Dokumen
Dokumen
“Jangan biar negeri kita kita jatuh ke tangan penjajah.Lebih baik mati berdiri dari pada hidup berlutut
di bawah mereka.”
Oleh:
Mengetahui
Guru Mapel
Sejarah Indonesia
Azarina Nago
I. IDENTITAS
Ratu/Ibu Suci
Orang Tua:
m.1880-1899
m.1862-1874
II.Riwayat Pendidikan: Memperoleh Pendidikan Pada bidang agama yg dididik oleh orang
tuanya(Nonformal) & Pendidikan Rumah tangga
Sewaktu perang Aceh melawan Belanda meletus pada 1873 Cut nyak Dien ikut turun di Medan guna
memberikan perlawanan. Peranan Cut nyak Dien dalam perang Aceh sangatlah besar ia bahkan
menjadi sosok yang ditakuti oleh Belanda latar belakang Cut nyak Dien terlibat perang dengan
Belanda adalah karena tewasnya sang suami pada perang tahun 1873 berita kematian suaminya ini
membuat Cut nyak Dien sempat terpuruk. Namun ia segera bangkit dan bertekad melakukan
perlawanan terhadap Belanda ia sempat bersumpah atas kematian suaminya. Pada 1880 Cut nyak
Dien menikah lagi dengan Teuku Umar yang mengizinkannya untuk ikut berperang bahkan Teuku
Umar ikut membantu membuat siasat perang dengan menyerahkan diri kepada Belanda bersama
250 pasukannya pada 30 September 1893 cara ini dilakukan agar Teuku Umar mengetahui taktik
perang yang diterapkan oleh Belanda sayangnya Cut nyak Dien harus kehilangan suami untuk yang
kedua kalinya Teuku Umar tewas tertembak pada 11 Februari 1899 Cut nyak Dien lantas memimpin
perlawanan Belanda di daerah pedalaman Meulaboh meski kondisinya sudah tidak seperti sediakala
di mana matanya mulai rabun dan terkena ditambah lagi mereka di Landa bencana kemiskinan yg di
mana sumber makanan mulai menipis dan jumlah pasukan perang berkurang. Cut nyak Dien sempat
berpesan pada rakyatnya untuk tetap melakukan perlawanan sebelum akhirnya ia ditangkap dan
diasingkan oleh Belanda dan dibawa ke Banda Aceh. Cut nyak Dhien dijuluki “Ibu perbu” oleh
tahanan lain karena ahli dalam agama islam.
“Jangan biarkan negeri kita jatuh ke tangan penjajah,lebih baik kita mati berdiri dari pada hidup
berlutut di bawah mereka”