Anda di halaman 1dari 7

SENGKETA DI

MASYARAKAT
Sumber: H. Hilman Hadikusuma (1992).
Pengantar Antropologi Hukum
Dengan adanya pengendalian sosial, diharapkan masyarakat dapat
bertingkah laku/bertindak sesuai dengan norma sehingga tercipta
kehidupan yang damai.

Namun, pada kenyataannya dalam kehidupan bermasyarakat di mana saja,


ada individu yang tidak mengindahkan norma yang mengakibatkan kerugian
bagi orang lain.

Pengantar
Apabila pelanggaran norma tersebut masih belum dianggap melewati batas
(batas toleransi yang tidak sama dalam semua kebudayaan), maka mungkin
tidak sampai terjadi sengketa dan dapat diselesaikan dengan cara bermaaf-
maafan untuk mengembalikan kondisi seperti semula.

Apabila pelanggaran yang terjadi sudah melanggar batas toleransi, maka


terjadi sengketa.

Bagaimanakah bentuk-bentuk penyelesaian sengketa yang terjadi dalam


masyarakat?
Kekeluargaan dan perselisihan

Masyarakat Penyelesaian juru damai

Ifugao (Luzon Penyelesaian dengan percobaan: perkara saling tuduh,


perkara tuduhan pencurian, perkara tuduhan maksiat,

Utara,
perkara hak-hak atas ladang

Penyelesaian dengan beberapa tindakan: permintaan maaf

Filipina) dan denda, penagihan dengan paksaan halus

Penyitaan, hukuman mati, dan perdamaian: penyitaan


barang-barang bergerak, penyitaan tanah ladang, tindakan
hukuman mati, upacara perdamaian
Contoh:

Pihak yang menyelesaikan Bentuk perselisihan, antara Bentuk-bentuk Penyelesaian, antara lain:
lain:
Pemimpin keluarga (kadangyang) Perselisihan dalam keluarga Penyelesaian dengan damai

Juru damai (Monkalun) Ada kalanya karena menyangkut harga diri Tidak menetapkan keputusan, hanya mendamaikan
Para pihak yang bersengketa tidak berhadapan secara langsung
Monkalun Penyelesaian dengan percobaan, antara lain:
a. Perkara saling tuduh a. Kedua pihak yang bersengketa meletakkan tangan pada sisi badan Monkalun
membakar pisau dan meletakkan pada tangan mereka secara
bergantiantangan yang lebih parah=pihak yg bersalah
b. Perkara tuduhan mencuri b. Apabila ada beberapa orang yang menjadi tertuduh maka dilakukan acara hapud:
meletakkan buah pinang/telur di atas mata pisau/tombak dibacakan mantera,
apabila nama seseorang disebutkan dan ia memang pencurinya maka
pinang/telur akan bergerak ke ujung mata pisau/tombak
c. Tuduhan maksiat c. Si tertuduh dipersilakan memasukkan tangannya ke belanga yang diisi air
mendidih yang di dalamnya diisi kerikil, apabila tertuduh mengambil kerikil
dengan terburu-buru, maka ia dianggap mengakui bahwa ia melakukan zina.
Monkalun a. Membunuh a. Permintaan maaf dan denda: jika pihak yang bersalah menolak maka barang-
barang miliknya disita/dilakukan hukuman mati
b. Hutang-piutang b. Penagihan dengan paksaan halus: apabila Monkalun tidak berhasil membuat yang
berhutang membayar kepada yang berpiutang, maka pihak yang berpiutang akan
ikut berdiam makan dan minum di rumah yg berhutang sampai dirasa cukup
untuk membayar hutangnya.
Penyelesaian antarpribadi: pihak yang merasa dirugikan akan meminta ganti rugi langsung kepada pihak yang merugikannya.
Biasanya karena merasa bersalah, pihak tertuduh tidak mengelak melainkan menawar besar ganti kerugian berdasarkan
kemampuannya. Jadi besarnya ganti kerugian berdasarkan kesepakatan bersama. Apabila terjadi penolakan dari tertuduh maka

Masyarakat
dapat terjadi tindakan yang lebih merugikan.

Comanche Penyelesaian dengan perantara wanita: apabila kasusnya adalah seorang istri berzina dengan pria lain, maka sang suami dapat
bertindak marah kepada istri dan menyuruhnya meminta ganti kerugian kepada pria tersebut. Misalnya: tuntutan ganti ruginya
berupa beberapa ekor kuda lengkap dengan pelana dan pakaian perang. Apabila istri berhasil membawa ganti rugi tersebut,
disaksikan banyak orang, menyerahkannya kepada suaminya maka suaminya akan memaafkan dan tidak menceraikan istrinya.

(Suku Indian
di Amerika
Penyelesaian dengan bantuan kelompok: dalam cara mengajukan tuntutan ganti rugi, penuduh dapat mengajak kelompok
keluarga dan kenalannya untuk mendatangi tertuduh atau bisa juga hanya kelompoknya yang menemui terduduh tanpa
penuduh ikut. Orang yang berunding mengenai tuntutan ganti rugi (walau pun penuduh ikut) biasanya anggota kelompok,
penuduh menunggu di luar. Apabila penuduh kurang puas dengan perundingan, maka ia akan ikut campur berbicara yang
seringkali berakibat terjadinya perbantahan dan tindakan kekerasan yang bertentangan dengan hukum.

Utara) Penyelesaian dengan bantuan panglima perang: apabila penuduh tidak dapat menyelesaikan sendiri dan juga tidak memiliki
kelompok yang membantunya maka ia akan berusaha meminta bantuan kepada panglima perang yang bertindak sebagai
‘pembela hukum’ dengan mempertimbangkan kebenaran dari pihak penuduh, ia akan mengurus ganti kerugian tersebut kepada
tertuduh tanpa balas jasa. Apabila tertuduh menolak untuk bertanggung jawab padahal ia memang bersalah, anggota keluarga
yang mengetahui merasa ikut malu dapat bertindak dengan kasar dan keras kepada tertuduh sampai ia mengakui kesalahannya.
Apabila tidak juga mengaku dapat juga ditempuh usaha lain yaitu tertuduh disuruh bersumpah kepada matahari, bulan atau
tanah dengan menyatakan apabila ia berdusta maka ia rela mati. Apabila ia bersalah, beberapa waktu kemudian yang terjadi
adalah tertuduh tersebut mati.
Suku di Liberia Tengah, Afrika

Kasus Di antara anggota suku ini sering terjadi perselisihan yang menyangkut urusan
keluarga rumah tangga, warisan, atau urusan pekerjaan.

perselisihan Suku ini belum mengenal pengadilan namun sudah memiliki suatu Lembaga
peradilan yang disebut ‘berei mu meni saa’ (rumah tempat berembuk) tempat

masyarakat
sekelompok kerabat dan tetangga berperan menyelesaikan perkara perselisihan
berdasarkan permintaan/pengaduan dari pihak yang berkepentingan.

Kpelle
Misal terjadi perselisihan antara anggota keluarga di dalam rumah tangga, antara
keluarga batih dan keluarga penumpang yang ikut bersamanya, sehingga
berakibat si penumpang diusir pergi dari kediaman mereka oleh kepala rumah
tangganya.

Maka tata cara penyelesaiannya meliputi: acara penyampaian pengaduan,


penentuan pemandu (sebagai hakim), tempat bersidang, anggota yang hadir,
pembukaan siding, acara persidangan, penyelang pembicaraan dari hadirin,
pertimbangan dan penyelesaian perkara.
Agenda Tata Cara

Pengajuan perkara Pihak yang merasa dirugikan mengadukan masalahnya kepada anggota kerabat yang terpandang, misalnya kepala perkampungan, untuk
menyelesaikan perkaranya dengan baik. Pejabat yang diminta menyelesaikan perkara akan bertindak sebagai mediator
(penengah/pelerai). Setelah mendengarkan keluhan si pengadu, ia mengajak para sesepuh masyarakat yang lain untuk ikut serta
menyelesaikan perkara itu.
Waktu dan tempat bersidang Pihak yang mempersiapkan persidangan adalah pihak yang mengadukan masalahnya. Biasanya siding dilaksanakan di tempat kediaman
pengadu, ia mempersiapkan tempat duduk para sesepuh masyarakat dan mediator dan tempat masyarakat yang akan ikut hadir. Jika
rumahnya tidak mencukupi maka hadirin dipersiapkan tempat di serambi/samping rumahnya. Biasanya siding dilaksanakan pada Hari
Minggu. Hadirin harus berpakaian sopan dan rapi.
Persidangan terbuka untuk umum, hadirin dapat mengemukakan pendapatnya.
Pembukaan sidang Setelah semua siap (para sesepuh dan hadirin sudah menempati tempatnya) maka mediator menyatakan siding akan dibuka dan
mempersilakan diantara sesepuh yang bertugas untuk menyampaikan do’a (pembaca doa biasanya memegang ‘kpung’ (tongkat) yang
digerak-gerakkan ketika doanya dibacakan. Setelah itu, mediator membuka siding dan mendengarkan para terperkara.
Mendengarkan keterangan Mediator terlebih dahulu mempersilakan si pengadu untuk menyampaikan keluh kesahnya, penderitaan, dan alas an-alasannya serta hal-
hal yang dikehendakinya dalam menyelesaikan perkara tersebut. Setelah itu mediator mempersilakan pihak yang diadukan/tertuduh
untuk menjawab dan memberikan keterangannya secara panjang lebar. Diterapkan perlakuan seimbang antara pengadu dan yang
diadukan. Ketika masing-masing pengadu dan yang diadukan berbicara, mereka diperbolehkan saling mengajukan pertanyaan dan
jawaban, kepada mediator, dan hadirin. Hadirin juga dapat mengajukan pertanyaan dan menyatakan pendapatnya kepada pihak yang
berperkara. Dalam proses ini, mediator menjaga ketertiban persidangan sehingga tidak terjadi pembicaraan yang tidak teratur dan
mengganggu jalannya persidangan. Apabila ada yang berbicara berlebihan dan sampai menyinggung perasaan dan sebagainya, maka ia
akan ditegur oleh mediator dan jika perlu terhadapnya dijatuhkan hukuman denda karena telah mengganggu jalannya persidangan.
Penyelesaian perkara Setelah semua keterangan didengar dengan baik maka mediator mempertimbangkan kesemuanya dan menyimpulkan penyelesaian
perkara tersebut, misalnya:
- Oleh karena sudah jelas siapa yang bersalah, maka kepada pihak yang bersalah agar meminta maaf kepada pihak yang benar.
Permintaan maaf diwujudkan dalam bentuk pemberian hadiah yang wajar kepada pihak yang benar.
- Begitu pula pihak yang dibenarkan, sebagaimana kebiasaan yang berlaku harus pula memberi hadiah sekadarnya kepada pihak yang
bersalah sebagai tanda kebersihan hatinya.
Kesimpulan penyelesaian mediator itu ditawarkan kesepakatannya kepada para pihak yang berperkara yang didengar para hadirin.
Biasanya dalam penyelesaian perselisihan rumah tangga para pihak terperkara tidak keberatan menerimanya sehingga kehidupan
mereka rukun Kembali.
Dengan ada kesepakatan bersama itu, berarti perkara sudah selesai dan persidangan ditutup dengan makan minum bersama antara para

Anda mungkin juga menyukai