Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Pemakaian Penggunaan Huruf dan Kata

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah bahasa indonesia

Oleh:

1. Cintya Aprilia Kartini


2. Wilda Sa’idah Mughni
3. Insan Kamil

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG
2021
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum wr.wb

Pertama-tama kami ingin memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Esa. Yang senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah kami berjudul “Pemakaian Penggunaan Huruf dan Kata”.

Dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini terbantu dengan bimbingan dari dosen
mata kuliah kami khususnya dosen mata kuliah Bahasa Indonesia. Tak lepas dari do’a
orang tua kami untuk anaknya yang sedang menuntut ilmu dan kerja sama dengan
kelompok yang memperlancar proses pembuatan karya ini. Untuk itu, kami sangat saling
berterimakasih baik satu sama lain dan kepada pihak yang bersangkutan.

Semoga semua bantuan yang telah diberikan oleh berbagai pihak kepada kami
senantiasa mendapat balasan pahala dari Allah SWT, dan semoga makalah sederhana ini
dapat memberikan konstribusi positif kepada pembaca dalam memahami pemakaian
penggunaan huruf dan kata dalam Indonesia.

Tasikmalaya, Oktober 2021

Penulis
BAB 2

PEMBAHASAN

1. PEMAKAIAN HURUF
A. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang
berikut. Nama huruf disertakan di sebelahnya.

Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama


A a a J j je S s es
B b be K k ka T t te
C c ce L l el U u u
D d de M m em V v ve
E e e N n en W w we
F f ef O o o X x eks
G g ge P p pe Y y ye
H h ha Q q ki Z z zet
I i i R r er

B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i,
o,dan u.

Contoh Pemakaian Dalam Kata


Huruf Vokal
Di Awal Di Tengah Di Akhir
a Aku manis buka
e enak meja sore
emas senang tipe
i Ikan sikat padi
o Orang sopan radio
u Using suka ibu

* Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan
keraguan.

Misalnya:

 Anak-anak bermain di teras (téras).


 Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah.
 Kami menonoton film seri (séri).
 Pertandingan iru berakhir seri.
C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-
huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

Huruf Contoh Pemakaian dalam Kata


Konsonan Di Awal Di Tengah Di Akhir
b buku kerbau lembab
c cerita pecah -
d duri pedang abad
f foto kafir maaf
g gerakan pergi balig
h harus saham keluh
j jari manja mikraj
k kecil nikah benak
l lempar Malu kesal
m mandi kami makam
n nasi manusia makan
p pergi sapi siap
q Quran Furqan -
r roti barang lapar
s suara rasa keras
t tanpa patah padat
v varia lava -
w warna hawa -
x xenon - -
y yakin ayah -
z zebra lazim juz

* Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah.

** Khusus untuk nama dan keperluan ilmu.

D. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan
oi.

Contoh Pemakaian Dalam Kata


Huruf Diftong
Di Awal Di Tengah Di Akhir
ai ain syaitan sampai
au aula saudara pulau
oi - boikot amboi

E. Gabungan Huruf Konsonan


Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan
konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi
konsonan.

Gabungan Huruf Contoh Pemakaian Dalam Kata


Konsonan Di Awal Di Tengah Di Akhir
kh khusus akhir tarikh
ng ngilu bangun senang
sy syarat isyarat arasy

F. Pemenggalan Kata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara
kedua huruf vokal itu.
Misalnya:
 au-la bukan a-u-la
 sau-dara bukan sa-u-da-ra
 am-boi bukan am-bo-i
b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di
antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Misalnya:
 ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir
c. Jika di tengah ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di
antara kedua huruf konsonan itu. gabungan huruf konsonan tidak pernah
diceraikan.
Misalnya:
 man-di, som-bong, swas-ta, ca-plok Ap-ril, bang-sa, makh-luk
d. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan
dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang
kedua.
Misalnya:
 in-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trok ikh-las
2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami
perubahan.
Bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya,
dapat dipenggal pada pergantian baris.

Misalnya: makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah


Catatan:

a. Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.


b. Akhiran -i tidak dipenggal. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung,
Bab V, Pasal E, Ayat 1.)
c. Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai
berikut. Misalnya: te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi
3. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara
unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b,
1c dan 1d di atas.
Misalnya:
 Bio-grafi, bi-o-gra-fi
 Foto-grafi, fo-to-gra-fi
 Intro-speksi, in-tro-spek-si
 Kilo-gram, ki-lo-gram
 Pasca-panen, pas-ca-pa-nen

Keterangan:

Nama orang, badan hukum, dan nama dari yang lain disesuaikan dengan Ejaan

Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali jika ada pertimbangan khusus.


G. Huruf Kapital
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai unsur pertama kata pada awal
kalimat.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama Tuhan dan Kitab Suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang diikuti nama orang. Namun, huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang
tidak diikuti nama orang.
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu,
nama instansi, atau nama tempat. Namun, huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama
instansi, atau nama tempat.
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Namun,
huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa. Namun, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,
suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,,
dan peristiwa sejarah. Namun, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama
peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Namun, Huruf kapital
tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur
nama diri. Selain itu, huruf kapital juga tidak dipakai sebagai huruf pertama nama
geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi, kecuali kata seperti
dan. Namun, Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan
nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama
dokumen resmi.
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna
yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta
dokumen resmi.
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur
kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar dan judul
karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak
pada posisi awal.
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat,
dan sapaan
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama penunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam
penyapaan dan pengacuan. Namun, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama kata penunjuk hubungan kEkerabatan yang tidak dipakai dalam
pengacuan atau penyapaan.
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.

H. Huruf Miring
1. Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama
surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.
2. Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata,
kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
3. Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah
atau bahasa asing.
Catatan:
o Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi, dalam bahasa asing atau
bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf miring.
o Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian yang akan
dicetak miring ditandai dengan garis bawah.
o Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang dikutip secara
langsung dalam teks berbahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring.
o PUEBI 2015 menggunakan frasa bahasa daerah atau bahasa asing, sedangkan
pedoman ejaan sebelumnya memakai frasa bukan bahasa Indonesia.
o PUEBI 2015 menambahkan catatan bahwa nama diri dalam bahasa asing atau
bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf miring.

2. Penulisan Kata
A. Kata Dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Contoh : Ibu membeli buah di pasar.
B. Kata Turunan
 Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran) ditulis
serangkai dengan bentuk dasarnya. Imbuhan yang diserap dari unsur asing,
seperti -isme, -man, -wan, atau -wi, ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
 Bentuk terikat dimana salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam
kombinasi. Maka bentuk terikat ini ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Contoh : biokimia, infrastruktur, bikarbonat, narapidana.
Catatan:
 Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital atau
singkatan yang berupa huruf kapital dirangkaikan dengan tanda
hubung (-). Contoh : non-Indonesia
 Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama atau
sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital. Contoh :
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
C. Bentuk Ulang
Bentuk Ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-
unsurnya. Bila bentuk ulang diberi huruf kapital, misalnya pada nama diri (nama
lembaga, dokumen, dll.) atau judul (buku, majalah, dll.), bentuk ulang sempurna
diberi huruf kapital pada huruf pertama tiap unsurnya, sedangkan bentuk ulang lain
hanya diberi huruf kapital pada huruf pertama unsur pertamanya. Misalnya:
 Ia menyajikan makalah "Penerapan Asas-Asas Hukum Perdata".
 Slogan "Terus-menerus Ramah-tamah" dikampanyekan gubernur baru itu.
D. Gabungan Kata
 Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah
khusus, ditulis terpisah.
 Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan
membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Contoh : anak-istri pejabat (anak dan istri dari pejabat).
anak istri-pejabat (anak dari istri pejabat).
 Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika mendapat
awalan atau akhiran. Contoh : bertepuk tangan
 Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.
Contoh : menggarisbawahi
 Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai. Contoh : acapkali.
E. Kata Ganti
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya,
sedangkan -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
F. Kata Depan
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
G. Kata Sandang
Kata sandang si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Huruf awal
sang ditulis dengan huruf kapital jika sang merupakan unsur nama Tuhan.
H. Angka dan Bilangan
Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor.
Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VI M
. . M . . .
 Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian.
 Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
 Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf
supaya lebih mudah dibaca.
 Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, isi, dan
waktu serta (b) nilai uang.
 Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah, apartemen, atau
kamar.
 Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
 Penulisan bilangan dengan huruf .
 Penulisan bilangan tingkat.
Misalnya:
o abad XX
o abad ke-20
o abad kedua puluh
o Perang Dunia II
o Perang Dunia Ke-2
o Perang Dunia Kedua
 Penulisan angka yang mendapat akhiran –an.
Misalnya:
o lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
o tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
o uang 5.000-an (uang lima ribuan)
 Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam
peraturan perundang-undangan, akta, dan kuitansi.
 Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf.
 Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf.
Contoh : Simpanglima
I. Partikel
 Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
 Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Namun, partikel
pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis serangkai.
 Partikel per yang berarti 'demi', 'tiap', atau 'mulai' ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya.
J. Singkatan dan Akronim
 Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan
tanda titik pada setiap unsur singkatan itu.
 Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah
dan ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama
dokumen resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
 Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri ditulis
dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
 Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik.
 Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat-
menyurat masing-masing diikuti oleh tanda titik.
 Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang
tidak diikuti tanda titik.
 Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan
huruf kapital tanpa tanda titik.
 Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
 Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata
atau gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil.

3. Tanda Baca
A. Tanda Titik

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan.

2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar,
atau daftar.

 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
2. Patokan Khusus
...

Catatan:

o Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah
bertanda kurung dalam suatu perincian.

Misalnya:
Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
1) bahasa nasional yang berfungsi, antara lain,
a) lambang kebanggaan nasional,
b) identitas nasional, dan
c) alat pemersatu bangsa;
2) bahasa negara ....

o Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran digital yang lebih
dari satu angka (seperti pada Misalnya III.A.2.b).
o Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir
dalam penomoran deret digital yang lebih dari satu angka dalam
judul tabel, bagan, grafik, atau gambar.

Misalnya:

Tabel 1 Kondisi Kebahasaan di Indonesia

Tabel 1.1 Kondisi Bahasa Daerah di Indonesia

Bagan 2 Struktur Organisasi

Bagan 2.1 Bagian Umum

. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu atau jangka waktu.

Misalnya:

 pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit,


20 detik)

 01.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)

 00.20.30 jam (20 menit, 30 detik)

 00.00.30 jam (30 detik)

4. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul tulisan
(yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat terbit.

Misalnya:

 Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peta Bahasa di


Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta.

 Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia.


5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.

Misalnya:

 Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau.

 Penduduk kota itu lebih dari 7.000.000 orang.

Catatan:

(1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
yang tidak menunjukkan jumlah.

Misalnya:

 Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.

 Kata sila terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat


Bahasa halaman 1305.

(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan,
ilustrasi, atau tabel.

Misalnya:

 Acara Kunjungan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

 Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)

(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) alamat penerima dan pengirim surat
serta (b) tanggal surat.

Misalnya:

 Yth. Direktur Taman Ismail Marzuki


Jalan Cikini Raya No. 73
Menteng
Jakarta 10330
B. Tanda Koma

1. Digunakan untuk menuliskan unsur dalam suatu rincian atau bilangan.


2. Digunakan untuk memisahkan antara satu kalimat setara dengan kalimat setara
berikutnya, yang diawali oleh kata-kata tertentu (tetapi, melainkan, sedangkan,
kecuali).
3. Digunakan untuk memisahkan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya, jika
kedudukan kalimat tersebut berbeda (induk kalimat dan anak kalimat) kemudian
kalimat yang berkedudukan sebagai anak kalimat berada sebelum/di depan induk
kalimat.
4. Digunakan di belakang suatu kata atau ungkapan yang merupakan penghubung
antar kalimat (oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu,
meskipun begitu), kemudian penghubung tersebut berada di awal kalimat.
5. Digunakan untuk memisahkan beberapa kata (o, ya, wah, aduh, kasihan) dari
kata-kata lain yang berada dalam satu kalimat.
6. Digunakan untuk memisahkan kalimat petikan langsung dari potongan kalimat
lainnya.
7. Digunakan untuk memisahkan antara nama dan alamat, bagian-bagian alamat,
yang ditulis secara berurut.
8. Digunakan untuk memisahkan tempat dan tanggal, nama tempat dan
wilayah/negeri yang ditulis secara berurut.
9. Digunakan untuk memisahkan penulisan nama penulis atau pengarang yang
susunan namanya dibalik pada penulisan daftar pustaka.
10. Digunakan dalam penulisan catatan kaki.
11. Digunakan untuk membedakan antara nama dengan gelar, pada penulisan gelar
akademik.
12. Digunakan di depan angka persepuluhan atau antara rupiah dan satuan terkecil
sen yang dinyatakan dengan angka.
13. Digunakan untuk mengapit keterangan tambahan dalam suatu kalimat yang
sifatnya tidak terbatas.
14. Digunakan di belakang keterangan yang berada di awal kalimat yang bertujuan
agar tidak terjadi kesalahan saat membaca dan memahami maksud kalimat.
15. Tanda koma tidak digunakan untuk memisahkan suatu petikan langsung dalam
satu kalimat, jika petikan langsung itu diakhiri dengan tanda tanya (petikan
langsung berupa kalimat tanya).
C. Tanda Titik Koma

1. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang lain di dalam
kalimat majemuk.
2. Tanda titik koma dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa.
3. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam
kalimat yang sudah menggunakan tanda koma.

D. Tanda Titik Dua

1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian
atau penjelasan.
2. Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu merupakan pelengkap
yang mengakhiri pernyataan.
3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
4. Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
5. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) surah dan ayat
dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan
penerbit dalam daftar pustaka.

E. Tanda Hubung

1. Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian
baris.
2. Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang.
3. Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan
dengan angka atau menyambung huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
4. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata atau
ungkapan.
5. Tanda hubung dipakai untuk merangkai
a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-Indonesia, se-
Jawa Barat);
b. ke- dengan angka (peringkat ke-2);
c. angka dengan –an (tahun 1950-an);
d. kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital (hari-H, sinar-X,
ber-KTP, di-SK-kan); e. kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan-Nya, atas rahmat-
Mu);
f. huruf dan angka (D-3, S-1, S-2); dan
g. kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang berupa huruf kapital (KTP-
mu, SIM-nya, STNK-ku).
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa
daerah atau bahasa asing.
7. Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek bahasan.

F. Tanda Pisah

1. Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
2. Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau
keterangan yang lain.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti 'sampai
dengan' atau 'sampai ke'.

G. Tanda Tanya

1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.


2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

H. Tanda Seru

1. Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang
kuat.

I. Tanda Elipsis

1. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan
ada bagian yang dihilangkan.
2. Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.

Catatan :
(1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
(2) Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik
empat buah).

J. Tanda Petik

1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,
naskah, atau bahan tertulis lain.
2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah,
atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.

K. Tanda Petik Tunggal

1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lain.
2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata
atau ungkapan.

L. Tanda Kurung

1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.


2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
utama kalimat.
3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya di dalam
teks dapat dimunculkan atau dihilangkan.
4. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan sebagai
penanda pemerincian.

M. Tanda Kurung Siku

1. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang
ditulis orang lain.
2. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
terdapat dalam tanda kurung.

N. Tanda Garis Miring

1. Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan
masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap.
3. Tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang
ditulis orang lain.

O. Tanda Penyingkat

1. Tanda penyingkat atau apostrof dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian


kata atau bagian angka tahun dalam konteks tertentu.
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam pemakaian dan penulisan huruf, kata, maupun tanda baca memiliki kaidah-
kaidahnya. Tidak boleh kita sembarangan dalam pemakaian dan penulisannya
terutama dalam hal resmi.

B. Saran
Demikian makalah yang berjudul “Pendekatan Studi slam”. Mohon maaf makalah
atau karya tulis ini masih banyak kekurangan. Maka, kritik dan saran konstruktif
penulis harapkan demi terciptanya makalah yang lebih baik. Semoga makalah ini
menjadi motivator dan inspirator bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
https://puebi.readthedocs.io/en/latest/tanda-baca/tanda-penyingkat-apostrof/

https://puebi.readthedocs.io/en/latest/tanda-baca/tanda-garis-miring/

https://puebi.readthedocs.io/en/latest/tanda-baca/tanda-kurung-siku/

https://puebi.readthedocs.io/en/latest/tanda-baca/tanda-kurung/

https://puebi.readthedocs.io/en/latest/tanda-baca/tanda-petik-tunggal/

https://puebi.readthedocs.io/en/latest/tanda-baca/tanda-petik/

https://puebi.readthedocs.io/en/latest/tanda-baca/tanda-elipsis/

https://puebi.readthedocs.io/en/latest/tanda-baca/tanda-seru/

https://puebi.readthedocs.io/en/latest/tanda-baca/tanda-tanya/

https://puebi.readthedocs.io/en/latest/tanda-baca/tanda-pisah/

https://puebi.readthedocs.io/en/latest/tanda-baca/tanda-hubung/

https://bbaceh.kemdikbud.go.id/2019/04/15/penggunaan-tanda-baca-titik-koma-dan-
titik-dua/

https://dosenbahasa.com/penggunaan-tanda-koma

https://puebi.readthedocs.io/en/latest/kata/pemenggalan-kata/

https://puebi.readthedocs.io/en/latest/kata/kata-depan/

https://puebi.readthedocs.io/en/latest/kata/partikel/

https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/pedoman_umum
-ejaan_yang_disempurnakan.pdf
https://luk.staff.ugm.ac.id/ta/Suwardjono/EYD.pdf

Anda mungkin juga menyukai