PEMBAHASAN
b) Huruf Vokal
Berdasarkan buku Konsep Dasar Bahasa Indonesia yang disusun oleh
Robiatul Munajah, vokal adalah bunyi atau ujaran bahasa yang dihasilkan oleh
alat bicara jika aliran udara yang keluar dari tidak mengalami hambatan. Vokal
disebut juga huruf hidup atau bunyi. Huruf vokal dalam Bahasa Indonesia terdapat
5 huruf yaitu, a, i, u, e, dan o.
c) Huruf Konsonan
Konsonan dalam Bahasa Indonesia dilambangkan menjadi 21 huruf, yaitu b,
c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
*) Huruf q dan x digunakan terutama untuk nama pribadi (seperti Taufiq atau
Xerox) dan untuk tujuan ilmiah (seperti status quo).
Diftong
Diftong dalam bahasa Indonesia adalah gabungan dua huruf vokal yang
dilafalkan sebagai satu bunyi saja. Dalam bahasa Indonesia, terdapat empat
diftong yang dilambangkan dengan gabungan huruf vokal ai, au, ei, dan oi.
f) Huruf Kapital
Huruf besar disebut juga huruf besar, berukuran lebih besar dari huruf kecil
dan mempunyai bentuk khusus. Dalam sistem penulisan latin, huruf besar adalah
A-Z. Berikut adalah penggunaan huruf kapital.
1. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama dari kata pertama dalam
kalimat.
Misalnya:
Dia sedang berbicara.
Kemana kita harus pergi?
2. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama dari unsur nama seseorang,
termasuk julukan.
Misalnya:
Ridwan Kamil
Raudhatil Jannah
Bapak Koperasi
3. Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama orang yang
digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
12 ampere
10 volt
ikan salmon
mesin diesel
4. Huruf kapital digunakan pada nama orang seperti pada nama teori, hukum, dan
rumus.
Misalnya:
teori Darwin
hukum Archimedes
rumus Phytagoras
5. Huruf pertama dari sebuah kata berarti ‘anak dari’ tidak menggunakan huruf
kapital. Contoh: bin, binti, boru, dan van, kecuali ditulis sebagai awal nama
atau huruf pertama kata tugas dari.
Misalnya:
Yoga Abdul bin Salim
Dinda binti Ahmad Dahlan
Yeni boru Sitanggang
Ayam Jantan dari Timur
Charles Adriaan van Ophuijsen
7. Huruf kapital digunakan sebagai inisial dalam konteks agama, kitab suci, dan
nama ketuhanan, seperti kata ganti ketuhanan, sinonim, dan singkatan nama
ketuhanan.
Misalnya:
Konghucu Weda
Buddha Tuhan
Hindu Allah
Kristen Al-Qur’an
Islam Alkitab
Ampunilah hamba-Mu, ya Tuhan.
Yang Maha Kuasa
8. Huruf besar digunakan sebagai huruf pertama pada unsur gelar terhormat,
mulia, turun temurun, beragama atau akademis. Diikuti dengan nama individu
dan nama ilmiah.
Misalnya:
Mahaputra Yamin
Teuku Umar
La Ode Khairudin
Kiai Haji Ahmad Dahlan
Doktor Amir Hamzah
Irwansyah, Magister Humaniora
9. Huruf besar digunakan sebagai huruf pertama pada unsur judul kehormatan,
status keluarga, agama, pekerjaan, gelar, serta kepangkatan yang digunakan
sebagai sapaan.
Misalnya:
Selamat menyaksikan, Yang Mulia.
Semoga sehat selalu, Raden.
Terima kasih, Kiai.
Selamat sore, Dokter.
Silakan duduk, Prof.
Baik, Jenderal.
10. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat, diikuti nama seseorang, atau digunakan sebagai pengganti orang,
lembaga, atau tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Ma’ruf Amin
Perdana Menteri Indonesia
Gubernur Riau
11. Huruf kapital digunakan sebagai nama bangsa, nama suku, nama bahasa, dan
aksara.
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Jawa
bahasa Minang
aksara Kaganga
12. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama tahun, bulan, hari, dan nama hari
besar serta hari libur.
Misalnya:
tahun Masehi
bulan Oktober
hari Selasa
hari Lebaran
13. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:
Hari Pahlawan Nasional
Konferensi Meja Bundar
Perang Dunia I
15. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap kata (tidak termasuk
kata tugas, seperti nama negara, lembaga, perusahaan, organisasi, atau
dokumen).
Misalnya:
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 tentang
Penggunaan Bahasa Indonesia
16. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar
dan nama pangkat.
Misalnya:
S.T sarjana teknik
M.Si magister sains
Prof profesor
g) Huruf Miring
Huruf miring pada cetakan digunakan untuk menuliskan nama buku, majalah,
dan surat kabar yang dikutip dalam suatu tulisan.
Misalnya:
Saya belum pernah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis.
Majalah Bobo diterbitkan oleh Harian Kompas.
Berita itu muncul dalam surat kabar Merdeka.
Huruf miring digunakan untuk mempertegas atau mengkhususkan suatu huruf,
bagian kata-kata atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata mulai adalah m.
Bab ini tidak membicarakan pengertian paragraf.
Huruf miring digunakan untuk menuliskan nama ilmiah atau kata-kata asing
kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Buah manggis memiliki nama ilmiah Garcinia mangostana
Politik divide et impera pernah menjelajah dinegara ini
Weltanschauung jika diterjemahkan menjadi pandangan dunia
h) Huruf Tebal
Huruf tebal digunakan dalam cetakan untuk menulis judul buku, bab, bagian
bab, daftar isi, daftar tabel, daftar simbol, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
Misalnya :
Judul:
HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
Bab:
BAB I PENDAHULUAN
Bagian bab:
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Tujuan
Datar, indeks, dan lampiran:
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMBANG
DAFTAR TABEL
DAFTAR PUSTAKA
INDEKS
LAMPIRAN
Huruf tebal digunakan untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis
miring.
Misalnya:
Huruf dh tidak terdapat dalam ejaan bahasa Indonesia, seperti pada kata
Ramadhan.
Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti ‘dan’.
2. Penulisan Kata
Penulisan kata adalah suatu proses atau cara penulisan suatu karya yang
mempertimbangkan unsur-unsur bahasa tulis sebagai wujud kesatuan emosi dan
pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa sesuai dengan ejaan yang
disempurnakan (EYD).
Materi yang dijelaskan dalam penulisan kata meliputi kata dasar, kata turunan,
bentuk ulang, gabungan kata, dan kata ganti –ku (punyaku), kau- (kauambil), -mu
(milikmu), dan –nya (miliknya) kata depan di, ke, dan dari, kata si dan sang partikel,
singkatan dan akronim, angka dan lambang bilangan.
a) Kata Dasar
Kata dasar atau morfem bebas adalah kata tanpa imbuhan yang ditulis
menjadi satuan.
Misalnya:
sepi
pulang
rumah
b) Kata Turunan
Kata turunan adalah kata yang telah mempunyai imbuhan dan terbagi
menjadi beberapa bentuk tulisan, yaitu, (1) imbuhan (awalan, sisipan, akhiran)
ditulis berurutan dengan kata dasar, (2) Apabila bentuk dasarnya berupa gabungan
kata awalan atau akhiran ditulis berurutan dengan kata sebelum dan sesudahnya. 3)
Jika suatu gabungan kata mempunyai awalan dan akhiran sekaligus, maka unsur
gabungannya ditulis berurutan. (4) Kata gabungan ditulis secara berurutan apabila
salah satu unsur kata gabungan tersebut digunakan hanya dalam kombinasi.
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, dan gabungan awalan dan akhiran)
ditulis sesuai urutan bentuk dasarnya.
Misalnya:
berjalan
mempermudah
lukisan
Bentuk gabungannya ditulis berurutan dengan kata yang mengikutinya.
Misalnya:
adibusana
infrastruktur
proaktif
c) Bentuk Ulang
Bentuk ulang adalah bentuk yang mengulangi kata-kata secara lengkap dan
diberi tanda hubung.
Misalnya:
misalnya
hati-hati
anak-anak
mata-mata,
d) Gabungan Kata
Gabungan kata adalah (1) gabungan kata yang mengandung istilah khusus
(biasa disebut kata majemuk, yang unsur-unsurnya ditulis tersendiri), (2) gabungan
kata yang mengandung istilah khusus sehingga dapat menimbulkan salah paham,
boleh ditulis dengan menggunakan tanda penghubung untuk menegaskan pertalian
diantara unsur yang bersangkutan, dan (3) gabungan kata yang ditulis secara
berurutan, seperti acapkali, adakalanya, beasiswa, saripati, olahraga, dan lain-lain.
e) Kata Depan
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya
kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagi satu kata seperti
kepada dan daripada.
f) Partikel
Partikel terdiri dari lima partikel, yakni partikel -lah, -kah, -tah ditulis
berurutan dengan kata yang mendahuluinya, dan partikel per yang berarti 'mulai',
'demi' maupun 'tiap' ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau
mengikutinya.
1) Partikel -lah -kah dan -tah ditulis berurutan dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu dengan cermat!
Apakah isi dari surat itu?
Siapakah pengarang buku itu?
Apatah gunanya bersedih hati?
2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun alasannya, dia tidak dapat dimaafkan.
Jika hendak sore pun, toko itu pasti tutup.
3) Artikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya.
Misalnya:
Mereka hanya boleh masuk satu per satu.
Harga susu kedelai itu Rp 10.000,00 per botol.
Karyawan mendapatkan kenaikan gaji per 3 Maret.
g) Singkatan
Singkatan adalah bentuk pendek yang terdiri dari satu huruf atau lebih.
1) Nama pribadi, gelar, salam, gelar, singkatan promosi diikuti titik pada setiap
unsur singkatan,
Misalnya:
Hlm. Halaman
Dll. Dan lain-lain
Dsb Dan sebagainya
Dts Dan seterusnya
3) Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata atau inisial instansi
pemerintah, lembaga nasional, lembaga pendidikan, korporasi, nama
organisasi, nama naskah dinas, dan lain-lain ditulis dengan huruf kapital tanpa
titik.
Misalnya:
KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
4) Singkatan yang terdiri dari huruf pertama setiap kata yang bukan merupakan
nama diri, ditulis dengan huruf kapital tanpa titik.
Misalnya:
PT Perseroan Terbatas
MAN Madrasah Aliah Negeri
KTP Kartu Tanda Penduduk
5) Singkatan yang terdiri dari dua huruf yang biasa digunakan dalam surat-
menyurat masing-masing diikuti dengan titik.
Misalnya:
Cu kuprum
cm sentimeter
kVA kilovolt-ampere
h) Akronim
Akronim adalah singkatan yang dibentuk dari gabungan huruf awal,
gabungan suku kata, atau gabungan huruf dan suku kata dari deretan kata yang
dijadikan kata, misalnya ABRI, Akademi Militer Indonesia, pemilu, dan lain-lain.
1) Akronim nama diri yang terdiri dari huruf pertama setiap kata ditulis huruf
kapital tanpa titik.
Misalnya:
j) Kata Ganti
Kata ganti -ku, kau-, -mu dan -nya ditulis berurutan dengan kata yang
mengikutinya atau ditulis berurutan dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
-ku (punyaku)
kau- (kauambil)
-mu (milikmu)
–nya (miliknya).
k) Kata Sandang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
si Ayah
sang Surya
c) Titik Koma
(1) Titik koma dapat digunakan dalam kalimat majemuk sebagai pengganti kata
hubung untuk memisahkan kalimat setara lainnya.
Misalnya:
Hari sudah sore; anak-anak mulai pulang ke rumahnya.
Ayah menyelesaikan pekerjaan; Ibu memasak; Adik menton televisi.
(2) Titik koma digunakan untuk memisahkan bagian-bagian rincian dalam kalimat
yang sudah memiliki koma.
Misalnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; pisang, apel, dan
jeruk. Agenda rapat ini meliputi;
1. Pemilihan ketua, sekretaris dan bendahara;
2. Penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan
program kerja; dan
3. Pendataan anggota, dokumentasi
d) Titik Dua
(1) Tanda titik dua digunakan setelah kata atau ungkapan yang memerlukan
deskripsi.
Misalnya:
Ketua : Ahmad Dahlan
Sekretaris : Budiyani
Bendahara : Devita Della
(2) Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) surah
dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d)
nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Horizon, XLIII, No. 8/2008:8
Surah Albaqarah: 2-5
Matius 2:1-3
Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi cerpen Nusantara.
Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa.
e) Tanda Hubung
(1) Tanda hubung digunakan untuk menandai bagian kata yang disela oleh jeda
baris.
Misalnya:
Disamping cara lama diterapkan ca-
ra baru.
Nelayan pesisir itu membudidayakan rum-
put laut.
(2) Tanda hubung digunakan untuk menghubungkan unsur kata yang berulang.
Misalnya:
Dimana-mana
Anak-anak
(3) Tanda hubung digunakan untuk menggabungkan tanggal, bulan, dan tahun
yang dinyatakan sebagai angka, atau untuk menggabungkan huruf dalam
angka.
Misalnya:
03-03-2003
p-a-n-i-t-i-a
f) Tanda Pisah
(1) Tanda pisah dapat digunakan untuk membatasi penyisipan kata atau frasa yang
memberikan penjelasan di luar struktur kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu-saya yakin akan tercapai diperjuangkan oleh bangsa
itu sendiri.
(2) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti
’sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.
Misalnya:
Tahun 2013-2023.
Tanggal 17-18 Agustus 2022.
Jakarta-Tokyo.
g) Tanda Tanya
(1) Tanda Tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan hari ulang tahunnya?
Siapa Namaku?
(2) Tanda tanya digunakan dalam tanda kurung untuk menunjukkan bagian kalimat
yang diragukan atau tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Supermarket itu mulai dibangun pada tahun 2000 (?)
Di Indonesia terdapat 200 (?) suku.
h) Tanda Seru
Tanda seru digunakan untuk mengakhiri suatu ungkapan atau pernyataan
yang berupa seruan atau perintah yang mengungkapkan ketulusan,
ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah indahnya taman bunga itu!
Mari kita dukung gerakan Wira menjadi ketua osis!
Tutup pintu itu!
i) Tanda Elipsis
(1) Elipsis digunakan untuk menunjukkan bahwa ada bagian kalimat atau kutipan
yang hilang.
Misalnya:
Penyebab bencana … akan diteliti lebih lanjut.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bahasa
Negara ialah …
…, lain lubuk lain ikannya.
(2) Elipsis digunakan untuk menulis ujaran yang belum selesai dalam dialog.
Misalnya:
“Menurut Diana … seperti … bagaimna, Pak?”
“Jadi, simpulannya … oh, sudah saatnya istirahat.”
j) Tanda Petik
(1) Tanda petik digunakan untuk menyisipkan kutipan langsung dari pidato,
naskah, atau bahan tertulis lainnya.
Misalnya:
“Merdeka itu mati!” seru bung Tomo dalam pidatonya.
“Tutup pintu itu sekarang!” perintah Kakaknya.
(2) Tanda petik digunakan untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel,
naskah, atau bab buku yang digunakan dalam sebuah kalimat.
Misalnya:
Sajak “Ibuku” terdapat pada halaman 50 buku itu.
Marilah kita menyanyikan lagu “Indonesia Raya”
(3) Tanda petik digunakan untuk mengapit istilah-istilah ilmiah yang kurang
dikenal atau kata-kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
“Tetikus” komputer ini sudah tidak berfungsi.
Dilarang memberikan “amplop” pada petugas.
l) Tanda Kurung
(1) Tanda kurung digunakan untuk mengapit informasi atau penjelasan tambahan.
Misalnya:
Aturan ini berlaku untuk Warga Negara Indonesia (WNI).
Warga baru itu belum memiliki KTP (Kartu Tanda Penduduk).
(2) Tanda kurung digunakan untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan
sebagai karakter.
Misalnya:
Dia harus melengkapi berkas pendaftarannya dengan melampirkan
(1) Akta kelahiran,
(2) Ijazah terakhir, dan
(3) Nilai Rapot.
2. Macam-Macam Paragraf
a. Paragraf Naratif
Paragraf naratif adalah paragraf yang isinya berkaitan dengan suatu jenis
wacana naratif. Narasi adalah suatu jenis wacana yang memuat peristiwa atau
kisah. Secara etimologis, narasi berasal dari bahasa latin yaitu narrare artinya
menceritakan atau bercerita.
b. Paragraf Deskriptif
Paragraf deskriptif adalah paragraf yang isinya berkaitan dengan jenis
wacana deskriptif. Wacana deskriptif adalah jenis wacana yang memuat uraian
atau penjelasan secara jelas, rinci dan lengkap tentang sesuatu, baik itu orang,
suasana, benda, tempat, tokoh, hewan, atau tumbuhan tertentu. Secara etimologis,
deskriptif berasal dari bahasa Latin, yaitu describere yang berarti membuat
gambar, dan descriptio yang berarti pembeberan atau penggambaran.
Dalam mengembangkan paragraf ini, penulis memaparkan sesuatu secara
sempurna, cermat dan rinci. Sehingga pembaca mendapat gambaran yang jelas
mengenai apa yang dibicarakan.
c. Paragraf Ekspositori
Paragraf ekspositori adalah paragraf yang isinya berkaitan dengan jenis
wacana yang ekspositori. Wacana ekspositori merupakan jenis wacana yang berisi
penjelasan, klarifikasi dan penjelasan tentang sesuatu sehingga pembaca dapat
memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang disampaikan oleh penulis.
Ekspositori berasal dari kata latin exponere yang berarti memperluas atau
menjelaskan. Dalam penjelasannya, seorang penulis mengutip contoh, proses, atau
bukti nyata tertentu dari sesuatu yang memuat uraian atau penjelasan suatu topik
untuk memberikan informasi.
d. Paragraf Argumentatif
Paragraf argumentatif adalah paragraf yang isinya berkaitan dengan jenis
wacana argumentatif. Wacana argumentatif adalah jenis diskusi yang memuat
pendapat, bukti, posisi, gagasan, alasan, pembenaran atau argumen terhadap
sesuatu.
Argumentatif berasal dari bahasa Latin yaitu guere yang berarti
membuktikan atau meyakinkan seseorang dan argumentatio yang berarti bukti.
Dalam mengembangkan paragraf ini, penulis membujuk pembaca dengan
menambahkan bukti-bukti spesifik sesuai dengan fakta yang ada. Agar para
pembaca dapat mempercayai argumen penulis.
e. Paragraf Persuasif
Paragraf persuasif adalah paragraf yang isinya berkaitan dengan jenis
wacana persuasif. Wacana persuasif adalah jenis wacana yang melibatkan ajakan,
bujukan atau seruan kepada seseorang, dengan memberikan alasan yang baik bagi
orang yang meyakini, melakukan sesuatu atau membeli benda tertentu.