Anda di halaman 1dari 4

A.

IDENTIFIKASI DAN DESKRIPSI ISU AKTUAL

Salah satu isu aktual yang terjadi di unit atau satuan kerja di Kantor Pertanahan
Kabupaten Sukabumi yaitu masalah hutang piutang antara kedua belah pihak dengan
jaminan atau agunan sertipikat tanah. Terdapa dua pihak yaitu pihak Debitur (Pihak
yang memiliki Hutang) dan Kreditur (Pihak yang berperan memberikan bantuan
pembiayaan), Permasalahan yang timbul yaitu apabila pihak Debitur meninggal dunia
dan terdapat ahli waris yang tidak mengetahui soal hutang pewaris dan banyak ahli
waris yang tidak merasa harus membayar hutang pewaris karena bukan ahli waris
yang berhutang.

B. DAMPAK

Dampak yang akan terjadi jika isu tersebut tidak segera diselsaikan maka akan terjadi
sengketa antara para pihak, yaitu pihak Debitur (Ahli Waris) dan Kreditur karena
pihak ahli waris tidak merasa harus membayar hutang pewaris karena bukan ahli
waris yang berhutang akan tetapi pewaris.

Utang pewaris harus ditanggung oleh para ahli waris yang menerima warisan. Hal ini
diatur dalam Pasal 1100 KUHPerdata: “Para ahli waris yang telah bersedia menerima
warisan, harus ikut memikul pembayaran utang, hibah wasiat dan beban-beban lain,
seimbang dengan apa yang diterima masing-masing dari warisan itu.”

Para ahli waris berkewajiban membayar hutang dari ahli waris maka dari itu para ahli
waris sebagai Debitur akan meminta bukti hutang yang telah dilakukan dan disepakati
oleh Pewaris sebagai Debitur sebelumnya yang sekarang menjadi kewajiban Ahli
waris untuk melunasi hutangnya kepada kreditur.

C. REKOMENDASI PENYELSAIAN ISU

Rekomendasi Penyelsaian terhadap isu yaitu dengan cara Mediasi. Karenan agunan
atau jaminan dari hutang tersebut berupa sertipikat tanah di wilayah Kabupaten
Sukabumi, maka mediasi dapat diajukan oleh kedua belah pihak baik Debitur atau
Kreditur dan permohonan mediasi diajukan ke Kantor Pertanahan Kabupaten
Sukabumi atau sesuai wilayah Sertipikat yang menjadi agunan.

D. TEKNIK PENYELSAIAN ISU

Penyelsaian masalah dengan melakukan mediasi para pihak dapat mengajukan surat
permohonan mediasi kepada Kantor Pertanahan yaitu :
Pihak yang bersangkutan atau berkepentingan mengajukan surat
permohonan mediasi ke Kantor Pertanahan.

Kepala Kantor Pertanahan mengdisposisi surat tersebut kepada Seksi


Pengendalian dan Penanganan Sengeketa.

Seksi Pengendalian dan Penanganan Sengketa akan mengkaji


permasalahan bisa diterima mediasi atau tidak.

Jika mediasi diterima makan permohonan mediasi tersebut akan


dibuatkan jadwal mediasi yang pertama. Terdapat tiga kali pemanggilan
untuk jadwal mediasi.

Surat Pemanggilan Mediasi akan dikirim kepada kedua belah pihak atau
pihak yang bersangkutan.

Para pihak wajib menghadiri undangan mediasi.

Dalam pertemuan mediasi akan dipimpin oleh mederator yaitu Kepala


Seksi Pengendalian dan Penangan Sengketa.
Jika pertemuan mediasi
sudah dilakukan 3 kali

tidak menemukan titik temu


Jika pertemuan mediasi para
atau kesepakatan maka
pihak menemukan solusi atau
diserahkan kepada para pihak
kesepakatan maka dibuatkan
yang bersangkutan untuk
berita acara penyelsaian
melanjutkan penyelsaian malah
masalah atau akta perdamaian
melalui litigasi atau Non-
dari pejabat yang berwenang.
Litigasi.

E. KESIMPULAN

Para ahli waris berkewajiban membayar hutang dari ahli waris maka dari itu para ahli
waris sebagai Debitur akan meminta bukti hutang yang telah dilakukan dan disepakati
oleh Pewaris sebagai Debitur sebelumnya yang sekarang menjadi kewajiban Ahli
waris untuk melunasi hutangnya kepada kreditur.
Utang pewaris harus ditanggung oleh para ahli waris yang menerima warisan. Hal ini
diatur dalam Pasal 1100 KUHPerdata: “Para ahli waris yang telah bersedia menerima
warisan, harus ikut memikul pembayaran utang, hibah wasiat dan beban-beban lain,
seimbang dengan apa yang diterima masing-masing dari warisan itu.”

Badan Pertanahan Nasional (BPN) mempunyai tugas menyelenggarakan urusan


pemerintahandi bidang pertanahan, dapat bertindak secara administratif
menyelesaikan sengketa pertanahan yang menjadi kewenangannya dan selain
kewenangannya. Peraturan Kepala BPN No.11 Tahun 2016 merupakan dasar
kewenangan BPN menjadi mediator membantu para pihak mencari berbagai
kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau
memaksakan sebuah penyelesaian. Metode penelitian ini menggunakan metode
penelitian yuridis normatif dengan analisis data bersifat yuridis kualitatif. Objek
penelitian ini yaitu sengketa tanah yang menjadi kewenangan BPN.
Dalam hal mediasi berhasil dicapai kesepakatan dituangkan dalam perjanjian
perdamaian ditandatangani oleh para pihak dan mediator, juga dibuat Berita Acara
Pelaksanaan Mediasi yang ditandatangani oleh mediator. Perjanjian perdamaian yang
dicapai melalui mediasi oleh mediator BPN semata-mata hanya merupakan alat bukti
tertulis dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat untuk dilaksanakan. 

Anda mungkin juga menyukai