Anda di halaman 1dari 37

Kalender Jawa

Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian

Kalender Jawa atau Penanggalan Jawa adalah sistem penanggalan yang digunakan oleh
Kesultanan Mataram dan berbagai kerajaan pecahannya serta yang mendapat pengaruhnya.
Penanggalan ini memiliki keistimewaan karena memadukan sistem penanggalan Islam,
sistem Penanggalan Hindu, dan sedikit penanggalan Julian yang merupakan bagian budaya
Barat.

Sistem kalender Jawa memakai dua siklus hari: siklus mingguan yang terdiri dari tujuh hari
(Ahad sampai Sabtu) dan siklus pekan pancawara yang terdiri dari lima hari pasaran. Pada
tahun 1625 Masehi (1547 Saka), Sultan Agung dari Mataram berusaha keras menanamkan
agama Islam di Jawa. Salah satu upayanya adalah mengeluarkan dekret yang mengganti
penanggalan Saka yang berbasis perputaran matahari dengan sistem kalender kamariah atau
lunar (berbasis perputaran bulan). Uniknya, angka tahun Saka tetap dipakai dan diteruskan,
tidak menggunakan perhitungan dari tahun Hijriyah (saat itu 1035 H). Hal ini dilakukan demi
asas kesinambungan, sehingga tahun saat itu yang adalah tahun 1547 Saka diteruskan
menjadi tahun 1547 Jawa.

Dekrit Sultan Agung berlaku di seluruh wilayah Kesultanan Mataram: seluruh pulau Jawa
dan Madura kecuali Banten, Batavia dan Banyuwangi (=Balambangan). Ketiga daerah
terakhir ini tidak termasuk wilayah kekuasaan Sultan Agung. Pulau Bali dan Palembang yang
mendapatkan pengaruh budaya Jawa, juga tidak ikut mengambil alih kalender karangan
Sultan Agung ini.

Daftar isi
 1 Daftar bulan Jawa Islam
o 1.1 Keterangan
 2 Daftar bulan Jawa matahari
o 2.1 Keterangan
 3 Siklus windu
 4 Pembagian pekan
 5 Referensi
 6 Lihat pula
 7 Referensi
 8 Pranala luar

Daftar bulan Jawa Islam


Di bawah ini disajikan nama-nama bulan Jawa Islam. Sebagian nama bulan diambil dari
Kalender Hijriyah dengan nama-nama Arab, tetapi beberapa di antaranya menggunakan nama
dalam bahasa Sanskerta seperti Pasa, Séla, dan kemungkinan juga Sura, sedangkan nama
Apit dan Besar berasal dari bahasa Jawa dan bahasa Melayu. Nama-nama ini adalah nama
bulan kamariah atau candra (lunar). Penamaan bulan sebagian berkaitan dengan hari-hari
besar yang ada dalam bulan Hijriah, seperti Pasa yang berkaitan dengan puasa Ramadhan,
Mulud yang berkaitan dengan Maulid Nabi pada bulan Rabiulawal, dan Ruwah yang
berkaitan dengan Nisfu Sya'ban saat amalan dari ruh selama setahun dianggap dicatat.

No Penanggalan Jawa Lama Hari


1 Sura 30
2 Sapar 29
[1]
3 Mulud atau Rabingulawal 30
4 Bakda Mulud atau Rabingulakir 29
5 Jumadilawal 30
6 Jumadilakir 29
7 Rejeb 30
8 Ruwah (Arwah, Saban) 29
9 Pasa (Puwasa, Siyam, Ramelan) 30
10 Sawal 29
11 Séla (Dulkangidah, Apit) * 30
12 Besar (Dulkahijjah) 29/30
Total 354/355

Nama-nama bulan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Warana • Sura, artinya rijal


2. Wadana • Sapar, artinya wiwit
3. Wijangga • Mulud, artinya kanda
4. Wiyana • Bakda Mulud, artinya ambuka
5. Widada • Jumadilawal, artinya wiwara
6. Widarpa • Jumadilakir, artinya rahsa
7. Wilapa • Rejeb, artiya purwa
8. Wahana • Ruwah, artinya dumadi
9. Wanana • Pasa, artinya madya
10. Wurana • Sawal, artinya wujud
11. Wujana • Séla, artinya wusana
12. Wujala • Besar, artinya kosong

Keterangan

 Nama alternatif bulan Dulkangidah adalah Sela atau Apit. Nama-nama ini merupakan
peninggalan nama-nama Jawa Kuno untuk nama musim ke-11 yang disebut sebagai
Apit Lemah. Séla berarti batu yang berhubungan dengan lemah yang artinya adalah
“tanah”. Lihat juga di bawah ini.

Daftar bulan Jawa matahari


Pada tahun 1856 Masehi, karena penanggalan kamariah dianggap tidak memadai sebagai
patokan para petani yang bercocok tanam, maka bulan-bulan musim atau bulan-bulan surya
yang disebut sebagai pranata mangsa, diresmikan oleh Sunan Pakubuwana VII.[2]
Sebenarnya, pranata mangsa ini adalah pembagian bulan yang sudah digunakan pada zaman
pra-Islam, hanya saja disesuaikan dengan penanggalan tarikh kalender Gregorian yang juga
merupakan kalender surya dan meninggalkan tarikh Hindu; akibatnya, umur setiap mangsa
berbeda-beda.

No Penanggalan Jawa Awal Akhir


1 Kasa 23 Juni 2 Agustus
2 Karo 3 Agustus 25 Agustus
3 Katiga (Katelu) 26 Agustus 18 September
4 Kapat 19 September 13 Oktober
5 Kalima 14 Oktober 9 November
6 Kanem 10 November 22 Desember
7 Kapitu 23 Desember 3 Februari
8 Kawolu 4 Februari 1 Maret
9 Kasanga 2 Maret 26 Maret
10 Kadasa 27 Maret 19 April
11 Dhesta* 20 April 12 Mei
12 Sadha* 13 Mei 22 Juni

Keterangan

 Dalam bahasa Jawa Kuno, mangsa kesebelas disebut Apit Lemah, sedangkan mangsa
keduabelas disebut sebagai Apit Kayu. Nama Dhesta diambil dari nama bulan
kesebelas penanggalan Hindu dari bahasa Sanskerta, yaitu Jyeṣṭha. Nama Sadha
diambil dari kata Āṣāḍha yang merupakan bulan kedua belas.

Siklus windu
Oleh orang Jawa, tahun-tahun digabung menjadi satu yang terdiri dari delapan tahun Jawa.
Setiap satuan ini terdiri atas 8 tahun Jawa dan disebut windu. Windu sendiri bergulir selama
empat putaran (32 tahun Jawa): Adi, Kuntara, Sangara, dan Sancaya. Di bawah, disajikan
nama-nama tahun dalam satu windu:[3]

# Nama Nama Sura Hari


1 Alip Selasa Pon 354
2 Ehé Sabtu Pahing 355
3 Jimawal Kamis Pahing 354
4 Jé Senin Legi 354
5 Dal Jumat Kliwon 355
6 Bé Rabu Kliwon 354
7 Wawu Ahad Wage 354
8 Jimakir Kamis Pon 355
Total 2835
Jumlah hari adalah 2835, genap dibagi 35 hari pasaran.

Nama-nama tahun tersebut adalah sebagai berikut:

1. Purwana • Alip, artinya ada-ada (mulai berniat)


2. Karyana • Ehé, artinya tumandang (melakukan)
3. Anama • Jemawal, artinya gawé (pekerjaan)
4. Lalana • Jé, artinya lelakon (proses, nasib)
5. Ngawana • Dal, artinya urip (hidup)
6. Pawaka • Bé, artinya bola-bali (selalu kembali)
7. Wasana • Wawu, artinya marang (arah)
8. Swasana • Jimakir, artinya suwung (kosong)

Pembagian pekan

Simbol siklus pasaran dalam kalender jawa

Orang Jawa pada masa pra Islam mengenal pekan yang lamanya tidak hanya tujuh hari saja,
tetapi dari 2 sampai 10 hari. Pekan-pekan ini disebut dengan nama-nama dwiwara, triwara,
caturwara, pañcawara (pancawara), sadwara, saptawara, astawara dan sangawara. Zaman
sekarang hanya pekan yang terdiri atas lima hari dan tujuh hari saja yang dipakai, tetapi di
pulau Bali dan di Tengger, pekan-pekan yang lain ini masih dipakai.

Pekan yang terdiri atas tujuh hari dihubungkan dengan sistem bulan-bumi. Gerakan (solah)
dari bulan terhadap bumi berikut adalah nama dari ke tujuh nama hari tersebut:

1. Radite • Minggu, melambangkan meneng (diam)


2. Soma • Senin, melambangkan maju
3. Hanggara • Selasa, melambangkan mundur
4. Budha • Rabu, melambangkan mangiwa (bergerak ke kiri)
5. Respati • Kamis, melambangkan manengen (bergerak ke kanan)
6. Sukra • Jumat, melambangkan munggah (naik ke atas)
7. Tumpak • Sabtu, melambangkan temurun (bergerak turun)

Pekan yang terdiri atas lima hari ini disebut sebagai pasar oleh orang Jawa dan terdiri dari
hari-hari:

1. Legi
2. Pahing
3. Pon
4. Wage
5. Kliwon
Hari-hari pasaran merupakan posisi sikap (patrap) dari bulan sebagai berikut:

1. Kliwon • Asih, melambangkan jumeneng (berdiri)


2. Legi • Manis, melambangkan mungkur (berbalik arah kebelakang)
3. Pahing • Pahit, melambangkan madep (menghadap)
4. Pon • Petak, melambangkan sare (tidur)
5. Wage • Cemeng, melambangkan lenggah (duduk)

Kemudian sebuah pekan yang terdiri atas tujuh hari ini, yaitu yang juga dikenal di budaya-
budaya lainnya, memiliki sebuah siklus yang terdiri atas 30 pekan. Setiap pekan disebut satu
wuku dan setelah 30 wuku maka muncul siklus baru lagi. Siklus ini yang secara total
berjumlah 210 hari adalah semua kemungkinannya hari dari pekan yang terdiri atas 7, 6 dan 5
hari berpapasan.

Penampakan bulan dalam penanggalan jawa:

1. Tanggal 1 bulan Jawa, bulan kelihatan sangat kecil-hanya seperti garis, ini
dimaknakan dengan seorang bayi yang baru lahir, yang lama-kelamaan menjadi lebih
besar dan lebih terang.
2. Tanggal 14 bulan Jawa dinamakan purnama sidhi, bulan penuh melambangkan
dewasa yang telah bersuami istri.
3. Tanggal 15 bulan Jawa dinamakan purnama, bulan masih penuh tetapi sudah ada
tanda ukuran dan cahayanya sedikit berkurang.
4. Tanggal 20 bulan Jawa dinamakan panglong, orang sudah mulai kehilangan daya
ingatannya.
5. Tanggal 25 bulan Jawa dinamakan sumurup, orang sudah mulai diurus hidupnya oleh
orang lain kembali seperti bayi layaknya.
6. Tanggal 26 bulan Jawa dinamakan manjing, di mana hidup manusia kembali ketempat
asalnya menjadi rijal lagi.
7. Sisa hari sebanyak empat atau lima hari melambangkan saat di mana rijal akan mulai
dilahirkan kembali kekehidupan dunia yang baru.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kalender_Jawa
Pada proses terdiri dari pangantan bini’ kemudian di belakang pangantan bini’ diiringi alat
musik tabuh-tabuhan yang terdiri dari gendhung, hadrah, gempak. Disusul kemudian dengan
pangantan lake’dengan mengendarai jaran serek atau kuda yang dipayungi kuade dan
diiringi oleh saronen. yang terakhir ini disebut pangantan jajar. Jajar artinya
mempertemukan kedua mempelai dalam hajad atau pesta pernikahan yang diselenggarakan
oleh pihak wanita. Iring-iringan pangantan jajar

Sesampainya di beranda rumah pengantin wanita kedua mempelai didudukan di atas tala
kuningan yang berisi beras serta dilapisi kain kuning yang disebut lekser talam. Kemudian
dilanjutkan dengan nyacap yaitu para sesepuh kerabat dan sanak famili meneteskan air
dengan menggunakan kuntum melati yang direndam dalam air dan sisa air harus diminum
oleh kedua mempelai dengan harapan mudah-mudahan dikaruni

rezeki serta keturunan saleh dan sholeha serta ketentraman dalam bahtera kehidupan.

Selanjutnya kedua mempelai duduk bersanding di pelaminan dan untuk menghibur para tamu
undangan biasanya dihibur oleh topeng dalang semalam suntuk atau hiburan kesenian
mamaca lengkap dengan sindennya. Pada saat malam telah bertambah larut kedua mempelai
siap masuk ke peraduan yang diikuti dengan tembang-tembang mamaca.

Tembang-tembang mamaca yang dilatunkan umumnya berisi hadits-hadits dari Rasulullah


SAW.

Di dalam pelaksanaan tradisi pangantan tandhu ini terdapat beberapa hal yang berkenaan
dengan masalah pemilihan tanggal yaitu bulan, hari, weton dan jam. Hal ini bertujuan agar
jika memilih tanggal yang baik maka selama pelaksanaan pangantan tandhu akan mengalami
keselamatan dan kelancaran sebaliknya jika memilih tanggal yang buruk maka akan
mengalami kesengsaraan atau celaka. Berikut nama bulan beserta artinya

1. Bulan Muharram/Sora artinya menimbulkan perebutan harta atau wanita.


2. Bulan Safar/Sappar artinya banyak hutang bisa berlaku pada yang menikahkan atau
yang dinikahkan.
3. Bulan Rabiul Awal/Molod artinya salah satu ada yang meninggal bias berlaku pada
yang menikahkan atau yang dinikahkan.
4. Bulan Rabiul Akhir/Rasol artinya bisa menimbulkan perceraian
5. Bulan Jumadil Awal artinya mendapatkan masalahBulan Jumadil Akhir artinya kaya
6. Bulan Rajab artinya kaya anak
7. Bulan Sya’ban/Rebba artinya bahagia/senang
8. Bulan Ramadhan artinya banyak bencana
9. Bulan Syawal artinya banyak hutang
10. Bulan Dzulkaidah/Takepe’ artinya miskin
11. Bulan Dzulhijah artinya berkecukupan

Read more: http://www.lontarmadura.com/pelaksanaan-pangantan-tandhu/#ixzz61wLzlqsL


http://www.lontarmadura.com/pelaksanaan-pangantan-tandhu/

Berikut ini jumlah atau nilai dari nama hari dan weton beserta arti dari jumlah angka tersebut:

1. Minggu 5 1. Jumlah 10 artinya langit/gunung


2. Senin 4 2. Jumlah 11 artinya bunga
3. Selasa 3 3. Jumlah 12 artinya setan
4. Rabu 7 4. Jumlah 13 artinya bintang
5. Kamis 8 5. Jumlah 14 artinya bulan
6. Jumat 6 6. Jumlah 15 artinya matahari
7. Sabtu 9 7. Jumlah 16 artinya air
8. Manis/Legi 5 8. Jumlah 17 artinya bumi besar
9. Pahing 9 9. Jumlah 7 artinya bumi kecil
10. Pon 7 10. Jumlah 8 artinya api kecil
11. Wage/Baji 4 11. Jumlah 18 artinya api besar
12. Kliwon/Kalebun 8 12. Jumlah 9 artinya arat

Keterangan: misalnya jika menikah pada hari Rabu Manis berarti angka dari Rabu adalah 7
sedangkan angka dari Manis adalah 5 jika dijumlahkan adalah 7+5 = 12 dan angka 12 adalah
setan. Maka pernikahan pada hari tersebut tidak boleh terjadi karena takut menjadi seperti
setan juga yang perlu dihindari adalah api kecil dan api besar. Untuk jam juga ada jam-jam
tertentu yang tidak boleh dilakukan pernikahan karena bisa mengakibatkan mati atau celaka.
Jam-jam tersebut biasanya juga digunakan untuk melakukan carok.

1. Jumat jam 08.00-19.00


5. Selasa jam 06.00-07.00
2. Sabtu jam 06.00-11.00
6. Rabu jam 12.00-15.00
3. Minggu jam 10.00-17.00
7. Kamis jam 10.00-15.00
4. Senin jam 08.00-15.00

Pernikahan merupakan salah satu unsur kebudayaan yang berpengaruh dan cukup penting
bagi masyarakat. Istilah Pangantan Tandhu secara garis besar berarti pengantin yang diusung
menggunakan tandu, sedangkan pengertian secara lengkap adalah adat pernikahan
masyarakat Legung, Kecamatan Batang-batang, Kabupaten Sumenep yang setiap proses
tahapan pelaksanaan mempelai wanita diusung menggunakan tandu. Tradisi pangantan
tandhu memiliki beberapa fungsi dan makna dalam pelaksanaannya. Fungsinya sebagai alat
mempertebal rasa solidaritas suatu kolektif, sebagai alat pendidikan, sebagai alat peningkatan
ekonomi, sebagai pengesahan dan pelestarian kebudayaan, sebagai sarana rekreatif, dan
sebagai upaya melestarikan keturunan.

Makna simbolik yang terkandung dalam tradisi adalah menjunjung tinggi nilai pernikahan
serta penghormatan terhadap kaum wanita yang sudah bersuami. Selain itu juga bermakna
bahwa di tengah-tengah arus globalisasi, mereka tetap konsisten dalam menjaga kebudayaan
bangsa.

Read more: http://www.lontarmadura.com/pelaksanaan-pangantan-


tandhu/2/#ixzz61wLPtR6m

http://www.lontarmadura.com/pelaksanaan-pangantan-tandhu/2/
Cara Menghitung Hari Baik Harian. Hari baik kelahiran adalah hitungan hari baik dari
weton kelahiran yang di gabungkan atau ditambah dengan neptu hari dan pasaran, sedangkan
weton sendiri adalah hitungan neptu hari dan pasaran ketika orang tersebut dilahirkan, jadi
hari baik adalah hitungan dari hari dan pasaran ketika orang tersebut dilahirkan ditambah
hari dan pasaran yang hendak dilihat hari baiknya.

Misalkan Asep yang lahir pada hari senin legi akan dilihat hari baiknya pada hari kamis pon,
maka hitunglah weton kelahiran dari Asep terlebih dahulu kemudian ditambah neptu hari dan
pasaran yang hendak dilihat. Cara Menghitung Hari Baik Harian

Cara Menghitung Hari Baik Harian:


Menentukan Weton Kelahiran
Neptu hari dari hari Senin adalah=4
Sedangkan neptu pasaran Legi adalah=5
jadi hitungan weton kelahiran dari Asep adalah 4+5=9

Setelah menghitung weton kelahiran dari Asep kemudian hitunglah neptu hari dan pasaran
yang hendak dilihat atau Hari Baiknya.

Cara Menghitung Hari Baik Harian:


Menentukan Hari Baik
Dari Contoh diatas hari baik yang hendak dilihat adalah pada hari Kamis pasaran Pon, Neptu
hari Kamis adalah=8
sedangkan neptu pasaran Pon adalah=7
jadi neptu hari dan pasaran yang hendak dilihat adalah 8+7=15.

Setelah mengetahui neptu weton kelahiran dan neptu hari baik yang hendak dilihat, langkah
selanjutnya adalah menjumlahkan neptu weton kelahiran dengan neptu hari baik yang hendak
dilihat. Cara Menghitung Hari Baik Harian

Cara Menghitung Hari Baik


Neptu weton kelahiran dari asep 4+5=9 ditambah
Neptu hari baik yang hendak dilihat 8+7=15
jadi 9+15=24.

Setelah mengetahui hitungan neptu weton kelahiran dan neptu hari baik yang hendak dilihat,
jumlah dari penambahan tersebut di bagi 5.
Angka pembagi 5 ini adalah angka dari isi atau daftar isi dari PANCASUDA yang akan
digunakan untuk melihat isi dari penjumlahan atau penambahan tersebut
Dari jumlah tersebut yang dibagi 5, yang dicari adalah kelebihan dari pembagian 5, untuk
memudahkan mencari kelebihan jumlah yang dibagi 5 ikuti cara berikut.

Angka penjumlahan tersebut di bagi 5.


Dari contoh diatas hasil penjumlahan weton dan hari baik yang hendak dilihat adalah25.
Angka 25 dibagi 5
25:5=5

hasilnya dikalikan 5
5x5=25

selanjutnya jumlah weton dan hari baik dikurangi hasil diatas


25-25=0

Jika angka habis dibagi lima dalam kamus pancasuda dianggap sebagai ada kelebihan 5.

Jika kita lihat di kamus Pancasuda kelebihan 5 jatuh pada "Pati" yang berarti sangat tidak
baik, atau buruk sekali. arti pati adalah mati yang berarti tidak bergerak, tidak
menguntungkan, atau bakalan ada hal yang tidak baik.

Jika hitungan jatuh pati hendaknya menunda dulu, atau setidaknya lebih berhati-hati atau
waspada, jaga sikap, omongan, atau hal2 yang sekiranya membuat peluang terjadi hal buruk.

contoh lainnya, joyo weton kelahiran jum'at Legi, hari baik yang hendak dilihat misalkan
jum'at pahing.
neptu hari jum'at=6
neptu pasaran legi=5
6+5=11
hari baik tang hendak dilihat jum'at pahing
neptu hari jum'at=6
neptu pasaran pahing=9
6+9=15

jumlahkan weton dan hari baik


11+15=26

jumlah tersebut dibagi 5


26:5=5(ambil angka di depan koma saja)

kemudian hasilnya di kalikan 5


berarti 5(hasil penbagian diatas) x 5( hitungan pancasuda)
5x5=25

Selanjutnya angka jumlah weton dan hari baik di kurangi hasil diatas
26-25=1

Sisa 1 jatuh pada SRI hitungan PANCASUDA yang berarti terbaik, artinya sangat mujur,
lancar, tidak menemui hambatan dan lancar. Cara Menghitung Hari Baik Harian.
Cara Menghitung Hari Baik Harian:
PANCASUDA
1.Jika ada kelebihan 1 jatuh pada SRI ( terbaik)

2.jika ada kelebihan 2 jatuh pada LUNGGUH (sangat baik)

3.Jika ada kelebihan 3 jatuh pada GEDHONG ( baik)

4.Jika ada kelebihan 4 jatuh pada LARA (tidak baik)

5.Jika ada kelebihan 5 jatuh pada PATI (sangat tidak baik). Cara Menghitung Hari Baik
Harian

Untuk sementara hanya ini yang bisa saya bagikan, semoga artikel ini Cara Menghitung
Hari Baik Harian ada manfaat dan terima kasih atas kunjungannya..

http://primbonmujarobatsite.blogspot.com/2016/09/cara-menghitung-hari-baik-harian.html
Bulan Madura

Penanggalan Bulen Madhureh (Madura)


Berawal dari ketika saya mendengar percakapan tetangga saya dengan tamunya yang
membicarakan bulan Madhureh. Mereka membicarakan bulan Madhureh dikarenakan
tetangga saya yang barusan mendapat musibah berupa kematian ibunya. Dalam tradisi orang
Madura pada umumnya, apabila ada orang yang meninggal biasanya 40 hari setelah
meninggal keluarganya. Mereka akan memperingatinya dengan pembacaan surat Yasiin dan
tahlil dengan mengundang tetangga dan sanak famili terdekat.
Dalam percakapannya tersebut mereka mendiskusikan pada hari dan tanggal berapa acara
40 hari tersebut akan dilaksanakan. Berhubung tetangga saya tersebut merupakan janda
pensiunan PNS dan kurang begitu paham tentang penanggalan Madura, sedangkan menurut
kebanyakan orang penghitungan biasanya menggunakan penanggalan bulan Madura. Maka
dia menggunakan penghitungan untuk acara tersebut menggunakan penanggalan bulan
Umum (Masehi). Namun, menurut tamunya tersebut dia seharusnya menggunakan
penghitungan bulan Madhureh. Kemudian anak tetangga saya tersebut datang dan
menanyakan apa yang sedang didiskusikan oleh ibunya dan tamunya tersebut. Setelah ibunya
menjelaskan tentang apa yang mereka diskusikan, anaknya pun menjawab, “la padeh beih
ngangghuy bulen Madhureh so bulen Gejien”. Yang artinya, “sama saja mau pake bulan
Madura atau bulan Gajian (Umum)”.
Mendengar percakapan ketiga orang tersebut saya tertarik untuk mencari penjelasan
mengenai penanggalan bulan Madhureh (Madura). Disini saya akan mencoba menjelaskan
penanggalan bulan Madhureh (Madura) tersebut.
Penanggalan Madhureh pada prinsipnya adalah sama dengan penanggalan Jawa yang
mana sangat kental dengan nuansa Islami karena menggunakan sistem penanggalan
Qamariyah. Nama bulan yang ada dalam penanggalan Madhureh dan penanggalan Jawa
sebagian menggunakan penanggalan Hijriah dengan nama-nama menggunakan bahasa Arab,
namun sebagian menggunakan bahasa Sanskerta seperti pasa dan sura. Sedangkan nama Apit
dan Besar berasal dari Bahasa Melayu dan Jawa. Dan ada juga penamaan bulannya yang
berkaitan dengan hari-hari besar Islam seperti Mulud (Maulid Nabi pada bulan Rabi’ul
Awal). Berikut tabel perbedaan antara nama-nama bulan dari penanggalan Hijriah, Jawa dan
Madura:
No Penanggalan Hijriah Penanggalan Jawa Penanggalan Madura
1 Muharram Sura Sorah
2 Safar Sapar Sappar
3 Rabi’ul Awwal Mulud Molod
4 Rabi’uts Tsani Bakda Mulud Rasol
5 Jumadil Awwal Jumadilawal Mandhilawal
6 Jumadits Tsani Jumadilakir Mandhilaher
7 Rajab Rejeb Rejjeb
8 Sya’ban Ruwah Rebbe
9 Ramadhan Pasa Pasah
10 Sawwal Sawal Tong Areh
11 Dzul Qo’dah Apit (Dulkangidah) Takepek
12 Dzul Hijjah Besar (Dulkahijjah) Rerajeh

http://afifulamin92.blogspot.com/2014/10/bulan-madura.html
Ini bukan baik buruk Madura. Ini bukan soal identitas Madura, agama, suku apalagi sebuah
'takdir' Madura. Sebagaian mungkin sudah tinggal cerita atau menguat disisi lain. Ini soal kita
bisa belajar dari apa yang terjadi, kearifan, kekayaan lokal Indonesia. Melalui ini, saya
berharap kita menjadi tahu atau ingin mengetahui lebih jauh siapa Madura, apa Madura dan
mungkin kita bisa belajar tentang siapa dirikita

01. Tujuan hidup orang Madura adalah "dhadhi oreng' atau menjadi manusia sesungguhnya.
Dahulu yang di maksud adalah menjadi kyai, pimpinan atau haji. sekarang telah bergeser
pada keberhasilan materi dan kemudian haji.

02. Orang Madura yang sudah "daddhi oreng" harus sanggup menaungi dan membantu orang
yang tak mampu/miskin/lemah. tercermin dalam ungkapan terkenalnya: rampa' naong
beringin korong.

03. Orang Madura sangat menjunjung tinggi hal adab sopan santun, ramah tamah, kaya tak
kikir.
tercermin dari ungkapan terkenal: mon soghi pasogha', mon kerras pa kerres, mon bhagus
pabheghes.

04. Kesopanan adalah hal utama di Madura. Anak atau sesorang yang tidak tau sopan santun
biasanya di ungkapkan dengan seperti ini: tak tao bethonah langger.

05. Tata krama sangat dijungjung tinggi: pa tao jhalan, pa tao neng-eneng, pa tao acaca, yang
artinya kurang lebih gini: ketahuilah jalan yang benar, ketahuilah kapan kau harus diam,
ketahuilah kapan kau harus bicara.

06. Seseorang atau anak madura mendapat ajaran " aeng dalam genthong" dari orang tuanya.
Maksudnya adalah, seseorang harus bisa menjaga atau menghormati adat isitiadat/nilai-nilai
lokal yang berlaku dan tidak melanggarnya supaya tidak mencemarkan nama keluarga.

07. Ungkapan terkenal juga di Madura: mong oreng reya benni bhagusse, tape tatakramana,
ma' cellep ka ate'. sanadjan baghus tape tatakramana jube'. maksudnya, bukan rupa, ganteng
atau cantik, tapi yang utama adalah tata krama membuat dingin hati.

08. Jika tuan rumah tidak ada dan yang ada dirumah adalah wanita maka tamu lelaki harus
pulang. Jika yang ada di rumah adalah lelaki dan menawarkan tamunya untuk menunggu,
sang tamu dibenarkan untuk menunggu.

09. Orang Madura harus mengembalikan setiap kebaikan dari siapapun, apalagi dai orang tua
mereka. Mereka menyebutnya 'mabali dada' artinya mengembalikan atau membalas kebaikan.

10. Urutan pengabdian dalam masyarakat Madura adalah seperti ini: bappa' - bhabhu' - guru -
rato. (bapak ibu - guru termasuk kyai - pemerintah).

11. Orang mengucapkan salam 'pangapora' atau 'sapora' saat bertamu (Madura bagian timur),
'ghelenon' (Madura bagian barat) kadang 'assallamualaikum'.

12. Saling membantu dan hidup rukun adalah juga hal utama. Ungkapan terkenalnya adalah:
namen maghi tombu sokon, tabing kerrep bannya' karanah. Pompong je' kerrep parokon ma'
salamet. (selama masih hidup, tolong menolonglah, saling membantu dan hidup rukun, agar
selamat hidupnya)

13. Orang Madura sangat menghormati perempuan. Dahulu (sebagian daerah masih berlaku
sampai sekarang), tamu lelaki di temui di 'langgar' atau di teras rumah, sedang yang
perempuan diterima masuk kedalam rumah.

14. Tamu lelaki harus di temui lelaki, wanita oleh wanita. Tidak pantas wanita menerima
tamu lelaki atau lelaki menerima tamu wanita

15. Sebelum mengenal kursi, bertamu tidak duduk di kursi, mereka bersila di lantai, di atas
tikar atau 'payan'. Cara bersila mengikuti aturan seperti ini : letakkan tangan kanan terlebih
dahulu, kemudian lipat kaki kanan dan kemudian kaki kiri.

16. Orang Madura memberikan penghormatan luar biasa kepada tamu, memberikan
makanan/suguhan terbaik yang seringkali lebih mahal dari makanan mereka sehari-hari walau
mereka mengatakan 'nyek-onyek ghunong' yang berarti seadanya saja.

17. Tamu jauh selalu ditawari menginap. Selama tiga hari, tamu akan dihormati sebagai
tamu, bila lebih dari itu akan dianggap keluarga sendiri.

18. Landasan interaksi sosial orang Madura adalah kerjasama. Dalam istilah mereka 'song
osong lombhung song-osong kandhang atau sokoraba.

19. Berjalan membusungkan dada atau menegakkan kepala dianggap sombong. Orang
Madura mengatakan: mon adjalan ja' adanga ma' le ta' tatanding mon bada bato. Mon bada
mattowa nondhuk ja' ngar-salengaran, ma' le ta' e kocae oreng, yang artinya bila berjalan
menunduklah agar tak tersadung bila ada batu, menunduklah di depan mertua jangan pakai
tampang seram biar tidak jadi pembicaraan orang.

20. Adalah tabu terdengar bunyi atau bau kentut, dapat dianggap penghinaan. Yang ingin
kentut harus minta ijin atau menjauh meninggalkan tempat. Meludah dihadapan orang dapat
berarti menantang berkelahi.

21. Berjalan melewati orang yang sedang duduk atau diam atau mendahului, orang Madura
mengucapkan 'ghelenon' (Madura barat), 'pangaporah' atau 'saporah' (Madura timur). Dahulu,
yang sedang naik sepeda atau kuda harus turun atau melepas sandalnya dalam situasi seperti
itu.

22. Orang Madura bangga menggunakan pakaian yang sekarang disebut pakaian tradisinal
Madura. Pakaian lelaki terdiri atas 'gombor' dan 'pesak', kaos bergaris merah putih (Madura
barat) dan penutup kepala yang disebut 'odeng', kain persegi tiga yang diikatkan di kepala.

23. Wanita Madura memakai sarung, kebaya, serta selendang yang dililitkan di kepala.
Perlengkapan lain adalah peniti emas berantai sebagai kancing kebaya. Pada kaki mereka ada
perhiasan emas atau perak yang disebut 'binggel' (gelang kaki).

24. Orang lelaki yang bepergian atau makan bersama harus mengenakan sarung dan
songkok, saat sholat, juga saat ke makam.
25. Ajaran yang dipegang kuat dalam hubungan sesama manusia adalah: jha' nobi' oreng mon
aba'na dhibi e-tobi' sake' (jangan menyakiti orang jika kamu sendiri merasa sakit jika
disakiti."

26. Akar dari hal yang disebut harga diri adalah perasaan malu ('malo' atau 'todus'). Orang
Madura mengatakan: tambhana todus mate, artinya: obatnya malu adalah mati.

27. Ungkapan populer, lebbi bhagus pote tolang etembhang pote mata adalah juga terkait
harga diri atau kehormatan yang artinya, lebih baik putih tulang daripada putih mata,
maknanya, lebih baik mati daripada malu tidak bisa membela harga diri dan kehormatan.

28. Jika orang Madura berhadapan dengan orang yang bersahaja, tidak sombong, merendah,
dan menghargai orang lain, orang Madura akan bersikap lebih rendah lagi, lebih horamt lagi
dari orang itu. Dan sebaliknya.

29. Kalo wanita pesisir atau wanita pegunungan bepergian ke kota untuk belanja atau
mengunjungi sanak saudara, selendang penutup kepala sering diganti dengan handuk, praktis
untuk menyeka keringat atau untuk membawa barang di atas kepala juga persiapan
seandainya ia terpaksa harus menginap.

30. Bila suatu masalah tak terlesaikan, diwariskan kepada anak. Seorang anak lelaki diajar
harus membalas dendam orang tuanya. Kepada anak diceritakan latar belakang masalahnya,
barangbarang bukti seperti pakaian berdarah dll. Barangbarang itu disimpan sampai masalah
itu selesai.

31. Orang Madura merasa terhina bila di olok-olok dengan nama binatang terutama 'pate'
(anjing), penuh dengan najis, dan 'moseng' (musang), senang mencuri.

32. Di Madura, moralitas wanita dihargai tinggi, sangat tinggi. Lelaki menjaga, membela
kehormatan para wanita keluarganya. Moralitas wanita adalah harga diri lelaki, kekuasaan,
keagungan dan kekuatan lakilaki. Dan itu salah satu alasan mengapa dapur mereka ada di
depan rumah: agar wanitanya mudah diawasi.

33. Kehormatan wanita juga berhubungan dengan bab keperawanan. Para gadis yang sudah
tidak perawan atau wanita yang telah bersuami tetapi tidak bisa menjaga kehormatannya
adalah aib dalam keluarga. Hal ini dikisahkan dalam legenda 'Dompu Awang' yang
mengendari perahu terbang dari Cina hendak memperkosa gadisgadis Madura melawan 'Joko
Tole', sang pahlawan yang mengendarai kuda terbang.

34. Puncak penghinaan kepada orang Madura dan dapat dipastikan akan terjadi kekerasan,
'carok' atau perkelahian adalah jika orang menghina ibu. Orang Madura menganggap dosa
kepada Ibu adalah dosa yang hampir tidak bisa di ampuni oleh Tuhan, seringkali orang
Madura mengatkan bahwa ibu adalah segalanya, jangan pernah berani kepada ibu.

35. Agama bagi orang Madura adalah Islam. Islam merupakan salah satu sifat yang
mendefinisikan bahwa semua orang Madura pasti beragama Islam. Begitulah di pikiran
mereka

36. Ungkapan orang Madura tentang Agama Islam: abantal syahadat, asapo' iman, apajung
Allah, yang kurang lebih bermakna bahwa Orang Madura itu berjiwa raga Islam.
37. Simbolsimbol agama sering digunakan untuk meningkatkan status sosial seseorang.
Simbol tertinggi yang dipakai sebagai patokan adalah kyai dan kemudian haji. Ia dipatuhi dan
dihormati lebih tinggi daripada orang lain, karena dianggap lebih dekat dengan Tuhan.

38. Kebiasaan menjodohkan anak antarkeluarga yang masih dibawah umur atau masih
didalam kandungan dimaksudkan/bermakna, Orang Madura tidak menghendaki seorang
perempuan hidup sendiri tanpa pendamping lelaki yang bisa menjaga kehormatannya.

39. Inisiatif menjodohkan anak biasanya muncul dari pihak perempuan. Ingat! ini bukan di
jodohkan dengan kakek-kakek ya! tapi seumuran dan biasanya dalam lingkungan keluarga,
istilah Madura: mapolong tolang (mengumpulkan tulang yang tercerai berai). Dalam keluarga
kaya juga ada motif ekonomi, agar harta tak jatuh ke 'oreng lowar' (orang bukan saudara)

40. Dalam Babad Sumenep, dikisahkan, Pangeran Secadiningrat, Raja Sumenep kawin
dengan sepupu ibunya, Dewi Sarini. dari perkawinan inilah putri cantik berjuluk, Raden Ayu
Potre Koneng (Putri Kuning) di lahirkan.

41. Juga dikisahkan dalam Babad Sumenep: Raden Ayu Potre Koneng hamil di luar nikah.
Ini aib dan malu luar biasa di keluarga Madura. Raja hendak menghukum mati sang putri,
namun permaisuri dan para hamba istana memohon untuk tidak dibunuh. Kemudian sang
putri dibuang ke hutan, dan lahirlah anak laki-laki yang tersohor di Madura: Jokotole.

42. Kyai adalah pemimpim informal dalam masyarakat Madura. Orang yang di hormati, di
agungkan setelah orang tua. kata-katanya dianggap penuh makna, petuah dan nasihat. Semua
masalah keluarga dan masyarakat yang sulit dipecahkan diserahkan kepadanya untuk
diselesaikan.

43. Bhindara adalah orang yang telah menamatkan pendidikan pesantren. Baik kyai atau
bhindara juga sama-sama menerima kunjungan orang-orang (nyabis) baik dari lingkungan
desa, kabupaten lain juga termasuk dari luar pulau Madura.

44. Di Madura ada tiga pondok pesantren yang paling disenangi: Pondok Pesantren Kyai
Cholil Bangkalan, Pondok Pesantran Al-Amien Parenduan, Sumenep dan Pondok Pesantren
Luk Guluk. Sedangkan Pondok Pesantren di Jawa yang disenangi adalah: Pondok Pesantren
Gontor, Tebuireng dan Sukorejo.

45. Orang Madura cenderung masuk Nahdatul Ulama (NU), Uniknya, anggota
Muhammadiyah sering di anggap sebagai Muslim 'onggu' (muslim sungguhan), kusumah
(2003).

46. Dag-ondagga basa (tingkatan bahasa) ada lima, diurutkan dari yang tertinggi: bahasa
keraton, bahasa tinggi, bahasa halus, bahasa menengah, dan bahasa kasar atau 'mapas'.

47. Bahasa bukan hanya masalah linguistik tetapi juga masalah sosial, erat sekali kaitannya
dengan status seseorang dalam stratifikasi dan hirarki sosial, utamanya adalah umur.
Kesalahan berbahasa bisa juga berarti kesalahan sosial.

48. Sistem kekerabatan Madura bersifat patriarkal yang dalam kehidupan rumah tangga
tercermin dari posisi superordinasi suami terhadap istri. Salah satu implikasinya, suami
menggunakan bahasa 'mapas' terhadap istri dan istri senantiasa 'abasa' (bahasa halus) kepada
suami.

49. Adat menetap setelah perkawinan adalah matrilokal, artinya keluarga pihak perempuan
(istri) membangun rumah untuk calon menantunya. Karena biasanya rumah yang disediakan
itu masih kosong, maka suamilah yang membawa perabotan seperti ranjang, bantal kasur,
lemari dll. Adat inilah yang melahirkan konsep 'taniyan lanjang' (konsep satuan-satuan rumah
memanjang dalam satu area).

50. Rumah Madura menghadap ke selatan, umumnya tidak berpintu belakang. Dapur dan
kandang sapi ada di depan rumah, sehingga mudah mengawasi aktivitas yang terjadi disana.

51. Bapak mengerjakan tugastugas luar. Ibu dominan mengurus rumah dan anakanak. Peran
perempuan (ibu) Menjadi sangat penting, ia juga tempat pulang saudaranya yang bercerai
atau pulang dari rantau ketika orang tua mereka sudah tidak ada. Sadar akan hal ini,
perempuan Madura mendapat perlindungan luar biasa dari suami dan sanak saudara.

52. Walaupun rasa hormat kepada suami adalah hal keutamaan, istri dapat menentukan
keputusan keluarga. Istri dapat mengatakan 'tidak' kepada apa yang dianggapnya kurang baik,
atau setidaknya diam sebagai aksi protes.

53. Istilah anak laki-laki adalah 'kacong', 'jhebbing' untuk anak perempuan. Anak pertama
disebut ana' sareyang dan anak terakhir disebut ana' bungso.

54. Kakek di sebut "kae", nenek "nyae", saudara dari bapak ibu yang lebih tua, "oba'" yang
lebih muda disebut "anom", "bu' ni'", "pa' ni'" dan keponakan disebut "panakan".

55. Umumnya anakanak menghormati/menganggap saudara kandung bapak ibu seperti


bapakibu sendiri dan anakanak lebih dekat ke kerabat ibu daripada kerabat bapak.

56. Antara saudara saling membantu / saling menyumbang pada acara selamatan,
perkawinan, bangun rumah, kelahiran, dll. Dan jika ada saudara yang tidak membantu, maka
sangsi sosial dari keluarga biasanya: ia tidak akan dibantu, ia tidak akan disapa. dll.

57. Majhadi' adalah saudara dari bapakibu, anakanak seringkali lebih hormat daripada ke
bapakibu sendiri karena jarang bertemu. Bila bertemu di jalan atau di pasar atau dimana,
anakanak menyapa terlebih dahulu dan tak segan menawarkan bantuan, misalkan
membawakan barang bawaannya.

58. Seorang kakek biasanya sangat cinta kepada 'kompoy' (cucu). Karena cintanya seringkali
kakek 'taloccor oca'' (berjanji yang kurang baik) kepada cucu. Misalkan seorang cucu yang
sakit-sakitan, terkena musibah dll, mereka sampai mengatakan 'pokok ba' na baras, ta' pa-apa
bangal da' kasengko' (asal kamu sembuh, tidak apa-apa kamu berani sama aku).

59. Dalam menentukan perjodohan anak, "babhateg" (watak) dan "sepat" (sifat) orang tuanya
yang menjadi patokan. Sebagian orang tua juga melakukan sholat istihoroh selama 3 hari
berturut-turut antara jam 01-03 pagi yang dilanjutkan dengan berpuasa.
60. Orang Madura percaya bahwa ketika manusia lahir ia tidak sendirian melainkan ia hadir
bersama taretan pa' empa' (empat saudara kembarnya). Mereka adalah totop (tutup ketuban),
tontonan (tali pusar), areh (plasenta), tamone (ari-ari).

61. Saudara gaib di sebelah kanan setiap manusia adalah 'keramang', di wakili warna hijau,
simbol watak kebaikan dan berasosiasi dengan Malaikat Jibril dan Sahabat Abu Bakar.

62. Saudara gaib di sebelah kiri setiap manusia adalah 'katibing', di wakili warna hitam,
simbol watak manusia tentang kegelapan dan berasosiasi dengan Malaikat Mikail dan
Sahabat Umar.

63. Di depan, Orang Madura punya saudara gaib bernama 'kapala', di wakili warna kuning
yang menggambarkan watak manusia yang penuh pertimbangan, keteguhan dalam
memegang prinsip-prinsip hidup. Ketika Islam masuk dalam tradisi ini, saudara gaibnya yang
di muka/di depan bernama Malaikat Isroil atau Sahabat Utsman.

64. Di belakang, Orang Madura punya saudara gaib bernama 'katubuh', atau 'katuba' di
wakili warna merah yang menggambarkan nafsu atau keinginan manusia. Ketika Islam
masuk dalam tradisi ini, saudara gaibnya yang berada di arah belakang bernama Malaikat
Isrofil atau Sahabat Ali.

65. Dan di tengah, adalah ia sendiri, aba' an dhibi', tanpa warna, yang digerakkan oleh
'hatinya hati' yang sebut dengan 'swarsi', ialah Allah SWT dan Nur Muhammad SAW.

66. Anak disapih (berhenti ASI), sekitar umur 2 tahun dengan cara mengoleskan 'pahit-pahit'
disekitar puting susu ibu, bisa juga dengan menitipkan anak ke saudara dekat untuk beberapa
waktu, atau dengan "e sobu'" (memberi makanan/minuman yang sudah di doai).

67. Orang yang meninggal mendapatkan 'tahlil', doa keselamatan kubur, selama 7 hari
berturut-turut. Hari ke-3 dan ke-7 acara dibuat lebih besar.

68. Kemudian, peringatan diadakan pada hari ke-40, ke-100, setahun, dan hari ke-1000.
Saudara dekat dan tetangga di undang di harihari itu dengan maksud mendoakan
almarhum/almarhumah.

69. Leluhur disebut juju', makamnya di sebut buju'.

70. Gugut adalah mahluk sejenis manusia berkaki dua tetapi berjalan seperti kuda, jahat dan
larinya melesat cepat. Ia perwujudan dari manusia yang bertapa ingin menjadi kaya.
Anakanak kecil takut dengan mitos ini.

71. Dalam menentukan harihari baik atau buruk, Madura menggunakan gabungan antara hari
dalam seminggu (minggu, senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu) dan hari pasaran atau
panca bara' (kalebun, manis, paeng, pon, bagi).

72. Setiap harihari dalam tradisi Madura mempunyai nilainilai spiritual dan berkorelasi
dengan letak, warna dan wujud. Kalebun, nilai 8, warna hijau, letak timur, wujud daun.

73. Hari pasaran Manis, nilai 5, warna putih, letak timur, wujud perak.
74. Hari pasaran paeng, nilai 9, warna merah, letak selatan, wujud tembaga. Pon, nilai 7,
warna kuning, letak barat, wujud emas. Sedangkan bagi, nilai 4, warna hitam, letak utara,
wujud besi.

75. Bhetton (hari kelahiran) anak/orang, diperingati dengan membuat sesaji. Damar kambang
(lampu sumbu kecil), adalah simbol penerangan dalam hidup. Nasi kerucut atau bundar, telur
dan jarum, adalah simbol dari badan, ruh, ketajaman berfikir dan kemampuan memecahkan
masalah.

76. Walaupun Orang Madura memeluk Agama Islam, pembagian harta warisan kebanyakan
tetap menggunakan hukum adat, yaitu meletakkan posisi perempuan sebagai orang penting
dan utama. Anak perempuan mendapat bagian lebih besar daripada anak lakilaki, terutama
anak perempuan pertama.

77. Garis Keturunan (keluarga) Orang madura biasanya menganut 4 keatas, 4 ke bawah, 4 ke
kanan 4 ke kiri. Di atas saya adalah bapak, di atas bapak adalah kae, di atas kae adalah emba,
diatas emba adalah juju'. Di bawah saya adalah anak, di bawah anak adalah kompoy, di
bawah kompoy adalah peyo' dibawah peyo' adalah kreppe'. Yang ke samping saya, sa popo
(satu) du popo (dua) tello popo (tiga), pa' popo (empat). Mereka berkumpul dalam acara-
acara selamatan, perkawinan dll.

78. Sorop are atau compet are adalah saat pergantian siang dengan malam, diyakini sebagai
waktu keluarnya semua roh halus termasuk roh-roh jahat. Anakanak tidak boleh keluar rumah
terutama anakanak kecil yang giginya belum pernah ganti.

79. Saudara kandung memiliki satu ari-ari, sebab ari-ari yag ditanan/dikubur pada saat anak
dilahirkan diyakini kembali ke rahim sang ibu.

80. Sesaji tajin sanapora (bubur 5 warna) biasanya dibuat untuk keselamatan diri, rumah,
harta benda dll. Warnanya tetap mengacu kepada taretan empa': hijau, hitam, kuning, merah
dan putih.

81. Rambut dan kuku bayi dipotong, diiringi dengan diba' (pembacaan kitab al-barzanji) saat
mencapai atau sebelum usia 40 hari. Acara ini dikenal dengan molong are.

82. Untuk mengingatkan bahwa setiap manusia berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah,
pada usia bayi 7 bulan, diadakan upacara toron tana (turun tanah).

83. Tajhin (bubur) tiga warna, putih, hijau dan hitam, juga air kopi dan dupa, diperlukan
dalam upacara penggalian sumur. Putih, melambangkan kesucian niat yang punya sumur,
hijau melambangkan air (Nabi Khidir, penguasa air), hitam penolak bala (celaka,sial), air
kopi dan dupa untuk roh nenek moyang penjaga tanah yang akan di gali.

84. Sebelum tanah digali, yang punya hajat mebaca doa dan membakar dupa. Urutan doanya:
Membaca Surah Yasin, Surah Assyabab, Surah Syajadah, dilanjutkan permohonan pada Nabi
Muhammad SAW, kepada Allah SWT, juga pada roh leluhur dan Nabi Khidir. Doa ini
dimaksudkan mendapat air jernih dan keselamatan kepada yang menggali sumur dan
pemiliknya. Sesendok air yang keluar pertama kali harus diminum oleh penggali sebagai
tanda hormat dan rasa syukur kepada semua yang telah tersebut dalam doa.
85. Sedangkan dalam upacara pendirian rumah, doa dimulai dengan membaca Surah Yasin
dan Surah Taubat. Hari baik untuk mendirikan rumah biasanya dikonsultasikan terlebih
dahulu kepada Kyai.

86. Menjelang Maghrib, Kamis Sore (malam Jumat), pintu rumah dibiarkan terbuka. Karena
pada waktu ini, diyakini roh leluhur mereka pulang (datang berkunjung).

87. Sapi adalah hewan peliharaan sekaligus kekayaan penting di Madura. Kandangnya tidak
pernah menghadap ke Barat, karena sapi akan binal dan suka menanduk yang punya. Hari
baik untuk mendirikan kandangnya adalah Ahad Paeng dan Ahad Bhagi.

88. Di sebelah barat adalah langgar/surau. Rumah menghadap keselatan, diawali dengan
rumah orang tua, kemudian rumah anak perempuan tertua, rumah anak perempuan kedua dan
seterusnya. Kandang sapi dan dapur menghadap ke rumah/ke utara. Komplek rumah seperti
ini disebut tanean lanjheng (halaman panjang) dan dikelilingi pagar hidup (tanaman).

89. Naas Nabi adalah tanggal-tanggal yang diyakini sebagai hari kurang baik untuk
melaksanakan selamatan, tasyakuran, mendirikan rumah, kandang, tempat usaha dll. Pada
tanggal-tanggal ini, Nabi Muhammad SAW bersedih dalam perang-perang di Hijaz dulu.
Tanggalnya adalah: 3, 5, 16, 24, 25 dalam penanggalan Jawa/Madura/Islam.

90. Jika kombinasi hari dan pasaran berjumlah 13, maka hari itu di yakini juga sebagai hari
naas kene' (sial/celaka kecil). Anda bisa menghitung sendiri, hari apa itu, jika : ahad (5),
sennen (4), selasa (3), rebbu (7), kemmis (8), jumaat 6), satto (9) dan pon (7), baghi (4),
klebun (8), manes (5), paeng (9).

91. Umumnya anak laki tidak mendapatkan kamar di dalam rumah. Anak laki tidur di teras
(bagian depan rumah) atau di langgar. Inilah yang menguatkan sifat 'luar' orang laki Madura.
Orang laki Madura banyak mengerjakan tugas luar dan melahirkan sifat 'merantau'.

92. Lagu "Pajjar laggu", lagu tradisional populer di Madura, adalah ungkapan orang Madura
untuk bersetia kepada konsep berbangsa, bernegara. Dua baris terahir dari lagu itu: Atatamen
ma banya’ hasel bumina, Ma ma’mor nagara tor bangsana (menanamlah/perbanyaklah hasil
bumi ini, untuk kemakmuran bnegara dan bangsa).

93. "Oreng misken mate terro, oreng andi' mate korang." Kearifan Madura yang patut untuk
direnungkan. "orang miskin mati dalam keadaan ingin. Orang kaya mati dalam keadaam
kurang."

[Tidak bernomor] Saudara gaibnya, hijau, hitam, kuning dan merah, benar-benar nyata. Ia
hadir kasat mata dan indah. Dan saya, mungkin juga kita, tak habis pikir bagaimana sebuah
kekayaan budaya seperti ini dipandang tak sampai seperempat mata bahkan oleh Generasi
Madura sendiri - tak bisa mendatangkan kemakmuran ahli warisnya. Tari Topeng.

[Tidak bernomor] Madura bukan omong kosong. Madura kaya seni budaya. Seharusnya,
generasi Madura berterima kasih atas limpahan warisan tak ternilai dari setiap pendahulunya
dengan menjaga, mengekplorasi lebih dalam lagi untuk kemakmuran.

[Tidak bernomor] Ketika generasinya percaya bahwa mereka diwarisi hal berharga, ketika
generasinya percaya bahwa leluhurnya telah bekerja keras untuk menyiapkan masa sekarang,
ketika generasinya percaya bahwa anak-anak sekarang dilahirkan dengan jerih payah yang
bukan main, Batik Madura menunggu outletnya dibelahan bumi manapun, di seluruh dunia
ini.

[Tidak bernomor] Ketika generasinya bangga dengan warisan leluhurnya, ketika generasinya
menggali setiap potensi kekayaan budayanya, ketika generasinya mengapresiasi kearifan
lokalnya, ia mendatangkan kesejahteraan, soto madura hadir menggairahkan.

https://riyadiariyanto.blogspot.com/2013/04/100-madura.html
Inilah Nama-Nama Bulan dalam Kalender
Islam Beserta Artinya
Posted on 22 November 2011 by Admin Blog Sunniy Salafy — 23 Komentar

Dalam Website resmi Taqwim Ummul Quro, kalender hijriyyah resmi yang digunakan di
Arab Saudi, disebutkan bahwa arti nama-nama bulan hijriyyah sebagai berikut:

1. Muharrom (‫)محرم الحرام‬

Ini adalah bulan pertama dalam kelender Islam, dan Muharram termasuk dalam bulan-bulan
suci. Dinamakan Muharram karena orang Arab mengharamkan berperang di bulan ini.

2. Shofar (‫)رﻔﺻ‬

Dinamakan dengan Shofar karena perkampungan Arab Shifr (kosng) dari penduduk, karena
mereka keluar untuk perang. Ada yang mengatakan bahwa dinamakan dengan Shofar karena
dulunya bangsa Arab memerangi berbagai kabilah sehingga kabilah yang mereka perangi
menjadi Shifr (kosong) dari harta benda.

3. Robi’ul Awwal (‫)ﻝﻭﻷا ﻊﻴﺑﺭ‬

Dinamakan demikian karena saat penamaan bulan ini bertepatan dengan musim semi.

4. Robi’uts Tsani/Akhir (‫ رﻴﺧﻷا ﻊﻴﺑﺭ‬/ ‫)ﻲﻧﺎﺜلا ﻊﻴﺑﺭ‬

Dinamakan demikian karena bangsa Arab saat itu menggembalakan hewan ternak mereka
pada rerumputan. Dan ada yang mengatakan bahwa dinamakan demikian karena bulan ini
bertepatan dengan musim semi.

5. Jumadil Ula (‫)جمﺎدى اﻷﻭلى‬

Sebelum masa Islam dinamakan jumadi khomsah. Dinamakan Jumada karena saat penamaan
bulan ini jatuh pada musim dingin, dimana air jumud (membeku)

6. Jumadil Akhiroh/Tsaniyah (‫ جماﺪى الﺜﺎﻧﻲة‬/ ‫)جمﺎدى اآلﺧرة‬

Sebelum masa Islam dinamakan jumadi sittah. Dinamakan demikian karena saat penamaan
bulan ini jatuh pada musim dingin juga

7. Rojab (‫)ﺐجﺭ‬

Rajab termasuk dalam bulan-bulan suci. Dinamakan bulan Rojab karena bangsa Arab
melepaskan tombak dari besi tajamnya untuk menahan diri dari peperangan. Dikatakan:
Rojab adalah menahan diri dari peperangan.
8. Sya’ban (‫)ﺷﻌﺒاﻦ‬

Dinamakan demikian karena bangsa Arab saat itu berpencar ke berbagai tempat untuk
mencari air.

9. Romadhon (‫)ﺭمﻀاﻦ‬

Ini adalah bulan puasa bagi umat Islam. Dinamakan demikian karena panas ramdh mencapai
puncaknya dan saat penamaan jatuh pada musim panas.Dimana periode ini disebut panas
yang parah.

10. Syawwal (‫)ﻝاﻮﺷ‬

Di bulan inilah saat Idul Fitri. Dinamakan demikian karena saat itu unta betina kekurangan
air susu.

11. Dzulqo’dah (‫)ﺫﻭ الﻘﻌﺪة‬

Bulan ini termasuk dalam bulan-bulan suci. Dinamakan demikian karena bangsa Arab duduk
dan tidak berangkat untuk perang, karena bulan ini termasuk bulan haram yang tidak boleh
perang.

12. Dzulhijjah (‫)ﺫﻭ الحﺠة‬

Di dalamnya terdapat musim haji dan Idul Adha. Bulan ini termasuk dalam bulan-bulan suci.
Dinamakan demikian karena bangsa Arab melaksanakan ibadah haji di bulan ini.

https://sunniy.wordpress.com/2011/11/22/inilah-nama-nama-bulan-dalam-kalender-islam-
beserta-artinya/comment-page-1/
Primbon jawa
Wednesday, 30. April 2008, 03:33:00

Jawa Klenik

Sistim Penanggalan Jawa

Sistim Penanggalan Jawa lebih lengkap dan komprehensif apabila dibandingkan dengan
sistim penanggalan lainnya, lengkap dan komprehensifnya adalah suatu pembuktian bahwa
ketelitian Jawa dalam mengamati kondisi dan pengaruh seluruh alam semesta terhadap planet
bumi seisinya termasuk pengaruh kepada pranatan kehidupan manusia, dapat disampaikan
antara lain adanya rumusan tata penanggalan jawa sebagai berikut :

1. Pancawara – Pasaran; Perhitungan hari dengan siklus 5 harian :

1. Kliwon/ Kasih
2. Legi / Manis
3. Pahing / Jenar
4. Pon / Palguna
5. Wage / Kresna/ Langking

2. Sadwara – Paringkelan, Perhitungan hari dengan siklus 6 harian

1. Tungle / Daun
2. Aryang / Manusia
3. Wurukung/ Hewan
4. Paningron / Mina/Ikan
5. Uwas / Peksi/Burung
6. Mawulu / Taru/Benih.

3. Saptawara – Padinan, Perhitungan hari dengan siklus 7 harian :

1. Minggu / Radite
2. Senen / Soma
3. Selasa / Anggara
4. Rebo / Budha
5. Kemis / Respati
6. Jemuwah / Sukra
7. Setu / Tumpak/Saniscara

4. Hastawara – Padewan, Perhitungan hari dengan siklus 8 harian :

1. Sri
2. Indra
3. Guru
4. Yama
5. Rudra
6. Brama
7. Kala
8. Uma
5. Sangawara – Padangon, Perhitungan hari dengan siklus 9 harian :

1. Dangu / Batu
2. Jagur / Harimau
3. Gigis / Bumi
4. Kerangan / Matahari
5. Nohan / Rembulan
6. Wogan / Ulat
7. Tulus / Air
8. Wurung / Api
9. Dadi / Kayu

6. Wuku, Perhitungan hari dengan siklus mingguan dari 30 wuku :

1. Sinta……..11. Galungan……..21. Maktal


2. Landhep……12. kuningan……..22. Wuye
3. Wukir……..13. Langkir………23. Manahil
4. Kurantil…..14. Mandhasiya……24. Prangbakat
5. Tolu………15. Julungpujud…..25. Bala
6. Gumbreg……16. Pahang……….26. Wugu
7. Warigalit….17. Kuruwelut…….27. Wayang
8. Warigagung…18. Marakeh………28. Kulawu
9. Julungwangi..19. Tambir……….29. Dhukut
10. Sungsang….20. Medhangkungan…30 Watugunung

7. Sasi Jawa – ada 12 :

1. Sura………5. Jumadilawal…9. Poso


2. Sapar……..6. Jumadilakhir..10. Sawal
3. Mulud……..7. Rejeb………11. Dulkangidah
4. Bakdomulud…8. Ruwah………12. Besar

8. Tahun Jawa – ada 8 :

1. Alip……..4. Je….7. Wawu


2. Ehe………5. Dal…8. Jimakir
3. Jimawal…..6. Be

9. Windu – umurnya 8 tahun :

1. Adi / Linuwih
2. Kuntara / Ulah
3. Sengara / Panjir
4. Sancaya / Sarawungan

10. Lambang – umurnya 8 tahun jumlahnya ada 2 :

1. Lambang Langkir
2. Lambang Kulawu.
11. Kurup – umurnya 15 windu atau 120 tahun, ada 7 kurup (menurut tanggal 1
Suro tahun Alip) :

1. Senen /Isananiyah….5. Jemuah / Jamngiyah


2. Selasa Salasiyah…..6. Setu / Sabtiyah
3. Rebo / Arbangiyah….7. Akad / akdiyah
4. Kemis / Kamsiyah

12. Mangsa- jumlahnya 12 :

1. Kasa / Kartika
2. Karo / Pusa
3. Katiga / Manggasri
4. Kapat / Setra
5. Kalima / Manggala
6. Kanem / Maya
7. Kapitu / Palguna
8. Kawolu / Wisaka
9. Kasanga / Jita
10. Kasepuluh / Srawana
11. Kasewelas / Sadha
12. Karolas / Asuji

Sistim Penanggalan Jawa disebut juga Penanggalan Jawa Candrasangkala atau perhitungan
penanggalan bedasarkan peredaran Bulan mengitari Bumi. Petungan penanggalan Jawa sudah
dicocokkan dengan penanggalan Hijriah.
namun demikian pencocokkan ini bukanlah menjiplak sepenuhnya juga memperhunakan
perhitungan yang rumit oleh para leluluhur kita.
Ada perbedaan yang hakiki antara sistim perhitungan penanggalan Jawa dengan penanggalan
Hijriah, perbedaan yang nyata adalah pada saat penetapan pergantian hari ketika pergantian
sasi/bulan.
Candrasangkala Jawa menetapkan bahwa pergantian hari ketika pergantian sasi waktunya
adalah tetap yaitu pada saat matahari terbenam (surup – antara pukul 17.00 sampai dengan
18.00), sedangkan pergantian hari ketika pergantian sasi/bulan pada penanggalan Hijriah
ditentukan melalui Hilal dan Rukyat.

Mencari hari baik

Dalam melakukan hajat perkawinan, mendirikan rumah, bepergian dan sebagainya.


Kebanyakan orang jawa dahulu, mendasarkan atas hari yang berjumlah 7(senin-minggu) dan
pasaran yang jumlahnya ada 5, tiap hari tentu ada rangkapannya pasaran, jelasnya : tiap hari
tentu jatuh pada pasaran tertentu.

Menurut peritungan Jawa pada umumnya dikenal 7 hari yang masing-masing mempunyai
jumlah berlainan;
•Akad (Minggu) jumlah naptu 5
•Senen (Senin) jumlah naptu 4
•Selasa (selasa)jumlah naptu 3
•Rebo (Rabu) jumlah naptu 7
•Kemis (Kamis) jumlah naptu 8
•Jumuah (Jum’at)jumlah naptu 6
•Setu (Sabtu) jumlah naptu 9

Selain hari, orang Jawa juga sangat percaya adanya watak yang diakibatkan dari pengaruh
Dasaran. dikenal adanya 5 pasaran yaitu

•Kliwon jumlah naptunya 8


•Legi jumlah naptunya 5
•Pahing jumlah naptunya 9
•Pon jumlah naptunya 7
•Wage jumlah naptunya 4

Neptu hari atau pasaran kelahiran untuk perkawinan

Hari dan pasaran dari kelahiran dua calon temanten yaitu anak perempuan dan anak lelaki
masing-masing dijumlahkan dahulu, kemudian masing masing dibuang (dikurangi) sembilan.

Misalnya :

Kelahiran anak perempuan adalah hari Jumat (neptu 6) wage (neptu 4) jumlah 10, dibuang 9
sisa 1
Sedangkan kelahiran anak laki-laki ahad (neptu 5) legi (neptu 5) jumlah 10 dikurangi 9 sisa 1.
Menurut perhitungan dan berdasarkan sisa diatas maka perhitungan seperti dibawah ini:

Apabila sisa:

1 dan 4 : banyak celakanya


1 dan 5 :bisa
1 dan 6 : jauh sandang pangannya
1 dan 7 : banyak musuh
1 dan 8 : sengsara
1 dan 9 : menjadi perlindungan
2 dan 2 : selamat, banyak rejekinya
2 dan 3 : salah seorang cepat wafat
2 dan 4 : banyak godanya
2 dan 5 : banyak celakanya
2 dan 6 : cepat kaya
2 dan 7 : anaknya banyak yang mati
2 dan 8 : dekat rejekinya
2 dan 9 : banyak rejekinya
3 dan 3 : melarat
3 dan 4 : banyak celakanya
3 dan 5 : cepat berpisah
3 dan 6 : mandapat kebahagiaan
3 dan 7 : banyak celakanya
3 dan 8 : salah seorang cepat wafat
3 dan 9 : banyak rejeki
4 dan 4 : sering sakit
4 dan 5 : banyak godanya
4 dan 6 : banyak rejekinya
4 dan 7 : melarat
4 dan 8 : banyak halangannya
4 dan 9 : salah seorang kalah
5 dan 5 : tulus kebahagiaannya
5 dan 6 : dekat rejekinya
5 dan 7 : tulus sandang pangannya
5 dan 8 : banyak bahayanya
5 dan 9 : dekat sandang pangannya
6 dan 6 : besar celakanya
6 dan 7 : rukun
6 dan 8 : banyak musuh
6 dan 9 : sengsara
7 dan 7 : dihukum oleh istrinya
7 dan 8 : celaka karena diri sendiri
7 dan 9 : tulus perkawinannya
8 dan 8 : dikasihi orang
8 dan 9 : banyak celakanya
9 dan 9 : liar rejekinya

Neptu hari dan pasaran dari kelahiran calon mempelai laki-laki dan
perempuan, ditambah neptu pasaran hari perkawinan dan tanggal (bulan
Jawa) semuanya dijumlahkan kemudian dikurangi/ dibuang masing tiga,
apabila masih sisa :

1 = berarti tidak baik, lekas berpisah hidup atau mati


2 = berarti baik, hidup rukun, sentosa dan dihormati
3 = berarti tidak baik, rumah tangganya hancur berantakan dan kedua-duanya bisa mati.

Neptu hari dan pasaran dari kelahiran calon mempelai laki-laki dan
perempuan, dijumlah kemudian dikurangi / dibuang empat-empat apabila
sisanya :

1 = Getho, jarang anaknya,


2 = Gembi, banyak anak,
3 = Sri banyak rejeki,
4 = Punggel, salah satu akan mati

Hari kelahiran mempelai laki-laki dan mempelai wanita, apabila :

Ahad dan Ahad, sering sakit


Ahad dan Senin, banyak sakit
Ahad dan Selasa, miskin
Ahad dan Rebo, selamat
Ahad dan Kamis, cekcok
Ahad dan Jumat, selamat
Ahad dan Sabtu, miskin

Senen dan Senen, tidak baik


Senen dan Selasa, selamat
Senen dan Rebo, anaknya perempuan
Senen dan Kamis, disayangi
Senen dan Jumat, selamat
Senen dan Sabtu, direstui

Selasa dan Selasa, tidak baik


Selasa dan Rebo, kaya
Selasa dan Kamis, kaya
Selasa dan Jumat, bercerai
Selasa dan Sabtu, sering sakit
Rebo dan Rebo, tidak baik
Rebo dan Kamis, selamat
Rebo dan Jumat, selamat
Rebo dan Sabtu, baik

Kamis dan Kamis, selamat


Kamis dan Jumat, selamat
Kamis dan Sabtu, celaka

Jumat dan Jumat, miskin


Jumat dan Sabtu celaka

Sabtu dan Sabtu, tidak baik

HARI-HARI UNTUK MANTU DAN IJAB PENGANTIN

(baik buruknya bulan untuk mantu):

1. Bulan Jw. Suro : Bertengkar dan menemui kerusakan (jangan dipakai)


2. Bulan Jw. Sapar : kekurangan, banyak hutang (boleh dipakai)
3. Bulan Jw Mulud : lemah, mati salah seorang (jangan dipakai)
4. Bulan jw. Bakdamulud : diomongkan jelek (boleh dipakai)
5. Bulan Jw. Bakdajumadilawal : sering kehilangan, banyak musuh (boleh dipakai)
6. Bulan Jw. Jumadilakhir : kaya akan mas dan perak
7. Bulan Rejeb : banyak kawan selamat
8. Bulan Jw. Ruwah : selamat
9. Bulan puasa : banyak bencananya (jangan dipakai)
10. Bulan Jw. Syawal : sedikit rejekinya, banyak hutang (boleh dipakai)
11. Bulan Jw. Dulkaidah : kekurangan, sakit-sakitan, bertengkar dengan teman (jangan
dipakai)
12. Bulan Jw. Besar : senang dan selamat

BULAN TANPA ANGGARA KASIH

Hari anggara kasih adalah selasa kliwon, disebut hari angker sebab hari itu adalah permulaan
masa wuku. Menurut adat Jawa malamnya (senin malam menghadap) anggara kasih orang
bersemedi, mengumpulkna kekuatan batin untuk kesaktian dan kejayaan. Siang harinya
(selasa kliwon) memelihara, membersihkan pusaka wesi aji, empu mulai membikin keris
dalam majemur wayang.
Bulan – bulan anggoro kasih tidak digunakan untuk mati, hajat-hajat lainnya dan apa saja
yang diangggap penting.

Adapun bulan-bulan tanpa anggara kasih adalah:

1. dalam tahun Alib bulan 2 : Jumadilakhir dan besar


2. dalam tahun ehe bulanl 2 dan : jumadilakhir
3. dalam tahun jimawal bulan 2 : Suro dan rejeb
4. dalam tahun Je bulan 2 : Sapar
5. dalam tahun Dal bulan 2 : yaitu sapar dan puasa
6. dalam tahun Be bulan 2 : mulud dan syawan
7. dalam tahun wawu bulan 2 : Bakdomulud/syawal
8. dalam tahuin Jimakir bulan 2 : Jumadilawal dan Dulkaidkah

SAAT TATAL

Saat tatal dibawah ini untuk memilih waktu yang baik untuk mantu juga untuk pindah rumah,
berpergian jauh dan memulai apa saja yang dianggap penting.

Ketentuan saat itu jatuh pada pasaran (tidak pada harinya ) :

1. pasaran legi : mulai jam 06.00 nasehet.mulai jam 08.24 Rejeki : mulai jam 25.36 rejeki
mulai dri jam 10 48 selamat, mulai jam 13.12 pangkalan atau (halangan) mulai jam 15.36
pacak wesi
2. pasaran pahing : mulai jam 06.00 rejeki, jam 08.24 selamat, jam 10.48 pangkalan, jam
13.12 pacak wesi, jam 15.36 nasehat.
3. pasaran pon : mulai jam 06.00 selamat, jam 08.24 pangkalan, jam 10.48 pacak wesi, jam
13.12 nasehat, jam 15.36 rejeki
4. pasaran wage mulai jam 06.00 pangkalan, jam 08.24 pacak wesi, jam 13.12 nasehat jam
15.36 selamat.
5. pasaran kliwon, mulai jam 06.00 pacak wesi, jam 08.24 nasehat, jam 10.48 rejeki, jam 13-
12 selamat jam 13.36 pangkalan.

HARI PASARAN UNTUK PERKAWINAN

Neptu dan hari pasaran dijumlah kemudian dikurangi/dibuang enam-enam apabila tersisa:

1 jatuh, mati, (tidak baik) asalnya bumi


2 jatuh, jodoh (baik) asalnya jodoh dengan langit
3 jatuh , selamat atau baik asalnya barat
4 jatuh, cerai atau tidak baik asalnya timur
5 jatuh, prihatin (tidak baik) asalnya selatan
6 jatuh, mati besan (tidak baik) asalnya utara

Dalam berdagang orang jawa mempunyai petungan (prediksi) khusus untuk mencapai sukses
atau mendapatkan angsar (pengaruh nasib) yang baik, sehingga menjadikan rezekinya mudah.
Diantaranya petungan tersebut sebagai berikut :

Dalam “kitab primbon” (pustaka kejawen) terdapat berbagai cara dan keyakinan turun-
temurun yang harus dilakukan orang yang akan melakukan kegiatan usaha perdagangan.
Untuk memulai suatu usaha perdagangan orang jawa perlu memilih hari baik, diyakini bahwa
berawal dari hari baik perjalanan usahapun akan membuahkan hasil maksimal, terhindar dari
kegagalan.

Menurut pakar ilmu kejawen abdi dalem Karaton Kasunanan Surakarta, Ki KRM TB Djoko
MP Hamidjoyo BA bahwa berdasarkan realita supranatural, menyiasati kegagalan manusia
dalam usaha perlu diperhatikan. Prediksi menurut primbon perlu diperhatikan meski tidak
sepenuhnya diyakini. Menurut Kitab Tafsir Jawi, dina pitu pasaran lima masing-masing hari
dan pasaran karakter baik. Jika hari dan pasaran tersebut menyatu, tidak secara otomatis
menghasilkan karakter baik. Demikian juga dengan bulan suku, mangsa, tahun dan windu,
masing-masing memiliki karakter baik kalau bertepatan dengan hari atau pasaran tertentu.

Golek dina becik (mencari hari yang baik) untuk memulai usaha dagang pada hakekatnya
adalah mencari perpaduan hari, pasaran, tahun, windu dan mangsa yang menghasilkan
penyatuan karakter baik. Misalnya pada hari rebo legi mangsa kasanga tahun jimakir windu
adi merupakan penyatuan anasir waktu yang menghasilkan karakter baik.

Setiap karya akan berhasil sesuai dengan kodrat, jika dilakukan dalam kondisi waktu yang
netral dari pencemaran, sengkala maupun sukerta. Manusia diberi kesempatan oleh Tuhan
untuk beriktiar menanggulangi sukerta dan sengkala dengan melakukan wiradat. Misalnya
dengan ruwatan atau dengan ajian rajah kalacakra, sehingga kejadian buruk tidak menjadi
kenyataan.

Orang yang akan membuka usaha pun dapat melakukan upaya sendiri pada malam hari
sebelum memulai usaha, yaitu berdoa mendasari doa kepada Tuhan sambil mengucapkan
mantera rajah kalacakra Salam, salam, salam Yamaraja jaramaya, yamarani
niramaya, yasilapa palasiya, yamidora radomiya, yamidasa sadamiya,
yadayuda dayudaya, yasilaca silacaya, yasihama mahasiya. Kemudian menutup
dengan mantera Allah Ya Suci Ya Salam sebanyak 11 kali.

Untuk usaha perdagangan orang jawa yang masih percaya pada petung, akan
menggunakannya baik untuk menentukan jenis barang maupun tempat berdagang dan
sebagainya. Petung tersebut didasarkan weton (kelahiran dari yang bersangkutan)

Peluang merupakan filsafat kosmosentris bahwa manusia dan alam tidak dapat dipisahkan.
Manusia merupakan bagian dari alam semesta sehingga geraknya tidak dapat lepas dari gerak
alam, sebagaimana waktu dan arah mata angin.

Orang jawa mempunyai keyakinan bahwa saat dilahirkan manusia tidak sendirian karena
disertai dengan segala perlengkapannya. Perlengkapan itu merupakan sarana untuk bekal
hidup dikemudian hari, yaitu bakat dan jenis pekerjaan yang cocok. Di dalam ilmu kejawen
kelengkapan itu dapat dicari dengan petung hari lahir, pasaran, jam, wuku tahun dan windu.

Menurut Usman petung sekedar klenik atau gugon tuhon melainkan merupakan hasil analisa
dari orang-orang jawa pada masanya. Hasil analisa itu ditulis dalam bentuk primbon. Dengan
petungan jawa, orang dapat membuat suatu analisa tentang anak yang baru lahir berdasarkan
waktu kelahirannya. Misalnya anak akan berhasil jika menjadi wartawan, atau sukses jika
menjadi pedagang.
Petung yang demikian itu juga digunakan di dalam dunia perdagangan. Orang jawa masih
mempercayainya, akan menggunakan petung dengan cermat. Dari menentukan jenis
dagangan waktu mulai berdagang diperhitungkan. Semua sudah ada ketentuannya berdasar
waktu kelahiran yang bersangkutan.

Penerapan petung untuk usaha perdagangan akan menambah kemungkinan dan percaya diri
untuk meraih sukses. Kepercayaan diri akan membuat lebih tepat dalam mengambil
keputusan. Prediksi menurut petung di dalam perdagangan bukan hanya ada pada budaya
orang jawa saja. Dalam budaya Cina misalnya, hingga kini perhitungan itu masih berperan
besar, sekali pun pengusaha Cina itu sudah menjadi konglomerat.

Di Cina petung itu ada dalam Kitab Pek Ji atau Pak Che (delapan angka) yang juga
berdasarkan kelahiran seseorang, yaitu tahun kelahiran memiliki nilai 2, bulan nilai 2, hari
memiliki nilai 2 dan jam kelahiran nilai 2.

Meskipun orang lahir bersamaan waktu, rezeki yang diperoleh tidak sama karena yang satu
menggunakan petung sedangkan yang lainnya tidak.

Banyak pula orang yang tidak mempercayai petung. Mereka menganggapnya klenik atau
tahayul. Mereka berpendapat dengan rasionya dapat manipulasi alam. Anggapan demikian
belum pas, meskipun manusia dapat merekayasa, alam ternyata akan berjalan sesuai dengan
mekanismenya sendiri

Untuk perhitungan mendirikan / pindahan rumah

A. Pertama-tama yg diperhitungakan adalah Bulan Jawa, yaitu :

1. Bulan Sura = tidak baik


2. Bulan Sapar = tidak baik
3. Bulan Mulud (Rabingulawal) = tidak baik
4. Bulan Bakdamulud (Rabingulakir) = baik
5. Bulan Jumadilawal = tidak baik
6. Bulan Jumadilakir = kurang baik
7. Bulan Rejeb = tidak baik
8. Bulan Ruwah (Sakban) = baik
9. Bulan Pasa (Ramelan) = tidak baik
10. Bulan Sawal = sangat tidak baik
11. Bulan Dulkaidah = cukup baik
12. Besar = sangat baik

Berdasarkan perhitungan diatas, bulan yg baik adalah : Bakdamulud, Ruwah,


Dulkaidah, dan Besar.

B. Langkah kedua yaitu menghitung jumlah hari dan pasaran dari suami serta istri.

1. Suami = 29 Agustus 1973


– Rabu = 7
– Kliwon = 8
– Neptu (Total) = 15
2. Istri = 21 Desember 1976
– Selasa = 3
– Kliwon = 8
– Neptu (Total) = 11

Jumlah Neptu Suami + Istri = 15 + 11 = 36

C. Langkah ketiga, menghitung Pancasuda.

Jumlah ((Neptu suami + Neptu Istri + Hari Pindahan/Pendirian Rumah) : 5). Bila selisihnya
3, 2, atau 1 itu sangat baik. Cara ini disebut PANCASUDA.

PANCASUDA :

1. Sri = Rejeki Melimpah


2. Lungguh = Mendapat Derajat
3. Gedhong = Kaya Harta Benda
4. Lara = Sakit-Sakitan
5. Pati = Mati dalam arti Luas

Lalu mengurutkan angka hari pasaran mulai dari jumlah yang paling kecil yaitu (selasa (3) +
wage (4) = 7), hingga sampai jumlah yang paling besar yaitu (Sabtu (9) + Pahing (9) = 18.

7 + 36 = 43 : 5 sisa 3 = Cukup Baik


8 + 36 = 44 : 5 sisa 4 = Tidak Baik
9 + 36 = 45 : 5 sisa 5 (yg habis dibagi 5 dianggap sisa 5) = Jelek Sekali
10 + 36 = 46 : 5 sisa 1 = Baik Sekali
11 + 36 = 47 : 5 sisa 2 = Baik
12 + 36 = 48 : 5 sisa 3 = Cukup Baik
13 + 36 = 49 : 5 sisa 4 = Tidak Baik
14 + 36 = 50 : 5 sisa 5 = Jelek Sekali
15 + 36 = 51 : 5 sisa 1 = Baik Sekali
16 + 36 = 52 : 5 sisa 2 = Baik
17 + 36 = 53 : 5 sisa 3 = Cukup Baik
18 + 36 = 54 : 5 sisa 4 = Tidak Baik

Dari paparan tersebut diketahui hari baik untuk mendirikan rumah tinggal, khusus bagi
pasangan suami–istri yang hari-pasaran-lahir keduanya berjumlah 36 adalah :

Terbaik 1 :
a. hari-pasaran berjumlah 10 ( Selasa Pon, Jumat Wage dan Minggu Legi)
b. hari-pasaran berjumlah 15 (Rabu Kliwon, Kamis Pon dan Jumat Pahing)

Terbaik 2 :
a. hari-pasaran berjumlah 11 (Senin Pon, Selasa Kliwon, Rabu Wage dan Jumat legi)
b. hari-pasaran berjumlah 16 (Rabu Pahing, Kamis Kliwon dan Sabtu Pon)

Terbaik 3 :
a. hari-pasaran berjumlah 7 (Selasa Wage)
b. hari-pasaran berjumlah 12 (Senin Kliwon, Selasa Pahing, Rabu Legi, Kamis Wage dan
Minggu Pon)
c. hari-pasaran berjumlah 17 (Kamis Pahing dan Sabtu Kliwon)
D. Selanjutnya pilih salah satu dari 21 hari baik yang berada dalam bulan Bulan Bakdamulud,
Bulan Ruwah, Bulan Dulkaidah dan Bulan Besar,

yaitu:

1. Bulan Bakdamulud (Rabingulakir)


Bulan baik untuk mendirikan sesuatu termasuk rumah tinggal. Keluarga yang bersangkutan
mendapat wahyu keberuntungan, apa yang diinginkan terlaksana, cita-citanya tercapai, selalu
menang dalam menghadapi perkara, berhasil dalam bercocok-tanam, berkelimpahan emas
dan uang, mendapat doa restu Nabi, dan lindungan dari Allah.
2. Bulan Ruwah (Sakban)
Bulan baik untuk mendirikan rumah tinggal. Rejeki melimpah dan halal, disegani, dihormati
dan disenangi orang banyak, mendapat doa Rasul.
3. Bulan Dulkaidah
Cukup baik, dicintai anak istri, para orang tua, saudara, dan handaitaulan. Dalam hal
bercocok-tanam lumayan hasilnya. Banyak rejeki dan cukup uang. Keadaan keluarga
harmonis, tentram, damai dan mendapatkan doa dari Rasul.
4. Bulan Besar.
Baik, banyak mendapat rejeki, berkelimpahan harta-benda dan uang. Anggota keluarga yang
berdiam di areal rumah-tinggalnya yang dibangun pada bulan Besar merasakan ketentraman
lair batin, serta dihormati.

Terbaik 1 :
1. Selasa Pon,
2. Jumat Wage,
3. Minggu Legi,
4. Rabu Kliwon,
5. Kamis Pon,
6. Jumat Pahing,

Terbaik 2 :
7. Senin Pon,
8. Selasa Kliwon,
9. Rabu Wage,
10. Jumat legi,
11. Rabu Pahing,
12. Kamis Kliwon,
13. Sabtu Pon,

Terbaik 3 :
14. Selasa Wage,
15. Senin Kliwon,
16. Selasa Pahing,
17. Rabu Legi,
18. Kamis Wage,
19. Minggu Pon,
20. Kamis Pahing,
21. Sabtu Kliwon,
Contoh : Jum’at Pahing
– 20 April 2007
– 07 September 2007
– 21 Desember 2007

Dalam astrologi Jawa juga dikenal adanya bintang, yang biasa disebut Wuku; ada 30 wuku
yang masing-masing mempunyai Dewa (Betara) pelindung (yang kemudian sering dijadikan
simbol dari wuku tersebut, seperti misalnya dalam zodiak Sagitarius disimbolkan manusia
dengan badan kuda sedang memanah), hari baik, hari sial, dan watak serta bakat sendiri-
sendiri. Ke 30 wuku tersebut adalah sebagai berikut:

1 . Sinta dewa pelindung Dewa Betara Jamadipati


2. Landep dewa pelindung Dewa Betara Mahadewa
3. Wukir dewa pelindung Dewa Betara Mahajekti
4. Kurantil dewa pelindung Dewa Betara Langsur
5. Tolu dewa pelindung Dewa Betara Baju
6. Gumbreg dewa pelindung Dewa Betara Tjandra
7. Warigalit dewa.pelindung Dewa Betara Asmara
8. Warigagung dewa pelindung Dewa Betara Maharesi
9. Djulungwangi dewa pelindung Dewa Betara Sambu
10. Sungsang dewa pelindung Dewa Betara Gana
11. Galungan dewa pelindung Dewa Betara Kamadjaja
12. Kuningan dewa pelindung Dewa Betara Indera
13. Langkir dewa pelindung Dewa Betara Kala
14. Mandasija dewa pelindung Dewa Betara Brama
15. Djulungpudjud dewa pelindung Dewa Betara Guritna
16. Pahang dewa pelindung Dewa Betara Tantra
17. Kuruwelut dewa pelindung Dewa Betara Wisnu
18. Marakeh dewa pelindung Dewa Betara Surenggana
19. Tambir dewa pelindung Dewa Betara Siwah
20. Medangkungan dewa pelindung Dewa Betara Basuki
21. Maktal dewa pelindung Dewa Betara Sakri
22. Wuje dewa pelindung Dewa Betara Kuwera
23. Manahil dewa pelindung Dewa Betara Tjitragotra
24. Prangbakat dewa pelindung Dewa Betara Bisma
25. Bala dewa pelindung Dewa Betari Durga
26. Wugu dewa pelindung Dewa Betara Singdjalma
27. Wajang dewa pelindung Dewa Betari Sri
28. Kuwalu dewa pelindung Dewa Betara Sadana
29. Dukut dewa pelindung Dewa Betara Sakri
30. Watugunung dewa pelindung Dewa Betara Anantaboga

Dalam memperhitungkan perjodohan seorang harus menghitung jumlah naptu dari hari
pasaran kedua calon pengantin tersebut. Menurut kepercayaan di jawa, apabila naptu dari dua
orang yang akan dijodohkan berjumlah 25 maka hubungan kedua belah tersebut tidak bisa
dilanjutkan. Hal ini disebabkan 25 apabila dikurangi 24 tinggal satu (1) angka I ini tidak bisa
dibagi dua (perkawinan melibatkan dua orang). Angka 24 ini diambil dari angka 3 dikalikan
8, jadi pada pokoknya angka yang paling dihindari adalah tiga (3). Angka tiga dianggap
angka sial, karena angka ini adalah angka pati, tali yang mengikat orang mati
(Jawa=Pocongan) berjumlah tiga, jumlah tali itulah yang kemudian dianggap sebagai jumlah
angka yang membawa sial. Dan nampaknya orang Jawa pada umumnya masih sangat
mempercayai perhitungan ini.
Selain perhitungan jumlah hari pasaran, perkawinan pada masa lalu juga mempunyai
pantangan tertentu, seseorang tidak boleh menikah dengan orang yang RUBUH KARANG
yaitu:
– Orang yang tinggal saling berhadapan
– Orang yang tinggal saling membelakangi (ketemu punggung)
– Orang yang tinggal tepat bersebelahan di kanan kiri

Demikian keterangannya, semoga bermanfa’at…

https://mesencha.wordpress.com/2008/10/09/primbon-jawa-lengkap/

Anda mungkin juga menyukai