Anda di halaman 1dari 20

INISIASI 4

APLIKASI FUNGSI LINIER


DI BIDANG EKONOMI

A. APLIKASI PADA FUNGSI PERMINTAAN DAN PENAWARAN


1. Fungsi Permintaan dan Penawaran
Permintaan konsumen terhadap suatu barang (Qd) dipengaruhi oleh banyak faktor
meliputi: harga barang itu sendiri atau price (Px), tingkat pendapatan konsumen atau
income (I); harga barang lain berupa barang subtitusi dan barang komplementer (Py);
selera atau taste (T); ekspektasi kondisi dimasa depan (E); dan lain sebagainya. Secara
matematis hubungan tersebut dinyatakan dengan sebuah fungsi yang disebut fungsi
permintaan yaitu:

Qd = f(Px, I, Py, T, E)

Dalam analisis teori mikro ekonomi, hubungan yang dikaji terutama adalah
hubungan antara jumlah barang yang diminta (Qd) dengan harga barang itu sendiri (Px),
dengan membuat asumsi faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan selain harga
dianggap tidak berubah (cateris paribus). Penyederhanaan ini bertujuan agar fungsi
permintaan lebih mudah untuk dianalisis serta dapat dijelaskan menggunakan kurva.
Berdasarkan asumsi cateris paribus, fungsi permintaan didefinisikan sebagai berikut:
Fungsi permintaan  Fungsi atau persamaan matematis yang menunjukkan hubungan
atau keterkaitan antara harga (price) suatu produk/barang dengan jumlah (quantity)
barang yang diminta atau bersedia dibeli oleh konsumen.
Hukum permintaan menyatakan jika harga barang meningkat maka jumlah
barang yang diminta akan berkurang. Dengan demikian, hukum permintaan
menjelaskan adanya hubungan yang berbanding terbalik antara harga dan jumlah yang
diminta. Semakin tinggi harga barang, maka semakin sedikit jumlah barang yang akan
dibeli konsumen, dan sebaliknya. Oleh karena itu fungsi permintaan mempunyai
kemiringan (slope) yang negatif. Bentuk umum fungsi permintaan dengan jumlah
barang yang diminta (Qd) dinyatakan sebagai fungsi dari harga (Px) atau Qd = f(Px)
adalah sebagai berikut:

Qd = f(Px) = a – bPx

Jika harga (Px) dinyatakan sebagai fungsi dari jumlah barang yang diminta (Qd) atau Px
= f(Q) maka fungsi permintaannya menjadi:

1 | Matematika Ekonomi/ESPA4122
Pengembang: Marhazni, SE., MM
Email: Marhazni01@gmail.com
INISIASI 4
APLIKASI FUNGSI LINIER
DI BIDANG EKONOMI

Px = f(Qd) = a/b – 1/bQd

Bentuk umum fungsi permintaan diatas dapat diterjemahkan ke dalam kurva


permintaan yaitu kurva yang menggambarkan hubungan antara berbagai tingkat harga
suatu jenis barang dengan jumlah barang yang diminta oleh konsumen sebagai berikut:
P

a/b
Kurva Permintaan

Qd
0 a

Fungsi penawaran menggambarkan hubungan antara jumlah barang yang


ditawarkan produsen dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sebagaimana
permintaan, jumlah penawaran terhadap suatu barang (Qs) juga dipengaruhi oleh banyak
faktor meliputi: harga barang itu sendiri, harga barang lain biaya produksi, tujuan
operasi/produksi perusahaan, teknologi yang digunakan, dan lain sebagainya. Seperti
teori permintaan, teori penawaran juga memfokuskan perhatiannya terhadap harga
barang itu sendiri (Px) dalam hubungannya dengan jumlah barang yang ditawarkan (Qs)
dengan mengasumsikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi penawaran selain harga
dianggap konstan (cateris paribus). Berpijak pada asumsi cateris paribus, fungsi
penawaran dapat didefinisikan sebagai berikut:
Fungsi Penawaran  Fungsi atau persamaan matematis yang menunjukkan hubungan
atau keterkaitan antara harga (price) suatu produk/barang dengan jumlah (quantity)
barang yang bersedia dihasilkan (dijual) oleh produsen (penjual).
Hukum penawaran menyatakan jika harga suatu barang meningkat maka jumlah
barang yang ditawarkan oleh produsen akan bertambah, dan sebaliknya. Dengan
demikian, hukum penawaran menjelaskan adanya hubungan yang searah antara harga
barang dengan jumlah barang yang ditawarkan produsen. Semakin tinggi harga barang,
maka semakin banyak jumlah barang yang bersedia dijual oleh produsen, dan
sebaliknya. Oleh karena itu, fungsi penawaran mempunyai kemiringan (slope) yang
positif. Fungsi penawaran dinyatakan sebagai berikut:
2 | Matematika Ekonomi/ESPA4122
Pengembang: Marhazni, SE., MM
Email: Marhazni01@gmail.com
INISIASI 4
APLIKASI FUNGSI LINIER
DI BIDANG EKONOMI

Qs = f(Px) = -a + bPx Konstanta a dapat bernilai positif atau negatif

Jika harga (Px) dinyatakan sebagai fungsi dari jumlah barang yang ditawarkan (Qs),
maka fungsi penawarannya menjadi:

Px = f(Qs) = a/b + 1/bQs

Bentuk umum fungsi penawaran tersebut dapat diterjemahkan ke dalam kurva


penawaran yaitu kurva yang menggambarkan hubungan antara berbagai tingkat harga
suatu jenis barang dengan jumlah barang yang ditawarkan produsen sebagai berikut:

Kurva Penawaran

a/b

Qs
-b 0

Dengan menggunakan metode dua titik (dua koordinat), fungsi penawaran dan
fungsi permintaan di atas dapat ditentukan sebagai berikut:

P – P1 Q – Q1 Q2 – Q1
= Atau Q – Q1 = x (P – P1)
P2 – P1 Q2 – Q1 P2 – P1

Contoh Kasus 1: Pada harga Rp 50, jumlah barang yang ditawarkan produsen
sebanyak 120 unit, sedangkan jumlah yang diminta pembeli sebanyak 150 unit. Ketika
harga naik menjadi Rp. 80 jumlah barang yang ditawarkan produsen meningkat menjadi
150 unit, sedangkan jumlah yang diminta pembeli turun menjadi 120 unit. Tentukan
fungsi penawaran dan fungsi permintaan barang tersebut!
Penyelesaian:
▪ Fungsi penawaran produk
P1 = 50  Q1 = 120
P2 = 80  Q2 = 150
3 | Matematika Ekonomi/ESPA4122
Pengembang: Marhazni, SE., MM
Email: Marhazni01@gmail.com
INISIASI 4
APLIKASI FUNGSI LINIER
DI BIDANG EKONOMI

P - 50 Q - 120
Qs = =
80 - 50 150 - 120
P - 50 Q - 120
Qs = =
30 30
30(P – 50) = 30(Q – 120)
30P – 1500 = 30Q – 3600
30P = 30Q – 3600 + 1500
30P = 30Q – 2100
P = -70 + Q atau Q = 70 + P  Fungsi Penawaran
▪ Fungsi permintaan produk:
P1 = 50  Q1 = 150
P2 = 80  Q2 = 120

P - 50 Q - 150
Qs= =
80 - 50 120 - 150
P - 50 Q - 150
Qs = =
30 -30
-30(P – 50) = 30(Q – 150)
-30P + 1500 = 30Q – 4500
-30P = 30Q – 6000
P = 200 – Q atau Q = 200 – P  Fungsi Permintaan

Contoh Kasus 2: Pada harga sebesar 500, jumlah barang yang ditawarkan produsen
sebanyak 200 unit, sedangkan jumlah yang diminta pembeli sebanyak 125 unit. Ketika
harga turun menjadi Rp. 400 jumlah barang yang ditawarkan produsen menjadi 175
unit, sedangkan jumlah yang diminta pembeli turun menjadi 150 unit. Tentukan fungsi
penawaran dan fungsi permintaan barang tersebut!
Penyelesaian:
▪ Fungsi penawaran produk
P1 = 500  Q1 = 200
P2 = 400  Q2 = 175

P - 500 Q - 200
Qs = =
400 - 500 175 - 200
P - 500 Q - 200
Qs = =
-100 -25
-25(P – 500) = -100(Q – 200)
-25P + 12500 = -100Q + 20000
4 | Matematika Ekonomi/ESPA4122
Pengembang: Marhazni, SE., MM
Email: Marhazni01@gmail.com
INISIASI 4
APLIKASI FUNGSI LINIER
DI BIDANG EKONOMI

-25P = -100Q + 20000 – 12500


-25P = -100Q + 7500
P = -300 + 4Q atau Q = 75 + 0,25P  Fungsi Penawaran
▪ Fungsi permintaan produk:
P1 = 500  Q1 = 125
P2 = 400  Q2 = 150

P - 500 Q - 125
Qs = =
400 - 500 150 - 125
P - 500 Q - 125
Qs = =
-100 25
25(P – 500) = -100(Q – 125)
25P - 12500 = -100Q +12500
25P = -100Q + 25000
P = 1000 – 4Q atau Q = 250 – 0.25P  Fungsi Permintaan

2. Keseimbangan Pasar
Pasar berada pada posisi keseimbangan (equilibrium) apabila jumlah barang yang
diminta oleh konsumen di pasar sama dengan jumlah barang yang ditawarkan oleh
penjual atau pada saat harga yang bersedia dibayar konsumen sama dengan harga yang
diinginkan oleh penjual. Secara matematis, keseimbangan pasar terjadi pada saat fungsi
permintaan (Qd) sama dengan fungsi penawaran (Qs) atau Qd = Qs. Jika fungsi
permintaan dinyatakan dengan Qd = a – bP dan fungsi penawaran dinyatakan dengan
Qs = -a + bP, maka keseimbangan pasar secara matematis adalah:

Qd = Qs
a – bP = -a + bP

Keseimbangan pasar dapat digambarkan dengan menggunakan kurva


keseimbangan pasar seperti pada gambar berikut.

5 | Matematika Ekonomi/ESPA4122
Pengembang: Marhazni, SE., MM
Email: Marhazni01@gmail.com
INISIASI 4
APLIKASI FUNGSI LINIER
DI BIDANG EKONOMI

Qs

E
PE

Qd
Q
0 QE

Dimana: E adalah titik ekuilibrium (equilibrium point); PE adalah harga keseimbangan;


QE adalah jumlah/kuantitas keseimbangan.
Contoh Kasus 3: Misalkan fungsi permintaan pasar produk A adalah Qd = 1000 – 2P,
sedangkan fungsi penawarannya adalah Qs = –500 + 3P. Tentukan harga keseimbangan
(PE) dan kuantitas keseimbangan (QE) produk tersebut.
Penyelesaian:
Qd = Qs
1000 – 2P = -500 + 3P
-5P = -1500
P = -1500 / 5 = 300  Harga keseimbangan PE = 300
Kuantitas keseimbangan (QE):
Q = 1000 – 2P
Q = 1000 – 2(300) = 400  Kuantitas keseimbangan QE = 400
Dengan demikian keseimbangan pasar akan tercapai pada tingkat harga (PE) sebesar
300/unit, dan jumlah yang diperjualbelikan (QE) sebanyak 400 unit. Grafik
keseimbangan pasarnya adalah sebagai berikut:

500

E
PE = 300

166,67

Q
0 QE = 400 1000

6 | Matematika Ekonomi/ESPA4122
Pengembang: Marhazni, SE., MM
Email: Marhazni01@gmail.com
INISIASI 4
APLIKASI FUNGSI LINIER
DI BIDANG EKONOMI

Contoh Kasus 4: Misalkan fungsi permintaan pasar terhadap suatu produk ditunjukkan
oleh P = 15 – Q, sedangkan fungsi penawarannya ditunjukkan oleh P = 3 + 0,5Q.
Tentukan keseimbangan pasar dan gambarkan kurvanya.
Penyelesaian:
Fungsi Permintaan: P = 15 – Q  Q = 15 – P
Fungsi Penawaran : P = 3 + 0,5Q  Q = -6 + 2P
Kuantitas keseimbangan (QE):
Ps = Pd
15 – Q = 3 + 0,5Q
12 = 1,5Q
Q = 8  Jadi kuantitas keseimbangan QE = 8
Harga Keseimbangan (PE):
P = 15 – Q
P = 15 – 8 = 7  Jadi harga keseimbangan PE = 7
Dengan demikian keseimbangan pasar akan tercapai pada tingkat harga (PE) sebesar
7/unit, dan jumlah yang diperjualbelikan (QE) sebanyak 8 unit. Grafik keseimbangan
pasarnya adalah sebagai berikut:
P

15 Qs

E
PE = 7

3 Qd
Q
0 QE = 8 15

3. Pajak & Keseimbangan Pasar


Pajak penjualan atas suatu barang akan menyebabkan harga jual barang tersebut
menjadi lebih mahal. Produsen yang pada awalnya menjadi wajib pajak akan berusaha
mengalihkan sebagian atau seluruh beban pajak tersebut kepada konsumen dengan cara
menaikkan harga jual produk yang dikenai pajak tersebut. Akibatnya harga
keseimbangan pasar menjadi lebih tinggi daripada harga keseimbangan sebelum ada
pajak. Besar kecilnya kemampuan produsen mengalihkan beban pajak kepada
konsumen ditentukan oleh sifat permintaan terhadap produk. Semakin elastis sifat
7 | Matematika Ekonomi/ESPA4122
Pengembang: Marhazni, SE., MM
Email: Marhazni01@gmail.com
INISIASI 4
APLIKASI FUNGSI LINIER
DI BIDANG EKONOMI

permintaan produk maka semakin kecil kemampuan produsen mengalihkan beban


pajak, sebaliknya semakin kurang elastis sifat permintaan maka semakin besar
kemampuan produsen mengalihkan beban pajak.
Dampak pajak terhadap keseimbangan pasar dibedakan atas: (a) Dampak pajak
spesifik (pajak tetap); (b) Dampak pajak fungsional (pajak proporsional). Masing-
masing jenis pajak akan memiliki dampak yang berbeda terhadap kurva penawaran.

a. Pajak Spesifik Dan Keseimbangan Pasar


Pajak spesifik (pajak tetap) adalah pajak yang dikenakan sebesar nominal tertentu
untuk setiap unit barang, misalnya Rp. 1000 perunit. Pajak spesifik disimbolkan dengan
Tx = t. Pengenaan pajak spesifik sebesar t atas setiap unit barang akan menyebabkan
kurva penawaran bergeser ke atas, dengan penggal yang lebih tinggi pada sumbu harga.
Dampak pajak spesifik secara matematis dapat dilihat dari perubahan pada fungsi
penawaran. Jika fungsi penawaran sebelum ada pajak dalam bentuk Q sebagai fungsi
dari P atau Q = f(P) adalah:

Q = f(P) = -a + bP

Setelah adanya pajak spesifik sebesar t per unit, maka fungsi penawaran di atas berubah
menjadi sebagai berikut:

Q = f(P - t) = -a + b(P - t)
Q = f(P - t) = -a + bP - bt

Jika fungsi penawaran dinyatakan dengan persamaan P sebagai fungsi dari Q atau P =
f(Q), maka bentuk fungsi penawarannya adalah sebagai berikut:

P = f(Q) = a/b + 1/bP

Setelah adanya pajak spesifik sebesar t per unit, maka fungsi penawarannya menjadi
sebagai berikut:

P = f(Q) + t = a/b + 1/bQ + t

Contoh Kasus 5: Dengan menggunakan fungsi permintaan dan fungsi penawaran


produk pada contoh kasus 4 sebelumnya, yaitu fungsi permintaan P = 15 – Q dan fungsi
penawaran P = 3 + 0,5Q. Misalkan sekarang pemerintah mengenakan pajak spesifik
8 | Matematika Ekonomi/ESPA4122
Pengembang: Marhazni, SE., MM
Email: Marhazni01@gmail.com
INISIASI 4
APLIKASI FUNGSI LINIER
DI BIDANG EKONOMI

sebesar Rp. 3 perunit (t = 3) terhadap produk tersebut, maka tentukanlah keseimbangan


pasar sebelum dan sesudah ada pajak spesifik.
▪ Penentuan keseimbangan pasar setelah ada pajak dengan P = f(Q):
Kuantitas keseimbangan (QE):
Pd = Ps
15 – Q = 3 + 0,5Q + 3
15 – Q = 6 + 0,5Q
9 = 1,5Q  Kuantitas keseimbangan setelah pajak QE = 6
Harga Keseimbangan (PE):
P = 15 – Q
P = 15 – 6 = 9  Harga keseimbangan setelah pajak PE = 9
▪ Penentuan keseimbangan pasar setelah ada pajak dengan Q = f(P):
Fungi permintaan: Qd = 15 – P
Fungsi penawaran: Qs = -6 + 2P
Fungsi penawaran setelah pajak:
Qs = -6 + 2(P – 3)
Qs = -6 + 2P – 6
Qs = -12 + 2P
Keseimbangan Pasar:
Qd = Qs
15 – P = -12 + 2P
15 + 12 = 2P + P
27 = 3P
P = 27 / 3 = 9  Harga keseimbangan setelah pajak PE = 9
Q = 15 – P
Q = 15 – 9 = 6  Kuantitas keseimbangan setelah pajak QE = 6
Dengan demikian keseimbangan pasar setelah ada pajak tercapai pada tingkat harga
(PE) sebesar 9 perunit, dan jumlah yang diperjualbelikan (QE) sebanyak 6 unit.
Sedangkan keseimbangan sebelum pajak seperti pada hasil perhitungan pada contoh
2 adalah PE = 7 dan QE = 8. Grafik keseimbangan pasarnya adalah sebagai berikut:

9 | Matematika Ekonomi/ESPA4122
Pengembang: Marhazni, SE., MM
Email: Marhazni01@gmail.com
INISIASI 4
APLIKASI FUNGSI LINIER
DI BIDANG EKONOMI

15 Qs2 (setelah pajak)

Qs1 (sebelum pa jak)


E2
9
E1
7
6

3 Qd
Q
0 6 8 15

b. Pajak Fungsional Dan Keseimbangan Pasar


Pajak proporsional ialah pajak yang tarifnya ditetapkan sebesar persentase tertentu
dari harga jual suatu barang dan disimbolkan dengan Tx = tP, dimana t adalah
persentase tarif pajak, dan P adalah harga barang. Dengan demikian, semakin tinggi
nilai jual suatu barang maka semakin besar nominal pajak yang harus dibayar.
Meskipun sama-sama mengakibatkan naiknya harga, namun dampak pajak fungsional
terhadap fungsi penawaran berbeda dengan dampak pajak spesifik. Jika fungsi
penawaran sebelum ada pajak adalah P = -a + bQ atau Q = a/b + 1/bP, dengan
dikenakannya pajak proporsional sebesar t% dari harga jual (tP), maka fungsi
penawaran setelah ada pajak dinyatakan dengan persamaan P sebagai fungsi Q menjadi
sebagai berikut:

P = a + bQ + tP
P – tP = a + bQ
(1 – t)P = a + bQ
P = (a / 1 – t) + (b / 1 – t)Q

Jika dinyatakan dalam bentuk Q sebagai fungsi P, maka fungsi penawarannya menjadi
sebagai berikut:

Q = -a/b + (1 – t / b)P

Contoh Kasus 5: Dengan menggunakan fungsi permintaan dan fungsi penawaran pada
contoh kasus 4 sebelumnya, yaitu fungsi permintaan P = 15 – Q dan fungsi penawaran P
= 3 + 0,5Q. Misalkan sekarang pemerintah mengenakan proporsional sebesar 25% dari

10 | Matematika Ekonomi/ESPA4122
Pengembang: Marhazni, SE., MM
Email: Marhazni01@gmail.com
INISIASI 4
APLIKASI FUNGSI LINIER
DI BIDANG EKONOMI

harga jual atau Tx = 0,25P. Tentukanlah keseimbangan pasar (PE dan QE) sesudah ada
pajak proporsional tersebut.
Penyelesaian:
Fungsi permintaan  P = 15 – Q  Q = 15 – P
Fungsi penawaran sebelum pajak  P = 3 + 0,5Q  Q = -6 + 2P
Fungsi penawaran setelah pajak dalam bentuk P = f(Q) dihitung sebagai berikut:
P = 3 + 0,5Q + 0,25P
P – 0,25P = 3 + 0,5Q
(1 – 0,25)P = 3 + 0,5Q
0,75P = 3 + 0,5Q
P = (3/0,75) + (0,5 / 0,75)Q
P = 4 + 2/3Q  Fungsi penawaran setelah pajak
Jika dinyatakan dalam bentuk Q = f(P) maka dihitung sebagai berikut:
Q = -6 + 2(P – 0.25P)
Q = -6 + 2P – 0.5P
Q = -6 + 1,5P  Fungsi penawarab setelah pajak

Keseimbangan pasar setelah pajak:


Qd = Qs atau Pd = Ps
15 – P = -6 + 1,5P
21 = 2,5P
P = 8,4  Jadi PE = 8,4
Kuantitas keseimbangan (QE) setelah pajak:
Q = 15 – P
Q = 15 – 8,4 = 6,6 Jadi QE = 6,6 unit
Dengan demikian keseimbangan pasar sebelum ada pajak PE = 7 dan QE = 8, sedangkan
keseimbangan pasar sesudah ada pajak proporsional sebesar 25% yaitu PE = 8,4 dan QE
= 6,6. Grafik keseimbangan pasar sebelum dan sesudah ada pajak adalah sebagai
berikut:

15 Qs2 (setelah pajak)

Qs1 (sebelum pa jak)


E2
8.4
E1
7
4

3 Qd
Q
-6 0 6,6 8 15

11 | Matematika Ekonomi/ESPA4122
Pengembang: Marhazni, SE., MM
Email: Marhazni01@gmail.com
INISIASI 4
APLIKASI FUNGSI LINIER
DI BIDANG EKONOMI

4. Subsidi dan Keseimbangan Pasar


Subsidi merupakan kebalikan atau lawan dari pajak, karena itu ia sering juga
disebut sebagai pajak negatif. Seiring dengan itu, pengaruhnya terhadap keseimbangan
pasar berbalikan dengan pengaruh pajak, sehingga kita bisa menganalisisnya seperti
ketika menganalisis pengaruh pajak. Subsidi yang diberikan atas produksi/penjualan
suatu barang menyebabkan harga jual barang tersebut menjadi lebih rendah. Dengan
adanya subsidi, produsen merasa ongkos produksinya menjadi lebih kecil sehingga ia
bersedia menjual lebih murah. Akibatnya harga keseimbangan pasar lebih rendah
daripada harga keseimbangan tanpa subsidi, dan jumlah keseimbangannya menjadi
lebih banyak.
Dengan pemberian subsidi sebesar s atas setiap unit barang yang dijual, maka
kurva penawaran akan bergeser sejajar ke bawah, dengan penggal yang lebih kecil
(lebih rendah) pada sumbu harga. Jika sebelum subsidi persamaan penawarannya P = a
+ bQ, maka sesudah subsidi persamannya akan menjadi P = a + bQ – s atau P = (a – s)
+ bQ. Dengan kurva penawaran yang lebih rendah, maka titik keseimbanganpun akan
bergeser menjadi lebih rendah.
Contoh Kasus 6: Jika fungsi permintaan akan suatu komoditas ditunjukkan oleh Q = 12
– 2P, sedangkan fungsi penawarannya Q = -4 + 2P. Kemudian pemerintah memberikan
subsidi sebesar Rp. 2,- untuk setiap unit barang, maka: (a) Hitunglah keseimbangan
pasar sebelum dan sesudah ada subsidi dan gambarkan grafiknya; (b) Hitunglah jumlah
subsidi yang harus dibayar oleh pemerintah dan besarnya masing-masing subsidi yang
dinikmati oleh produsen dan konsumen.
Penyelesaian:
Diketahui:
Fungsi permintaan: Q = f(P) = 12 – 2P  P = f(Q) = 6 – 0,5Q
Fungsi penawaran: Q = f(P) = -4 + 2P  P = f(Q) = 2 + 0,5Q
▪ Keseimbangan pasar sebelum ada subsidi:
Qd = Qs
12 – 2P = -4 + 2P
16 = 4P
P = 4  Jadi PE = 4
QE = 12 – 2P
QE = 12 – 4 = 8
Dengan demikian keseimbangan pasar sebelum ada subsidi adalah: harga atau P = 4,
dan kuantitas keseimbangan atau Q = 4.

12 | Matematika Ekonomi/ESPA4122
Pengembang: Marhazni, SE., MM
Email: Marhazni01@gmail.com
INISIASI 4
APLIKASI FUNGSI LINIER
DI BIDANG EKONOMI

▪ Keseimbangan pasar setelah subsidi:


Fungsi penawaran sebelum subsidi: P = 2 + 0,5Q  Qs = -4 + 2P
Fungsi penawaran sesudah subsidi: P = 2 + 0,5Q – 2  Qs = 2P
Qd = Qs
12 – 2P = 2P
12 = 4P
P = 3  Jadi PE = 3
QE = 12 – 2P
QE = 12 – 6
QE = 6
Dengan demikian keseimbangan pasar setelah adanya pemberian subsidi oleh
pemerintah adalah: harga keseimbangan PE = 3 dan kuantitas keseimbangan atau QE
= 6.
▪ Total beban subsidi (TS) yang harus dibayarkan oleh pemerintah adalah sebesar nilai
subsidi perunit dikalikan dengan kuantitas barang atau:
TS = s x Q
TS = 2 x 6
TS = 12
Dengan demikian, besarnya beban subsidi yang harus ditanggung oleh pemerintah
adalah sebesar Rp. 12,-.
▪ Total bagian subsidi yang dinikmati oleh konsumen (SK) adalah sebesar selisih
harga sebelum subsidi (P0) dengan harga setelah subsidi (P1) dikalikan dengan
jumlah barang yang diperjualbelikan (Q), atau:
SK = ( P0 – P1 ) x Q
SK = ( 4 – 3 ) 6
SK = 6
Sedangkan besarnya subsidi yang dinikmati oleh produsen adalah sebesar total
subsidi yang dikeluarkan pemerintah (TS) dikurangi subsidi yang dinikmati oleh
konsumen (SK), atau:
SP = TS – SP
SP = 12 – 6
SP = 6
▪ Grafik keseimbangan pasar sebelum dan sesudah ada pemberian subsidi adalah
sebagai berikut:

13 | Matematika Ekonomi/ESPA4122
Pengembang: Marhazni, SE., MM
Email: Marhazni01@gmail.com
INISIASI 4
APLIKASI FUNGSI LINIER
DI BIDANG EKONOMI

6 Qs1 (sebelum subsidi)

Qs1 (setelah subsidi)


E1
4
E2
3

2
Qd
Q
0 4 6 12

B. APLIKASI PADA FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN


1. Hubungan Konsumsi, Tabungan dan Pendapatan
Pendapatan Nasional yaitu pendapatan rumah tangga (pendapatan masyarakat)
suatu negara secara keseluruhan akan dialokasikan oleh rumah tangga untuk dua hal
yaitu: (1) Untuk membiayai pengeluaran konsumsi; (2) Untuk tabungan (saving).
Sebagian besar pendapatan rumah tangga akan digunakan oleh rumah tangga tersebut
untuk membiayai pengeluaran konsumsi terhadap barang dan jasa, dan sisa dari
pendapatan yang tidak dikonsumsi akan disimpan (ditabung). Secara matematis, jika
pendapatan nasional dilambangkan dengan Y, konsumsi dilambangkan dengan C, dan
tabungan dilambangkan dengan S maka hubungan ketiganya dapat dinyatakan dengan
suatu persamaan identitas sebagai berikut:
Y=C+S
Jika dinyatakan dalam suatu perubahan, besarnya perubahan pada pendapatan nasional
(∆Y) adalah sama dengan perubahan pengeluaran konsumsi (∆C) ditambah dengan
perubahan jumlah tabungan (∆S) atas dapat ditulis:
∆Y = ∆C + ∆S
Jika masing-masing ruas pada persamaan di atas dibagi dengan ∆Y, maka:
∆Y/ ∆Y = (∆C/∆Y) + (∆S/∆Y)
1 = (∆C/ /∆Y) + (∆S/∆Y)

14 | Matematika Ekonomi/ESPA4122
Pengembang: Marhazni, SE., MM
Email: Marhazni01@gmail.com
INISIASI 4
APLIKASI FUNGSI LINIER
DI BIDANG EKONOMI

2. Fungsi Konsumsi dan Fungsi Tabungan


Fungsi konsumsi merupakan persamaan matematis yang menunjukkan hubungan
atau keterkaitan antara jumlah pengeluaran konsumsi rumah tangga (C) dan tingkat
pendapatan rumah tangga (Y). Teori konsumsi Keynes menyatakan bahwa jumlah
konsumsi rumah tangga berbanding lurus dengan tingkat pendapatan. Artinya, semakin
tinggi pendapatan yang diterima oleh rumah tangga maka semakin tinggi pula jumlah
pengeluaran konsumsi yang dilakukan. Besar kecilnya kenaikan konsumsi sebagai
akibat kenaikan pendapatan dibatasi/ditentukan oleh nilai kecondongan mengkonsumsi
marjinal atau Marginal Propensity to Consumpt (MPC) rumah tangga. MPC adalah
rasio perubahan jumlah konsumsi terhadap perubahan jumlah pendapatan atau MPC =
∆C/∆Y.
Secara matematis yaitu dalam bentuk fungsi konsumsi, hubungan antara
pengeluaran konsumsi dan pendapatan dinyatakan dalam suatu fungsi linier dengan
kemiringan (slope) yang positif yaitu:
C = a + bY
Dimana: C adalah simbol untuk pengeluaran konsumsi; a adalah suatu konstanta yaitu
nilai konsumsi otonom (konsumsi yang tidak ditentukan oleh tingkat pendapatan);
sedangkan b atau c adalah nilai MPC atau ∆C/∆Y yang merupakan kemiringan (slope)
dari fungsi linier. Secara grafis, hubungan antara pengeluaran konsumsi dan pendapatan
dapat dinyatakan dalam kurva/grafik fungsi konsumsi sebagai berikut:
C

C = a + bY

C=Y

0 Y
Kurva Fungsi Konsumsi

Fungsi tabungan merupakan persamaan matematis yang menggambarkan


hubungan atau keterkaitan antara jumlah tabungan (S) dengan tingkat pendapatan (Y).

15 | Matematika Ekonomi/ESPA4122
Pengembang: Marhazni, SE., MM
Email: Marhazni01@gmail.com
INISIASI 4
APLIKASI FUNGSI LINIER
DI BIDANG EKONOMI

Bagian dari kenaikan pendapatan yang tidak dikonsumsi akan dialokasikan oleh rumah
tangga sebagai tabungan (S). Karena tidak semua kenaikan pendapatan rumah tangga
digunakan untuk menambah konsumsi, maka ketika pendapatan meningkat maka hal
tersebut juga akan menyebabkan kenaikan pada tabungan rumah tangga. Secara
matematis fungsi tabungan juga dinyatakan dalam fungsi linier dengan kemiringan
(slope) yang positif.
Besar kecilnya kenaikan jumlah tabungan rumah tangga sebagai akibat naiknya
tingkat pendapatan ditentukan/dibatasi oleh nilai kecondongan menabung marjinal atau
Marginal Propensity to Saving (MPS). MPS adalah rasio perubahan jumlah tabungan
terhadap perubahan pendapatan atau MPS = ∆S/∆Y = 1 – b. Secara matematis fungsi
tabungan dapat dinyatakan sebagai berikut:
S = -a + (1 – b)Y
Dimana: S adalah jumlah tabungan; -a adalah nilai tabungan pada saat Y = 0;
sedangkan (1 – b) adalah nilai MPS atau ∆S/∆Y yang merupakan kemiringan dari kurva
fungsi konsumsi. Secara grafis hubungan antara pendapatan dan tabungan rumah tangga
dapat digambarkan sebagai berikut:
S

S = -a + (1-b)Y

0 Y

-a

Kurva Fungsi Tabungan


Secara bersamaan, hubungan antara Pendapatan Nasional, pengeluaran konsumsi dan
tabungan rumah digambarakan dalam grafik berikut:

16 | Matematika Ekonomi/ESPA4122
Pengembang: Marhazni, SE., MM
Email: Marhazni01@gmail.com
INISIASI 4
APLIKASI FUNGSI LINIER
DI BIDANG EKONOMI

C,
CS

Y=C+S

C = a + bY

C=Y

S = -a + (1-bY)
a

0 Y

-a

Kurva Pendapatan, Konsumsi dan Tabungan


Contoh Kasus 1: Misalkan pada saat Pendapatan Nasional sebesar 150 triliun, jumlah
pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah sebesar 100 triliun, dan ketika Pendapatan
Nasional meningkat menjadi 200 triluan maka pengeluaran konsumsi meningkat
menjadi 120 triliun. Diminta:
▪ Tentukan fungsi konsumsi dan fungsi tabungan!
▪ Tentukan nilai saat pengeluaran konsumsi sama dengan nilai pendapatan (C = Y)
atau pada saat S = 0!
▪ Jika Pendapatan Nasional sebesar 250 triliun, berapakah jumlah pengeluaran
konsumsi dan tabungan rumah tangga?
Penyelesaian:
C1 = 100 dan C2 = 130
Y1 = 150 dan Y2 = 200
b = MPC = ∆C/∆Y = 30/50 = 0,6
▪ Dengan menggunakan metode satu titik dan kemiringan (metode koordinat lereng),
fungsi konsumsi dapat ditentukan sebagai berikut:
C – C1 = b(Y – Y1)
C – 100 = 0,6(Y – 150)
C – 100 = 0,6Y – 90
C = 10 + 0,6Y  Fungsi Konsumsi
Sehingga fungsi tabungan adalah:
S = -a + (1 – b)Y
S = -10 + (1 – 0,6)Y

17 | Matematika Ekonomi/ESPA4122
Pengembang: Marhazni, SE., MM
Email: Marhazni01@gmail.com
INISIASI 4
APLIKASI FUNGSI LINIER
DI BIDANG EKONOMI

S = -10 + 0,4Y
▪ Perpotongan kurva C dan kurva Y terjadi ketika:
Y=C
Y = 10 + 0,6Y
Y – 0,6Y = 10
0,4Y = 10
Y = 10 / 0,4 = 25
▪ Pada saat Pendapatan Nasional sebesar 250 triliun maka:
C = 10 + 0,6(250)
C = 10 + 150
C = 160
S = -10 + 0,4(250)
S = -10 + 100
S = 90

3. Pengaruh Pajak Terhadap Fungsi Konsumsi dan Tabungan


a. Pengaruh Pajak Tetap
Pajak tetap adalah pajak yang jumlahnya sama untuk berbagai tingkat pendapatan,
dapat juga dikatakan sebagai pajak spesifik dan disimbolkan dengan Tx = t. Pungutan
pajak tetap sebesar t akan menyebabkan penurunan jumlah konsumsi sebesar bt atau
∆C = bt, serta akan menurunkan jumlah tabungan sebesar (1 – b)t atau ∆S = (1 – b)t.
Secara grafis, efek pajak tetap terhadap konsumsi dan tabungan ditunjukkan oleh
bergesernya kurva konsumsi dan kurva tabungan ke kanan bawah dengan penggal garis
yang lebih rendah. Efek ini persis seperti dampak pengenaan pajak spesifik terhadap
penjualan suatu barang pada materi sebelumnya. Secara matematis dampak pajak tetap
terhadap fungsi konsumsi dan fungsi tabungan ditunjukkan secara berikut.
Fungsi konsumsi dan tabungan sebelum pajak adalah :
C = a + bY
S = -a + bY
Fungsi konsumsi dan tabungan setelah pajak adalah:
C = a + bYd
S = -a + (1 – b)Yd
Karena Yd = Y – Tx, dimana Tx = t, maka persamaan diatas dapat ditulis kembali
sebagai berikut:
C = a + b(Y- t)
C = a + bY – bt
C = (a – bt) + bY  Fungsi konsumsi setelah pajak tetap
18 | Matematika Ekonomi/ESPA4122
Pengembang: Marhazni, SE., MM
Email: Marhazni01@gmail.com
INISIASI 4
APLIKASI FUNGSI LINIER
DI BIDANG EKONOMI

S = -a + (1 – b)(Y – t)
S = -a + (Y– bY) – (t - bt)
S = -a + (1 – b)Y – (1 – b)t  Fungsi tabungan setelah pajak.
Contoh Kasus 2: Misalkan fungsi konsumsi sebelum ada pajak adalah C = 800 +
0,75Y. Kemudian pemerintah mengenakan pajak tetap sebesar 50. Tentukanlah fungsi
konsumsi dan fungsi tabungan setelah ada pajak tetap tersebut. Gambarkan kurvanya.
Penyelesaian:
Diketahui:
C = 800 + 0,75Y
S = -800 + (1 – 0,75)Y
Tx = t = 50
▪ Fungsi konsumsi setelah pajak tetap:
C = 800 + 0,75Yd
C = 800 + 0,75(Y – 50)
C = 800 + 0,75Y – 37,5
C = 800 – 37,5 + 0,75Y
C = 762,5 + 0,75Y  Fungsi konsumsi setelah pajak
▪ Fungsi tabungan setelah pajak:
S = -800 + (1 – 0,75)Yd
S = -800 + (1 – 0,75)(Y – 50)
S = -800 + (1 – 0,75)Y – (1 – 0,75)50
S = -800 + (1 – 0,75)Y – 12,5
S = (-800 – 12,5) + 0,75Y
S = -812,5 + 0,75Y  Fungsi tabungan setelah pajak

b. Pengaruh Pajak Proporsional


Pajak proporsional adalah pajak yang tarifnya merupakan persentase tertentu dari
pendapatan nasional dan disimbolkan dengan Tx = tY. Karena merupakan persentase
dari pendapatan nasional, maka semakin tinggi pendapatan nasional semakin besar
jumlah pajak yan dipungut oleh pemerintah. Kenaikan pajak adalah proporsional
dengan kenaikan pendapatan nasional.
Pajak proporsional sebesar tY akan menuyebabkan konsumsi rumah tangga turun
sebesar btY atau ∆C = btY. Sedangkan penurunan tabungan adalah sebesar (1 – b)tY
atau ∆S = -(1 – b)t. Secara grafis, pajak proporsional tidak akan menggeser kurva
konsumsi dan kurva tabungan (penggal garis tetap), tetapi akan mempengaruhi
kemiringan (slope) kurva. Secara matematis, dampak pajak proporsional terhadap
fungsi konsumsi dan fungsi tabungan adalah sebagai berikut:
C = a + bYd
19 | Matematika Ekonomi/ESPA4122
Pengembang: Marhazni, SE., MM
Email: Marhazni01@gmail.com
INISIASI 4
APLIKASI FUNGSI LINIER
DI BIDANG EKONOMI

C = a + b(Y – tY)
C = a + bY – btY  Fungsi konsumsi setelah pajak proporsional
S = -a + (1 – b)Yd
S = -a + (1 – b)(Y – tY)
S = -a + (Y – bY) – (tY – btY)
S = -a + (1 – b)Y – (1 – b)tY

Contoh Kasus 3: Misalkan fungsi konsumsi sebuah perekonomian adalah C = 100 +


0,75Y, kemudian pemerintah mengenakan pajak proporsional sebesar 20% (Tx = 0,2Y).
Dengan demikian fungsi konsumsi dan fungsi tabungan sesudah ada pajak proporsional
adalah sebagai berikut:
Fungsi konsumsi :
C = a + bYd
C = a + b(Y – tY)
C = 100 + 0,75(Y – 0,2Y)
C = 100 + 0,75Y – 0,15Y
C = 100 + 0,60Y
Fungsi tabungan :
S = -a + (1 – b)Yd
S = -a + (1 – b)(Y – tY)
S = -100 + (1 – 0,75)(Y – 0,2Y)
S = -100 + (1 – 0,75Y) – (1 – 0,75)(0,2Y)
S = -100 + 0,25Y – 0,05Y
S = -100 + 0,2Y

20 | Matematika Ekonomi/ESPA4122
Pengembang: Marhazni, SE., MM
Email: Marhazni01@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai