ABSTRAK
Di Indonesia, keberagaman tidak hanya terkait dengan keragaman suku, ras dan agama, tetapi juga
berbagai periode dan wilayah, terutama di Pulau Jawa. Pulau Jawa memiliki sejumlah variasi
penanggalan yang berbeda, yang digunakan pada periode yang berbeda, mulai dari sebelum
kedatangan Islam hingga setelahnya. Hal ini mencakup penggunaan kalender pra-nasional,
candrasengkala, Saka, Islam, dan Islam Jawa. Penulisan jurnal ini didasarkan pada peninjauan
literatur yang merujuk berbagai sumber, termasuk buku, jurnal dan artikel ilmiah. Hasil penelitian
tersebut mengungkapkan tentang penanggalan Islam dan penanggalan Jawa dalam satu kalender.
Penanggalan jawa berlaku pada rentang waktu tahun 1555 hingga 1626, dengan tahun pertama
berabad-abad yang lalu. Para pendakwah hari, pekan, dan bulan dalam suatu tahun
pendidikan, seni, dan politik. Hal ini satuan-satuan eaktu yang digunakan untuk
antara budaya para pendakwah Islam dalam jangka panjang. Istilah-istilah yang
dengan budaya masyarakat Indonesia pada digunakan dalam literatur klasik maupun
masa itu. Salah satu aspek yang mengalami kontemporer untuk merujuk pada kalender
Kalender adalah daftar hari dan adalah salah satu hasil budaya asli dari
bulan dalam satu tahun. Istilan “kalender” masyarakat Jawa. Setelah terjadinya
berasal dari bahasa Inggris modern islamisasi di pulau ini, kalender Jawa
“calender” yang pada gilirannya berasal (Saka), yang awalnya mengikuti sistem
artinya buku catatan pemberi pinjaman perubahan dengan adopsi sistem Lunar
uang. Dalam bahasa Latin, “kalendarium” (bulan) yang mirip dengan sistem
istilah yang umum digunakan adalah Hijriyah. Hal ini menciptakan suatu
Arab disebut “tarikh”. Dalam bahasa Latin, dengan budaya Hindu-Budha Jawa. Sistem
kalender disebut “kalendarium” dan berasal penanggalan Jawa Islam adalah hasil
dari kata “kalendae” atau “calendae”, yang akulturasi antara kalender Hijriyah dan
bulan”. Menurut KBBI edisi V, kalender budaya Islam dan budaya Hindu-Budha
atau penanggalan merujuk pada daftar hari Jawa dengan dasar peredaran bulan sebagai
penanggalan atau kalender dapat berbeda- setidaknya dia sistem penanggalan yang
tergantung pada penggunaan dan kebijakan Pertama, ada kalender Pranatamangsa yang
yang diterapkan oleh pemerintah pada masa digunakan untuk menandai musim-musim.
tersebut. Misalnya, di Pulau Jawa, terdapat Kedua, kalender Saka banyak digunakan
yang unik adalah penanggalan Jawa Islam, upacara keagamaan yang penting. Upacara
ini melibatkan pertemuan di alun-alun Jawa. Kalender ini dapat dianggap sebagai
Majapahit, dimana kepala desa, prajurit, kalender petani, yang menjadi panduan
Budha, dan Raja Majapahit berkumpul. Lebih dari itu, nenek moyang kita juga
penanggalan memiliki peran penting dalam adalah sistem kalender asli yang dimiliki
mengatur acara agama dan kehidupan sosial oleh masyarakat Jawa. Sistem ini
berfungsi sebagai dasar untuk perayaan terhadap peristiwa alam yang terjadi di
upacara keagamaan dan diskusi tentang bumi dan langit. Inti dari sistem kalender
musim, dan “Pranoto” yang berarti aturan, Saat ini, ilmu Pranatamangsa
sebenarnya adalah aturan waktu atau masih digunakan oleh sebagian kecil
musim yang digunakan sebagai pedoman masyarakat Jawa, terutama oleh petani dan
bagi petani dalam bercocok tanam pujangga. Namun, ada perubahan dalam
sebelum kedatangan agama Hindu di Pulau sektor yang lain yang tidak langsung terkait
dengan pertanian, seperti industri. Selain mangsa kesatu dimulai pada tanggal22 Juni
itu, perubahan musim yang ekstrem juga yang bersinkron dengan kalender Saka.
Pranatamangsa tampak tidak lagi berlaku. selama pemerintahan Sri Paku Buwana VII
Dalam konteks ini, tampaknya diperlukan di Kerajaan Surakarta, pada tahun 1855 M.
koreksi atau penyesuaian terhadap Pada tahun 1856 M sistem penanggalan ini
Pranatamangsa yang telah mapan sejak diresmikan untuk mengatur aktivitas petani
lama, yang selama ini menjadi panduan dan pekerjaan sehari-hari masyarakat.
petani di Jawa, untuk tetap relevan dengan Dengan adanya sistem penanggalan yang
dan Kartika yang jatuh pada tanggal 22 2. Karo (Pusa) 2 Agustus 23 hari
Juni. Waktu menunggu ini cukup panjang, – 24
sehingga akhirnya ditambahkan dua Agustus
mangsa lagi yaitu mangsa kesebelas
3. Katiga 25 24 hari
(Destha dan Padrawana) dan mangsa kedua
(Katelu) Agustus –
belas (Sadha atau Asuji). Dengan
17
penambahan ini, satu tahun dipecah
September
menjadi 12 mangsa, dan hari pertama
4. Kapat 18 25 hari
(Sitra) September
– 12 Pengaruh tiga macam “mangsa”
kasihan.
8. Kawolu 3 Februari 26/27
2. Mangsa Karo (Pusa) : Ciri
(Wasika) – 28 hari
khasnya adalah “Bantala Rangka”
Februari
atau tanah yang retak. Beberapa
9. Kasanga 1 Maret – 25 hari
karakteristik pengaruhnya termasuk
(Jita) 25 Maret
tanah yang mengalami retakan,
10. Kadasa 26 Maret – 24 hari
tanaman palawija yang memerlukan
(Srawana) 18 April
air, pertumbuhan daun pada pohon
11. Dhesta 19 April – 23 hari
randu, dan bayi yang lahir dalam
(Padrawana) 11 Mei
mangsa ini seringkali memiliki
12. Sadha 12 Mei – 41 hari
(Asuji) 21 Juni
watak ceroboh dan kurang kalender luni-solar yang berarti bahwa ia
khasnya adalah “Tirta Sasana” atau masyarakat Hindu di India, kalender Saka
air yang pergi dari tempatnya. juga tetap digunakan oleh masyarakat
panen, dan bayi yang lahir dalam Di Pulau Jawa, terdapat sistem
Pengaruh dari masing-masing terjadi pada hari Sabtu (14 Maret 78 M),
mangsa ini dapat mencerminkan bagaimana yang terjadi satu tahun setelah penobatan
masyarakat pada masa itu menghubugkan Prabu Syaliwahono (Aji Soko) sebagai Raja
perubahan dalam alam dengan peristiwa India. Oleh karena itu, sistem penanggalan
dan sifat manusia. Hal ini adalah contoh ini dikenal sebagai penanggalan Soko.
masyarakat tentang dunia dan diri mereka yang sah. Satu tahun dalam penanggalan
yang berasal dari India. Kalender ini adalah mempengaruhi aspek kehidupan beragama,
sosial, dan politik di India. Oleh karena itu, 3. Asujimasa September –
Tengah pada abad ke – 8M. Salah satu raja Jawa, dengan Raden Patah sebagai raja
terkenal di zaman itu adalah Raja Sanjaya. pertamanya. Keruntuhan Majapahit terjadi
Pada abad ke – 10M erupsi Gunung Merapi sekitar tahun 1478, ditandai dengan
ke Jawa Timur, dan akhirnya wilayah Bumi” yang berarti keruntuhan kerajaan
Mataram di Jawa Tengah menjadi hutan Majapahit yang terjadi pada tahun 1400
yang lebat. Kemunduran Kerajaan Mataram Saka. Peristiwa ini masih diabadikan di
adalah Ken Arok. Setelah Kerajaan ke Pajang. Kemudian tahun 1586 berdirilah
Singasari jatuh, pada abad ke – 14 berpusat kerajaan Mataram Islam, yang menjadi
mulai masuk ke Indonesia pada abad ke – 2. Sejarah Singkat Mataram Islam pada
13 M atau abad ke – 7 H dari Gujarat, India. masa Sultan Agung dan Kebijakan
tahun 1500-an, Kerajaan Demak berdiri Sultan Agung Hanyakrakusuma, dan Sunan
Giri, dalam upaya untuk memperluas dan tahun. Pada masa Sultan Agung ini,
wilayah tersebut. Kerajaan Mataram Islam kejayaannya dan menguasai sebagian besar
berkembang pada akhir abad ke-16 setelah Pulau Jawa, kecuali Batavia dan Banten,
peran penting dalam mengalahkan Arya jalur politik. Masyarakat Jawa pada saat itu
Penangsang, yang pada gilirannya sangat bergantung pada raja mereka, dan
membantu raja Pajang (Jaka Tingkir) agama raja dianggap sebagai agama rakyat.
Sebagai hadiah, Jaka Tingkir memberikan tradisi-tradisi lokal dengan budaya Islam
Mentaok yang kemudian diubah menjadi bidang ekonomi dan kebudayaan, Sultan
Kadipaten Mataram pada tahun 1573. Agung juga berusaha memadukan budaya
dipegang oleh Sutawijaya, dan pusat menciptakan kalender Jawa Islam untuk
Agung memiliki peran yang sangat penting asli, yang digunakan oleh masyarakat Jawa.
dalam sejarah Indonesia, dan ia dikenal Salah satu unsur budaya yang
memadukan Islam dengan budaya Jawa Hijriyah, yang juga dikenal sebagai
3. Sejarah Penanggalan Jawa Islam oleh penanggalan yang mengacu pada peredaran
Hanyakrakusuma, juga dikenal sebagai Sri Pulau Jawa juga berlaku sistem
Sultan Muhammad, memiliki dampak besar penanggalan Hindu, yang dikenal sebagai
pada penyebaran Islam di Jawa. Pada masa penanggalan Saka. Penanggalan Saka ini
1645, dia mengeluarkan berbagai kebijakan mengelilingi bumi. Permulaan tahun dalam
yang bertujuan untuk mempromosikan penanggalan Saka adalah hari Sabtu, dan ini
Islam. Salah satu kebijakan penting yang dihitung dari tahun penobatan Prabu
kalender Jawa Islam, yang merupakan hasil India yang terjadi satu tahun sejak 14 Maret
dari perpaduan antara unsur Islam dan 78 M. Kalender Saka ini digunakan di Jawa
dimulai sejak Islam pertama kali tiba di bahwa sebelum pengenalan penanggalan
Jawa dan membawa berbagai unsur budaya Jawa Islam, umat Islam di Jawa sebenarnya
jadwal ibadah dan hari besar Islam, penanggalan ini dengan cara mengambil
digunakan untuk menentukan hari-hari baik pemeluk Islam yang memiliki keyakinan
penamaan pasar-pasar yang sesuai dengan terakulturasi dengan budaya dan keyakinan
pasar Kliwon, dan pasar Legi. menganut agama Hindu dan Buddha.
dengan tahun 1555 Saka atau 1043 H), Islam, Sultan Agung berusaha
dikenal sebagai Sri Sultan Muhammad, raja dan penggunaan sistem penanggalan yang
Mataram Islam, menghapus penggunaan sesuai dengan budaya dan agama yang
kalender Saka di Pulau Jawa. Sultan Agung dianut di Mataram pada saat itu.
Jawa Islam adalah hasil akulturasi antara Abad XIX," proses penggabungan
yang dicatat dalam Babat Nitik, pada tahun nama bulan juga terjadi; misalnya,
tersebut, Sultan Agung melakukan sebuah Muharram diganti menjadi Suro. Perubahan
ziarah ke makam Sunan Bayat di Tembayat. ini dilakukan karena pada bulan Muharram
Di makam ini, Sultan Agung diterima oleh ada hari Asyura, yang jatuh pada tanggal 10
Sunan Bayat, dan selama kunjungannya, Muharram, yang merupakan hari penting
Sultan Agung diperintahkan untuk dalam Islam. Sejak saat itu, sistem
diubah agar mengikuti aturan Qamariah Jawa dan penanggalan Hijriyah menjadi
kalender baru yang disebut Kalender Jawa lapangan sosial budaya: Salah satu
Tahunnya mengikuti tahun Saka (dengan yang ada di masyarakat pada saat
tahun basis 1555), tetapi sistem itu. Ada masyarakat pesantren yang
Jawa yang jatuh pada hari Jum'at Legi keduanya, Sultan Agung berhasil
menciptakan keseragaman bagian dari upayanya untuk meng-
menghadapi ancaman dari Belanda satu sistem yang lebih seragam dan bersatu
menyebarkan agama Islam lebih luas di kemudian diikuti oleh Sultan Abdul
Jawa pada tahun 1625. Salah satu langkah Mufakhir Mahmud Abdul Kadir dari
penanggalan Saka yang sudah ada di Jawa, ini, penanggalan Saka yang telah
yang digunakan sampai abad ke-17. mendominasi seluruh Jawa digantikan oleh
Kesultanan Demak, Banten, dan Mataram sistem penanggalan Hijriyah Jawa yang
Saka dan Hijriyah secara bersamaan. lagi memiliki unsur agama Hindu atau
Pada tahun 1633, yang dalam budaya India. Hal ini adalah salah satu
penanggalan Hijriyah setara dengan tahun langkah dalam menandai pengaruh besar
1555 Saka atau 1043 Hijriyah, Sultan Islam dalam budaya dan masyarakat Jawa.
menjadi penanggalan Jawa Islam. Dalam dengan Islam dalam Konsep Sistem
(tahun 1555 Jawa), tetapi sistem dianggap lebih lengkap dan komprehensif
nama bulan dan hari awal yang bertepatan menunjukkan tingkat ketelitian dan
Islam. Sebagai contoh, bulan Muharram pengaruh seluruh alam semesta terhadap
dalam penanggalan Hijriyah diberi nama planet bumi serta dampaknya pada
masyarakat Jawa mengenal konsep pekan dan hari tersebut sebagai berikut :
waktu.
2. Sapar (Safar) 29 hari
Untuk menangani perbedaan ini, setiap 8
3. Mulud (Rabiul Awal) 30 hari
tahun dalam kalender Jawa-Islam terdapat
4. Bakda Mulud (Rabiul 29 hari
3 tahun panjang (wuntu). Jadi, selama
Tsani)
periode 8 tahun, total hari adalah 354 x 8 +
5. Jumadilawal (Jumadil 30 hari
3 + 2835 hari, dengan tahun panjang
Awal)
tersebut ditempatkan pada tahun ke-2,
6. Jumadilakhir (Jumadil 29 hari
tahun ke-5, dan tahun ke-8. Daur yang
Akhir)
berlangsung selama 8 tahun ini disebut
7. Rejeb (Rajab) 30 hari
"windu", tahun-tahun panjang dikenal
8. Ruwah (Sya’ban) 29 hari
sebagai "wuntu," dan tahun-tahun pendek
9. Poso (Ramadhan) 30 hari
disebut "wastu" dengan umur sebanyak 354
10. Sawal (Syawal) 29 hari hari.
Sistem penanggalan Jawa-Islam memiliki pergerakan benda langit dan siklus alam.
perhitungan yang unik dalam menentukan Hal ini mencerminkan cara masyarakat
kalender Saka, satu tahun dihitung sebagai dan alam dalam keseharian mereka, serta
365 hari. Namun, dalam Kalender Jawa- menunjukkan bagaimana budaya Jawa
telah berkembang dan berkaitan erat sehari-hari yang simpel. Namun,
Islam dan Hijriyah yang kemudian perlu adalah Wawu. Sedang harinya adalah pada
dikoreksi setiap 120 tahun untuk menjaga urutan 6 dan pasarannya pada urutan 2. Tahun
Berdasarkan perhitungan tersebut Alip Selasa Pon), sehingga tanggal 1 suro 1937
ditetapkannya kaidah-kaidah, antara lain: J jatuh pada urutan ke 6 dihitung dari hari
1. Tahun 1555-1627 (71 tahun) Selasa, yakni "Ahad", serta pasarannya pada
adalah Jumat Legi (Ajumgi) urutan ke 2 dihitung mulai pon, yaitu "Wage".
2. Tahun 1627-1747 (120 tahun) Dengan demikian, tahun 1937 J adalah tahun
adalah Kamis Kliwon Wawu yang tanggal 1 Suro-nya jatuh pada hari
G. Contoh Perhitungan Penanggalan Jawa 1440+512= 1952 Jawa. Sesuai dengan kaidah
a. Untuk menentukan tahun tersebut, dengan pada bagian ketentuannnya, maka ditarik
cara tahun yang bersangkutan dikurangi 1554 kesimpulan bahwa 1952 jatuh pada Tahun 1867
kemudian dibagi 8. Sisanya dicocokkan pada s.d 1986 J adalah Asapon (tahun Alip Selasa
jadwal diatas (nama tahun, bulan dan hari). Pon). Jadi tanggal 1 Muhharam 1441 H =
Menghitung tanggal 1 Suro 1937 J. 1937 Asapon (tahun Alip Selasa Pon).
a. Kesimpulan
Pada masa sebelum datangnya penanggalan ini dengan cara mengambil
Islam, Pulau Jawa telah memiliki tahun dari kalender Saka (melanjutkan
setidaknya dia sistem penanggalan yang tahun 1555 Jawa) sementara sistem
Kedua, kalender Saka banyak digunakan Penulis sangat memahami bahwa jurnal
oleh masyarakat Hindu untuk menandai ini jauh dari kata sempurna, sehingga
berbagai momen ritual keagamaan. penulis sangat terbuka apabila ada kritik
dimulai sejak Islam pertama kali tiba di kedepannya akan menjadi lebih baik
dengan tahun 1555 Saka atau 1043 H), Kementerian Pendidikan Nasional. Kamus
2008.
Jakarta. Gramedia.2013.
Persada. 2010.