DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMASUEPAI
Jl. PerintisDesaMatahoaluKec.UepaiKab. KonaweKodePos : 93464
Website :http//puskesmasu.wixsite.com/mysite Email Puskesmasuepai@gmail.com
TENTANG
Menimbang :a. bahwa tugas Tim Pencegahan dan Pengandalian Infeksi adalah membantu Kepala
Puskesmas untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan medis
Puskesmas melalui pencegahan dan pengendalian infeksi;
b. bahwa dalam rangka melaksanakan tugasnya, Tim Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi berkoordinasi dengan Tim manajemen Mutu guna
mengendalikan infeksi nosocomial di Puskesmas;
c. bahwa dalam rangka pemenuhan Akreditasi Puskesmas, dimana
Puskesmas diharapkan dapat memenuhi kegiatan standar pelayanan
pengendalian infeksi di Puskesmas;
d. bahwa Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di UPTD Puskesmas
Uepai agar dapat berperan dalam upaya-upaya preventif, promotive dan
sebagaianya;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan pertimbangan sebagaimana dimaksud
bahwa a dan b, perlu di tetapkan kebijakan pelaksanaan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di UPTD Puskesmas Uepai.
Mengingat: 1.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063);
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 46 tahun 2015
tentang Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama;
PEMERINTAH KABUPATEN KONAWE
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMASUEPAI
Jl. PerintisDesaMatahoaluKec.UepaiKab. KonaweKodePos : 93464
Website :http//puskesmasu.wixsite.com/mysite Email Puskesmasuepai@gmail.com
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Ulusawa
Pada tanggal :
4. Semua unit kerja di Puskesmas harus melaksanakan kegiatan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI).
5. Tim PPI rapat tiap tiga bulan untuk mengevaluasi hasilsurvailence, kinerja tim dan menentukan
tindak lanjut.
6. Tim PPI harus melaporkan hasil rapat tiap tiga bulan kepada kepala Puskesmas, managenen, staf
medis, staf penunjang medis dan umum.
7. Tim PPI harus mengevaluasi kembali tidak lanjut yang telah dilakukan pada tiga bulan berikutnya.
8. Puskesmas mengalokasikan anggaran untuk mendukung kegiatan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi yang dimasukkan dalam anggaran PPI.
g. Apabila hasil survey kepatuhan cuci tangan dari unit kerja belum memenuhi standar dilakukan
isolasi/traning ulang kebersihan tangan pada unit tersebut.
3. Pengelolaan Limbah
a. Puskesmas berkewajiban menurunkan resiko infeksi salah satunya dengan cara pengelolaan
limbah yang tepat.
b. Pengelolaan limbah dapat dilakukan dimulai dari identifikasi, pemisahan, labeling, packing,
penyimpanan, pengankutan, dan pananganan sesuai jenis limbah.
4. Pengendalian Lingkungan
a. Pengendalian lingkungan Puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya merupakan salah satu
upaya pencegahan pengendalian infeksi di UPTD Puskesmas Uepai.
b. Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat diminimalkan dengan melakukan
pembersihan lingkungan, desinfeksi permukaan lingkungan yang terkontaminasi dengan darah
atau cairan tubuh pasien, melakukan pemeliharaan peralatan medik dengan tepat,
mempertahankan mutu air bersih, mempertahankan ventilasi udarah yang baik.
PEMERINTAH KABUPATEN KONAWE
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMASUEPAI
Jl. PerintisDesaMatahoaluKec.UepaiKab. KonaweKodePos : 93464
Website :http//puskesmasu.wixsite.com/mysite Email Puskesmasuepai@gmail.com
a. Pemrosesan peraltan perawatan pasien yang dianjurkan untuk mengurangi penularan penyakit
dari instrument yang kotor, sarung tangan, dan barang-barang habis pakai lainnya adalah
(Precleaning/prabilas), pencucian dan pembersihan, sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi
(DTT) atau sterilisasi.
b. Precleaning/prabilas : Proses yang membuat benda mati lebih aman untuk ditangani oleh
petugas sebelum dibersihkan (umpamanya menginaktivasi HBV, HBC, dan HIV) yang
mengurangi, tidak menghilangkan, jumlah mikroorganisme yang terkontaminasi. Proses ini
adalah dengan melakukan perendaman dengan memakai detergen atau larutan enzymatic
sampai seluruh permukaan alat terendam.
c. Pembersihan : Proses yang secara fisik membuang semua kotoran, darah atau cairan tubuh
lainnya dari benda mati ataupun membuang sejumlah mikroorganisme untuk mengurangi
risiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau menangani objek tersebut. Roses ini adalah
terdiri dari mencuci sepenuhnya dangan sabun atau dengan detergen dan air atau enzymatic,
membilas dengan air bersih, dan mengeringkan.
d. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) : Proses menghilangkan semua mikroorganisme, kecuali
beberapa endospore bacterial dari objek, dengan merebus, menguapkan atau memakai
disinfektan kimiawi.
e. Sterilisasi : Proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteria, virus, fungi dan parasite)
termaksud endospore bacterial dari benda mati dengan uap tekanan tinggi (oktaf), panas kering
(oven), sterilan kimiawi, atau radiasi.
f. Seluruh pemrosesan peralatan perawatan pasien dilakukan sesuai prosedur
9. Penatalaksanaan Linen
a. Puskesmas berupaya menjamin manajemen laundry dan linen yang benar.
b. Puskesmas berupaya mencegah terjadinya kontaminasi pada pakaian atau lingkungan.
c. Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukan ke dalam kantong/wadah yang tidak
rusak saat diangkut.
d. Pengantongan ganda tidak diperlukan untuk linen yang sudah digunakan.
b. Pasien immunosupresi ditetapkan di ruang isi satu yang terpisah dengan pasien infeksius.
c. Pasien dengan penyakit menular memalui udara/airbone maupun memalui kontak harus dirawat
di ruangan isolasi (bila memungkinkan) untuk mencegah transmisi langsung atau tidak
langsung.
d. Bila tindakan isolasi tidak memungkinkan maka dilakukan kohorting (pasien dengan diagnose
yang sama ditempatkan secara berdekatan).
e. Penunggu pasien infeksius harus menggunakan masker.
f. Akses transfer pasien infeksius harus terpisah dengan pasien non infeksius.
g. Setiap pasien infeksius harus diberikan masker pada saat tranportasi/transfer, kerena belumada
jalur khusus pasien infeksius.
E. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN BERDASARKAN TRASMISI
1. Kewaspadaan trasmisi kontak
a. Penempatan pasien
Tempatkan pasien di ruang rawat terpisah, bila tidak mungkin kohorting, bila keduanya tidak
mungkin maka pertimbangkan epidemologi mikrobanya dan populasi pasien.Tempatkan
dengan jarak > 1 meter (3 kaki) antar tempat tidur (TT). Jaga jarak agar tidak ada kontaminasi
silang ke lingkungan dan pasien lain.
b. Transport pasien
Batasi gerak, transport pasien hanya kalua perlu saja. Bila diperlukan pasien keluar ruangan
perlu kewaspadaan agar resiko minimal transmisi ke pasien lain ataulingkungan.
c. Penggunaan APD petugas
1) Petugas memakai sarung tangan besih non steril, lateks saat masuk keruang pasien, ganti
sarung tangan setelah kontak dengan bahan infeksius (feses, cairan drain), lepaskan sarung
tangan sebelum keluar dari kamar pasien dan cuci tangan.
2) Petugas memakai gaun bersih, tidak steril saat masuk ruang pasien untuk melindungi baju
dari kontak dengan pasien, permukaan lingkungan, barang diruang pasien, cairan diare
pasien, ileostomy, colostromy, lika terbuka. Lepaskan gaun sebelum keluar ruangan jaga
jarak agar tidak terkontaminasi silang kelingkungan dan pasien lain.
d. Pengelolaan peralatan perawatan pasien
Bila memungkinkan peralatan nonkritikal dipakai untuk satu pasien atau pasien dengan infeksi
mikroba yang sama. Bersihkan dan disinfeksi sebelum dipakai untuk pasien lain.
PEMERINTAH KABUPATEN KONAWE
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMASUEPAI
Jl. PerintisDesaMatahoaluKec.UepaiKab. KonaweKodePos : 93464
Website :http//puskesmasu.wixsite.com/mysite Email Puskesmasuepai@gmail.com
campak atau cacar air tidak perlu memakai masker.Bila melakukan tindakan dengan
kemungkinan timbul aerosol maka APD yang digunakan adalahmasker bedah, gaun goggle,
dan sarung tangan.
d. Pengelolan peralatan perawatan pasien
Pengeloloan peralatan perawat pasien sesuai dengan pedoman TB CDC
b. Penggantian urin dilakukan setiap 8 jam atau bila pada keadaan tertentu
c. Kateter dipasang pada saat diperlikan saja berdasarkan indikasi
2. Kebijakan upaya Pencegahan Phlebitis terkait pemasangan infus
a. Pemasangan infus dikerjakan oleh petugas yang memahami dan terampil dalam tehknik
pemasangan secara aseptic dan perawatan infus sesuai prosedur
b. Pemilihan tempat penusukan untuk menghindari resiko inflamasi dan infeksi
c. Pemindahan tempat penusukan setiap 32 jam.
5. Laporan hasil survailans dibuat setiap tiga bulan dan tahunan yang dibuat oleh tim PPI yang
diserahkan kepada Puskesmas.
6. Hasil survailans disosialisasikan kepada seluruh karyawan melalui rapat bulanan, kemudian
evaluasi bersama untuk mendapatkan sosusi dan tindak lanjut.
7. Apabila terjadi infeksi yang tinggi dilakukan analisa dan tindak lanjut.
8. Tindak lanjut disampaikan ke setiap unit kemudian dievaluasi pada tiga bulan berikutnya.