(Peserta Sidi memasuki ruang meditasi dengan membawa lilin. Lilin dibakar tepat di depan tempat berlutut) Petugas 1: Saudara, mari sejenak kita melepaskan segala beban pikiran yang sementara membelenggu hidup, menyerahkan segala ketakutan yang membuat kita ‘tak bisa terlelap saat malam, serta setiap kegelisahan yang sudah menunggu saat kita membuka mata di pagi hari. Saat ini, berdiam dirilah dihadapan Tuhan, Ia tahu kebahagiaanmu, Ia pun tahu kesedihanmu. Ia tahu senyumanmu, Ia pun tahu air matamu. Rasakanlah keteduhan kasih Allah saat ini, sebab hanya Tuhan yang paling mengerti setiap kata yang ‘tak terucap, rasa yang ‘tak tersampaikan bahkan kasih yang ‘tak berbalas. Marilah, masing- masing kita mengambil saat teduh pribadi. Menyanyi KJ 454:1 “Indahnya saat yang teduh” Perenungan Diri (instrumen Ya, Tuhan Tiap Jam) Baca bersama: Yosua 1:8-9: Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung. Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: Kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi. (Perenungan diri: . . . .) Menyanyi: Ku tak dapat jalan sendiri Ku tak dapat jalan sendiri, Tuhan tolong padaku, biarlah sinarMu menerangiku, s’bab ku ‘tak dapat jalan sendiri Peserta Sidi diberikan kesempatan untuk merenungkan firman Tuhan, dan menyadari setiap pikiran, perbuatan, dan perkataan yang seringkali dilakukan menyakiti hati orang tua, pendeta, pengajar, teman-teman dan terlebih hati Tuhan. (Masing-masing peserta sidi menuliskan hal yang harus ditinggalkan sebelum memikul Salib untuk dibakar pada lilin, dan tuliskan harapan pada secarik kertas untuk disimpan di ALKITAB) Menyanyikan lagu KJ. 26 : 1, “Mampirlah Dengar Doaku” Peserta Sidi: Bapa, inilah pemberian diriku. Dengan tentram aku mau meletakan keraguanku dalam iman kepadaMu; lakukanlah kepadaku apa yang Bapa kehendaki. Apa pun yang Bapa lakukan, aku mengucap syukur. Aku siap segalanya, aku menerima segalanya. Biarlah hanya kehendakMu yang jadi bagiku. Ya Allah, sebab hanya Engkau yang mengerti. Kami percaya sekali pun banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana. Tuhan, inilah aku, utuslah aku. Petugas 2: Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara; ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai, ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk; tak ada yang abadi di dunia ini. Tak ada. Betapa pun beratnya beban hidup yang harus dipikul, ingatlah semuanya tak ada yang abadi. Hanya kasih Allah yang tetap sama, selamanya. Menyanyikan “Bukan dengan barang fana” Bukan dengan barang fana, Kau membayar dosaku dengan darah yang mahal tiada noda dan cela. Bukan dengan emas perak, Kau menebus diriku, oleh segenap kasih dan pengorbananMu. Ku telah mati dan tinggalkan, cara hidupku yang lama, semuanya sia-sia dan ‘tak berarti lagi. Hidup ini kuletakan, pada mesbahMu, ya, Tuhan. Jadilah padaku seperti yang Kau ingini. Berkat: Sebab Tuhan, Dia sendiri yang akan berjalan didepanmu, Dia sendr akan menyerta engkau, Da tdak akan membarkan engkau dan tdak akan mennggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hat, Dalah kekuatanmu mula saat n sampai selama-lamanya. Amin.