sepanjang malam
Tangani pakaian kontaminasi dengan tidak mengibaskan
untuk menghindari kode warna
Jangan diberikan penutup pada pakaian terkontaminasi di
ruangan pasien harus tetap diganti
Proses pencucian : Panas 70ºC selama 10 menit
Pilih zat kimia yang sesuai
Simpan pakaian agara terhindar dari debu
Transportasi linen kotor, harus dibungkus sehingga tidak kena
debiu
Jangan lakukan pemeriksaan kultur rutin untuk pakaian
bersih
Lakukan pemeriksaan kultur selama outbreak jika ada
epidemologi evidence
Jaga kasur tetap kering. Lapisi dengan plastic kedap air
Bersihkan dan disinfeksi tutup kasur dan bantal dengan
menggunakan disinfektan
Bersihkan dan disinfeksi kasur dan bantal antar pasien
e) Binatang
Anjurkan pasien menghindar dari kotoran, air liur, urine
binatang
Jangan membiarkan binatang berkeliran disekitar rumah sakit
Bersihkan lingkungan rumah sakit dari kotoran binatang
f) Pembuangan Sampah
Semua sampah yang dihasilkan dalam ruangan atau area isolasi
harus dibuang dalam wadah atau kantong yang sesuai :
Untuk sampah infeksius gunakan kantong plastic kuning,
kemudian diikat dan diberi label infeksius. Semua sampah dari
ruangan yang merawat pasien dengan penyakit menular
melalui udara (airbone) harus ditangani sebagai sampah
infeksius.
33
Untuk sampah non-infeksius/tidak menular gunakan kantong
plastic hitam
Untuk sampah benda tajam atau jarum ditaruh dalam wadah
tahan tusukan
Kantong sampah apabila sudah penuh, harus segera diikat dan
tidak boleh dibuka kembali.
Petugas yang bertanggung jawab atas pembuangan sampah dari
bangsal/area isolasi harus menggunakan APD lengkap ketika
membuang sampah.
Satu lapis kantong sampah kuning biasanya memadai, bila
sampah dapat dibuang kedalam kantong tanpa mengotori bagian
luar kantong.
Kantong pembuangan sampah perlu diberi label biohazard yang
sesuai dan ditangani dan dibuang sesuai dengan kebijakan
rumah sakit dan peraturan nasional mengenai sampah rumah
sakit.
Limbah cair seperti urin atau feses dapat dibuang kedalam
sistem pembuangan kotoran yang tertutup dan memenuhi syarat.
7. Kesehatan Karyawan
Petugas kesehatan RS Pratama Waesala setiap tahun melakukan
pemeriksaan kesehatan terutama petugas yang bekerja diruangan yang
beresiko terinfeksi, karena dapat mentransmisikan infeksi kepada
pasien maupun petugas kesehatan lainnya. Semua karyawan baru, dan
petugas kesehatan harus diperiksa riwayat pernah terinfeksi apa saja,
status imunisasinya.
Petugas yang terpajan/tertususk jarum yang terinfeksi HIV, HBV, HCV
segera membersihkan daerah yang terluka dengan air mengalir dan
disinfektan, kemudian melapor ke supervisor/tim PPI, kemudian
periksa ke dokter UGD, kemudian periksa laboratorium sesuai pajanan,
kemudian di follow up sesuai penyakitnya. Alur paksa pajanan harus
dibuat dan dipastikan dipatuhi untuk HIV, HBV, HCV nesseria
meningitis, MTB, hepatitis A, difteri, varicell zaster, bordetella pertusis,
dan rabies.
Pajanan terhadap virus HIV :
Resiko terpajan 0,2-0,4% perinjuri. Upaya menurunkan resiko terpajan
pathogen melalui darah dapat melalui :
Rutin menjalankan kewaspadaan standar, memakai APD yang sesuai
Menggunakan alat dengan aman, membuang limbah pada wadah
yang tepat
Edukasi petugas tentang praktek aman menggunakan jarum, dan
benda tajam.
34
Faktor yang dapat meningkatkan terjadinya paska pajanan :
Tusukan yang dalam
Tampak darah pada alat penimbun pajanan
Tusukan masuk ke pembuluh darah
Sumber pajanan mengandung virus kadar tinggi
35
pemeriksaan adakah serokonfrensi dan didokumentasikan. Sumber
pajanan juga harus diperiksa. Segala pajanan pathogen yang terjadi
saat okupasi harus dilakukan konseling, pemeriksaan klinis dan harus
dimonitor dengan pemeriksaan serologis.
36
Tabel 3 : Kesehatan Petugas dan Pencegahan HAIs
Kewaspadaan
Masa Masa petugas/
Penyakit Menular selama/virus shedding Cara Transmisi yang perlu
Inkubasi rekomendasi
dijalankan
Abses Selama luka mengeluarkan tubuh Kontak Kontak
Acinotobacter Luka bakar yang dihydroterapi Flora N kulit manusia, Standar dan
baumanii mukosa membrane dan tanah. kontak
humindifter, stetoscop,
thermometer, matras, bantal,
permuakaan TT, mop, gorden,
tempat mandi, luka bakar.
Adenovirus type 1-7 6-9 hari Secret saluran nafas Droplet
kontak
Aspergilosis
Candidiasis Infeksi jaringan luas dengan cara Inhalasi stadium airbone, Kontak dan
berlebihan conidin airbone
Chlamidia C Standar
trachomitis kontak
Congenital rubella Standar
kontak
langsung
termasuk
seksual
Congenitis *adenovirus
type 8
Campak Sampai umur 1 tahun Kontak dengan bahan Standar,
nasofaring dan urin kontak
Campylobacter 5-12 hari 14 hari setelah onset Kontak dengan tangan, alat Kontak, Sampai mata tidak keluar kotoran
terkontaminasi standar
Clostridium dufficille 5-12 hari 3-4 hari setelah bercak timbul Droplet yang besar (kontak Transmisi Retiksi 7 hari setelah bercak
melalui nasofaring dekat) & udara udara merak timbul (yang imun) 5 hari
setelah ekspos -21 hari setelah
ekspos
Cytomegalo virus Standar
Defteria Kontak
Gastroenteritis Tidak Tahan dilingkungan dalam waktu Kontak dengan sekresi dan Standar, Tidak perlu
*salmonella diketahui pendek ekskresi : saliva & urin hand hygiene
*Shigella
*Yenterocolitca
37
Giardia lamblia Sekresi dari mulut Dopler, Sampai terapi antibiotika telah
mengandung c difteriae kontak lengkap dan sampai 2 kultur
berjarak 24 jam dinyatakn
negative, perlu imunisasi tiap 10
tahun
Hepatitis A Kontak px, konsumsi Standar, Tidak mengolah makanan sampai
makanan dan air yg kontak 2x jarak 24 jam kultur feses
terkontaminasi negative
Hepatitis B,D Feses Kontak
Hepatitis C,F,G 15-50 hari 2 minggu kadang-kadang Fekal oral, melalui feses Standar Libur diarea
samapai 6 bulan (premature) perawatan/pengolahan makanan,
1 minggu setelah sakit kuning
imunisasi paska ekspos
Herpes simplex B : 6-24 Akut atau kronik dengan HbsAg Perkutaneus, mukosa, kulit Standar Tidak perlu dibatasi sampai
minggu, positif yang tidak utuh kontak HbeAg negative
D : 3-7 dengan darah, semen, cairan
minggu vagina, cairan tubuh lainnya
HIV Perkutaneus, mukosa, kulit Standar
tidak utuh kontak dengan
darah, semen, cairan vagina,
cairan tubuh lainnya
Helicobacterpyl ori 2-14 hari Asimptomati dapat mengeluarkan Kontak dengan karier Standar, Restriksi tidak perlu, tapi batasi
virus mengandung virus kontak kontak dengan px
langsung/lewat sekresi luka tangan
aberasi/cairan vesike
Influenza Perkutaneus, mukosa, kilut Standar
yang tidak utuh kontak
dengan darah, semen, cairan
vagina, cairan tubuh lainnya
Hemophilus influenza Standar
- dewasa
- anak
Human metapneumo Kontak luka Kontak
virus (HMPV)
Norovirus
N meningitidis 1-5 hari Infeksius pada 3 hari pertama Airbone, kontak langusng atau kontak Vaksinasi pada petugas yang
sakit. Virus dapat dikeluarkan droplet dengan sekresi saluran rentan. Amantadin untuk kontak
sebelum gejala timbul 7 hari napas dengan influenza A
setelah melalui sakit, lebih
38
panjang pada anak dan orang
dewasa
Protitis/Mumps 12-48 jam Batuk non produktif, kongesi Droplet secret respirasi Standar Libur sampai 2 jam setelah terapi
nasal wheezine, bronkhiolitis, droplet paska ekspos. Rifampin 2x600mg,
pneumonia pada anak +11,5 I hari ciprofloxasin 1x500mg atau
tahun ceftriaxon 250mg IM
Parvovirus/ B19 2-10 hari Diare, KLB Makanan, air terkontaminasi Kontak, Vaksinasi efektif, MMR restriksi
feses droplet sampai 9 hari setelah onset
parotitis petugas rentan : 12 hari
paska ekspos pertama sampai 25
hari setelah ekspos terakhir
Pertusis 16-18 hari Community acquired, virus Kontak dengan secret saluran Kontak, Tidak perlu restriksi
(12-25 hari) berada dalam saliva 6-7 hari napas makanan, air
sebelum parotitis samapai 9 hari
setelah onset
Pximmunokompromais
Poliomyelitis 6-10 hari Menular sebelum bercak merah Kontak dengan droplet atau Transmisi Vaksin direkomen umur 11-64
sampai 7 hari setelah onset langsung denga secret saluran melalui tahun petugas dengan pertusis :
napas yaitu saliva, hidung & droplet Restriksi fase catarrghal sampai
mulut minggu 3 setelah onset atau 5
hari setelah terapi antibiotic
kontak saja tidak perlu restriksi.
39
Tindakan pertama pada pajanan bahan kimia atau cairan tubuh :
Pada mata : bilas dengan air mengalir selama 15 menit
Pada kulit : bilas dengan air mengalir selama 1 menit
Pada mulut : segera kumur-kumur se;lama 1 menit
Lapor ke komite PPI, panitia K3RS atau dokter/karyawan
Tujuannya :
Menjamin keselamatan petugas dilingkungan rumah sakit.
Memelihara kesehatan petugas kesehatan.
Mencegah ketidakhadiran petugas, ketidakmampuan bekerja,
kemungkinan medikolegal dan KLB.
Edukasi :
Sosialisasi SPO pencegahan da pengendalian infeksi miasl :
Kewaspadaan isolasi, Kewaspadaan standard dan kewaspadaan bebasis
transmisi, kebijakan Departemen Kesehatan tentang Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) terkini.
Program Imunisasi :
40
Keputusan pelaksanaan imunisasi petugas tergantung pada :
Resiko ekspos petugas
Kontak petugas dengan pasien
Karakteristik pasien rumah sakit
Dana rumah sakit
TERJADI PAJANAN:
( TUSUKAN JARUM SUNTIK,
PERCIKAN PADA HIDUNG,
MULUT, KULIT, MATA)
8. Penempatan Pasien
a. Penanganan pasien dengan penyakit menular/suspek :
Pasien di RSP Weasala dengan penyakit menular atau diduga
menular dirujuk di fasilitas kesehatan yang memiliki sarana dan
prasarana untuk pasien dengan penyakit infeksi tersebut kecuali
untuk pasien jiwa yang masih gaduh gelisah dan memiliki
penyakit menular atau dugaan menular diisolasi di ruang akut
observasi 1 sampai kejiwaaan gaduh gelisahnya membaik
kemudian dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
41
Pastikan setiap orang yang memasuki ruangan memaki APD yang
sesuai : masker (bila memungkinkan masker efisiensi tinggi harus
digunakan atau gunakan masker bedah sebagai alternative, gaun,
pelindung wajah atau pelindung mata dan sarung tangan.
Pakai sarung tangan bersih, non steril ketika masuk ruangan
Pakai gaun yang bersih, non steril ketika masuk ruangan jika
akan berhubungan dengan pasien atau kontak dengan permukaan
atau barang-barang didalam ruangan.
b. Transport pasien infeksius :
Dibatasi, bila perlu saja
Bila pasien menular, 3 hal perlu diperhatikan :
- Pasien diberi APD (masker, gaun)
- Petugas diarea tujuan harus diingatkan akan kedatangan pasien
tersebut melaksanakan kewaspadaan yang sesuai
- Pasien diberi informasi untuk dilibatkan kewaspadaannya agar
tidak terjadi transmisi kepada orang lain
Perlu edukasi oleh petugas agar menjaga kebersihan tangan dan
menjalankan kewaspadaan isolasi untuk mencegah penyebran
infeksi kepada mereka sendiri ataupun kepada pasien lain.
Kewaspadaan yang dijalankan seperti yang dijalankan oleh petugas
kecuali pemakaian sarung tangan.
42
B. KEWASPADAAN ISOLASI
Kewaspadaan isolasi diterapkan secara rutin dalam perawatan seluruh
pasien dalam rumah sakit baik terdiagnosis infeksi, diduga terinfeksi atau
kolonisasi. Bertujuan untuk mencegah transmisi silang sebelum
diagnosis ditegakan atau hasil pemeriksaan laboratorium belum ada,
strategi utama untuk PPI adalah menyatukan kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berdasarkan transmisi. Kewaspadaan standar seperti sudah
diuraikan diatas dengan melaksanakan 10 pilar pencegahan dan
pengendalian infeksi.
Di RSP Waesala kewaspadaan isolasi terbatas sesuai dengan pelayanan
yang ada
43
Kategori II :
Dianjurkan untuk dilaksanakan dirumah sakit. Anjuran didukung
studi klinis dan epidemiologic, teori rasional yang kuat, studi
dilaksanakan di beberapa rumah sakit.
Tidak direkomendasi :
Masalah yang belum ada penyelesaiannya. Belum ada bukti ilmiah
yang memadai atau belum ada kesepakatan mengenai efikasinya.
45
memungkinkan.
Transport pasien Batasi gerak, transport Batasi gerak dan transport Batasi gerakan dan transport
pasien hanya kalau untuk batasi droplet dari pasien hanya kalau diperlukan
perlu saja. Bila pasien dengan mengenakan saja. Bila perlu untuk
diperlukan pasien masker pada pasien dan pemeriksaan pasien dapat diberi
keluar ruangan perlu menerapkan hygiene respirasi masker untuk cegah
kewaspadaan agar dan etika batuk menyebarkan droplet nuclei
resiko minimal
transmisi kepasien lain
atau lingkungan
APD petugas Sarung tangan dan cuci Masker : Perlindungan saluran napas:
tangan memakai Pakailah bila bekerja dalam Kenakan masker respirator
sarung tangan bersih radius 1m dengan pasien, saat (N95) saat masuk ruang pasien
non steril, lateks saat kontak erat masker atau suspek TB paru. Orang
masuk keruang pasein, seyogyanya melindungi hidung yang rentan seharusnya tidak
ganti sarung tangan dan mulut, pakai saat boleh masuk ruang pasien yang
setelah kontak dengan memasuki ruang rawat pasien diketahui atau suspek campak,
bahan infeksius (feses, dengan infeksi saluran napas cacar air kecuali petugas yang
cairan tubuh) lepaskan telah imun.
sarung tangan sebelum Bila terpaksa harus masuk
keluar dari kamar maka harus mengenakan
pasien dan cuci tangan masker respirator untuk
dengan antiseptic. pencegahan. Orang yang pernah
Gaun : sakit campak, atau cacar air
Pakai gaun bersih, tidak perlu memakai masker.
tidak steril saat masuk Prosedur minimal, sarung
ruang pasien untuk tangan, gaun, google bila
melindungi baju dari melakukan tindakan dengan
kontak dengan pasien, kemungkinan timbul aerosol.
permukaan
lingkungan, barang
diruang pasien, cairan
diare pasien, ileostomy,
coloctomy, luka
terbuka. Lepaskan
gaun sebelum keluar
keluar ruangan . jaga
agat tidak ada
kontaminasi silang ke
lingkungan dan pasien
lain.
Apron :
Bila gaun permeable,
untuk mengurangi
penetrasi cairan, tidak
dipakai sendiri
Peralatan untuk Bila memungkinkan Tidak perlu penanganan udara Transmisi pada TB
perawatan pasien peralatan non kritikal secara khusus karena mikroba Sesuai pedoman TB CDC
dipakai untuk 1 pasien tidak bergerak jarak jauh “Guidelinefor Preventing of
atau dengan infeksi toberculosis in healthcare
mikroba yang sama, facilities” dan referensi no 10.
bersihkan dan
disinfeksi mikroba yang
sama. Bersihkan dan
disinfeksi sebelum
dipakai untuk pasien
lain.
Peralatan untuk MDRO, MRSA, VRSA, B. Petussis, SARS, RSV, MTB (obligat airbone),
perawatan pasien VISA, VRE, MDRSP, Influenza, Adenovirus, campak,cacar air (kombinasi
(Strep pneuminae) Rhinovorus,N.Meningitidis, transmisi) norovirus (partikel
Virus Herpes Simplex streptococ grup A, Mycoplasma feses, vomitus), Rotavirus
SARS, RSV, (inderex pneumoniae melalui partikel kecil aerosol.
mel mainan), S.Aureus,
MDRO, VRE,
C.Defficile.P.
Aeruginosa, Influenza,
Norovirus (juga air dan
makanan)
46
Tujuan terpenting PPI adalah menjaga petugas, peralatan,
permukaan tetap bersih :
Bersih diartikan :
Bebas dari kotoran
Telah dicuci setelah terakhir dipakai
Penjagaan kebersihan tangan personal
Bebas polutan dan bahan yang tidak diinginkan
47
Menjaga kebersihan alat pernapasan dan etika batuk ditempat
pelayanan kesehatan.
Untuk mencegah terjadinya penularan infeksi saluran pernapasan
difasilitas pelayanan kesehatan, kebersihan saluran pernapasan dan etika
batuk harus merupakan bagian mendasar dari perilaku sehat.
Setiap orang yang memiliki tanda atau gejala infeksi pernapasan (batuk,
bersin) harus :
Menutup hidung/mulut ketika batuk atau bersin
Menggunakan tissue untuk menahan sekresi pernapasan dan dibuang
ditempat limbah tersedia
Cuci tangan segera setelah kontak dengan sekresi pernapasan
Jika memungkinkan, dianjurkan bagi orang yang batuk duduk pada jarak
1m dari yang lainnya diruang tunggu.
Pada pintu masuk diruang fasilitas rawat jalan seperti gawat darurat,
ruangan dokter, klinik rawat jalan, perlu dipasang instruksi etika batuk
dan bersin. Pasien dan orang yang menemaninya perlu mempraktekkan
kebersihan alat saluran pernapasan dan etika batuk atau bersin, dan
memberuitahukan kepada petugas sesegera mungkin tentang gejala
penyakit yang diderita, bagi orang yang batuk harus disediakan masker.
48
a. Meninjau ulang prosedur yang dibuat oleh penanggung jawab proyek
dan diserahkan untuk disetujui oleh penanggung jawab proyek dan
diserahkan untuk disetujui
b. Staf medis, bagian pelayanan dan staf lainnya harus mengetahui
tentang resiko pasien yang terekspose dengan debu bangunan
c. Menentukan posisi pembangunan yang meningkatkan resiko
sehingga pasien harus dipindahkan ke fasilitas yang tidak dalam
pembangunan
d. Memeriksa area pembangunan yang akan ditempati setelah tahap
akhir pembersihan dan merencanakan untuk pembukaan daerah
tersebut
e. Melakukan investigasi lingkungan dengan hati-hati termasuk
konfirmasi biakan dilingkungan tersebut jika memungkinkan, karena
sekelompok pasien yang berpotensi mengalami infeksi yang
berhubungan dengan pembangunan dan renovasi
2. Bagian teknis/IPSRS memfasilitasi dengan memberikan peraturan
perundangan dan perijinan
3. Sanitasi lingkungan, terkait dengan pembuangan limbah (baku mutu
limbah)
4. Tim K3RS melakukan edukasi dan supervise tentang keamanan dan
keselematan. Menyertakan kalimat berikut pada semua perawatan
konstruksi dan atau kontak renovasi “SEDANG RENOVASI” dan
penanggung jawab proyek harus menyetujui proyek-proyek yang
melibatkan manipulasi terhadap langit-langit, kegiatan yang
menghasilkan debu dan suara bising.
5. Unit/ruangan :
a. Membantu mengidentifikasi pasien yang beresiko tinggi
b. Merelokasi pasien beresiko tinggi pada area yang aman sebelum
kegiatan konstruksi/renovasi dimulai
c. Hindari melakukan perawatan, pemeriksaan dan pengobatan yang
tidak emergensi selama masa pembangunan/renovasi
6. Bagian keamanan, menyangkut tentang penjagaan keamanan sekitar
RS
Peran Komite :
1. Membuat ICRA
2. Mengembangkan ijin renovasi yang ditanda tangani oleh
Komite/Panitia/Tim PPi, pimpinan unit kerja dan pimpinan proyek.
3. Memberikan edukasi sebelum memulai pekerjaan pada penggunaan
alat pelindung diri (APD)
4. Melakukan supervise, monitoring dan evaluasi dengan menggunakan
checklist
5. Mengikuti pertemuan/rapat selama proses renovasi dengan seluruh tim
49
Langkah-langkah kewaspadaan terhadap kemungkinan infeksi akibat
konstruksi dan renovasi :
1. Identifikasi Tipe/jenis Konstruksi Kegiatan Proyek
TYPE KRITERIA
A Inspeksi dan aktifitas non invasive
Termasuk tapi tidak terbatas pada :
Mengangkat papan langit-langit untuk inspeksi visual terbatas
pada 1 papan per 50m2
Pengecatan (tetapi bukan melakukan plesteran)
Dinding penghalang, pekerjaan jaringan listrik, pompa minor, dan
aktifitas yang tidak menghasilkan debu atau membutuhkan
pemotongan dinding atai akses ke langit-langit dengan inspeksi
visual
B Skala kecil, durasi aktifitas pendek yang dapat menghasilkan debu
minimal
Termasuk, tapi tidak terbatas pada :
Instalasi telepon dan kabel computer
Akses ke ruangan
Memotong dinding atau langit-langit dimana migrasi debu dapat
dikontrol
C Aktifitas yang menghasilkan debu dari tingkat moderat sampai
tinggi atau membutuhkan penghancuran atau pemusnahan
komponen kerangka gedung
Termasuk, tapi tidak terbatas pada :
Melakukan plesteran dinding untuk dicat atau pelapisan dinding
Mengangkat penutup lantai, papan langt-langit dan papan
penghalang
Membuat akses kerja minor atau pekerjaan listrik di atas langit-
langit
Aktifitas kabel mayor
Pekerjaan yang tidak bisa diselesaikan dalam satu shift
D Penghancuran mayor dan proyek bangunan :
Termasuk, tapi tiak terbatas pada :
Aktifitas yang membutuhkan kerja shift yang berkelanjutan
Membutuhkan penghancuran besar dan sistem pengangkatan
kabel yang lengkap
Konstruksi baru
50
- Dapur gizi - Ruang rawat perawatan
- Manajemen inap jiwa penyakit
perkantoran saraf
- Pelayanan
pasien masuk
dan keluar
- Koridor umum
51
Keamanan public akan memonitor tekanan udara
3. Tidak memindahkan pembatas dari daerah kerja
sampai pekerjaan selesai dan meminta pemeriksaan
petugas keamanan
4. Membersihkan daerah konstruksi dengan lap basah
2x8jam kegiatan konstruksi atau sesuai kebutuhan
5. Memindahkan batas material secara hati-hati untuk
meminimalkan penyebaran debu dan limbah
konstruksi dan sebelumnya dibersihkan dengan lap
basah
6. Membungkus limbah konstruksi dengan rapat sebelum
dibuang
7. Meletakan keset debu disetiap pintu masuk dan keluar
area kerja dan mengganti apabila sudah tidak dapat
digunakan
8. Membersihkan semua alat kerja setelah proyek selesai
9. Menjaga sistem keamanan daerah kerja dengan
menggunakan pembatas
10. Menutup semua pintu dan menempelkan tanda
“Sedang Ada Pekerjaan”
11. Membuat alur masuk keluar orang untuk
meminimalkan paparan terhadap pasien
12. Membersihkan semua genangan air
KELAS IV Tanggal Mulai Bekerja
Tindakan 1. Menjaga sistem keamanan daerah kerja dengan
pencegahan menggunakan pembatas
2. Menutup semua pintu dan menempelkan tanda
“Sedang Ada Pekerjaan”
3. Membuat alur masuk keluar orang untuk
meminimalkan paparan terhadap pasien
4. Membersihkan semua genangan air
5. Memastikan daerah pekerjaan tertutup dan meminta
pengawalan bagian keamanan
6. Mempertahankan tekanan udara negative didaerah
kerja menggunakan HEPA filter atau metode lain.
Keamanan public akan memonitor tekanan udara
7. Menygel semua debu dan pipa untuk menmcegah
penyebaran debu
8. Membuat ruangan antara yang dibersihkan setiap hari
dengan lap basah dan mewajibkan semua personel
untuk melewati tempat ini sebelum meninggalkan
tempat kerja
9. Tidak memindahkan pembatas dari daerah kerja
sampai pekerjaan selesasi dibersihakan dan meminta
pemeriksaan dari petugas kemanan
10. Selama pemugaran, limbah konstruksi, baju dan
sepatu kotor dibuka diruangan antara sebelum
meninggalkan area kerja
11. Memindahkan pembatas material secara hati-hati
52
untuk meminimalkan penyebaran debu
12. Membesihkan dengan lap basah sebelum
dipindahkan
13. Membungkus limbah konstruksi dengan rapat
sebelum dibuang
14. Meletakan keset debu disetiap pintu masuk dan
keluar area kerja dan mengganti bila sudah tidak
dapat lagi digunakan
15. Membersihkan tempat kerja setiap hari
16. Setelah proyek selesai, daerah kerja dibersihkan
dengan lap basah yang mengandung disinfektan
17. Membersihkan altat kerja setelah proyek selesai
2. Tujuan
a. Mendapatkan data dasar infeksi rumah sakit
b. Menurunkan laju infeksi
c. Identifikasi dini kejadian luar biasa (KLB) infeksi rumah sakit
d. Meyakinkan para tenaga kesehatan bahwa ada masalah yang
memerlukan penanggulangan
e. Mengukur dan menilai keberhasilan suatu program PPI di RS
f. Memenuhi standar mutu pelayanan medis dan keperawatan
53
g. Salah satu unsur pendukung untuk memenuhi akreditasi RS
3. Metode surveilans
Metode surveilans IRS di Rumah Sakit Pratama Waesala adalah
menggunakan metode Surveilans Target, adalah surveilans yang
terfokus pada ruangan, kelompok pasien, atau tindakan dengan
resiko infeksi spesifik. Yaitu surveilans di ruang perawatan, surveilans
pasien dengan pemasangan keteter urine, pemasangan IVFD.
Surveilans target ini diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih
tajam dan memerlukan sumber daya yang lebih sedikit.
54
infeksi, pemeriksaan urine untuk melihat adanya
kemungkinan ISK tanpa melakukan kultur, dan diagnosis
dokter yang merawat.
Tes Konfirmasi ISK Mayor :
Hasil biarkan urine aliran tengah (midstream) >105 kuman
per ml urine dengan jumlah kuman tidak lebih dari 2 spesies.
Tes Konfirmasi Minor :
Tes carik celup (dipstick) positif untuk lekosit esterase dan
atau nitrit
Piuri (terdapat ≥10 lekosit per ml atau terdapat ≥ lekosit per
LPB dari urin tanpa dilakukan sentrifugasi)
Ditemukan kuman dengan pewarnaan Gran dari urin yang
tidak disentrifugasi
Paling sedikit 2 kultur urin ulangan didapatkan uropatogen
yang sama dengan jumlah ≥102 koloni per mldari urin yang
tidak dikemihkan
Kultur ditemukan ≤105 koloni/ml kuman pathogen tunggal
(bakteri gram negatif atau S. Saprophyticus) pada pasien
yang dalam pengobatan antimikroba efektif untuk ISK
Dokter mendiagnosis sebagai ISK
Dokter memberikan terapi yang sesuai untuk ISK
5) Kriteria ISK
a) ISK Simptomatis harus memenuhi paling sedikit satu criteria
berikut ini :
Kriteria 1 ISk simptomatis :
- Ditemukan paling sedikit satu symptom ISK (a) tanda
atau gejala berikut tanpa diketahui penyebab lain, dan
- Tes konfirmasi mayor positif (c.1)
Kriteria 2 ISK simptomatis :
- Ditemukan paling 2 simptom ISK (a), dan
- Satu tes konfirmasi minor positif (c.2)
Kriteria 3 ISK simptomatis pad anak ≤ 1 tahun :
- Ditemukan paling sedikit satu tanda ISK (b) dan
- Tes konfirmasi mayor positif (C1)
Kriteria 2 ISK simptomatis anak usia ≤ 1 tahun :
- Ditemukan paling sedikit 2 simptom ISKpada anak usia
≤ 1 tahun ISK (b)
- Satu tes konfrimasi minor positif (C2)
b) ISK Asimptomatik
ISK asimptomatik harus memenuhi paling sedikit harus
memenuhi satu kriteria berikut :
Kriteria 1 ISK asimptomatik :
Pasien pernah memakai keteter urine dalam waktu 7 hari
sebelum biakan urine
Tes konfirmasi mayor positif
Simtom ISK negative
Catatan :
55
Kultur positif dari ujung keteter tidak dapat digunakan untuk
tes diagnostic ISK
Kultur posotif dari urin yang diambil dari kantong pengumpul
urin tidak dapat digunakan untuk tes diagnostic ISK
Specimen kultur urin harus didapatkan dengan teknik yang
benar, misalnya clean catch collection untuk specimen urin
pancar tengah, atau kateterisasi
Pada bayi, specimen diambil dengan cara kateterisasi
kandung kemih atau aspirasi supra public
Infeksi Saluran Kemih lainnya
(Ginjal, ureter, kandung kemih, uretra dan jaingan sekitar
rettroperitonial atau rongga perinefrik) harus memenuhi sekurang-
kurangnya satu criteria terkait organ diatas sebagai berikut :
a. Kriteria 1 ISK lain :
Ditemukan kultur kuman yang positif dari cairan (selain urin)
atau jaringan terinfksi
b. Kriteria 2 ISK lain :
Ditemukan kultur kuman yang positif dari cairan (selain urin)
atau jaringan terinfksi yang ditemukan baik pada pemeriksaan
langsung, selama pembedahan atau dengan pemeriksaan
histopatologis
c. Kriteria 3 ISK lain :
Ditemukan paling sedikit dua dari tanda atau gejala sebagai
berikut :
Demam (>38ºC)
Nyeri lokal
Nyeri tekan pada daerah yan dicurigai terinfeksi dan
sekurang-kurangnya terdapat paling sedikit satu hal berikut :
- Drainase pus dari tempat yang dicurigai terinfeksi
- Kuman yang tumbuh pada kultur darah sesuai dengan
kumanvdari tempat diduga infeksi
- Terdapat bukti adanya infeksi pada pemeriksaan radiologi
(USG, CT Scan, MRI, Radiolabel Scan)
- Diagnosis infeksi dari dokter yang menangani
- Dokter yang menangani memberikan pengobatan anti
mikroba yang sesuai jenis infeksinya
6) Faktor Resiko ISK
Faktor resiko untuk terjadinya ISK adalah penderita terpasang
keteter, sedangkan faktor-faktor lain berkaitan dengan :
Kondisi pasien (faktor intrinsic) : komorbiditas penderita
(misalnya DM) kondisi penurunan daya tahan tubuh (misalnya
malnutrisi) kondisi organic (misalnya obstruksi, disfungsi
kandung kemih, refluks)
Prosedur pemasangan : teknik pemasangan, ukuran keteter
7) Data surveilans ISK
Pupolasi utama surveilans ISk adalah penderita yang terpasang
keteter menetap. Data-data lain adalah data-data yang
berhubungan dengan faktor resiko, data-data diagnostic dan
56
lama pemasangan keteter, yang nanti akan dijadikan
denominator dalam perhitungan laju infeksi.
Demam
UMUM Usia < 1 tahun
Demam
Urgensi
Tanda) ISK
(Gejala dan
Hipotermi
SIMTOM
Frekuensi
Apneu
Disuria
Dipstik lekosit esterase
Bradikardi
Nyeri Supra
atau nitrit positif
Letargia
Publik
MAYOR piuri :MINOR
Lekosit ≥ 10/mm
Muntah-muntah
atau ≥3/LPB unspun-
Kultur urin urine
KONFIRMASI
KONFIRMASI MAYOR 1X 2X
ISKAs ISKAs
KRITERIA 1 KRITERIA 2
57
UMUM USIA ≥1 TAHUN
Drainase pus
Kuman kultur darah = kuman kulur lokal
Bukti infeksi radiologis
Diagnosis
Terapi ani mikroba dokter
Keterangan :
Tes konfirmasi merupakan tes-tes yang membantu memastikan
adanya ISK
- Tes konfirmasi mayor merupakan pemeriksaan kultur kuantitatif
yang menghasikan jumlah koloni yang sedikit kemungkinan terjadi
akibat kontaminasi
- Tes kontaminasi minor merupakan pemeriksaan atau bukti ISK
dengan keakuratan yang kurang sebagai tanda adanya ISK
- Tes konfirmasi minor dapat berupa : tes-tes kultur kuantitatif
dengan jumlah koloni yang meragukan adanya infeksi,
pemeriksaan urin untuk melihat adanya kemungkinan ISK tanpa
melakukan kultur, dan keyakinan klinisi berdasarkan
profesionalitasnya
Urin akiran tengah (midstream) adalah spesimen urin yang diambil
dengan cara membuang aliran pertama, dan aliran pancar tengah
yang akhirnya dijdikan bahan pemeriksaan
Specimen untuk kultur urin harus didapat dengan teknik yang
benar, misalnya clean catch collection untuk specimen urin pancar
tengah ata keteterisasi
Clean catch collection adalah teknik pengambilan urin pancar tengah
yang terutama diambil secara spontan. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi kontaminasi sampel flora yang biasa terdapat pada
muara dan urethra sekitarnya.
b. Phlebitis
a. Definisi
Phlebitis dalam klasifikasi HAIs oleh CDC, dikelompokan dalam CVS-
VASC (Arterial or venous infection
b. Kriteria phlebitis
58
Infeksi arteri atau vena harus memenuhi minimal 1 dari Kriteria
berikut :
Hasil kultur positif dari arteri atau vena yang diambil saat operasi
Terdapat bukti infeksi dari arteri atau vena yang terlibat saat
operasi atau berdasarkan bukti histopatologik
Pasien minimal mempunyai 1 gejala dan tanda bukti, tanpa
diketemukan penyebab lainnya:
- Deman >38ºC, sakit, eritema, atau panas pada vaskuler yang
terlibat
- Kultur semi kuantitatif dari ujung kanula intravaskuler tumbuh
>15 koloni mikroba
- Kultur darah tidak dilakukan atau hasil negative
Adanya aliran nanah pada vaskuler yang terlibat
c. Petunjuk pelaporan
Infeksi dari transplantasi arteri-vena, shunt, atau fistula atau
lokasi kanulasi vaskuler dengan hasil kultur darah positif,
dialporkan sebagai IAPD
Keterangan :
Yang dimaksud mikroba pathogen pada criteria 1 misalnya adalah :
S. Aureus, Enterococcus spp, E coli, Psudomonas spp, Klebsiella spp,
candida spp dan lain-lain
Yang dimaksud dengan flora kulit adalah mikroba kontaminan kulit
yang umum, misalnya difteroid (corynebacterium spp), Bacillus spp,
Propionibacterium spp, CNS termasuk Staph. Epidermis,
Streptococcus viridians, Aerococcus spp, Mocrococcus spp.
Hasil kultur darah pada criteria 2 dan 3, arti “≥2” kultur darah : 2
spesimen darah diambil dari lokasi yang berbeda dengan jeda waktu
tidak lebih dari 2 hari.
c. Dekubitus
Kriteria infeksi decubitus :
Infeksi decubitus harus mempunyai 2 gejala dan tanda berikut, yang
tidak diketahui peenyebab lainnya : kemerahan, sakit, atau
pembengakakan di tepi luka dekubitus
Minimal ditemukan 1 dari bukti berikut :
Hasil kultur posiif dari cairan atau jaringan yang diambil secra benar
Hasil kultur darah positif
Keterangan :
Adanya cairan puruken semata, belum cukup sebagai bukti infeksi
Kultur positif ari permukaan dekubitus belum cukup sebagai bukti
infeksi. Specimen kultur yang berupa cairan harus diambil dari
bagian dalam luka dekubitus dengan menggunakan jarum aspirasi.
Specimen jaringan diambil dengan cara biopsy tepian ulkus.
d. Scabies
59
a. Etiologi : Sarcopater Scabies Subsp. Hominis
b. Cara penularan : kontan erat penderita
c. Masa inkubasi : 4-6 minggu
d. Uji diagnostic : identifikasi tungau atau telur dari kerokan kulit
e. Tindakan pencegahan dan pengendalian :
- Contract Precautions dengan cara melakukan kebersihan tangan
dan sarung tangan jika kontak dengan sumber infeksi
- Terapi profilaksis untuk anggota keluarga yang lain
- Seprai dan pakaian yang dipakai selama 4 hari sebelum
dimulainya terapi harus dicuci didalam air hangat
e. Panu
a. Etiologi : Malassezia furfur atau Pityrosporum orbiculare
b. Cara penularan : Penyebaran melalui kontak badan, pakaian,
selimut dan handuk.
c. Masa inkubasi : 4-6 minggu
d. Uji diagnostic : Identifikasi sapuhan kulit terinfeksi panu, jika positif
terinfeksi jamur Malassezia furfur ditemukan spora dan hifa dalam 5-
10 lapang pandang.
e. Tindakan pencegahan dan pengendalian :
- Kontak Precautions dengan cara melakukan kebersihan tangan
dan sarung tangan jika kontak dengan sumber infeksi
- Seprai, sarung bantal, dan handuk yang dipakai selama 4 hari
sebelum dimulainya terapi harus dicuci didalam air hangat
- Menjaga kebersihan kulit dengan mandi dan mengganti baju 2 kali
sehari
- Tidak menggunakan sabun batangan secara bergantian, untuk
lebih aman gunkan sabun cair
- Menjaga kelembapan kulit
- Tidak menggunakan handuk secara bersamaan, dan handuk
dikeringkan setelah digunakan
f. Kutu
a. Etiologi : Pediculus Humanus
b. Cara penularan : penyebaran melalui kontak badan, pakaian, atau
peralatan lainnya.
c. Masa inkubasi : 4-6 minggu
d. Uji diagnostic : identifikasi tungau atau telur dari rambut di kepala
e. Tindakan pencegahan dan pengendalian :
- Kontak Precautions dengan cara melakukan kebersihan tangan
dan sarung tangan jika kontak dengan sumber infeksi
- Seprai dan sarung bantal yang dipakai selama 4 hari sebelum
dimulainya terapi harus dicuci didalam air hangat
- Tidak menggunakan sisir secara bersamaan
- Tidak menggunakan handuk secara bersamaan
- Keramas setiap 2 hari sekali dengan menggunakan shampo (pagi
hari)
5. Manajemen Surveilans
60
a. Identifikasi kasus
Surveilans yang dilakukan Rumah Sakit Pratama Waesala adalah
surveilans aktif yaitu kegiatan yang secara khusus dilakukan untuk
mencari kasus IRS oleh orang-orang yang telah terlatih. Komite/Tim
PPI tersebut mencari data sebagai sumber untuk mengumpulkan
informasi dan memutuskan apakah terjadi IRS atai tidak. Juga kasus
IRS didapatkan berdasarkan klinis pasien atau temuan laboratorium
dengan menelaah faktor resiko, memantau prosedur perawatan
pasien yang terkait dengan prinsip-prinsip pencegahan dan
pengendalian infeksi. Dalam hal ini diperlukan pengamatan langsung
diruang perawatan dan diskusi dengan dokter atau perawat yang
merawat.
Surveilans yang berdasarkan pada temuan laboratorium, semata-mata
didasarkan pada atau hasil pemeriksaan laboratorium atas sediian
klinik. Oleh karena itu infeksi yang tidak dikultur yaitu didiagnosis
secara klinik ( berdasarkan gejala dan tanda klinik) saja, seperti
spesies dapat terlewatkan, sementara hasil biakan positif tanpa
konfirmasi klinik dapat secara salah diinterpretasikan sebagai IRS
(misalnya hasil positif hanya merupakan kolonisasi dan bukan
infeksi).
Pengumpulan data dan pencatatan data dilakukan oleh Tim PPI RSKD
dan pelaksanaannya dilakukan oleh IPCN dibantu IPCLN.
Surveilans IRS difokuskan pada ISK, Plebitis dan infeksi dekubitus.
Komite/Tim PPI harus memiliki akses yang luas atas sumber data
serta perlu mendapatkan kerja sama dari semua unit/ruangan di
RSKD, agar dapat melaksanakan surveilans denga baik atau
melaksanakan penyelidikan suatu KLB.
Sumber dari dokter, perawat, pasien maupun keluarga pasien, dari
farmasi, catatan medic catatan perawat, untuk mengingatkan
Komite/Tim PPI kepada suatu infeksi baru dan juga mencari rujukan
mengenai cara pencegahan dan pengendaliannya.
61
1) Catatan masuk/keluar/pindah rawat, catatan laboratorium
2) Mendatangi bangsal pasien untuk mengamati dan berdiskusi
dengan perawat
3) Data-data pasien (catatan kertas atau computer) untuk
konfirmasi kasus :
Hasil laboratorium dan radilogi/imaging
Catatan perawat, dokter dan konsulan
Diagnosis saat masuk RS
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
Catatan diagnostic
Catatan suhu
Informasi pemberian antibiotic
4) Bagaimana IPCD mengumpulkan data numerator
a) Amati catatan masuk/keluar/pindah rawat pasien-pasien yang
masuk denga infeksi, tempatkan mereka pada kelompok resiko
mendapatkan IRS.
b) Review laporan laboratorium untuk melihat pasien yang
kemungkinan terinfeksi (misalnya kultur positif mikrobiologi,
temuan patologi, dan bicarakan dengan petugas laboratorium
untuk mengindentifikasikan pasien yang kemungkinan terinfeksi
dan untuk mengidentifikasi kluster infeksi, khususnya pada area
yang tidak dijadikan target rutin surveilans IRS.
c) Selama melakukan surveilans ke ruangan, amati lembar
pengumpulan data, catatan suhu, lembar pemberian antibiotic,
dan catatan medis pasien, bicara dengan perawat dan dokter
untuk mencoba mengindentifikasi pasien-pasien yang
kemungkinan terinfeksi.
d) Lakukan review data pasien yang diduga tekena IRS : review
perjalanan penyakit yang dibuat oleh dokter dan perawat, data
laboratorium, laporan radiologi/imaging, dsb. Review dengan
keliling ruangan sangat penting untuk surveilans, pencegahan
dan control aktifitas.
e) Review juga dilakukan dari sumber kumpulan data lengkap IRS.
62
1) Untuk laju densitas insiden yang berhubungan dengan alat :
datangi area perawatan pasien untuk mendapatkan hitungan
harian dari jumlah pasien yang datang dan jumlah pasien yang
tepasang alat yang umumnya berhubungan dengan kejadian IRS
(misal : sentral line, keteter menetap).
d. Bagaimana mengumpulkan data denominator
Untuk mengumpulkan laju densitas yang berhubunga dengan alat :
catatan harian jumlah pasein yang datang dan jumlah pasien yang
terpasang masing-masing alat.
d. Penghitungan
1) Numerator
Angka kejadian infeksi dan perlu data untuk dicatat.
Terdapat tiga kategori yang peril dicatat atas seorang pasien dengan
IRS, yaitu : data demografi, infeksinya sendiri dan data
laboratorium.
2) Denominator
Data yang peril dicatat.
Denominator dari infection rates adalah tabulasi dari data pada
kelompok pasien yang memiliki resiko untuk mendapat infeksi :
Jumlah pasien dan jumlah hari rawat pasien
Jumlah total hari pemakaian keteter vena periferi dan
Jumlah hari pemakaian keteter urin menetap
3) Pencatatan data
Metode yang dipakai dalam surveilans IRS ini adalah metode target
surveilans aktif dengan melakukan kunjungan lapangan (bangsal).
Dilakukan identifikasi keadaan klinik pasien, ada tindakannya
tanda-tanda infeksi, dan faktor-faktor resiko terjadinya infeksi. Bila
ditemukan tanda-tanda infeksi dan faktor-faktor resiko dilakukan
pemeriksaan laboratorium sebagai pemeriksaan penunjang. Kalau
kegiatan penemuan kasus dengan mengakses data dari meja
kerjanya.
Biasanya, penemuan kasus dimulai dengan menelusuri daftar
pasien baru masuk dengan infeksi maupun tidak infeksi (baik
infeksi komunitas maupun IRS pada perawatan sebelumnya) dan
pasien-pasien yang mempunyai resiko untuk mendapatkan IRS,
seperti pasien diabetes atau pasien dengan penyakit imunosupresi
kuat. Selanjutnya, mengunjungi laboratorium untuk melihat
laporan pemeriksaan. Hal ini dapat membantu Komite/Tim PPI
menentukan pasien mana yang perlu ditelaah setelah lebih lanjut.
Dibangsal melakukan observasi klinis pasien laporan keperawatan,
grafik suhu, lembar pemberian antibiotic. Untuk mendapatkan data
yang lebih akurat dapat melakukan wawancara denga dokter,
perawat dan pasien maupun keluarganya. Kunjungan rutin ke
bangsal dan laboratorium ini member kesempatan kepada
Komite/Tim PPI untuk mengadakan kontak langsung dengan
petugas perawatan atau laboratorium, untuk mendapat gambaran
adanya IRS serta gambaran penerapan keadaan umum pada saat
63
itu serta memberikan bimbingan langsung pendidikan tentang
pencegahan dan pengendalian infeksi pada umumnya atau
kewaspadaan standar pada khususnya.
4) Sumber data dan teknik pengumpulan data
Sumber data :
1) Catatan medis/catatan perawat
2) Catatan hasil pemeriksaan penunjang (Labortorium dan
Radiologi)
3) Pasien/keluarga pasien
4) Farmasi
5) Rekam medik
Teknik pengumpulan data :
1) Pengumpulan data denominator dan numerator dilakukan
IPCN yang dibantu oleh IPCLN
2) Data denominator dikumpulkan setiap hari.
Jumlah kasus
Jumlah Dekubitus
kasus Panu
Insiden
Insidenrate
rateDekubitus
Panu = = X 1000 X 1000
Jumlah Jumlah
lama hari rawat
lama haritirah baring
rawat
5) Analisa data
Menentukan dan menghitung laju.
Laju adalah suatu probabilitas suatu kejadian.
Biasanya dinyatakan dalam formula sebagai berikut :
X = Numerator, adalah jumlah kali kejadian selama kurun
waktu tertentu
Y = denominatori, adalah jumlah populasi dari kelompok yang
mengalami kejadian tersebut berasal selama kurun
waktu yang sama
K = angka bulat yang dapat membantu angka laju, dapat degan
mudah dibaca (100, 1000 atau 10.000)
3) Incidence density
Adalah rata-rata instan dimana infeksi terjadi, relative terhadap
besaran populasi yang bebas infeksi. Incidence density dalam
satuan jumlah kasus penyakit per satuan orang per satuan
waktu.
Contoh popular dari Incidence Density Rates (IDR) yang sering
dipakai dirumah sakir adalah jumlah IRS per 1000 pasien/hari.
Incidence Density sangat berguna terutama pada keadaan sebagai
berikut :
a. Sangat berguna bila laju infeksinya merupakan fungsi linier
dari waktu panjang yang dialami pasien terhadap faktor resiko
(misalnya semakin lama pasien terpajan, semakin besar resiko
mendapat infeksi)
Contoh Incidence Density Rate (IDR) :
Jumlah kasus ISK/jumlah hari pemasangan keteter.
Lebih baik daripada Incidence Rate (IR) dibawah ini.
65
Jumlah ISK jumlah pasien yang terpasang keteter urin.
Oleh karena itu IDR dapat mengontrol lamanya pasien terpajan
oleh faktor resikonya (dalam hal ini pemasangan keteter urin)
yang berhubungan secara linier denga resiko infeksi.
b. Jenis laju lain yang sering digunakan adalah Atack Rate (AR)
yaitu suatu bentuk khusus dari incidence rate. Biasanya
dinyatakan dengan pesen (%) dimana K = 100 dan digunakan
hanya pad KLB IRS yang mana pajanan tehadap suatu populasi
tertentu terjadi dalam waktu pendek.
Surveilans merupakan kegiatan yang sangat membutuhkan waktu
dan menyita hampir separuh waktu kerja IPCN sehingga
membutuhkan penuh waktu (full time). Dalam hal ini bantuan
computer akan sangat membantu, terutama akan meningkatkan
efisiensi pada saat analisis. Besarnya data yang harus
dikumpulkan dan kompleksitas cara analisisnya merupakan
alasan mutlak untuk menggunakan fasilitas computer, meski
dirumah sakit kecil sekalipun. Lagi pula sistem surveilans tidak
hanya berhadapan dengan masalah diwaktu sekarang saja, tetapi
juga harus mengantisipasi tantangan di masa depan.
66
kuman penyakit dari bagian tubuh yang satu ke dalam bagian
tubuh yang lain dari pasien.
Meskipun tidak mungkin untuk mengontrol semua faktor tersebut
diatas, namun harus dapat disadari pengaruh faktor-faktor tersebut
terhadap angka laju infeksi serta mempertimbangkan hal tersebut
pada saat membuat interpretasi.
Memeriksa kelayakan peralatan pelayanan medis.
Utilisasi alat (Device utilization = DU) didefinisikan sebagai berikut :
Pelaporan
Laporan sebaiknya sistematik, tepat waktu, informative. Data dapat
disajikan dalam berbagai bentuk, yang penting mudah dianalisa dan
di interpretasi. Penyajian data harus jelas, sederhana, dapat
dijelaskan sendiri. Bisa dibuat dalam bentuk table, dan grafik.
Pelaporan dengan narasi singkat.
Tujuan :
Memperlihatkan pola IRS dan perubahan yang terjadi (trend)
Memudahkan analisis dan interpretasi data
Laporan dibuat secara periodic, setiap bulan, triwulan, semester dan
tahunan
Desiminasi
Suveilans didesiminasikan kepada yang berkepentingan untuk
melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi. Oleh sebab itu
hasil surveilans angka infeksi harus disampaikan kepada seluruh
anggota Komite, Direktur RS, ruangan/unit terkait secara
berkesinambungan. Disamping itu juga perlu didesiminasikan kepada
kepala unit terkait dan penanggung jawab ruangan beserta staf
berikut rekomendasinya.
Oleh karena itu mengandung hal yang sangat sensitive, maka data
yang dapat mengarah ke pasien atau perawatan harus benar-benar
terjaga kerahasiaannya. Dibeberapa Negara data seperti ini bersifat
rahasia. Data seperti ini tidak digunakan memberikan sanksi tetapi
hanya digunakan untuk tujuan perbaikan mutu pelayanan.
Tujuan desiminasi agar pihak terkait dapat memanfaatkan informasi
tersebut untuk menetapkan strategi pengendalian IRS. Laporan
didesiminasikan secara periodic bulanan, triwula, dan tahunan.
Bentuk penyampaian dapat secara lisan dalam pertemuan, tertulis,
dan papan bulletin.
68
BAB V
LOGISTIK
69
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
70
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. PENGERTIAN
B. TUJUAN
C. SASARAN
Sasaran K3 RS meliputi:
1. Rumah sakit
2. Karyawan RS
3. Pasien dan pengunjung RS
71
D. PENYELENGGARAAN
Pelaksanaan program K3 RS disesuaikan dengan peraturan K3 RS yang
berlaku di RSP Waesala
E. EVALUASI
Monitoring pelaksanaan K3 RS dilakukan secara periodic dan kontinyu
72
BAB VIII
PENINGKATAN MUTU DAN PROGRAM EDUKASI
A. MONITORING
73
B. EVALUASI
74
BAB IX
75
BAB X
PENUTUP
76
DAFTAR PUSTAKA
77