Anda di halaman 1dari 12

KALENDER

Kalender, tarikh, atau penanggalan adalah sebuah


sistem untuk memberi nama pada sebuah periode
waktu (seperti hari sebagai contohnya). Nama-nama ini
dikenal sebagai tanggal kalender. Tanggal ini bisa
didasarkan dari gerakan-gerakan benda angkasa
seperti matahari dan bulan. Kalender juga dapat
mengacu kepada alat yang mengilustrasikan sistem
tersebut (sebagai contoh, sebuah kalaender di dinding)
KALENDER DI NUSANTARA

Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat


Indonesia sudah mengenal Kalender Saka (kalender Hindu) yang
dimulai tahun 78M. Dalam kalender saka ditemukan nama-nama
pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage, dan kliwon.
Menjelang tahun ke tiga pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab,
beliau berusaha membenahi kalender Islam. Perhitungan tahun
yang dipakai atas dasar peredaran bulan (komariyah). Umar
menetapkan tahun 1 H bertepatan dengan tanggal 14 September
622 M sehingga sekarang dikenal sebagai tahun Hijriyah. Sistem
kalender itu juga berpengaruh di Nusantara.
Bukti perkembangan sistem penanggalan (kalender)
yang paling nyata adalah sistem kalender yang
diciptakan oleh Sultan Agung. Ia melakukan sedikit
perubahan, mengenai nama-nama bulan pada tahun
Saka. Misalnya bulan Muharram diganti dengan Sura
dan Ramadan diganti dengan Pasa. Kalender tersebut
dimulai tanggal 1 Muharram tahun 1043 H. Kalender
Sultan Agung dimulai tepat dengan tanggal 1 Sura tahun
1555 Jawa (8 Agustus 1633).
Bukti perkembangan sistem penanggalan (kalender)
yang paling nyata adalah sistem kalender yang
diciptakan oleh Sultan Agung. Ia melakukan sedikit
perubahan, mengenai nama-nama bulan pada tahun
Saka. Misalnya bulan Muharram diganti dengan Sura
dan Ramadan diganti dengan Pasa. Kalender tersebut
dimulai tanggal 1 Muharram tahun 1043 H. Kalender
Sultan Agung dimulai tepat dengan tanggal 1 Sura tahun
1555 Jawa (8 Agustus 1633).
Selain konsep bulan, nama hari pada kalender
hijriyah juga diadopsi kalender Jawa. Lahirlah
nama hari Akad/Ngaat, Senen, dan lain-lain
mengganti Ahad, Itsnain, dan seterusnya. Itu
sekaligus mengganti nama hari dalam kalender
Saka, yaitu Radite/Raditya, Soma, dan
seterusnya. Konsep tujuh hari kalender Jawa itu
dinamai saptawara atau siklus mingguan
(minggon).
Masyarakat Jawa juga menganut sistem pancawara (lima
hari) yang dikenal dengan hari pasaran Pahing , Pon, Wage,
Kliwon, dan Legi. Konsep pancawara khas Jawa tidak ada baik
dalam kalender Hijriah, Saka, maupun Masehi. Konsep hari
pasaran lebih tua dibandingkan saptawara. Namun, berbeda
dengan penyebutan hari tujuh dalam kalender Masehi yang
berasal dari nama benda langit atau dalam kalender Hijriah
yang artinya urutan hari, nama hari pasaran berasal dari cerita
mitologi tentang Resi Raddhi dan Empu Sengkala yang
menciptakan pancawara. Aturan lain khas Jawa adalah siklus
delapan tahunan (windu).

Anda mungkin juga menyukai