Anda di halaman 1dari 11

Kantor Editor : Lantai 2 Fakultas Syariah UIN SAIZU Purwokerto

Jl. A. Yani No. 40A Purwokerto JawaVol. 4 No.531226


Tengah 2 Juli-Indonesia
Des 2021
Telp. DOI
: +62 281 635624 Fax. +62 281 63665310.24090/volksgeist.v4i2.5372

ISSN Print 2615-5648 E-Mail : Volksgeist@uinsaizu.ac.id


ISSN Online 2615-174X Website : http://ejournal.uinsaizu.ac.id/index.php/ Volksgeist

Perlindungan Hukum Bagi Kurir dalam Sistem Cash on Delivery


Belanja Online

Riska Natagina Putri,1 Siti Nurul Intan Sari Dalimunthe,2


1,2
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta
1
Email: riskanataginap@upnvj.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kedudukan hukum kurir dalam kegiatan jual beli secara
online, terutama dalam sistem pembayaran COD, dan untuk mengetahui perlindungan hukum
yang dapat diberikan kepada kurir dalam sistem pembayaran COD, terlebih perlindungan hukum
bagi kurir terhadap pembeli yang wanprestasi dan menolak barang yang dipesannya. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis normatif dengan cara meneliti bahan-
bahan pustaka atau sumber data sekunder, yaitu peraturan perundang-undangan, buku-buku, dan
penelitian-penelitian hukum. Berdasarkan metode tersebut, maka penelitian dilakukan dengan
pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan kasus (case approach).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedudukan hukum kurir dalam sistem COD belanja online
adalah sebagai penerima titipan, sebagai orang yang menggantikan perusahaan jasa pengiriman
barang dalam menjalankan kuasa dari penjual, dan sebagai penerima pembayaran dari pembeli.
Perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada kurir dalam sistem COD belanja online adalah
dengan menjamin bahwa kurir tidak bertanggung jawab atas ketidaksesuaian atau kerusakan barang
yang bukan disebabkan oleh kesalahan atau kelalaiannya.
Kata Kunci: Perlindungan hukum; kurir; cash on delivery; belanja online.
Abstract
This study aims to find out the legal position of the couriers in online shopping activities, especially
in the payment method of COD (Cash on Delivery); the legal protection that can be given to the
COD couriers; and the legal protection for the couriers who encounter buyers who default and
refuse the goods they ordered. The method used in this research is the normative juridical method
by examining library materials or secondary data sources, namely laws and regulations, books,
and legal studies. Based on this method, the research was conducted using a statutory approach
and a case approach. The results show that the legal position of the couriers in the online shopping
with COD method of payment is as a recipient of a deposit, as a person who represents a freight
forwarder in carrying out the power of attorney from the seller, and as a recipient of payment
from the buyer. The legal protection that can be given to the couriers is ensuring that the couriers
are not responsible for any discrepancy or damage to goods that are not caused by his mistake or
negligence.
Keywords: Legal protection; couriers; cash on delivery; online shopping.

193
Pertanggungjawaban Hukum Terhadap Tindakan Malpraktik 193
Vol. 4 No. 2 Juli- Des 2021
DOI 10.24090/volksgeist.v4i2.5643

Sejarah Artikel dalam hasil survei oleh We Are Social pada


Dikirim: 06 Oktober 2021 April 2021, sebanyak 88,1% (delapan puluh
Direview: 16 November 2021 delapan koma satu persen) pengguna internet
di Indonesia lebih suka untuk membeli produk
Diterima: 23 November 2021
yang diinginkan secara online.3 Terlebih lagi,
Diterbitkan: 30 November 2021 sejak mewabahnya virus COVID-19 dan
pemberlakuan kebijakan-kebijakan pemerintah
PENDAHULUAN dalam menangani virus tersebut membuat
Tidak dapat dipungkiri bahwa internet sebagian besar masyarakat Indonesia berada di
merupakan media penting dalam menyediakan rumah, terjadi peningkatan terhadap kegiatan
informasi bagi dan/atau kepada masyarakat belanja online sebanyak 25% (dua puluh lima
sekarang ini. Bahkan majunya perkembangan persen) hingga 30% (tiga puluh persen) di
zaman. Internet merupakan lompatan teknologi, Indonesia.4
yang telah merubah cara pandang batas terhadap Selain proses jual beli yang mudah,
bisnis lokal maupun global, dimana model sistem pembayaran yang digunakan dalam
bisnis era global saat ini menggunakan sistem belanja online juga praktis. Pembeli umumnya
dengan cara yang tidak perlu untuk bertatap melakukan transfer sejumlah uang seharga
muka secara langsung, cukup hanya dengan produk yang dibelinya kepada penjual melalui
melakukan transfer data via internet saja.1 Selain rekening bank. Namun, pembayaran dengan
itu, internet juga dirasa memberikan manfaat sistem tersebut ternyata memiliki risiko yang
baik dalam bidang perdagangan, dimana para cukup besar dikarenakan kemungkinan adanya
pelaku usaha dapat memasarkan produk yang penipuan atau kecurangan oleh penjual.
dijualnya secara lebih mudah, cepat, dan Berdasarkan hal tersebut muncul sistem
praktis dan para konsumen bisa mendapatkan pembayaran lain yang dinilai lebih aman
produk diinginkannya dengan mudah dan dengan tingkat risiko yang lebih kecil, yaitu
dengan harga yang cenderung lebih terjangkau cash on delivery (selanjutnya disebut sebagai
melalui kegiatan jual beli atau belanja secara COD). COD merupakan sistem pembayaran
online. Belanja online merupakan kegiatan jual dalam belanja online dimana pembeli dapat
beli dengan ciri khas prosesnya yang mudah, membayar barang yang dipesannya secara tunai
dimana tidak bertemunya penjual dan pembeli ketika barang tersebut tiba di tujuan. Metode
secara langsung serta dapat dilakukan kapan pembayaran ini merupakan metode pembayaran
pun dan dimana pun.2 yang paling digemari oleh konsumen di
Kemudahan yang didapatkan dari belanja Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan data
online membuat kegiatan tersebut semakin Statistik E-Commerce 2020 yang dirilis oleh
digemari oleh konsumen Indonesia. Tercatat Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan
bahwa dari sekitar 17 (tujuh belas) ribu usaha
1
Mabarroh Azizah, “PENERAPAN ETIKA
3
BISNIS ISLAM DALAM TRANSAKSI JUAL BELI Andrea Lidwina, “Penggunaan E-Commerce
DARING DI TOKO ONLINE SHOPEE,” Humani Indonesia Tertinggi di Dunia,” Databoks, 21 April 2021,
(Hukum Dan Masyarakat Madani) 10, no. 1 (May 22, https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/06/04/
2020): 83–96, https://doi.org/10.26623/HUMANI. penggunaan-e-commerce-indonesia-tertinggi-di-dunia.
4
V10I1.1848. Bidara Pink, “YLKI Catat Selama Pandemi
2
Ainul Yaqin, “Akibat Hukum Wanprestasi Aktivitas Belanja Online Meningkat Hingga 30%,”
dalam Jual Beli Online menurut Undang-Undang Kontan.co.id, 14 Januari 2021, https://nasional.kontan.
Informasi dan Transaksi Elektronik,” Jurnal Dinamika co.id/news/ylki-catat-selama-pandemi-aktivitas-belanja-
25, no. 6 (2019): 10. online-meningkat-hingga-30.

194 Riska, Nurul


Vol. 4 No. 2 Juli- Des 2021
DOI 10.24090/volksgeist.v4i2.5643

online yang ada di Indonesia, 73% (tujuh puluh sebelumnya dominan hanya berfokus kepada
tiga persen) di antaranya menggunakan metode urgensi perlindungan hukum bagi pihak
pembayaran COD.5 pelaku usaha6, perlindungan hukum bagi
Sistem pembayaran COD cukup mem- konsumen7 dalam kegiatan jual beli online, dan
berikan keuntungan bagi pembeli, dimana perlindungan hukum bagi semua pihak yang
pembeli dapat mengecek kembali barang yang terlibat dalam sistem COD pada marketplace8.
dipesannya ketika telah tiba. Selanjutnya, Penulis masih belum menemukan adanya
jika terjadi ketidaksesuaian terhadap barang penelitian yang secara eksplisit berfokus kepada
yang dipesannya, pembeli dapat mengajukan pembahasan mengenai kedudukan kurir dan
pengembalian kepada penjual. Namun, seperti pertanggungjawaban terhadap kurir pengantar
metode pembayaran lainnya, COD juga dapat barang yang dirugikan dan peran negara dalam
menimbulkan masalah. Tidak sedikit pembeli menjamin perlindungan hukum bari kurir,
yang merasa barang pesanannya tidak sesuai terutama dalam sistem COD. Di samping itu,
yang kemudian menolak untuk membayar barang beberapa penelitian yang membahas mengenai
pesanannya, bahkan meminta pengembalian sistem pembayaran elektronik melalui aplikasi,9
dana langsung kepada kurir. Padahal, dalam melalui transfer rekening antar bank,10 ataupun
hal ini kurir hanya berperan sebagai perantara menggunakan kartu kredit bank11 masih
antara penjual dan pembeli dalam pengantaran mendominasi penelitian mengenai sistem
barang dan penerimaan pembayaran, serta pembayaran yang digunakan dalam jual beli
tidak bertanggungjawab atas ketidaksesuaian online di Indonesia sejauh ini. Padahal, seiring
barang yang diterima. Hal tersebut tentu berjalannya waktu dan semakin maraknya
menyimpang terhadap ketentuan dalam Pasal penggunaan sistem pembayaran COD, sistem
1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(selanjutnya disebut sebagai KUH Perdata), 6
Chory Ayu Sugesti, Si Ngurah Ardhya, dan
dimana pembeli dan penjual telah mengikatkan Muhamad Jodi Setianto, “Perlindungan Hukum terhadap
Pelaku Usaha Online Shop yang Mengalami Kerugian
dirinya dalam suatu perjanjian jual beli. Atas yang Disebabkan oleh Konsumen di Kota Singaraja,”
hal tersebut maka keduanya harus memenuhi Jurnal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan
prestasi yang telah diperjanjikan, dimana dalam Ganesha 3, no. 3 (2020): 166–75.
7
hal sistem pembayaran COD, pembeli wajib Heldya Natalia Simanullang, “Perlindungan
Hukum terhadap Konsumen dalam Transaksi
membayarkan barang yang dipesannya ketika E-Commerce,” Melayunesia Law 1, no. 1 (2017): 111–
barang tersebut telah diterimanya. Dalam hal 26.
8
terjadinya ketidaksesuaian, maka hal tersebut Grace Evelyn Pardede and Ferdinand Sujanto,
“URGENSI PENYERAGAMAN KEBIJAKAN
bukan merupakan tanggung jawab kurir. COD PADA MARKETPLACE INDONESIA DEMI
Tindakan wanprestasi dalam kegiatan MEWUJUDKAN PERLINDUNGAN HUKUM” 1, no.
belanja online sekarang ini bukanlah hal yang 2 (2021): 12–28.
9
Erwin Asmadi, “Aspek Perlindungan Hukum
baru terjadi. Berbagai penelitian telah banyak bagi Konsumen dalam Penggunaan Aplikasi Pembayaran
dilakukan selama beberapa tahun terakhir Elektronik (Electronic Payment),” Doktrina : Journal of
untuk menelaah tindakan wanprestasi tersebut. Law 1, no. 2 (2018): 90–103.
10
Teguh Tresna Puja Asmara dan Tri Handayani,
Namun, setelah menelaah beberapa penelitian, “Ketidakpastian Hukum Penggunaan Kode Unik dalam
ditemukan bahwa penelitian-penelitian Sistem Pembayaran E-Commerce,” Jurnal Penelitian
Hukum De Jure 19, no. 4 (2019): 503–16.
5 11
Anindhita Maharrani, “Orang Indonesia Pilih Sri Wahyuni, “Perlindungan Hukum Terhadap
CoD saat Belanja Online,” Lokadata, 19 Januari 2021, Konsumen Pemilik Kartu Kredit dalam Transaksi
https://lokadata.id/artikel/orang-indonesia-pilih-cod- E-Commerce (Studi Pada Bank X Medan)” (Universitas
saat-belanja-online. Sumatera Utara, 2019).

Perlindungan Hukum Bagi Kurir 195


Vol. 4 No. 2 Juli- Des 2021
DOI 10.24090/volksgeist.v4i2.5643

pembayaran tersebut juga perlu ditelaah dan adalah pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
diteliti mengenai permasalahan-permasalahan Jika dalam jual beli konvensional hanya terdapat
atau ketidakpastian hukum yang mungkin pihak penjual dan pembeli, lain halnya dengan
terjadi dalam penggunaannya. jual beli online. Dalam jual beli online, terdapat
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan pihak ketiga selaku perantara yang juga ikut
dari penulisan ini adalah untuk membahas terlibat dalam perjanjian jual beli antara penjual
mengenai kedudukan kurir sebagai perantara dan pembeli. Meskipun tidak terlibat secara
antara penjual dan pembeli dalam jual beli langsung, namun pihak perantara tersebut
online, terutama dalam sistem pembayaran bekerja untuk perusahaan jasa pengiriman
COD, juga untuk mengetahui perlindungan barang yang mana telah terikat dalam
hukum yang dapat diberikan kepada kurir suatu perjanjian pengiriman barang dengan
sebagai pihak yang berhubungan langsung pengguna jasanya, yaitu penjual.14 Subekti
dengan pembeli dalam sistem pembayaran berpendapat bahwa perjanjian pengiriman
COD. tersebut merupakan perjanjian antara 2 (dua)
Penelitian ini dilakukan menggunakan pihak, yang mana pihak satu menyanggupi
jenis penelitian yuridis normatif, yang mana untuk membawa barang dari suatu tempat ke
penelitian ini akan mengacu kepada bahan- tempat lain dengan aman, sedangkan pihak
bahan hukum yang ada, seperti kaidah- yang lain menyanggupi untung menanggung
kaidah hukum, asas-asas hukum, peraturan biaya ongkosnya.15 Perjanjian tersebut bersifat
perundang-undangan, dokrin dan ajaran-ajaran berkala sebagaimana dikaitkan dengan Pasal
hukum, literatur-literatur hukum, dan teori- 1601 KUH Perdata, yang mana hubungan
teori hukum.12 Adapun pendekatan masalah perjanjian antara perusahaan jasa pengiriman
yang digunakan dalam penelitian ini adalah barang dengan penjual maupun pembeli tidak
dengan menggunakan pendekatan perundang- tetap.16
undangan (statue approach) dan pendekatan Berdasarkan perjanjian antara penjual
kasus (case approach). dengan perusahaan jasa pengiriman barang
tersebut, maka perusahaan jasa pengiriman
barang dapat dianggap sebagai pihak yang
PEMBAHASAN
menerima kuasa dari penjual selaku pemberi
Kedudukan Hukum Kurir dalam Sistem kuasa dalam melakukan penyerahan,
Cash on Delivery Belanja Online sebagaimana diatur dalam Pasal 1792 KUH
Pada dasarnya, kesamaan antara kegiatan Perdata. Menurut pasal tersebut, perusahaan
jual beli konvensional maupun jual beli online jasa pengiriman barang bertindak atas nama
yaitu terdapat setidaknya satu perjanjian penjual untuk menyerahkan barang pesanan
yang mengikat pihak-pihak yang terlibat pembeli. Selanjutnya, agar efektif dan tepat
di dalamnya.13 Namun, salah satu hal yang waktunya penyerahan tersebut, perusahaan
membedakan kedua kegiatan jual beli tersebut
14
Mulyani Zulaeha, “Tanggung Jawab dalam
12
Nurul Qamar et al., Metode Penelitian Hukum Levering pada Perjanjian Jual Beli secara Online,”
(Legal Research Methods), ed. Abd. Kahar Muzakkir, 1st Lambung Mangkurat Law Journal 4, no. 2 (2019): 179.
15
ed. (Makassar: CV. Social Politic Genius (SIGn), 2017), Nedi Pernando, Busyra Azheri, and Wetria
13
Hermawan Lumba and Sumiyati, Fauzi, “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen atas
“Pertanggungjawaban Perusahaan Ekspeditur Kepada Kerusakan Barang Pengguna Jasa Pengiriman Angkutan
Konsumen Berdasarkan UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Online,” Journal of Chemical Information and Modeling
Perlindungan Konsumen,” Mimbar Keadilan Jurnal 4, no. 1 (2021): 136.
16
Ilmu Hukum, no. 8 (2014): 71–86. Lumba dan Sumiyati, 75

196 Riska, Nurul


Vol. 4 No. 2 Juli- Des 2021
DOI 10.24090/volksgeist.v4i2.5643

jasa pengiriman barang mempekerjakan kurir- kewajibannya untuk menyerahkan barang


kurir yang berperan sebagai perantara untuk tersebut kepada pembeli dapat menggunakan
mengirimkan barang tersebut langsung ke bantuan kurir atau perusahaan jasa pengiriman
tangan pembeli. Berkaitan dengan Pasal 1800 barang sebagaimana disebutkan dalam Pasal 63
KUH Perdata, maka kurir dapat dikatakan ayat (2) PP 80/2019, dengan tetap memastikan
sebagai pihak yang menggantikan perusahaan ketentuan-ketentuan yang selanjutnya dinya-
jasa pengiriman barang dalam menjalankan takan dalam Pasal 64 ayat (1) PP 80/2019, di
kuasa yang diberikan penjual kepadanya. Dalam antaranya: keamanan barang, kelayakan kondisi
hal ini, menurut Pasal 1803 KUH Perdata, maka barang, kerahasiaan barang, kesesuaian barang,
perusahaan sepenuhnya bertanggung jawab atas dan ketepatan waktu pengiriman barang.
kurir yang mewakilkannya dalam menjalankan Dalam hal biaya ongkos yang dikenakan
tugasnya. Perusahaan juga bertanggung jawab, untuk pengiriman biasanya ditanggung oleh
baik atas kesalahan-kesalahan yang dilakukan pembeli digabungkan dengan biaya barang
oleh kurir dengan sengaja, maupun kelalaian- yang dibelinya berdasarkan kesepakatan
kelalaian lain yang terjadi, sebagaimana diatur antara keduanya. Selanjutnya, menurut Pasal
dalam Pasal 1801 KUH Perdata. Dalam hal 64 ayat (2) PP 80/2019, penjual tidak dapat
pengiriman barang yang dilakukan oleh kurir, membebankan biaya pengiriman kepada
maka secara tidak langsung juga dapat dikatakan pembeli, kecuali berdasarkan kesepakatan
bahwa kurir merupakan pihak yang dititipkan antara keduanya.
barang oleh penjual melalui perusahaan jasa Sedikit berbeda halnya ketika penyerahan
pengiriman barang kepada pembeli. Penitipan barang tersebut dilakukan menggunakan
yang dimaksud merupakan kegiatan yang sistem pembayaran COD. Dalam sistem
dilakukan untuk menerima, membawa, dan pembayaran COD, kurir tetap berperan sebagai
atau menyampaikan paket dari pengirim kepada seseorang yang ditunjuk untuk menggantikan
penerima dengan memungut biaya. Sesuai kuasa perusahaan jasa pengiriman barang.
dengan ketentuan dalam Pasal 1706 KUH Namun, selain itu, kurir juga berperan sebagai
Perdata, kurir selaku penerima titipan wajib seseorang yang dikuasakan untuk menerima
menjaga barang yang dipercayakan kepadanya pembayaran dari pembeli. Dikarenakan dalam
dengan sebaik mungkin seperti ia menjaga jual beli online pihak penjual dan pembeli tidak
barang-barangnya sendiri. bertemu langsung, maka pembayaran secara
Sama halnya seperti jual beli konvensional, tunai pun tidak dapat dilaksanakan dengan
di dalam jual beli secara online pun penyerahan bertatap muka. Hal tersebut sesuai dengan
barang yang dibeli sebagai obyek dari jual ketentuan dalam Pasal 1385 KUH Perdata,
beli merupakan kewajiban penjual, dan yang menyatakan bahwa pembayaran harus
pembeli berkewajiban untuk membayar barang dilakukan kepada si berpiutang (penjual) atau
tersebut dengan harga yang telah disepakati, kepada seseorang yang dikuasakan olehnya
sebagaimana diatur dalam Pasal 1457 KUH (kurir). Berdasarkan ketentuan pasal tersebut,
Perdata. Kemudian, Pasal 1458 menyatakan maka pembeli dalam sistem COD berkewajiban
bahwa setelah terjadinya kesepakatan mengenai membayarkan uang seharga barang kepada
barang dan harga barang tersebut, maka kegiatan kurir. Selanjutnya, menurut Pasal 1478 KUH
jual beli tersebut dianggap telah ada sekalipun Perdata, penjual tidak wajib menyerahkan
barang tersebut belum diserahkan maupun barang yang disepakati apabila pembeli belum
harganya belum dibayarkan. Seperti yang melakukan pembayaran. Berlawanan dengan
telah diuraikan, penjual dalam melaksanakan pasal tersebut, dalam sistem pembayaran COD,

Perlindungan Hukum Bagi Kurir 197


Vol. 4 No. 2 Juli- Des 2021
DOI 10.24090/volksgeist.v4i2.5643

setelah terjadinya kesepakatan harga atas suatu untuk membayar barang yang dipesannya dalam
barang, maka penjual wajib menyerahkan sistem COD17, sehingga menyulitkan kurir
barang tersebut melalui kurir dan pembeli wajib sebagai pihak perantara dalam menjalankan
membayar dengan harga yang telah disepakati pekerjaannya dan menerima pembayaran.
kepada kurir pada saat barang tersebut tiba di Sistem pembayaran COD sekarang ini justru
alamat tujuan. menjadi sarana bagi pembeli untuk me-
Selanjutnya, berpedoman pada Pasal lampiaskan protesnya atas barang yang tidak
1802 KUH Perdata, jika biaya pembayaran sesuai kepada kurir.
dalam sistem COD telah diterima oleh kurir, Dalam sistem pembayaran COD, apabila
maka kurir wajib memberikan biaya tersebut barang yang dipesan oleh pembeli tidak sesuai
kepada perusahaan yang kemudian akan dengan apa yang disepakati sebelumnya dengan
diteruskan kepada marketplace dan penjual. penjual, maka kurir tidak wajib bertanggung
Atas pelaksanaan tugasnya tersebut pun kurir jawab terhadap hal tersebut dikarenakan hal
memiliki hak untuk mendapatkan upah sesuai tersebut bukan merupakan kewajiban kurir,
dengan perjanjian pekerjaan dengan perusahaan artinya kurir hanya menjalankan kewajibannya
jasa pengiriman barang, sebagaimana merujuk berdasarkan apa yang telah dikuasakan
pada Pasal 1808 KUH Perdata. Berdasarkan kepadanya. Hal tersebut juga sesuai dengan
hal tersebut juga, dapat dikatakan bahwa Pasal 1797 KUH Perdata yang menyebutkan
kuasa yang diberikan kepada kurir untuk bahwa orang yang menjalankan kuasa tidak
menyerahkan barang dalam sistem pembayaran boleh melakukan apa pun yang melampaui
COD berakhir, sebagaimana diatur dalam Pasal batas kuasanya, dalam hal ini hal yang
1813 KUH Perdata. Selanjutnya, merujuk pada melampaui tersebut adalah bertanggung jawab
Pasal 1601 huruf a KUH Perdata, dalam hal atas ketidaksesuaianatau kerusakan barang
kurir telah menyelesaikan pekerjaannya dalam yang bukan merupakan kesalahan kurir. Kurir
waktu tertentu, maka kurir berhak menerima pun bahkan tidak mengetahui mengenai detil
upah dari perusahaan jasa pengiriman barang. transaksi antara penjual dengan pembeli.
Walaupun kurir merupakan pihak yang
Perlindungan hukum bagi Kurir dalam berhubungan langsung dengan pembeli, namun
Sistem Cash on Delivery Belanja Online tidak terdapat hubungan hukum di antara
keduanya.18 Seperti yang telah dijelaskan, kurir
Pembayaran dengan sistem COD me-
hanya berperan sebagai perantara antara penjual
rupakan salah satu langkah dalam mening-
dan pembeli dalam hal penyerahan barang.
katkan minat masyarakat dalam berbelanja
Kedudukan kurir dalam sistem COD belanja
online, terlebih di masa pandemi COVID-19
online adalah sebagai pihak yang menggantikan
ini, dimana hampir semua orang lebih sering
kuasa perusahaan pengiriman barang dalam
berada di rumah. Pembayaran dengan sistem
hal pengantaran barang. Ketidaksesuaian atau
COD juga memudahkan masyarakat yang tidak
memiliki rekening bank atau e-wallet untuk 17
Conney Stephanie, “Rentetan Kasus COD,
tetap bisa belanja online. Namun, di balik Mengancam Kurir Hingga Paket Tak Bertuan,”
banyaknya kelebihan dan keuntungan yang Kompas.com, 07 Juni 2021, https://tekno.kompas.
didapatkan dari sistem COD tersebut, tidak com/read/2021/06/07/09550027/rentetan-kasus-cod-
mengancam-kurir-hingga-paket-tak-bertuan?page=all.
sedikit juga permasalahan hukum yang timbul. 18
Suriyadi, “Tanggung Gugat Penjual Dan Jasa
Akhir-akhir ini banyak terjadi beberapa kasus Pengantaran Dalam Transaksi Jual Beli Online Dengan
yang disebabkan oleh pembeli yang menolak Metode Cash on Delivery,” El-Iqtishady Jurnal Hukum
Ekonomi Syari’ah 3, no. 1 (2021): 35.

198 Riska, Nurul


Vol. 4 No. 2 Juli- Des 2021
DOI 10.24090/volksgeist.v4i2.5643

kerusakan barang pun tidak dapat dijadikan peran penting dalam keberhasilan proses jual
alasan pembenar bagi pembeli untuk menolak beli antara penjual dan pembeli. Perlindungan
melakukan pembayaran, apalagi memaki atau hukum sendiri sangat berkaitan erat dengan
melakukan hal yang di luar batas terhadap kurir. hak dan kewajiban dari subyek hukum, yang
Terlebh jika ketidaksesuaian atau kerusakan mana adalah manusia yang memiliki hak dan
barang tersebut bukan dikarenakan kesalahan kewajiban secara hukum.20
atau kelalaian dari kurir. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal
Terhadap penolakan pembayaran yang 17 ayat (2) UU No. 11 Tahun 2008 tentang
dilakukan oleh pembeli dalam sistem COD, Informasi dan Transaksi Elektronik, para pihak
maka pembeli tersebut telah sangat merugikan dalam melakukan transaksi secara elektronik
kurir. Pertama, dari segi tenaga, kurir harus wajib untuk beritikad baik selama transaksi
mengeluarkan tenaga yang ekstra ketika pembeli berlangsung. Itikad baik merupakan hal yang
menolak membayar terlebih jika pembeli tidak sangat penting dalam perjanjian jual beli, baik
mengerti bahwa ketidaksesuaian atau kerusakan konvensional maupun online, bahkan dari
bukan merupakan tanggung jawab kurir, karena sebelum adanya kesepakatan.21 Itikad baik juga
kurir harus memberikan penjelasan kepada ditegaskan dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH
pembeli yang tidak mengerti atas hal tersebut Perdata yang mengharuskan adanya itikad
dan itu sangat membuang tenaga. Kedua, baik dalam suatu perjanjian. Dalam jual beli
pengantaran barang ke alamat-alamat lainnya dengan sistem pembayaran COD, itikad baik
menjadi terhambat dan lebih lama dikarenakan harus dijalankan dengan benar oleh para pihak
kurir harus menghabiskan waktu dalam yang terlibat, yaitu penjual harus menyerahkan
memberi penjelasan kepada pembeli yang tidak barang sesuai dengan yang disepakati dan
mengerti mengenai mekanisme pembayaran pembeli harus membayar barang tersebut ketika
COD. Ketiga, jika pembeli menolak membayar barang tersebut telah sampai.22 Apabila itikad
dan kemudian kurir kembali ke gudang dengan baik tersebut dilaksanakan dengan benar dengan
keadaan paket telah dibuka bungkusnya, maka tidak mengurangi atau mengabaikan hak-hak
terdapat kemungkinan kurir akan terkena para pihak, maka permasalahan-permasalahan
teguran atau bahkan sanksi oleh atasan atas yang mungkin terjadi dapat dihindari. Dalam
hal tersebut. Sebab, kebijakan di beberapa sistem pembayaran COD, transaksi dianggap
perusahaan pengiriman barang mengharuskan belum berakhir ketika pembeli belum
kurir untuk membayar barang COD yang tidak membayarkan barang pesanannya kepada kurir.
dibayar oleh pembeli.19 Padahal, pada dasarnya, Maka, pembeli harus tetap beritikad baik dan
barang-barang yang dipesan dan dibayar dengan membayar barang pesanannya tersebut kepada
sistem COD, tidak boleh dibuka bungkusnya kurir sebelum dibuka. Jika paket dibuka dan
sebelum dilakukannya pembayaran. Atas
20
Arikha Saputra, Muzayanah, dan Fitika
dasar hal tersebut, maka kurir dalam sistem
Andraini, “Penerapan Perjanjian dalam Hubungan Kerja
pembayaran COD belanja online dirasa sangat dan Perlindungan Hukum bagi Driver Online,” Jurnal
perlu untuk mendapatkan perlindungan hukum, Komunikasi Hukum (JKH) 6, no. 1 (2020): 266,
21
mengingat dalam sistem COD kurir memegang Rafni Suryaningsih Harun, Weny A. Dungga,
dan Abdul Hamid Tome, “Implementasi Asas Itikad Baik
dalam Perjanjian Transaksi Jual Beli Online,” Jurnal
19
Ramdan Febrian, “Sialnya Jadi Kurir Pengiriman Legalitas 12, no. 2 (2018): 94.
22
Paket: Tanggung Jawab Besar Tapi Perlindungan Hukum Setiawati Gulo, “Transaksi E-Commerce
Minim,” VOI, 17 Mei 2021, https://voi.id/bernas/52100/ Dengan Sistem Cash on Delivery Dalam Perspektif
sialnya-jadi-kurir-pengiriman-paket-tanggung-jawab- Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia”
besar-tapi-perlindungan-hukum-minim. (Universitas Jambi, 2021),

Perlindungan Hukum Bagi Kurir 199


Vol. 4 No. 2 Juli- Des 2021
DOI 10.24090/volksgeist.v4i2.5643

ingin dikembalikan karena tidak sesuai, maka Pasal 1476 KUH Perdata menyatakan
pembeli tetap wajib membayarkan pesanan bahwa biaya penyerahan ditanggung oleh
tersebut kepada kurir. Selanjutnya, keluhan dan penjual, sedangkan biaya penerimaan atau
pengembalian dapat diajukan kepada penjual pengambilan barang ditanggung oleh pembeli.
melalui fitur yang terdapat dalam marketplace Meskipun begitu, Pasal 1494 KUH Perdata
tempatnya membeli barang tadi. kemudian menjelaskan bahwa penjual tetap
Sama halnya seperti kegiatan jual beli pada bertanggung jawab atas apapun yang berupa
umumnya, pembeli dalam jual beli online juga akibat dari suatu perbuatan yang dilakukan
olehnya, dalam hal ini jika terjadinya ke-
memiliki hak dan kewajiban. Pembeli berhak
tidaksesuaian atau kerusakan barang yang
atas barang yang telah disepakati setelah ia
diterima oleh pembeli. Selanjutnya, disebutkan
melakukan kewajibannya untuk membayar
dalam ketentuan Pasal 1708 KUH Perdata
barang tersebut dengan metode yang telah
bahwa kurir selaku penerima titipan tidak sekali
ditentukan.23 Jika pembeli menolak untuk
pun bertanggung jawab atas hal-hal yang dapat
membayar barang pesanannya kepada kurir
menyebabkan kerusakan atau ketidaksesuaian
karena dianggap tidak sesuai dan mengakibatkan
terhadap barang yang dititipkannya tersebut,
kerugian kepada kurir, maka pembeli dalam kecuali kerusakan atau ketidaksesuaian tersebut
hal ini harus bertanggung jawab atas kerugian terjadi karena kesalahan atau kelalaian dari
yang dialami kurir tersebut.24 Penolakan kurir. Kemudian, menurut pasal tersebut juga
pembayaran yang dilakukan oleh pembeli bahkan kurir tidak perlu bertanggung jawab
tersebut merupakan tindakan wanprestasi dan apabila barang tersebut mengalami kerusakan,
dapat menghambat kurir dalam melaksanakan, bahkan musnah ketika telah berada di tangan
juga menyebabkan kerugian terhadap penjual. pembeli. Hal tersebut juga dinyatakan dalam
Padahal, jika merujuk pada Pasal 1460 KUH Pasal 1504 dan 1505 KUH Perdata, bahwa
Perdata, barang yang dijual tersebut sejak dalam hal terjadinya kerusakan atas barang
terjadinya kesepakatan atau pembelian telah baik yang tersembunyi maupun yang terlihat
menjadi tanggungan pembeli, meskipun jelas sehingga menyebabkan pembeli menolak
penyerahannya belum dilakukan, maka penjual untuk membayar, maka penjual adalah pihak
berhak menuntut biaya atas barang tersebut. yang wajib untuk bertanggung jawab, bukan
Berdasarkan hal tersebut, maka menurut Pasal kurir.
1243 KUH Perdata, pembeli wajib memberikan Adapun selanjutnya merujuk pada Pasal
penggantian biaya kerugian yang dialami 1715 KUH Perdata yang kembali menegaskan
karena telah lalai memenuhi perikatannya bahwa penerima titipan hanya berkewajiban
dengan penjual. untuk mengembalikan barang tersebut se-
bagaimana barang tersebut dititipkan ke-
23 padanya. Mengenai kekurangan atau ke-
Salomo Kevin Davian Simanjuntak, “Tinjauan
Yuridis Terhadap Tanggung Jawab Penyelenggara rusakan barang tersebut bukan merupakan
Layanan E-Commerce Terhadap Konsumen Situs salah penerima titipan, melainkan tanggung
Lazada.Co.Id” (Universitas Sumatera Utara, 2019). jawab penitip barang (penjual). Apabila
24
Alfred Perlin Jaya Lomboe, “Perlindungan
Hukum Bagi Driver Online Terhadap Pembatalan dalam sistem COD pembeli menolak untuk
Orderan Makanan (Go-Food) Oleh Konsumen Dengan membayarkan barang tersebut atas hal-hal
Pembayaran COD (Cash on Delivery) Dalam Transaksi di atas, maka kurir memiliki alasan yang sah
E-Commerce (Studi Pada PT. Go-Jek Indonesia Kantor
Operasional Medan)” (Universitas Sumatera Utara,
untuk membebaskan diri dari barang tersebut
2020), walaupun belum dibayarkan atau orang yang

200 Riska, Nurul


Vol. 4 No. 2 Juli- Des 2021
DOI 10.24090/volksgeist.v4i2.5643

seharusnya menerima barang tersebut menolak, atas pembatalan perikatan yang telah dibuat,
sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1726 dalam hal ini kurir dapat membatalkan dalam
KUH Perdata. Selanjutnya, jika terhadap hal menjalankan kuasa dari perusahaan.
tersebut kurir mengalami kerugian, seperti
keterlambatan atas pengiriman barang-barang PENUTUP
ke alamat lain atau bahkan pemotongan upah
Berdasarkan pembahasan yang telah di-
oleh perusahaan, maka penjual diwajibkan
uraikan di atas, maka dapat disimpulkan
untuk bertanggung jawab, sebagaimana
bahwa kedudukan kurir dalam sistem pem-
dinyatakan dalam Pasal 1728 KUH Perdata.
bayaran COD belanja online adalah sebagai
Pasal 1729 KUH Perdata pun menambahkan
orang yang menggantikan perusahaan jasa
bahwa kurir berhak untuk menahan barang atas
pengiriman barang dalam menjalankan kuasa
apapun yang harus dibayarkan kepadanya atas
yang diberikan oleh penjual kepadanya dalam
penitipan tersebut.
hal pengiriman barang kepada pembeli, se-
Selanjutnya, dalam hal kurir menggantikan bagaimana diatur dalam Pasal 1792 – 1819
perusahaan dalam melaksanakan kuasanya, KUH Perdata tentang pemberian kuasa.
maka menurut Pasal 1803 KUH Perdata, Kurir juga berperan sebagai penerima titipan
perusahaan bertanggung jawab atas kurir yang dipercayakan untuk menyimpan barang
tersebut. Dalam Pasal 1809 juga kembali untuk dikirim kepada pembeli, sebagaimana
ditegaskan bahwa penjual selaku pemberi kuasa diatur dalam Pasal 1694 – 1739 KUH Perdata
dalam hal ini harus memberikan ganti rugi tentang penitipan barang. Selain itu, kurir juga
kepada kurir, selaku orang yang menggantikan berperan sebagai seseorang yang menerima
penerima kuasa, terhadap kerugian-kerugian pembayaran dari pembeli untuk diteruskan ke
yang dialami selama kurir menjalankan penjual, sebagaimana diatur dalam Pasal 1382
kuasanya tersebut. Selain pasal-pasal yang telah – 1456 KUH Perdata tentang pembayaran.
disebutkan, Pasal 29 ayat (3) UU No. 38 Tahun Perlindungan hukum yang dapat diberikan
2009 tentang Pos juga menegaskan bahwa kepada kurir dalam sistem COD belanja online
penyelenggara pos, dalam hal ini perusahaan adalah dengan menjamin bahwa ketidaksesuaian
jasa pengiriman barang yang diwakilkan oleh atau kesalahan terhadap barang yang dipesan
kurir, tidak dapat dituntut jika barang yang bukan merupakan tanggung jawab kurir, apabila
dikirimkan tidak sesuai dengan yang disebutkan hal tersebut bukan diakibatkan kesalahan atau
oleh penjual ketika hendak mengirim barang kelalaian kurir, sebagaimana diatur dalam
tersebut. Karena kurir merupakan seseorang Pasal 1708 KUH Perdata. Terhadap kerugian
yang diangkat oleh beberapa orang lainnya yang dialami oleh kurir, wajib digantikan dan
(penjual dan perusahaan jasa pengiriman dipertanggungjawabkan oleh penjual, apabila
barang) untuk mewakili suatu urusan yang ketidaksesuaian dan kerusakan barang dari
dalam hal ini adalah pengantaran barang, maka awal adalah akibat dari kesalahan penjual.
masing-masing dari mereka harus bertanggung Selanjutnya, atas pengembalian barang, maka
jawab terhadap kurir atas kerugian yang dialami pembeli seharusnya mengikuti ketentuan
sebagai akibat dari pemberian kuasa tersebut, yang telah ditetapkan oleh marketplace,
sebagaimana diatur dalam Pasal 1811 KUH yaitu dengan cara melaporkan barang yang
Perdata. Menurut Pasal 1450 KUH Perdata, ingin dikembalikan melalui platform yang
kurir yang merasa hak-haknya dirugikan sebelumnya digunakan untuk memesan barang,
dalam menjalankan tugasnya dapat menuntut bukan kepada kurir.

Perlindungan Hukum Bagi Kurir 201


Vol. 4 No. 2 Juli- Des 2021
DOI 10.24090/volksgeist.v4i2.5643

DAFTAR PUSTAKA Indonesia Kantor Operasional Medan).”


Asmadi, Erwin. “Aspek Perlindungan Hukum Universitas Sumatera Utara, 2020.
Bagi Konsumen Dalam Penggunaan Apli- Lumba, Hermawan, and Sumiyati. “Per-
kasi Pembayaran Elektronik (Electronic tanggungjawaban Perusahaan Ekspeditur
Payment).” Doktrina : Journal of Law 1, Kepada Konsumen Berdasarkan UU
no. 2 (2018): 90–103. No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Asmara, Teguh Tresna Puja, and Tri Handayani. Konsumen.” Mimbar Keadilan Jurnal
“Ketidakpastian Hukum Penggunaan Ilmu Hukum, no. 8 (2014): 71–86.
Kode Unik Dalam Sistem Pembayaran Maharrani, Anindhita. “Orang Indonesia Pilih
E-Commerce.” Jurnal Penelitian Hukum CoD Saat Belanja Online.” Lokadata,
De Jure 19, no. 4 (2019): 503–16. January 2021.
Azizah, Mabarroh. “PENERAPAN ETIKA Pardede, Grace Evelyn, and Ferdinand Sujanto.
BISNIS ISLAM DALAM TRANSAKSI “URGENSI PENYERAGAMAN
JUAL BELI DARING DI TOKO KEBIJAKAN COD PADA
ONLINE SHOPEE.” Humani (Hukum MARKETPLACE INDONESIA DEMI
MEWUJUDKAN PERLINDUNGAN
Dan Masyarakat Madani) 10, no. 1
HUKUM” 1, no. 2 (2021): 12–28.
(May 22, 2020): 83–96. https://doi.
org/10.26623/HUMANI.V10I1.1848. Pernando, Nedi, Busyra Azheri, and Wetria
Fauzi. “Perlindungan Hukum Terhadap
Febrian, Ramdan. “Sialnya Jadi Kurir
Konsumen Atas Kerusakan Barang
Pengiriman Paket: Tanggung Jawab Besar
Pengguna Jasa Pengiriman Angkutan
Tapi Perlindungan Hukum Minim.” VOI,
Online.” Journal of Chemical Information
2021.
and Modeling 4, no. 1 (2021): 135–49.
Gulo, Setiawati. “Transaksi E-Commerce Pink, Bidara. “YLKI Catat Selama Pandemi
Dengan Sistem Cash on Delivery Aktivitas Belanja Online Meningkat
Dalam Perspektif Peraturan Perundang- Hingga 30%.” Kontan.co.id, January
Undangan Di Indonesia.” Universitas 2021.
Jambi, 2021.
Qamar, Nurul, Aan Aswari, Hardianto
Harun, Suryaningsih, Weny A Dungga, and Djanggih, Muhammad Syarif, Dachran S.
Abdul Hamid Tome. “Implementasi Asas Busthami, M. Kamal Hidjaz, and Rezah
Itikad Baik Dalam Perjanjian Transaksi Farah Syah. Metode Penelitian Hukum
Jual Beli Online.” Jurnal Legalitas 12, (Legal Research Methods). Edited by
no. 2 (2018): 90–99. Abd. Kahar Muzakkir. 1st ed. Makassar:
Lidwina, Andrea. “Penggunaan E-Commerce CV. Social Politic Genius (SIGn), 2017.
Indonesia Tertinggi Di Dunia.” Databoks, Saputra, Arikha, Muzayanah, and Fitika
April 2021. Andraini. “Penerapan Perjanjian Dalam
Lomboe, Alfred Perlin Jaya. “Perlindungan Hubungan Kerja Dan Perlindungan
Hukum Bagi Driver Online Terhadap Hukum Bagi Driver Online.” Jurnal
Pembatalan Orderan Makanan (Go-Food) Komunikasi Hukum (JKH) 6, no. 1
Oleh Konsumen Dengan Pembayaran (2020): 266. https://doi.org/10.23887/
COD (Cash on Delivery) Dalam Transaksi jkh.v6i1.23529.
E-Commerce (Studi Pada PT. Go-Jek

202 Riska, Nurul


Vol. 4 No. 2 Juli- Des 2021
DOI 10.24090/volksgeist.v4i2.5643

Simanjuntak, Salomo Kevin Davian. “Tinjauan Suriyadi. “Tanggung Gugat Penjual Dan
Yuridis Terhadap Tanggung Jawab Jasa Pengantaran Dalam Transaksi Jual
Penyelenggara Layanan E-Commerce Beli Online Dengan Metode Cash on
Terhadap Konsumen Situs Lazada.Co.Id.” Delivery.” El-Iqtishady Jurnal Hukum
Universitas Sumatera Utara, 2019. Ekonomi Syari’ah 3, no. 1 (2021): 32–43.
Simanullang, Heldya Natalia. “Perlindungan Wahyuni, Sri. “Perlindungan Hukum Terhadap
Hukum Terhadap Konsumen Dalam Konsumen Pemilik Kartu Kredit Dalam
Transaksi E-Commerce.” Melayunesia Transaksi E-Commerce (Studi Pada Bank
Law 1, no. 1 (2017): 111–26. X Medan).” Universitas Sumatera Utara,
Stephanie, Conney. “Rentetan Kasus COD, 2019.
Mengancam Kurir Hingga Paket Tak Yaqin, Ainul. “Akibat Hukum Wanprestasi
Bertuan.” Kompas.com, 2021. Dalam Jual Beli Online Menurut Undang-
Sugesti, Chory Ayu, Si Ngurah Ardhya, and Undang Informasi Dan Transaksi
Muhamad Jodi Setianto. “Perlindungan Elektronik.” Dinamika 25, no. 6 (2019):
Hukum Terhadap Pelaku Usaha Online 9–19.
Shop Yang Mengalami Kerugian Yang Zulaeha, Mulyani. “Tanggung Jawab Dalam
Disebabkan Oleh Konsumen Di Kota Levering Pada Perjanjian Jual Beli
Singaraja.” Jurnal Komunitas Yustisia Secara Online.” Lambung Mangkurat
Universitas Pendidikan Ganesha 3, no. 3 Law Journal 4, no. 2 (2019): 176–89.
(2020): 166–75.

Perlindungan Hukum Bagi Kurir 203

Anda mungkin juga menyukai