Tugas Studi Kasus Alternatif Penyelesaian Sengketa
Tugas Studi Kasus Alternatif Penyelesaian Sengketa
Universitas Jambi
Fakultas Hukum
Jambi 2022
1
PENDAHULUAN
A. Krononologi Kasus
B. Pertanyaan
Timbulnya sengketa tersebut tentunya berdampak negatif terhadap Hj. Sundari karena
pembangunan tersebut mengakibatkan akses jalan satu-satunya menuju rumah Hj. Sundari
tertutup. Dalam kasus penyerobotan tanah, para pihak dapat memilih apakah permasalahan
tersebut akan diselesaikan di pengadilan ataukah diselesaikan diluar pengadilan (non litigasi).
Jika melalui jalur litigasi, maka dibutuhkan biaya yang banyak dan waktu yang lama.
Sedangkan bila diselesaikan dengan jalur non litigasi maka lebih bersifat kekeluargaan untuk
mencapai solusi yang diputuskan bersama. Lantas langkah apa yang dilakukanoleh Hj. Sundari
terhadap kasus yang menimpanya?
2
PEMBAHASAN
Pada tahun 2014, ketika terjadi pembangunan septic tank yang dilakukan oleh Hj.
Asiyah di depan rumah Hj. Sundari yang mengakibatkan tertutupnyasatu-satunya akses jalan
menuju rumahnya, Hj. Sundari pun telah menegur Hj.Asiyah dengen memberikan pernyataan
bahwasanya sebagian tanah yang akan dijadikan septic tank adalah tanahnya. Namun Hj.
Asiyah mengelak kalau tanahtersebut adalah sebagian tanah yang dimiliki oleh Hj. Sundari.
Kemudian Hj.Sundari yang merasa tidak terima akan hal tersebut menanyakan kebenaran
perihal tanah yang dijadikan obyek sengketa tersebut. Berdasarkan keterangan melalui desa
dinyatakan bahwa tanah tersebut sebagian merupakan tanah Hj.Sundari dengan demikian tidak
semua tanah tersebut milik Hj. Asiyah.
Hj. Sundari berdiskusi dengan keluarganya mengenai permasalahan ini dan
memikirkan akan melakukan upaya hukum seperti apa dalam menyelesaikan permasalahan ini.
Berdasarkan musyawarah keluarga akhirnya Hj. Sundarimemilih menyelesaikan permasalahan
ini dengan negosiasi agar tidak menghabiskan banyak waktu. Ketika dilakukan negosiasi Hj.
Asiyah tetap melanjutkan pembangunan tersebut padahal sudah dibuktikan dengan
dokumendari Kepala Desa. Karena semakin keruh keadaan tersebut. Akhirnya Hj. Sundari
meminta bantuan Kepala Desa Kemaduh untuk menyelesaikan permasalahan ini dan pada
akhirnya jalur mediasi pun dilaksanakan.
Mediasi dilakukan oleh Kepala Desa Kemaduh sebagi mediator yang selanjutnya para
pihak Hj. Asiyah dan Hj. Sundari menghadiri proses mediasitersebut. Proses mediasi awalnya
mendengarkan pernyataan kedua belah pihak,yang mana Hj. Asiyah tetap bersikukuh
bahwasanya tanah yang sedang dilakukan pembangunan septic tank tersebut adalah bagian dari
tanahnya sedangkan Hj. Sundari dengan bukti sertifikat tanah yang dimilikinyamembantah
bahwasanya tanah tersebut bukan milik Hj. Asiyah. Peran mediatordalam mengadili
permaslahan ini adalah menengahi agar tidak saling emosi.Kemudian mediator memberikan
pengertian berdasarkan Pasal 2 PRP No. 51 Tahun 1960 menyebutkan bahwa “Dilarang
memakai tanha tanpa ijin yang berhak atas kuasanya yang sah”.
Berdasarkan pasal tersebut Hj. Asiyah telah melakukan pelanggaran Pasal 2 PRP No.
51 Tahun 1960 dikarenakan dirinya tidak memiliki bukti yang menyatakan bahwasanya, dia
melakukan pembangunan diatas tanahnya sendiriwalaupun tanah yang dilakukan
pembangunan tersebut menyangkut tanah milik orang lain meskipun sedikit dan
mengakibatkan menutupi jalan satu-satunya yang mengakses untuk masuk ke rumah Hj.
Sundari.Selain itu, dalam kasus penyerobotan tanah pasti ada para pihak yang dirugikan, maka
3
otomatis para pihak tersebut memerlukan ganti rugi atas kerugian yang dialaminya. Dari hasil
mediasi yang dilakukan menghasilkan keputusan bahwa kedua belah pihak telah sepakat Hj.
Asiyah dapat meneruskan pembangunan septic tank miliknya akan tetapi harus memberikan
kompensasi sebesar Rp. 20.000.000 kepada Hj. Sundari guna membuat akses jalan lain menuju
rumahnya.
Analisis Hukum
4
KESIMPULAN