Anda di halaman 1dari 28

BAB II

PEMBAHASAN

A. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)


Sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan Presiden no. 57 tanggal 16 Agustus
1972. Pengertian Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan dalam penulisan kata-
kata/kalimat dalam Bahasa Indonesia. EYD adalah aturan dasar atau pedoman ejaan
dalam bahasa Indonesia yang pernah digunakan di Indonesia.
Menurut Iwan Kuniawan (2019:11) berpendapat bahwa ejaan merupakan aturan-
aturan untuk mendeskripsikan bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bahasa tulis
(huruf) dan penggunaan tanda baca.
Dalam ejaan yang disempurnakan terdiri dari empat pembahasan yaitu, penggunaan
huruf, penulisan kata, pemakaian tanda baca, dan penulisan unsur serapan.
1. Pengunaan Huruf
a) Huruf Abjad
Huruf abjad adalah sekelompok huruf berdasarkan urutan yang
melambangkan bunyi yang digunakan untuk menulis suatu bahasa.. Huruf dalam
abjad Bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf, yang masing masing memiliki jenis
huruf besar dan kecil.
Huruf Nama
Kapital Kecil
A a a
B b be
C c ce
D d de
E e e
F f ef
G g ge
H h ha
I i i
J j je
K k ka
L l el
M m em
N n en
O o o
P p pe
Q q ki
R r er
S s es
T t te
U u u
V v ve
W w we
X x eks
Y y ye
Z z zet

b) Huruf Vokal
Berdasarkan buku Konsep Dasar Bahasa Indonesia yang disusun oleh
Robiatul Munajah, vokal adalah bunyi atau ujaran bahasa yang dihasilkan oleh
alat bicara jika aliran udara yang keluar dari tidak mengalami hambatan. Vokal
disebut juga huruf hidup atau bunyi. Huruf vokal dalam Bahasa Indonesia terdapat
5 huruf yaitu, a, i, u, e, dan o.

Huruf Misalnya Pemakaian dalam Kata


Vokal Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir

a awan padi lusa


e* enak pensil sore
ember pendek -
emas kelam tipe
i ibu simpan murni
o orang kotak radio
u udang buruk susu

c) Huruf Konsonan
Konsonan dalam Bahasa Indonesia dilambangkan menjadi 21 huruf, yaitu b,
c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

Huruf Contoh Pemakaian dalam Kata


Konsonan Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
b bahasa sebut adab
c cakap kaca -
d dua ada abad
f fakir kafan maaf
g guna tiga gudeg
h hari saham tuah
j jalan manja mikraj
k kami paksa politik
l lekas alas akal
m maka kami diam
n nama tanah daun
p pasang apa siap
q* Quran status quo Taufiq
r raih bara putar
s sampai asli tangkas
t tali mata rapat
v varia lava molotov
w wanita hawa takraw
x* xerox marxisme max
y yakin payung alay
z zeni lazim juz

*) Huruf q dan x digunakan terutama untuk nama pribadi (seperti Taufiq atau
Xerox) dan untuk tujuan ilmiah (seperti status quo).

d) Gabungan Huruf Vokal


Gabungan huruf vokal dalam bahasa Indonesia terdiri dari monoftong dan
diftong.
 Monoftong
Monoftong adalah dua vokal yang dilafalkan menjadi satu vokal. Vokal
tunggal ini dihasilkan dari suku kata dengan kualitas kejelasan ucapan yang
konsisten dari awal hingga akhir. Bahasa Indonesia menggunakan monoftong
untuk memudahkan pengucapannya. Proses perubahan dari dua vokal menjadi
satu vokal disebut monoftongisasi. Dalam bahasa Indonesia, monoftong
diwakili oleh gabungan huruf vokal “eu” yang dilafalkan [ɘ].

Contoh Pemakaian dalam Kata


Monoftong Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
eu eurih baheula sadeu

 Diftong
Diftong dalam bahasa Indonesia adalah gabungan dua huruf vokal yang
dilafalkan sebagai satu bunyi saja. Dalam bahasa Indonesia, terdapat empat
diftong yang dilambangkan dengan gabungan huruf vokal ai, au, ei, dan oi.

Contoh Pemakaian dalam Kata


Diftong Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
ai aikido kailan pandai
au audit taufik harimau
ei eigendom geiser survei
oi oikumene boikot koboi

e) Gabungan huruf Konsonan


Gabungan huruf konsonan adalah gabungan dua huruf konsonan yang
melambangkan satu bunyi konsonan. Dalam bahasa Indonesia, terdapat empat
gabungan huruf konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy. Gabungan huruf konsonan ini
melambangkan satu bunyi konsonan saja.

Contoh Pemakaian dalam Kata


Gabungan Huruf Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
Konsonan
kh khayal akhir tarikh
ng ngilu bunga senang
ny nyanyi banyak -
sy syarat isyarat arasy

f) Huruf Kapital
Huruf besar disebut juga huruf besar, berukuran lebih besar dari huruf kecil
dan mempunyai bentuk khusus. Dalam sistem penulisan latin, huruf besar adalah
A-Z. Berikut adalah penggunaan huruf kapital.
1. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama dari kata pertama dalam
kalimat.
Misalnya:
Dia sedang berbicara.
Kemana kita harus pergi?

2. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama dari unsur nama seseorang,
termasuk julukan.
Misalnya:
Ridwan Kamil
Raudhatil Jannah
Bapak Koperasi

3. Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama orang yang
digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
12 ampere
10 volt
ikan salmon
mesin diesel

4. Huruf kapital digunakan pada nama orang seperti pada nama teori, hukum, dan
rumus.
Misalnya:
teori Darwin
hukum Archimedes
rumus Phytagoras

5. Huruf pertama dari sebuah kata berarti ‘anak dari’ tidak menggunakan huruf
kapital. Contoh: bin, binti, boru, dan van, kecuali ditulis sebagai awal nama
atau huruf pertama kata tugas dari.
Misalnya:
Yoga Abdul bin Salim
Dinda binti Ahmad Dahlan
Yeni boru Sitanggang
Ayam Jantan dari Timur
Charles Adriaan van Ophuijsen

6. Huruf kapital digunakan pada awal kalimat dalam petikan langsung.


Misalnya:
Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"
"Berhati-hatilah jika sedang berlari," katanya.
Ibu bertanya, “Kamu pulang jam berapa?”

7. Huruf kapital digunakan sebagai inisial dalam konteks agama, kitab suci, dan
nama ketuhanan, seperti kata ganti ketuhanan, sinonim, dan singkatan nama
ketuhanan.
Misalnya:

Konghucu Weda
Buddha Tuhan
Hindu Allah
Kristen Al-Qur’an
Islam Alkitab
Ampunilah hamba-Mu, ya Tuhan.
Yang Maha Kuasa

8. Huruf besar digunakan sebagai huruf pertama pada unsur gelar terhormat,
mulia, turun temurun, beragama atau akademis. Diikuti dengan nama individu
dan nama ilmiah.
Misalnya:
Mahaputra Yamin
Teuku Umar
La Ode Khairudin
Kiai Haji Ahmad Dahlan
Doktor Amir Hamzah
Irwansyah, Magister Humaniora

9. Huruf besar digunakan sebagai huruf pertama pada unsur judul kehormatan,
status keluarga, agama, pekerjaan, gelar, serta kepangkatan yang digunakan
sebagai sapaan.
Misalnya:
Selamat menyaksikan, Yang Mulia.
Semoga sehat selalu, Raden.
Terima kasih, Kiai.
Selamat sore, Dokter.
Silakan duduk, Prof.
Baik, Jenderal.

10. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat, diikuti nama seseorang, atau digunakan sebagai pengganti orang,
lembaga, atau tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Ma’ruf Amin
Perdana Menteri Indonesia
Gubernur Riau

11. Huruf kapital digunakan sebagai nama bangsa, nama suku, nama bahasa, dan
aksara.
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Jawa
bahasa Minang
aksara Kaganga

12. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama tahun, bulan, hari, dan nama hari
besar serta hari libur.
Misalnya:
tahun Masehi
bulan Oktober
hari Selasa
hari Lebaran

13. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:
Hari Pahlawan Nasional
Konferensi Meja Bundar
Perang Dunia I

14. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama geografi.


Misalnya:
Benua Eropa
Sungai Siak
Asia Timur
Bogor

15. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap kata (tidak termasuk
kata tugas, seperti nama negara, lembaga, perusahaan, organisasi, atau
dokumen).
Misalnya:
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 tentang
Penggunaan Bahasa Indonesia

16. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar
dan nama pangkat.
Misalnya:
S.T sarjana teknik
M.Si magister sains
Prof profesor

g) Huruf Miring
 Huruf miring pada cetakan digunakan untuk menuliskan nama buku, majalah,
dan surat kabar yang dikutip dalam suatu tulisan.
Misalnya:
Saya belum pernah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis.
Majalah Bobo diterbitkan oleh Harian Kompas.
Berita itu muncul dalam surat kabar Merdeka.
 Huruf miring digunakan untuk mempertegas atau mengkhususkan suatu huruf,
bagian kata-kata atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata mulai adalah m.
Bab ini tidak membicarakan pengertian paragraf.

 Huruf miring digunakan untuk menuliskan nama ilmiah atau kata-kata asing
kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Buah manggis memiliki nama ilmiah Garcinia mangostana
Politik divide et impera pernah menjelajah dinegara ini
Weltanschauung jika diterjemahkan menjadi pandangan dunia

h) Huruf Tebal
 Huruf tebal digunakan dalam cetakan untuk menulis judul buku, bab, bagian
bab, daftar isi, daftar tabel, daftar simbol, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
Misalnya :
Judul:
HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
Bab:
BAB I PENDAHULUAN
Bagian bab:
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Tujuan
Datar, indeks, dan lampiran:
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMBANG
DAFTAR TABEL
DAFTAR PUSTAKA
INDEKS
LAMPIRAN
 Huruf tebal digunakan untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis
miring.
Misalnya:
Huruf dh tidak terdapat dalam ejaan bahasa Indonesia, seperti pada kata
Ramadhan.
Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti ‘dan’.

2. Penulisan Kata
Penulisan kata adalah suatu proses atau cara penulisan suatu karya yang
mempertimbangkan unsur-unsur bahasa tulis sebagai wujud kesatuan emosi dan
pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa sesuai dengan ejaan yang
disempurnakan (EYD).
Materi yang dijelaskan dalam penulisan kata meliputi kata dasar, kata turunan,
bentuk ulang, gabungan kata, dan kata ganti –ku (punyaku), kau- (kauambil), -mu
(milikmu), dan –nya (miliknya) kata depan di, ke, dan dari, kata si dan sang partikel,
singkatan dan akronim, angka dan lambang bilangan.
a) Kata Dasar
Kata dasar atau morfem bebas adalah kata tanpa imbuhan yang ditulis
menjadi satuan.
Misalnya:
sepi
pulang
rumah
b) Kata Turunan
Kata turunan adalah kata yang telah mempunyai imbuhan dan terbagi
menjadi beberapa bentuk tulisan, yaitu, (1) imbuhan (awalan, sisipan, akhiran)
ditulis berurutan dengan kata dasar, (2) Apabila bentuk dasarnya berupa gabungan
kata awalan atau akhiran ditulis berurutan dengan kata sebelum dan sesudahnya. 3)
Jika suatu gabungan kata mempunyai awalan dan akhiran sekaligus, maka unsur
gabungannya ditulis berurutan. (4) Kata gabungan ditulis secara berurutan apabila
salah satu unsur kata gabungan tersebut digunakan hanya dalam kombinasi.
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, dan gabungan awalan dan akhiran)
ditulis sesuai urutan bentuk dasarnya.
Misalnya:
berjalan
mempermudah
lukisan
Bentuk gabungannya ditulis berurutan dengan kata yang mengikutinya.
Misalnya:
adibusana
infrastruktur
proaktif
c) Bentuk Ulang
Bentuk ulang adalah bentuk yang mengulangi kata-kata secara lengkap dan
diberi tanda hubung.
Misalnya:
misalnya
hati-hati
anak-anak
mata-mata,
d) Gabungan Kata
Gabungan kata adalah (1) gabungan kata yang mengandung istilah khusus
(biasa disebut kata majemuk, yang unsur-unsurnya ditulis tersendiri), (2) gabungan
kata yang mengandung istilah khusus sehingga dapat menimbulkan salah paham,
boleh ditulis dengan menggunakan tanda penghubung untuk menegaskan pertalian
diantara unsur yang bersangkutan, dan (3) gabungan kata yang ditulis secara
berurutan, seperti acapkali, adakalanya, beasiswa, saripati, olahraga, dan lain-lain.
e) Kata Depan
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya
kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagi satu kata seperti
kepada dan daripada.
f) Partikel
Partikel terdiri dari lima partikel, yakni partikel -lah, -kah, -tah ditulis
berurutan dengan kata yang mendahuluinya, dan partikel per yang berarti 'mulai',
'demi' maupun 'tiap' ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau
mengikutinya.
1) Partikel -lah -kah dan -tah ditulis berurutan dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu dengan cermat!
Apakah isi dari surat itu?
Siapakah pengarang buku itu?
Apatah gunanya bersedih hati?
2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun alasannya, dia tidak dapat dimaafkan.
Jika hendak sore pun, toko itu pasti tutup.
3) Artikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya.
Misalnya:
Mereka hanya boleh masuk satu per satu.
Harga susu kedelai itu Rp 10.000,00 per botol.
Karyawan mendapatkan kenaikan gaji per 3 Maret.
g) Singkatan
Singkatan adalah bentuk pendek yang terdiri dari satu huruf atau lebih.
1) Nama pribadi, gelar, salam, gelar, singkatan promosi diikuti titik pada setiap
unsur singkatan,
Misalnya:

H. Ahmad Haji Ahmad


Sunan Hs. Sunan Hasibuan
S.T Sarjana Teknik
2) Singkatan umum dengan tiga huruf diikuti titik.
Misalnya:

Hlm. Halaman
Dll. Dan lain-lain
Dsb Dan sebagainya
Dts Dan seterusnya
3) Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata atau inisial instansi
pemerintah, lembaga nasional, lembaga pendidikan, korporasi, nama
organisasi, nama naskah dinas, dan lain-lain ditulis dengan huruf kapital tanpa
titik.
Misalnya:
KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
4) Singkatan yang terdiri dari huruf pertama setiap kata yang bukan merupakan
nama diri, ditulis dengan huruf kapital tanpa titik.
Misalnya:

PT Perseroan Terbatas
MAN Madrasah Aliah Negeri
KTP Kartu Tanda Penduduk
5) Singkatan yang terdiri dari dua huruf yang biasa digunakan dalam surat-
menyurat masing-masing diikuti dengan titik.
Misalnya:

a.n atas nama


d.a dengan alamat
s.d sampai dengan
6) Simbol kimia singkatan suatu ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti titik.
Misalnya:

Cu kuprum
cm sentimeter
kVA kilovolt-ampere

h) Akronim
Akronim adalah singkatan yang dibentuk dari gabungan huruf awal,
gabungan suku kata, atau gabungan huruf dan suku kata dari deretan kata yang
dijadikan kata, misalnya ABRI, Akademi Militer Indonesia, pemilu, dan lain-lain.
1) Akronim nama diri yang terdiri dari huruf pertama setiap kata ditulis huruf
kapital tanpa titik.
Misalnya:

BIG Badan Informasi Geospasial


LAN Lembaga Administrasi Negara
BIN Badan Intelejen Negara
2) Akronim bukanlah nama diri yang merupakan gabungan dari inisial dan suku
kata atau gabungan suku kata yang ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:

iptek ilmu pengetahuan dan teknologi


puskesmas pusat kesehatan
pemilu pemilihan umum

i) Angka dan Bilangan


1) Angka Arab atau Romawi sering digunakan sebagai angka atau simbol
numerik.
Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500),
M (1.000), _V(5.000), _M(1.000.000).
2) Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dalam satu atau dua kata
menggunakan huruf kapital, kecuali jika digunakan secara berurutan seperti
pada rincian.
Misalnya:
Mereka menonton sirkus malam itu sampai lima kali.
Di antara 37 anggota yang datang, 30 orang sepakat, 5 orang tidak sepakat, dan
2 orang abstain.
3) Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Misalnya:
Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah.
Tiga pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
4) Jika bilangan di awal kalimat tidak dapat diungkapkan dalam satu atau dua
kata, maka struktur kalimatnya diubah.
Misalnya:
Misalnya:
Siti mengundang 250 orang untuk hadir ke pestanya.
Di lemari itu tersimpan 25 buku pengetahuan.

j) Kata Ganti
Kata ganti -ku, kau-, -mu dan -nya ditulis berurutan dengan kata yang
mengikutinya atau ditulis berurutan dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
-ku (punyaku)
kau- (kauambil)
-mu (milikmu)
–nya (miliknya).

k) Kata Sandang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
si Ayah
sang Surya

3. Pemakaian Tanda Baca


Hal-hal yang diuraikan dalam pemakaian tanda baca atau pungtuasi adalah
pedoman cara bagaimana menggunakan tanda titik, koma, titik koma, titik dua, tanda
hubung, tanda pisah, tanda elips, tanda tanya, tanda seru, tanda kurung, tanda kurung
siku, tanda petik, tanda petik tunggal, tanda garis miring, dan tanda penyingkat atau
apostrof. Berikut ini akan diuraikan sedikit mengenai pemakaian tanda baca. Berikut
uraian mengenai pemakaian tanda baca.
a) Tanda Titik
Tanda titik adalah tanda baca yang digunakan untuk menandai akhir dari
sebuah kalimat dalam berbagai bahasa. Tanda ini terdiri atas titik kecil yang
ditempatkan di akhir suatu baris dari sebuah kalimat, seperti di akhir kalimat.
Tanda titik digunakan untuk:
(1) akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan,
(2) di belakang angka atau huruf dalam satu bagan, iktisar, atau daftar,
(3) memisahkan angka, jam, menit, dan menunjukan waktu,
(4) diantara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya
atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka,
(5) memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya, dan tanda titik tidak dipakai
pada akhir judul yang merupakan karangan atau kepala ilustrasi, tabel, alamat
pengirim dan tanggal surat, maupun alamat penerima surat.
b) Tanda Koma
(1) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
Misalnya:
Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi.
Buku, majalah, dan jurnal termasuk sumber perpustakaan.
(2) Tanda koma digunakan sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan,
dan sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara).
Misalnya:
Saya ingin membeli televisi baru, tetapi uang saya belum cukup.
Ini bukan milik Diana, melainkan milik saya.
(3) Tanda koma digunakan untuk memisahkan klausa bawahan yang mendahului
klausa utama.
Misalnya:
Karena nakal, dia tidak mempunyai teman.
Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.
(4) Tanda koma digunakan di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian alamat, (c)
tempat dan tanggal, (d) tempat dan nama wilayah atau negara yang ditulis
berurutan.
Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan Kayumanis, Kecematan
Mataram, Jakarta 13130.
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Selemba Raya 6, Jakarta.
(5) Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,8 m
32,5 kg
RP350,0

c) Titik Koma
(1) Titik koma dapat digunakan dalam kalimat majemuk sebagai pengganti kata
hubung untuk memisahkan kalimat setara lainnya.
Misalnya:
Hari sudah sore; anak-anak mulai pulang ke rumahnya.
Ayah menyelesaikan pekerjaan; Ibu memasak; Adik menton televisi.
(2) Titik koma digunakan untuk memisahkan bagian-bagian rincian dalam kalimat
yang sudah memiliki koma.
Misalnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; pisang, apel, dan
jeruk. Agenda rapat ini meliputi;
1. Pemilihan ketua, sekretaris dan bendahara;
2. Penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan
program kerja; dan
3. Pendataan anggota, dokumentasi

d) Titik Dua
(1) Tanda titik dua digunakan setelah kata atau ungkapan yang memerlukan
deskripsi.
Misalnya:
Ketua : Ahmad Dahlan
Sekretaris : Budiyani
Bendahara : Devita Della
(2) Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) surah
dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d)
nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Horizon, XLIII, No. 8/2008:8
Surah Albaqarah: 2-5
Matius 2:1-3
Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi cerpen Nusantara.
Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa.

e) Tanda Hubung
(1) Tanda hubung digunakan untuk menandai bagian kata yang disela oleh jeda
baris.
Misalnya:
Disamping cara lama diterapkan ca-
ra baru.
Nelayan pesisir itu membudidayakan rum-
put laut.
(2) Tanda hubung digunakan untuk menghubungkan unsur kata yang berulang.
Misalnya:
Dimana-mana
Anak-anak
(3) Tanda hubung digunakan untuk menggabungkan tanggal, bulan, dan tahun
yang dinyatakan sebagai angka, atau untuk menggabungkan huruf dalam
angka.
Misalnya:
03-03-2003
p-a-n-i-t-i-a

f) Tanda Pisah
(1) Tanda pisah dapat digunakan untuk membatasi penyisipan kata atau frasa yang
memberikan penjelasan di luar struktur kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu-saya yakin akan tercapai diperjuangkan oleh bangsa
itu sendiri.
(2) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti
’sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.
Misalnya:
Tahun 2013-2023.
Tanggal 17-18 Agustus 2022.
Jakarta-Tokyo.

g) Tanda Tanya
(1) Tanda Tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan hari ulang tahunnya?
Siapa Namaku?
(2) Tanda tanya digunakan dalam tanda kurung untuk menunjukkan bagian kalimat
yang diragukan atau tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Supermarket itu mulai dibangun pada tahun 2000 (?)
Di Indonesia terdapat 200 (?) suku.

h) Tanda Seru
Tanda seru digunakan untuk mengakhiri suatu ungkapan atau pernyataan
yang berupa seruan atau perintah yang mengungkapkan ketulusan,
ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah indahnya taman bunga itu!
Mari kita dukung gerakan Wira menjadi ketua osis!
Tutup pintu itu!
i) Tanda Elipsis
(1) Elipsis digunakan untuk menunjukkan bahwa ada bagian kalimat atau kutipan
yang hilang.
Misalnya:
Penyebab bencana … akan diteliti lebih lanjut.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bahasa
Negara ialah …
…, lain lubuk lain ikannya.
(2) Elipsis digunakan untuk menulis ujaran yang belum selesai dalam dialog.
Misalnya:
“Menurut Diana … seperti … bagaimna, Pak?”
“Jadi, simpulannya … oh, sudah saatnya istirahat.”

j) Tanda Petik
(1) Tanda petik digunakan untuk menyisipkan kutipan langsung dari pidato,
naskah, atau bahan tertulis lainnya.
Misalnya:
“Merdeka itu mati!” seru bung Tomo dalam pidatonya.
“Tutup pintu itu sekarang!” perintah Kakaknya.
(2) Tanda petik digunakan untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel,
naskah, atau bab buku yang digunakan dalam sebuah kalimat.
Misalnya:
Sajak “Ibuku” terdapat pada halaman 50 buku itu.
Marilah kita menyanyikan lagu “Indonesia Raya”
(3) Tanda petik digunakan untuk mengapit istilah-istilah ilmiah yang kurang
dikenal atau kata-kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
“Tetikus” komputer ini sudah tidak berfungsi.
Dilarang memberikan “amplop” pada petugas.

k) Tanda Petik Tunggal


Tanda petik tunggal digunakan untuk mengapit tanda petik di dalam tanda
petikan lainnya.
Misalnya:
Tanya Mira, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
“Kita bangga karena lagu ‘Indonesia Raya’ berkumandang di area olimpiade itu,”
kata ketua koni.

l) Tanda Kurung
(1) Tanda kurung digunakan untuk mengapit informasi atau penjelasan tambahan.
Misalnya:
Aturan ini berlaku untuk Warga Negara Indonesia (WNI).
Warga baru itu belum memiliki KTP (Kartu Tanda Penduduk).
(2) Tanda kurung digunakan untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan
sebagai karakter.
Misalnya:
Dia harus melengkapi berkas pendaftarannya dengan melampirkan
(1) Akta kelahiran,
(2) Ijazah terakhir, dan
(3) Nilai Rapot.

m) Tanda Kurung Siku


(1) Tanda kurung siku digunakan untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi tambahan akibat kesalahan atau kekurangan pada naskah asli
yang ditulis orang lain.
Misalnya:
Sang naga me[l]ihat kilauan cahaya dilangit.
Ulang tahun [proklamasi kemerdekaan] Republik Indonesia.
(2) Tanda kurung siku digunakan untuk mengapit informasi dalam tanda kurung
pada kalimat penjelas.
Misalnya:
Perbedaan kedua proses itu (persamaannya dibicarakan di dalam Bab III [lihat
halaman 38-40]).

n) Tanda Garis Miring


(1) Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat surat, dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim’
Misalnya:
Nomor: 3/PK/III/2023
Jalan Keramat IV/11
tahun ajaran 2030/2031
(2) Tanda garis miring digunakan sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap.
Misalnya:
Harganya Rp 30.000,00/lembar.
Siswa/Siswi
Berangkat lewat jalur darat/laut.
(3) Tanda garis miring digunakan untuk mengapit huruf, kata atau kelompok kata
untuk memperbaiki atau mengurangi atas kesalahan atau kelebihan pada naskah
asli yang ditulis oleh orang lain.
Misalnya:
Buku pengantar ling/g/uistik karya Verhaar dicetak beberapa kali.

o) Tanda Penyingkatan atau Apostrof


Tanda apostrof atau penyingkat adalah tanda baca yang digunakan untuk
menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun dalam konteks
tertentu.
Misalnya:
1 Januari '88 ('88 = 1988)
Pagi 'lah tiba. ('lah = telah)

4. Penulisan Unsur Serapan


Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia mengadopsi unsur-unsur dari
beberapa bahasa lain, baik bahasa daerah maupun bahasa asing seperti Sansekerta,
Arab, Portugis, Belanda atau Inggris. Berdasarkan tingkat integrasi unsur pinjaman
Indonesia seperti reshuffle, shuttle clock. Unsur-unsur tersebut digunakan dalam
konteks bahasa Indonesia, namun pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua,
unsur kata serapan yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah
bahasa Indonesia, seperti crystal (kristal), central (sentral), check (cek), effeck (efek).
Unsur-unsur tersebut digunakan dalam konteks bahasa Indonesia, perubahan ejaannya
seperlunya saja agar bentuk bahasa Indonesia tetap dapat dibandingkan dengan bentuk
aslinya.

B. Paragraf dan Pola Pengembangan Paragraf


1. Pengertian Paragraf
Menurut KBBI, pengertian paragraf adalah bab suatu karangan yang biasanya
memuat satu gagasan pokok dan penulisannya dimulai pada baris baru. Paragraf
terdapat dalam penggunaan bahasa tulis. Sebuah paragraf terdiri dari beberapa kalimat
atau lebih dari satu kalimat.
Menurut Henry Guntur Tarigan dalam bukunya “Keterampilan Menulis”,
paragraf adalah sekumpulan kalimat yang disusun secara sistematis dan logis yang
merupakan satu alur pemikiran yang runtut dan memuat gagasan pokok yang
terkandung secara keseluruhan.
Paragraf adalah rangkaian atau kumpulan kalimat yang dihubungkan secara
berurutan sehingga membentuk suatu gagasan, biasanya memuat satu gagasan pokok
atau ide pokok, dan penulisannya diawali pada baris yang baru.
Paragraf merupakan inti pengungkapan gagasan dalam sebuah karangan.
Sebuah paragraf memuat satu gagasan pokok yang didukung oleh seluruh kalimat
dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pendahuluan, kalimat pokok atau kalimat
topik, kalimat penjelas, hingga kalimat penutup. Kumpulan kalimat ini dihubungkan
secara berurutan sehingga membentuk suatu gagasan.

2. Macam-Macam Paragraf
a. Paragraf Naratif
Paragraf naratif adalah paragraf yang isinya berkaitan dengan suatu jenis
wacana naratif. Narasi adalah suatu jenis wacana yang memuat peristiwa atau
kisah. Secara etimologis, narasi berasal dari bahasa latin yaitu narrare artinya
menceritakan atau bercerita.
b. Paragraf Deskriptif
Paragraf deskriptif adalah paragraf yang isinya berkaitan dengan jenis
wacana deskriptif. Wacana deskriptif adalah jenis wacana yang memuat uraian
atau penjelasan secara jelas, rinci dan lengkap tentang sesuatu, baik itu orang,
suasana, benda, tempat, tokoh, hewan, atau tumbuhan tertentu. Secara etimologis,
deskriptif berasal dari bahasa Latin, yaitu describere yang berarti membuat
gambar, dan descriptio yang berarti pembeberan atau penggambaran.
Dalam mengembangkan paragraf ini, penulis memaparkan sesuatu secara
sempurna, cermat dan rinci. Sehingga pembaca mendapat gambaran yang jelas
mengenai apa yang dibicarakan.
c. Paragraf Ekspositori
Paragraf ekspositori adalah paragraf yang isinya berkaitan dengan jenis
wacana yang ekspositori. Wacana ekspositori merupakan jenis wacana yang berisi
penjelasan, klarifikasi dan penjelasan tentang sesuatu sehingga pembaca dapat
memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang disampaikan oleh penulis.
Ekspositori berasal dari kata latin exponere yang berarti memperluas atau
menjelaskan. Dalam penjelasannya, seorang penulis mengutip contoh, proses, atau
bukti nyata tertentu dari sesuatu yang memuat uraian atau penjelasan suatu topik
untuk memberikan informasi.
d. Paragraf Argumentatif
Paragraf argumentatif adalah paragraf yang isinya berkaitan dengan jenis
wacana argumentatif. Wacana argumentatif adalah jenis diskusi yang memuat
pendapat, bukti, posisi, gagasan, alasan, pembenaran atau argumen terhadap
sesuatu.
Argumentatif berasal dari bahasa Latin yaitu guere yang berarti
membuktikan atau meyakinkan seseorang dan argumentatio yang berarti bukti.
Dalam mengembangkan paragraf ini, penulis membujuk pembaca dengan
menambahkan bukti-bukti spesifik sesuai dengan fakta yang ada. Agar para
pembaca dapat mempercayai argumen penulis.
e. Paragraf Persuasif
Paragraf persuasif adalah paragraf yang isinya berkaitan dengan jenis
wacana persuasif. Wacana persuasif adalah jenis wacana yang melibatkan ajakan,
bujukan atau seruan kepada seseorang, dengan memberikan alasan yang baik bagi
orang yang meyakini, melakukan sesuatu atau membeli benda tertentu.

3. Syarat paragraf yang baik


Sebelum dibahas syarat-syarat paragraf perlu dipahami dulu bahawa paragraf
ialah kumpulan beberapa kalimat yang secara bersama-sama mendukung satu
kesatuan gagasan. Adapun syarat-syarat paragraf meliputi kesatuan, pengembangan,
kepaduan, kekompakan, dan pengembangan paragraf.
a. Kesatuan
Setiap paragraf mengandung satu gagasan dasar dan sejumlah gagasan
pengembang. Gagasan dasar itu dikemukakan ke dalam kalimat topik. Gagasan
pengembang dikemukakan ke dalam kalimat pengembang. Kalimat satu dengan
yang lain saling berhubungan.
b. Pengembangan
Gagasan dasar dinyatakan ke dalam kalimat topik dan gagasan pengembang
dinyatakan ke dalam kalimat-kalimat penjelas/lanjutan.
c. Kepaduan atau Koherensi
Kepaduan /koherensi adalah keserasian hubungan antargagasan
dalam paragraf yang berarti pula keserasian hubungan antarkalimat dalam
paragraf. Pembentukan paragraf berasal dari kalimat-kalimat yang saling
mendukung satu dengan lainnya. Hubungan kalimat-kalimat itu agar terlihat serasi
maka harus dipadukan. Kepaduan tersebut diwujudkan dalam hubungan
antarkalimat yang membentuk paragraf. Ada beberapa cara/syarat kepaduan
paragraf, yaitu menggunakan repetisi dan kata ganti, kata penghubung, dan urutan
pikiran (Rahayu, 2007:100).
d. Kekompakan atau Kohesi
Persyaratan kekompakan mengatur hubungan antarkalimat yang
diwujudkan oleh adanya bentuk-bentuk kalimat atau bagian kalimat yang cocok
dalam paragraf. Kekompakan tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu
kekompakan struktural dan leksikal. Kekompakan struktural ditandai oleh adanya
hubungan struktur kalimatkalimat yang digunakan dalam paragraf dan
kekompakan leksikal ditandai oleh adanya kata-kata yang digunakan dalam
paragraf untuk menandai hubungan antarkalimat atau bagian paragraf.
Kekompakan struktural diungkapkan dengan struktur kalimat yang kompak
dan serasi, yakni dengan menggunakan pengulangan atau repetisi struktur kalimat
dalam pengungkapan gagasan yang berbeda.
e. Pengembangan Paragraf
Menurut Suparno (2007: 96), pengembangan paragraf adalah pembentukan
paragraf dalam teks dikaitkan dengan paragraf yang lain. Hasil pengembangan ini
ialah untaian paragraf yang menunjukkan paragraf yang cocok dengan paragraf
yang lain.
4. Jenis Paragraf
a. Paragraf Deduktif
Ibuku bernama Wulandari. (Kalimat Topik) Mukanya selalu bersinar seperti
bulan. Cocok sekali dengan namanya yang berarti bulan bersinar. Mukanya bulat
dengan alis tipis seperti semut beriring. Kulit ibuku sawo matang, khas wanita
Jawa. Beliau tidaklah tinggi, tidak pula pendek. Rambutnya hitam bergelombang.
Sampai usia 56 tahun kulihat rambutnya masih legam tanpa semir. Pandangan
matanya yang kuat kini sudah mulai sayu termakan usia. Namun mata hatinya
tetap kuat bagaikan baja. (Kalimat Pengembang)
Paragraf ini berjenis paragraf deduktif. Hal ini karena kalimat topiknya
yang terdapat pada awal paragraf. Kalimat pertama merupakan kalimat topik yang
menyebutkan jika ibu bernama Wulandari. Lalu, kalimat-kalimat selanjutnya
menggambarkan ciri fisik ibu mulai dari wajah hingga postur tubuhnya. Kalimat-
kalimat tersebut merupakan kalimat pengembang dari kalimat topik.
b. Paragraf Induktif
Tidak seperti orang Batak yang logatnya agak keras, ayahku sangat
pendiam. Beliau yang irit kata, lebih suka memberi contoh langsung kepada
anaknya tanpa perlu menggurui. Bagai air yang mengalir tenang, tetapi sangat
dalam. (Kalimat Pengembang) Beliau adalah teladan bagi anakanaknya. (Kalimat
Topik)
Paragraf ini berjenis paragraf induktif. Hal ini karena kalimat topiknya yang
terdapat pada akhir paragraf. Kalimat pertama hingga ketiga menggambarkan
sifat-sifat ayah seperti, pendiam, irit kata, dan suka memberi contoh. Lalu, kalimat
terakhir merupakan kalimat topik yang berupa kesimpulan yang menyebutkan jika
sifat-sifat ayah yang disebutkan dalam kalimat-kalimat sebelumnya menjadi
teladan bagi anak-anaknya.
c. Paragraf Deduktif-Induktif (Campuran)
Meskipun sudah berumur, ibuku masih menuntut ilmu. (Kalimat Topik)
Ibuku melanjutkan ke jenjang S-2. Padahal harusnya dia sudah tidak disibukkan
oleh tugas kuliah. Tetapi, sepertinya ibuku sangat menikmati sekolahnya. Sambil
bernyanyi kecil dia mengerjakan tugas kuliahnya. (Kalimat Pengembang) Belajar
terus sepanjang hayat, itulah semboyannya. (Kalimat Penegas)
Paragraf ini berjenis paragraf campuran. Hal ini karena kalimat topiknya
yang terdapat pada awal dan akhir paragraf. Kalimat pertama merupakan kalimat
topik yang menyebutkan Ibu masih menuntut ilmu walau sudah berumur. Lalu,
kalimatkalimat selanjutnya menjelaskan alasan ibu untuk tetap menimba ilmu.
Kalimat-kalimat tersebut merupakan kalimat pengembang. Paragraf ini diakhiri
dengan kalimat penegas yang menegaskan kembali kalimat topiknya. Kalimat ini
berisi semboyan ibu yang selaras dengan isi dari kalimat topik.
d. Paragraf Ineratif
Fungsi museum yang utama adalah menyimpan, merawat, mengamankan,
dan memanfaatkan koleksi museum berupa benda cagar budaya. (Kalimat
Pengembang) Dengan demikian, museum memiliki fungsi besar yaitu sebagai
tempat pelestarian. (Kalimat Topik) Secara lebih rinci fungsi museum mencakup
kegiatan penyimpanan, perawatan, dan pengamanan. (Kalimat Pengembang)
Paragraf ini berjenis paragraf ineratif. Hal ini karena kalimat topiknya yang
terdapat di tengah paragraf. Kalimat pertama dan ketiga memiliki isi kalimat yang
sama yaitu dengan menyebutkan jika fungsi museun adalah merawat, menyimpan,
dan mengamankan. Kalimat tersebut merupakan kalimat pengembang. Lalu,
kalimat topiknya yaitu terletak pada kalimat kedua yang menjelaskan jika fungsi
besar museum yaitu sebagai tempat pelestarian. Ciri yang menandai kalimat kedua
menjadi kalimat topik ialah kata „dengan demikian‟ kata tersebut digunakan
untuk menyimpulkan.
e. Ide Pokok Menyebar
Ratna terlahir dari keluarga mampu, punya pendidikan yang bagus,
pekerjaan mapan serta selalu peduli dengan sekitarnya. Sedangkan Janus menjadi
orang mapan dan punya segalanya karena nasib. Mereka harus menjalani
kebersamaan memasuki tempat-tempat kumuh hingga pedalaman Indonesia:
Dayak di Kalimantan, Karimunjawa, Kota Tua, Bali , Toraja dan Desa Rawa
Sampih. (Ide Pokok Menyebar)
Paragraf ini berjenis paragraf dengan ide pokok menyebar. Hal ini karena
tidak memiliki kalimat topik dan untuk menentukan gagasan utama yaitu dengan
cara menyimpulkan seluruh kalimatnya. Kalimat pertama menyebutkan jika Ratna
berasal dari keluarga yang mampu sedangkan kalimat kedua menyebutkan Janus
menjadi orang mapan karena nasib. Selanjutnya, pada kalimat ketiga
menyebabkan jika mereka harus memasuki tempat-tempat kumuh hingga
pedalaman Indonesia. Jadi, paragraf tersebut tidak memiliki kalimat topik.

5. Pola Pengembangan Paragraf


Pola pengembangan paragraf merupakan suatu cara mengembangkan kalimat
topik menjadi kalimat penjelas atau kalimat-kalimat pengembang.
a. Pola Pengembangan Paragraf Perbandingan
Paragraf perbandingan adalah paragraf yang kalimat topiknya memuat
perbandingan dua hal. Misalnya saja perbandingan antara yang abstrak dan yang
konkrit. Kalimat topik kemudian dikembangkan dengan memerinci perbandingan
dalam bentuk tertentu atau dalam bentuk konkrit atau bagian-bagian kecil
(Tarigan, 2008: 28)
b. Pola Pengembangan Paragraf Pertanyaan
Paragraf pertanyaan adalah paragraf yang kalimat topiknya dijelaskan oleh
kalimat pengembangan yang berupa kalimat tanya. Pola pengembangan
pertanyaan ini tidak ditemukan dalam paragraf yang dianalisis.
c. Pola Pengembangan Paragraf Sebab-Akibat
Paragraf sebab-akibat adalah paragraf yang kalimat topiknya
mengembangkan kalimat-kalimat sebab atau akibat.
d. Pola Pengembangan Paragraf Contoh
Paragraf contoh adalah paragraf yang kalimat topiknya dikembangkan
dengan contoh-contoh sehingga kalimat topik jelas pengertiannya.
e. Pola Pengembangan Paragraf Perulangan
Paragraf perulangan adalah paragraf yang kalimat topiknya dikembangkan
dengan pengulangan kata/kelompok kata atau bagian-bagian kalimat yang penting.
f. Pola Pengembangan Paragraf Definisi
Paragraf definisi adalah paragraf yang kalimat topiknya berupa definisi atau
pengertian. Definisi yang terkandung dalam kalimat topik tersebut memerlukan
penjelasan panjang lebar agar tepat maknanya ditangkap oleh pembaca. Alat untuk
memperjernih pengertian tersebut adalah serangkaian kalimat pengembang.
g. Pola Pengembangan Paragraf Ilustrasi
Paragraf ini berpola pengembangan ilustrasi. Kalimat topik dalam paragraf
ini dikembangkan dengan menyajikan suatu gambaran atau melukiskan suatu
objek.
h. Pola Pengembangan Paragraf Kronologi
Pola pengembangan paragraf yang kalimat topiknya berupa urutan-urutan
dari suatu peristiwa atau kejadian. Pola pengembangan paragraf ini tidak
ditemukan dalam paragraf yang dianalisis.
i. Pola Pengembangan Paragraf Analogi
Pengembangan paragraf dengan menganalogikan sesuatu dengan benda
yang sudah diketahui oleh umum dapat mempermudah pembaca membayangkan
objek yang dilukiskan itu. Pola pengembangan paragraf ini tidak ditemukan dalam
paragraf yang dianalisis.

Anda mungkin juga menyukai