Anda di halaman 1dari 5

Studi Kasus Alternatif Penyelesaian Sengketa

Nama : Rizky Hanif (B10020328)


Anggun Afri Yeni (B10020069)
Taufik Rahman (B10019315)

Dosen Pengampu : Pahlefi, S.H., M.Kn., C.Me

Kelas : Alternatif Penyelesain Sengketa R-001

Universitas Jambi
Fakultas Hukum
Jambi 2022

1
PENDAHULUAN
A. Krononologi Kasus

Hj. Sundari, 50 Tahun, bertempat tinggal di Dusun Plosorejo RT/RW01/02, Desa


Kemaduh, Kecamatan Baron, Kabupaten Nganjuk memiliki tanah seluas kurang lebih 385
Myang diatasnya berdiri bangunan rumah yang sekarang ditempati olehnya. Kemudian Hj. Siti
Asiyah, 40 Tahun, bertempat tinggal di Dusun PlosorejoRT/RW 01/02, Desa Kemaduh,
Kecamatan Baron, Kabupaten Nganjuk memiliki tanah seluas 350 M2, yang diatasnya berdiri
bangunan rumah yang ditempati pula oleh Hj. Asiyah beserta keluarganya, yang mana letak
rumah Hj. Asiyah tersebut berada di depan rumah Hj. Sundari.
Pada tahun 2014, Hj. Asiyah membangun septic tank (bak untukmenampung air limbah
yang digelontorkan dari WC) di sebagian tanah milik Hj.Sundari yang mana berakibat
tertutupnya akses jalan masuk ke rumah Hj.Sundari dikarenakan pembangunan septic tank
tersebut persis di depan halaman rumah Hj. Sundari. Penguasaan tanpa hak atas tanah Hj.
Sundari seluas kurang lebih 0,7 M2 yang kemudian disebut sebagai obyek sengketa yang
kemudian dibangun septic tank berukuran 1m x 0,7m yang menutup satu-satunya akses pintu
masuk ke rumah Hj. Sundari.

B. Pertanyaan

Timbulnya sengketa tersebut tentunya berdampak negatif terhadap Hj. Sundari karena
pembangunan tersebut mengakibatkan akses jalan satu-satunya menuju rumah Hj. Sundari
tertutup. Dalam kasus penyerobotan tanah, para pihak dapat memilih apakah permasalahan
tersebut akan diselesaikan di pengadilan ataukah diselesaikan diluar pengadilan (non litigasi).
Jika melalui jalur litigasi, maka dibutuhkan biaya yang banyak dan waktu yang lama.
Sedangkan bila diselesaikan dengan jalur non litigasi maka lebih bersifat kekeluargaan untuk
mencapai solusi yang diputuskan bersama. Lantas langkah apa yang dilakukanoleh Hj. Sundari
terhadap kasus yang menimpanya?

2
PEMBAHASAN

Pada tahun 2014, ketika terjadi pembangunan septic tank yang dilakukan oleh Hj.
Asiyah di depan rumah Hj. Sundari yang mengakibatkan tertutupnyasatu-satunya akses jalan
menuju rumahnya, Hj. Sundari pun telah menegur Hj.Asiyah dengen memberikan pernyataan
bahwasanya sebagian tanah yang akan dijadikan septic tank adalah tanahnya. Namun Hj.
Asiyah mengelak kalau tanahtersebut adalah sebagian tanah yang dimiliki oleh Hj. Sundari.
Kemudian Hj.Sundari yang merasa tidak terima akan hal tersebut menanyakan kebenaran
perihal tanah yang dijadikan obyek sengketa tersebut. Berdasarkan keterangan melalui desa
dinyatakan bahwa tanah tersebut sebagian merupakan tanah Hj.Sundari dengan demikian tidak
semua tanah tersebut milik Hj. Asiyah.
Hj. Sundari berdiskusi dengan keluarganya mengenai permasalahan ini dan
memikirkan akan melakukan upaya hukum seperti apa dalam menyelesaikan permasalahan ini.
Berdasarkan musyawarah keluarga akhirnya Hj. Sundarimemilih menyelesaikan permasalahan
ini dengan negosiasi agar tidak menghabiskan banyak waktu. Ketika dilakukan negosiasi Hj.
Asiyah tetap melanjutkan pembangunan tersebut padahal sudah dibuktikan dengan
dokumendari Kepala Desa. Karena semakin keruh keadaan tersebut. Akhirnya Hj. Sundari
meminta bantuan Kepala Desa Kemaduh untuk menyelesaikan permasalahan ini dan pada
akhirnya jalur mediasi pun dilaksanakan.
Mediasi dilakukan oleh Kepala Desa Kemaduh sebagi mediator yang selanjutnya para
pihak Hj. Asiyah dan Hj. Sundari menghadiri proses mediasitersebut. Proses mediasi awalnya
mendengarkan pernyataan kedua belah pihak,yang mana Hj. Asiyah tetap bersikukuh
bahwasanya tanah yang sedang dilakukan pembangunan septic tank tersebut adalah bagian dari
tanahnya sedangkan Hj. Sundari dengan bukti sertifikat tanah yang dimilikinyamembantah
bahwasanya tanah tersebut bukan milik Hj. Asiyah. Peran mediatordalam mengadili
permaslahan ini adalah menengahi agar tidak saling emosi.Kemudian mediator memberikan
pengertian berdasarkan Pasal 2 PRP No. 51 Tahun 1960 menyebutkan bahwa “Dilarang
memakai tanha tanpa ijin yang berhak atas kuasanya yang sah”.
Berdasarkan pasal tersebut Hj. Asiyah telah melakukan pelanggaran Pasal 2 PRP No.
51 Tahun 1960 dikarenakan dirinya tidak memiliki bukti yang menyatakan bahwasanya, dia
melakukan pembangunan diatas tanahnya sendiriwalaupun tanah yang dilakukan
pembangunan tersebut menyangkut tanah milik orang lain meskipun sedikit dan
mengakibatkan menutupi jalan satu-satunya yang mengakses untuk masuk ke rumah Hj.
Sundari.Selain itu, dalam kasus penyerobotan tanah pasti ada para pihak yang dirugikan, maka
3
otomatis para pihak tersebut memerlukan ganti rugi atas kerugian yang dialaminya. Dari hasil
mediasi yang dilakukan menghasilkan keputusan bahwa kedua belah pihak telah sepakat Hj.
Asiyah dapat meneruskan pembangunan septic tank miliknya akan tetapi harus memberikan
kompensasi sebesar Rp. 20.000.000 kepada Hj. Sundari guna membuat akses jalan lain menuju
rumahnya.

Analisis Hukum

a. UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa


Pasal 1 ayat 10 “Alternatif penyelesian sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau
beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar
pengadilan dengan cara konsultasi,negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli”. Dengan
banyaknya opsi penyelesaian sengketa tersebut para pihak dapat memilih melkukan upaya
apayang akan menyelesaian permasalahan yang dialaminya dengan syarat kedua pihak
menyetujuinya
b. Pasal 2 PRP No. 51 Tahun 1960 menyatakan bahwa “Dilarang memakai tanahtanpa
ijin yang berhak atas kuasanya yang sah”. Berdasarkan Pasal tersebut dapat diketahui bahwa
Hj. Asiyah telahmelakukan pelanggaran karena telah mengaku bahwa tanah tersebut
miliknyaakan tetapi Hj. Sundari telah menunjukkan bukti bahwasanya tanah tersebutmiliknya
berdasarkan sertifikat yang dimilikinya
c. Pasal 1366 KUHPerdata menyatakan bahwa : “setiap orang yang bertanggung jawab
tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya tetapi juga untuk kerugian
yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-hatinya”. Pasal tersebut mengarahkan pada
bentuk tanggung jawab pihak yang atas perbuatan kelalaian yang dilakukannya.
d. Pasal 1367 KUHPerdata menyatakan bahwa : “seorang tidak saja bertanggung jawab
untuk kerugian yang disebabkan karena perbuataanyasendiri, tetapi juga untuk kerugian yang
disebabkan karena perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya, atau disebabkan oleh
orang-orang yang berada dibawah pengawasannya”.
Akibat dari perbuatan melawan hukum ini adalah penyerobotan tanah yaitu pelaku
berhubungan langsung terhadap ganti kerugian yang dialami oleh korban.

4
KESIMPULAN

Berdasarkan Pasal 2 PRP No. 51 Tahun 1960 telah dinyatakan bahwasanyadilarang


memakai tanah tanpa ijin seperti yang dilakukan Hj. Asiyah namun pihak yang merasa
dirugikan memberikan pembuktian berupa sertifikat tanahsehingga permasalahan tersebut
menemui titik terang, dengan hal demikianupaya mediasipun dilakukan dengan mencapai
kesepakatan bahwa Hj. Asiyahsebagai pelaku penyerobotan memberikan kompensasi Rp.
20.000.000 kepadaHj. Sundari, dengan demikian mediasi pun dinyatakan berhasil.

Anda mungkin juga menyukai