Anda di halaman 1dari 44

TUGAS BAHASA INDONESIA

RESUME

Oleh :
SAHARUDDIN
03. 17. 020

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI


STIKES SALEWANGANG MAROS
2019

1
BAB I
SEJARAH KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA
A Sejarah Bahasa indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana disebutkan
dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, pasal 36 ”bahasa Negara adalah bahasa Indonesia”.
Sejarah bahasa Indonesia telah tumbuh dan berkembang sekitar abad ke VII dari bahasa
Melayu yang sejak zaman dahulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan. Bukan
hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga di seluruh Asia Tenggara.
Bahasa melayu Riau di pilih sebagai bahasa persatuan nrgara republik Indonesia atas
beberapa pertimbangan sebagai berikut:
1. Jika bahasa jawa digunakan, suku-suku bangsa atau golongan lain di Negara Indonesia
akan merasa di jajah oleh suku jawa yang merupakan golongan mayoritas di republik
Indonesia.
2. Bahasa Indonesia jauh lebih sukar dipelajari dibandingkan dengan bahasa melayu riau.
Ada tingkatan bahasa halus, biasa, dan kasar yang digunakan unyuk orang yang berbeda
dari segi usia, derajat, ataupun pangkat.
3. Bahasa melayu riau yang dipilih,dan bukan bahasa melayu Pontianak, Banjarmasin,
samarinda, Maluku, Jakarta (betawi), ataupun
kutai.
B. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting yang tercantum didalam
ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 dengan bunyi,” “Kami poetera dan poeteri Indonesia
mengakoe bertoempah darah satoe, Tanah Air Indonesia. Mengakoe berbangsa satoe, Bangsa
Indonesia. Kami poetera dan poeteri Indonesia Mendjoendjoeng bahasa persatoean, Bahasa
Indonesia.” Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 Bab XV (Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan) Pasal 36 menyatakan bahwa “Bahasa Negara ialah
Bahasa Indonesia”
Dengan begitu, kedudukan bahasa Indonesia dibagi menjadi :
a. Bahasa Nasional
Kedudukannya berada diatas bahasa-bahasa daerah. Hasil Perumusan Seminar Politik
Bahasa Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25-28 Februari 1975
menegaskan bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa Nasional, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai berikut :
a) Lambang kebanggaan Nasional
b) Lambang Identitas Nasional
c) Alat pemersatu berbagai suku bangsa
d) Alat penghubung antar budaya dan antar daerah
b. Bahasa Negara (Bahasa Resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia)Dalam Hasil
Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal
25 s.d. 28 Februari 1975 dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai bahasa
negara, bahasa Indonesia befungsi sebagai :
a) Bahasa resmi kenegaraan

2
b) Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan
c) Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
d) Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi
2.2. Fungsi Bahasa Indonesia
Fungsi bahasa dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu fungsi bahasa secara umum dan
fungsi bahasa secara khusus.
Fungsi bahasa secara umum yaitu :
a) Sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan
b) Sebagai alat komunikasi
c) Sebagai alat berinteraksi dan beradaptasi soci
d) Sebagai alat kontrol social

Fungsi Bahasa secara khusus:


a) Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari
b) Mewujudkan Seni (Sastra)
c) Mempelajari bahasa kuno
d) Mengeksploitasi IPTEK

BAB II
EJAAN BAHASA INDONESIA
Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan karena selain digunakan sebagai alat
komunikasi secara langsung bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi
secara baik dan tepat, dengan penyampaian berita atau materi secara tertulis, diharapkan
masyarakat dapat menggunakan media tersebut secara baik dan benar.
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sub materi dalam ketata bahasaan Indonesia,

3
yang memilik peran yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasa secara tertulis
sehingga diharapkan informasi tersebut dapat di sampaikan dan di fahami secara
komprehensif dan terarah.
2. Pelafalan
Salah satu hal yang diatur dalam ejaan ialah cara pelafalan atau cara pengucapan
dalam bahasa Indonesia. Pada akhir-akhir ini sering kita dengar orang melafalkan bunyi
bahasa Indonesia dengan keraguan. Keraguan yang dimaksud ialah ketidakteraturan
pengguna bahasa dalam melafalkan huruf. Kesalahan pelafalan dapat terjadi karena
lambang (huruf) diucapkan tidak sesuai dengan bunyi yang melambangkan huruf
tersebut.
Kaidah pelafalan bunyi bahasa Indonesia berbeda dengan kaidah bunyi bahasa lain,
terutama bahasa asing, seperti bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan bahasa Jerman.
Tegasnya, lafal dalam bahasa Indonesia disesuaikan dengan tulisan.
Perhatikan contoh berikut:
a. teknik Lafal yang salah: tehnik Lafal yang benar: teknik
b. tegel Lafal yang salah: tehel Lafal yang benar: tegel
Masalah lain yang sering muncul dalam pelafalan ialah mengenai singkatan kata
dengan huruf.
Perhatikan pelafalan berikut!
a. TV Lafal yang salah: tivi Lafal yang benar: t e ve
b. MTQ Lafal yang salah: emtekyu, emtekui Lafal yang benar: em te ki
Hal yang perlu mendapat perhatian ialah mengenai pemakaian dan pelafalan huruf pada
penulisan dan pelafalan nama diri. Di dalam kaidah ejaan dikatakan bahwa penulisan dan
pelafalan nama diri, yaitu nama orang, badan hukum, lembaga, jalan, kota, sungai,
gunung, dan sebagainya disesuaikan dengan kaidah ejaan yang berlaku, kecuali kalau ada
pertimbangan lain.
Perhatikan contoh berikut!
a. coca Lafal yang benar: cola [ko ka ko la]
b. HCI Lafal yang benar: [Ha Se El]
3. Pemakaian Huruf
Penggunaan huruf pada kata berkaitan dengan fonologi (ilmu yang mempelajari
tentang bunyi). Dalam bahasa Indonesia, jumlah abjad yang diketahui terdapat 26 huruf,
yang terdiri dari 5 huruf vokal (a,i,u,o,e) dan 21 huruf konsonan
(b,c,d,f,g,h,j,k,l,m,n,p,q,r,s,t,u,v,w,x,y,z). Selain huruf-huruf tersebut, adapun kaitannya
dengan ilmu fonologi, bunyi-bunyi yang ditimbulkan berdasarkan huruf-
hurufitudapatbermacam-macam.
A. Huruf Abjad

4
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama
tiap huruf disertakan di kolom ketiga.

Huruf Kapital Huruf Kecil Nama


A A A
B B Be
C C Ce
D D De
E E E
F F Ef
G G Ge
H H Hi
I I I
J J Je
K K Ka
L L El
M M Em
N N En
O O O
P P Pe
Q Q Ki
R R Er
S S Es
T T Te
U U U
V V Vi
W W We
X X Eks
Y Y Ye
Z Z Zet

B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.

Huruf Contoh Pemakaian dalam Kata


Vokal Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
a api padi lusa
e* enak petak sore
emas kena tipe
i itu simpan murni
o oleh kota radio
u ulang bumi ibu

5
Keterangan:
Untuk keperluan pelafalan kata yang benar, tanda aksen (') dapat digunakan jika
ejaan kata menimbulkan keraguan.
Misalnya:
a. Anak-anak bermain di teras (téras).
b. Upacara itu dihadiri pejabat teras Bank Indonesia.
c. Kami menonton film seri (séri).
d. Pertandingan itu berakhir seri.
e. Di mana kécap itu dibuat?
f. Coba kecap dulu makanan itu.
C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf
huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

Huruf Contoh Pemakaian dalam Kata


Konsonan Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
b bahasa sebut adab
c cakap kaca -
d dua ada Abad
f fakir kafan maaf
g guna tiga gudeg
h hari saham tuah
j jalan manja mikraj
k kami paksa politik
- rakyat* bapak*
l lekas alas akal
m maka kami diam
n nama tanah daun
p pasang apa siap
q** Quran status quo Taufiq
r raih bara putar
s sampai asli tangkas
t tali mata rapat
v varia lava -
w wanita hawa -
x** xerox - sinar-x
y yakin payung -
z zeni lazim juz

Keterangan:
a. a) Huruf k melambangkan bunyi hamzah.
b. b) Huruf q dan x khusus dipakai untuk nama diri (seperti Taufiq dan Xerox) dan
keperluan ilmu (seperti status quo dan sinar x).

6
D. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.

Huruf Contoh Pemakaian dalam Kata


Diftong Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
ai ain malaikat pandai
au aula saudara harimau
oi - boikot amboi

E. Gabungan Huruf Konsonan


Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing masing melambangkan satu bunyi
konsonan.

Gabungan Contoh Pemakaian dalam Kata


Huruf
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
Konsonan
kh khusus akhir tarikh
ng ngilu bangun senang
ny nyata banyak -
sy syarat isyarat arasy

Catatan:
Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain ditulis sesuai dengan Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, kecuali jika ada pertimbangan khusus.

F. Huruf Kapital
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat.
Misalnya:
Dia membaca buku.
Apa maksudnya?
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"
Orang itu menasihati anaknya, "Berhati-hatilah, Nak!"
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang
berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk
Tuhan.
Misalnya:
Islam Quran
Kristen Alkitab
Hindu Weda
Allah
Yang Mahakuasa
7
Yang Maha Pengasih
Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.

4. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Pada tahun ini dia pergi naik haji.
5. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti
nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti
nama orang tertentu.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi
yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.
Misalnya:
Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.
Sidang itu dipimpin Presiden.
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat
yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat
tertentu.
Misalnya:
Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu?
Devisi itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal.
6. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
7. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.
Misalnya:
bangsa Eskimo
suku Sunda
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa
yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
pengindonesiaan kata asing
keinggris-inggrisan

8
8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari
raya.
Misalnya:
tahun Hijriah tarikh Masehi
bulan Agustus bulan Maulid
hari Jumat hari Galungan
hari Lebaran hari Natal
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama peristiwa sejarah.

Misalnya:
Perang Candu
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak
digunakan sebagai nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama diri geografi.
Misalnya:
Banyuwangi Asia Tenggara
Cirebon Amerika Serikat
Eropa Jawa Barat
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama geografi yang
diikuti nama diri geografi.
Misalnya:
Bukit Barisan Danau Toba
Dataran Tinggi Dieng Gunung Semeru
Jalan Diponegoro Jazirah Arab
Ngarai Sianok Lembah Baliem
Selat Lombok Pegunungan Jayawijaya
Sungai Musi Tanjung Harapan
Teluk Benggala Terusan Suez
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi
jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.
Misalnya:
ukiran Jepara pempek Palembang
tari Melayu sarung Mandar
asinan Bogor sate Mak Ajad
d. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak
diikuti oleh nama diri geografi.
Misalnya:
berlayar ke teluk mandi di sungai
menyeberangi selat berenang di danau
e. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang

9
digunakan sebagai penjelas nama jenis.
Misalnya:
nangka belanda
kunci inggris
10. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara,
lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi,
kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk.
Misalnya:

Republik Indonesia
Departemen Keuangan
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi
negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen
resmi.
Misalnya:
beberapa badan hukum
kerja sama antara pemerintah dan rakyat
Catatan:
Jika yang dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga
ketatanegaraan, badan, dan dokumen resmi pemerintah dari negara tertentu,
misalnya Indonesia, huruf awal kata itu ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
Pemberian gaji bulan ke 13 sudah disetujui Pemerintah.
Tahun ini Departemen sedang menelaah masalah itu.
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna
yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen
resmi, dan judul karangan.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur
kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah,
kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada
posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat,
dan sapaan yang digunakan dengan nama diri.
Misalnya:
Dr. Doktor
S.E. sarjana ekonomi
S.H. sarjana hukum
S.S. sarjana sastra

10
S.Kp. sarjana keperawatan
M.A. master of arts
M.Hum. magister humaniora
Prof. Profesor
K.H. kiai haji
Tn. Tuan

Catatan:
Gelar akademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk singkatannya,
diatur secara khusus dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 036/U/1993.
14. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang
digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
Adik bertanya, "Itu apa, Bu?"
Besok Paman akan datang.
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam
penyapaan.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima dengan baik.
16. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan,
dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan
yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu. (Lihat contoh pada I B, I C, I E,
dan II F15).

G. Huruf Miring
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan
surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa.
Berita itu muncul dalam surat kabar Suara Merdeka.
Catatan:
Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam
tulisan tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik.
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata.

11
Misalnya:
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, melainkan ditipu.

3. a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan yang
bukan bahasa Indonesia.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
Orang tua harus bersikap tut wuri handayani terhadap anak.
b. Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya
diperlakukan sebagai kata Indonesia.
Misalnya:
Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus.
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring
digarisbawahi.
H. Huruf Tebal
1. Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab,
daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
Misalnya:
Judul : HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
Bab : BAB I PENDAHULUAN
Bagian bab : 1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Tujuan
Daftar, indeks, dan lampiran:
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMBANG
DAFTAR PUSTAKA
INDEKS
LAMPIRAN
2. Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf
miring.
Misalnya:
Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris.
Saya tidak mengambil bukumu.
Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.
Seharusnya ditulis dengan huruf miring:
Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris.
Saya tidak mengambil bukumu.
Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.

12
4. PENULISAN HURUF KAPITAL DAN HURUF MIRING
A. Huruf Kapital atau Huruf Besar
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai unsur pertama kata pada awal
kalimat.
Misalnya:
a) Dia mengantuk.

b) Apa maksudnya?

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.


Misalnya:
a) Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”

b) Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!”

3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama Tuhan dan Kitab Suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
a) Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda,
Islam, Kristen.

b) Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya

4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
a) Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Imam Syafii,
Nabi Ibrahim.

b) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti

5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama
instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
a) Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru, Profesor Supomo,
Laksamana

b) Muda Udara Husein Sastranegara, Sekretaris Jenderal Departemen


Pertanian,
13
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
a) Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman, Halim
Perdanakusumah.

b) nama jenis atau satuan ukuran.

7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.
Misalnya:
a) Bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris

b) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan
bahasa yang

8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,, dan
peristiwa sejarah.
Misalnya:
a) Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.

b) Perlombaan senjata membawa resiko pecahnya perang dunia.

9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.


Misalnya:
a) Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan, Cirebon, Danau Toba, Dataran
Tinggi

b) Dieng, Gunung Semeru, Jalan Diponegoro, Jazirah Arab, Kali Brantas,


Lembah

10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi, kecuali kata seperti
dan.
Misalnya:
a) Republik Indonesia; Majelis Permusyawaratan Rakyat; Departemen
Pendidikan

b) dan Kebudayaan; Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak; Keputusan Presiden

14
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna
yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta
dokumen resmi.
Misalnya:
a) Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Undang-Undang
Dasar

b) Repulik Indonesia, Rancangan Undang-Undang Kepegawaian

12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur
kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar dan judul
karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak
pada posisi awal.
Misalnya:
a) Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.

b) Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.

13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat,
dan sapaan.
Misalnya:
a) Dr. doctor

b) M.A. master of arts

14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama penunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam
penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
a) “Kapan Bapak Berangkat?” tanya Harto.

b) Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”

15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
a) Sudahkah Anda tahu

b) Surat Anda telah kami terima.

B. Huruf Miring
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah dan
surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
15
Misalnya:
kabar Suara Rakyat.

2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
a) Huruf pertama kata abad adalah a.

3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan
asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
a) Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostama.

5. PEMENGGALAN KATA/PEMISAHAN SUKU KATA


A. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.

a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di
antara kedua huruf vokal itu.

Misalnya :

au-la bukan a-u-la

b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di
antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.

Misalnya:
ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir
c. Jika di tengah ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di
antara kedua huruf konsonan itu. gabungan huruf konsonan tidak pernah
diceraikan.

Misalnya:

man-di, som-bong, swas-ta, Ap-ril, bang-sa, makh-luk


d. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan
dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang
kedua.

Misalnya:

16
in-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trok ikh-las

B. Imbuhan akhiran dan imbuhan aalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan
bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat
dipenggal pada pergantian baris.

Misalnya:
makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah.
Catatan:
a. Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.
b. Akhiran -i tidak dipenggal
c. Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai
berikut.
Misalnya: te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi
C. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung
dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2)
pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c dan 1d di atas.
Misalnya:
Bio-grafi, bi-o-gra-fi
Keterangan:
Nama orang, badan hukum, dan nama dari yang lain disesuaikan dengan Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali jika ada pertimbangan khusus.
6. PENULISAN KATA
A. Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Misalnya:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
B. Kata Turunan

Kata turunan adalah kata dasar yang mendapat imbuhan, baik berupa awalan,
sisipan atau akhiran maupun gabungan kata .

1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.

Misalnya:
bergetar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan.
17
2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.

Misalnya:
bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan.
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsure gabungan kata itu ditulus serangkai.

Misalnya:
menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancurleburan
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata
itu ditulis serangkai.

Misalnya:

Adipati, aerodinamika, antarkota, anumerta, audiogram, awahama, bikarbonat, biokimia,


caturtunggal, dasawarsa, dekameter, demoralisasi, dwiwarna, ekawarna, ekstrakurikuler.

catatan:

 Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara
kedua unsur itu harus dituliskan tanda hubung (-).

Misalnya:

non-Indonesia, pan-Afrikanisme
C. Kata Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.

Misalnya:

Anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, undang-undang, biri-biri, kupu-


kupu, kura-kura, laba-laba, sia-sia, gerak-gerik hura-hura, lauk-pauk, mondar-mandir.

D. Gabungan Kata

1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-
unsurnya ditulis terpisah.

Misalnya:

duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja tulis, model
linier, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang empat.

18
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan
pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur
yang bersangkutan.

Misalnya:

Alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak


kami, watt-jam, orang-tua muda.

3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai.

Misalnya:

Adakalanya, akhirulkalam, Alhamdulillah, astaghfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana,


bismillah, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, darmawisata.

E. Kata Ganti -ku-, kau-, -mu, dan -nya


Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku-,
-mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa yang kumiliki boleh kaumabil.
F. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di
dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan
dari pada.
Misalnya:
Kain itu terletak di dalam lemari.
G. Kata Si dan Sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
7. PARTIKEL
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik.
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:

19
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Catatan:
Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun,
bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun,
sungguhpun, walaupun ditulis serangkai.
Misalnya:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
3. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat
yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
8. ANGKA DAN LAMBANG BILANGAN
1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim
digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M
(1000), V (5.000), M (1.000.000)
Pemakaiannya diatur leih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.
2. Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjagng, berat, luas, dan isi, (ii) satuan
waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
Misalnya:
0,5 sentimeter 1 jam 20 menit
3. Angka lazim dipakai untuk melambangka nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar
pada alamat.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15
4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a. Bilangan utuh
Misalnya:
20
Dua belas 12
b. Bilangan pecahan
Misalnya:
Setengah ½
6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
Paku Buwono X; pada awal abad XX; dalamkehidupan abad ke-20 ini; lihan Bab II;
Pasal 5; dalam bab ke-2 buku itu; di daerah tingkat II itu; di tingkat kedua gedung itu; di
tingkat ke-2 itu; kantor di tingkat II itu.
7. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang berikut.
(Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
Misalnya:
tahun ’50-an atau tahun lima puluhan
8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam
perincian dan pemaparan.
Misalnya:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat
diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak
terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Bukan:
15 orang tews dalam kecelakaan itu.
10. Angka yang menunjukkan bilangan utuh secara besar dapat dieja
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks, kecuali
didalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
21
Bukan:
Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.
12. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lamirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (Sembilan ratus Sembilan
puluh Sembilan dan tujh puluh lima perseratus rupiah).
Bukan:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (Sembilan ratus Sembilan puluh
Sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.

22
BAB III
PENULISAN UNSUR SERAPAN
1. Penulisan unsur serapan
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa
lain, baik dari bahasa daerah, seperti seperti bahasa Jawa, Sunda, dan Bali, maupun dari
bahasa asing, seperti bahasa Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris.
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi
menjadi dua kelompok besar.
2. Penulisan Singkatan dan Akronim
a. Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri dari satu huruf atau lebih.
1) Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti
dengan tanda titik pada setiap unsur singkatan itu.
Misalnya:
A.H. Nasution Abdul Haris Nasution
H. Hamid Haji Hamid
2) Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi ditulis dengan huruf kapital
tanpa tanda titik.
Misalnya:
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
WHO World Health Organization
3) Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama
diri ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
KTP kartu tanda penduduk
SIM surat izin mengemudi
4). Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda
titik.
Misalnya:
hlm. halaman
dll. dan lain-lain
5) Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam
surat-menyurat masing-masing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya:
a.n. atas nama

23
d.a. dengan alamat
6) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, tim- bangan, dan
mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
Cu kuprum
cm sentimeter
b. Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, suku kata, ataupun huruf
dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
1) Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata
ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:
BIG Badan Informasi Geospasial
BIN Badan Intelijen Negara
2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Bulog Badan Urusan Logistik
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
3) Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan
suku kata atau gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
iptek ilmu pengetahuan dan teknologi
pemilu pemilihan umum
4. Penggunaan tanda baca
a. Tanda Titik (.)
1) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Contoh:
Saya suka makan nasi.
Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.
2) Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Contoh:
Irwan S. Gatot
George W. Bush
3) Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
Dr. (doktor)
S.E. (sarjana ekonomi)
24
4) Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum.
Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
Contoh:
dll. (dan lain-lain)
dsb. (dan sebagainya)
5) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Contoh:
Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
6) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh: Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.
7) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
tidak menunjukkan jumlah.
Contoh :
Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.
Nomor Giro 033983 telah saya berikan kepada Mamat.
8) Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di dalam
akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Contoh :
DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
SMA (Sekolah Menengah Atas)
9) Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran,
timbangan, dan mata uang.
Contoh :
Cu (tembaga)
10) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau
kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Contoh :
Latar Belakang Pembentukan
Sistem Acara
25
b. Tanda Koma (,)
1) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan.
Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi.
Contoh penggunaan yang salah: Saya membeli udang, kepiting dan ikan.
2) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.
Contoh: Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.
3) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak
kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contoh:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang..
4) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
Contoh: Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
5) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat
yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi
pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Contoh:
Oleh karena itu, kamu harus datang.
6) Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang
terdapat pada awal kalimat.
contoh:
O, begitu.
7) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
Contoh: Kata adik, "Saya sedih sekali".
8) Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii)
tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Contoh:
Medan, 18 Juni 1984

26
9) Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
Contoh: Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT
Wikipedia Indonesia.
10) Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Contoh: I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia,
1990).
11) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya
untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
contoh: Rinto Jiang, S.E.
12) Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka.
Contoh:
33,5 m
Rp10,50
13) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.
Contoh: pengurus Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali.
14) Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang
terdapat pada awal kalimat.
Contoh :
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang
bersungguh-sungguh.
15) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya
atau tanda seru.
contoh: "Di mana Rex tinggal?" tanya Stepheen.
c. Tanda Titik Koma (;)
1) Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang
sejenis dan setara.
Contoh: Malam makin larut; kami belum selesai juga.
2) Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam
suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.

27
Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik
menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan
siaran pilihan pendengar.
3) Tanda Titik Dua (:)
Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian
atau pemerian.
Contoh:
Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
4) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh :
Ketua : Borgx
Wakil Ketua : Hayabuse
5) Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
Contoh :
Borgx : "Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!"
6) Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab
dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu
karangan.
Contoh :
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin:9
(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
7) Tanda titik dua dipakai untuk menandakan nisbah (angka banding).
Contoh: Nisbah siswa laki-laki terhadap perempuan ialah 2:1.
8) Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
d. Tanda Hubung (-)
1) Tanda hubung menyContoh: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan
notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
28
2) Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian
tanggal.
Contoh :
p-e-n-g-u-r-u-s
8-4-1973
3) Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
Bandingkan :
ber-evolusi dengan be-revolusi
4) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang
dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, (d)
singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan rangkap.
Contoh :
se-Indonesia
5) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing.
Contoh :
pen-tackle-a
e. Tanda Pisah (–, —)
1) Tanda pisah em (—) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan
penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
Contoh: Wikipedia Indonesia—saya harapkan—akan menjadi Wikipedia terbesar.
2) Tanda pisah em (—) menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga
kalimat menjadi lebih tegas.
Contoh :
Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom
—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
3) Tanda pisah en (–) dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai
dengan atau di antara dua nama kota yang berarti 'ke', atau 'sampai'.
Contoh :
1919–1921
4) Tanda pisah en (–) tidak dipakai bersama perkataan dari dan antara, atau bersama
tanda kurang (−).

29
Contoh :
dari halaman 45 sampai 65, bukan dari halaman 45–65
f. Tanda Elipsis (...)
1) Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk menuliskan
naskah drama.
Contoh: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
2) Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang
dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung.
Contoh: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
g. Tanda Tanya (?)
1) Tanda tanya dipakai pada akhir tanya.
Contoh :
Kapan ia berangkat?
2) Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh :
Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
h. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah
yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Contoh :
Alangkah mengerikannya peristiwa itu!
i. Tanda Kurung ((...))
1) Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
Contoh: Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian
dibahas dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.
2) Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral
pokok pembicaraan.
Contoh :
Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada) membentuk
sistem satelit domestik di Indonesia.

30
3) Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
Contoh :
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a)
4) Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat,
dan (c) promosi.
j. Tanda Kurung Siku ([...])
1) Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam
naskah asli.
Contoh :
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2) Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.
Contoh: :
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat
halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.
k. Tanda Petik ("...")
1) Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah
atau bahan tertulis lain.
Contoh :
"Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"
2) Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
Contoh :
Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
3) Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai
arti khusus.
Contoh :
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
4) Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
31
Contoh: Kata Tono, "Saya juga minta satu."
5) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda
petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada
ujung kalimat atau bagian kalimat.
Contoh :
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".
k. Tanda Petik Tunggal ('...')
1) Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Contoh :
Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
2) Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau
ungkapan asing.
Contoh: feed-back 'balikan'
l. Tanda Garis Miring (/)
1) Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh :
No. 7/PK/1973
2) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap, per atau sebagai tanda bagi
dalam pecahan dan rumus matematika.
Contoh :
harganya Rp125,00/lembar (harganya Rp125,00 tiap lembar)
Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai untuk menuliskan tanda aritmetika
dasar dalam prosa. Gunakan tanda bagi ÷ .
Contoh: 10 ÷ 2 = 5.
Di dalam rumus matematika yang lebih rumit, tanda garis miring atau garis
pembagi dapat dipakai.
Contoh: \textstyle\frac{x^n}{n!}.
3) Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau.
m. Tanda Penyingkat (Apostrof)(')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Contoh :
32
Ali 'kan kusurati. ('kan = akan)

BAB IV
BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH
Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia yang
digunakan dalam pertemuan dan penulisan karya ilmiah. Sebagai bahasa yangdigunakan
untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori, atau gabungan dari keempatnya, bahasa
Indonesia diharapkan dapat menjadi media yang efektif untukkomunikasi ilmiah, baik
secara tertulis maupun secara lisan.
A. Karakteristik Bahasa Indonesia Ragam Imiah
1. Cendekia
33
Bahasa Indonesia ragam ilmiah bersifat cendekia. Artinya, bahasa ilmiah itumampu
digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis. Bahasayang cendekia
mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama sehinggagagasan yang disampaikan
penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca.
Perhatikan contoh kalimat cendekia di bawah ini!
1) Kemajuan informasi pada era globalisasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran
nilai-nilai moral bangsa Indonesia terutama pengaruh budaya barat yang masuk ke
negara Indonesia yang dimungkinkan tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan
moral bangsa Indonesia.
2) Pada era globalisasi informasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeserannilai-nilai
moral bangsa Indonesia terutama karena pengaruh budaya barat yang masuk ke
Indonesia.
Contoh kalimat (2) di atas secara jelas mampu menunjukkan hubungankausalitas,
tetapi hal itu tidak terungkap secara jelas pada contoh (1). Kecendekiaan bahasa juga
tampak pada ketepatan dan keseksamaan penggunaankata. Karena itu, bentukan kata
yang dipilih harus disesuaikan dengan muatan isipesan yang akan disampaikan.
(5) Karena sulit, maka pengambilan data dilakukan secara tidak langsung. Menurut para ahli
psikologi bahwa korteks adalah pusat otak yang paling rumit.
(6) Karena sulit, pengambilan data dilakukan secara tidak langsung. Menurutpara ahli
psikologi korteks adalah pusat otak yang paling rumit. Kecendekiaan juga
berhubungan dengan kecermatan memilih kata. Suatu kata dipilih secara cermat
apabila kata itu tidak mubazir, tidak rancu, dan bersifat idiomatis.
Pilihan kata maka dan bahwa pada contoh (5) termasuk mubazir. Oleh sebab itu, kata
tersebut perlu dihilangkan sebagaimana contoh(6).
2. Bertolak dari Gagasan
Bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan. Bahasa Indonesia ragamilmiah
mempunyai sifat bertolak dari gagasan. Artinya, penonjolan diadakan padagagasan
atau hal yang diungkapkan dan tidak pada penulis. Implikasinya, kalimat- kalimat
yang digunakan didominasi oleh kalimat pasif sehingga kalimat aktifdengan penulis
sebagai pelaku perlu dihindari.
Perhatikan contoh kalimat bertolak dari gagasan di bawah ini!
1) Dari uraian tadi penulis dapat menyimpulkan bahwa menumbuhkan
danmembina anak berbakat sangat penting.
2) Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menumbuhkan dan membinaanak
berbakat sangat penting
Contoh kalimat (1) beroriantasi pada penulis. Hal itu tampak pada pemilihankata
penulis (yang menjadi sentral) pada kalimat tersebut.

34
Contoh (2) berorientasipada gagasan dengan menyembunyikan kehadiran penulis.
Untuk menghindarihadirnya pelaku dalam paparan, disarankan menggunakan
kalimat pasif. Orientasi pelaku yang bukan penulis yang tidak berorientasi pada
gagasan juga perlu dihindari. Oleh sebab itu, paparan yang melibatkan pembaca
dalam kalimat perlu dihindari.
(5) Soedjito (1998) menyatakan bahwa yang paling berpengaruh pada mutu proses balajar
mengajar adalah sistem penilaian.
(6) Perkembangan teknologi komputer berjalan sangat cepat.
3. Formal
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat keformalan
bahasa dalam tulisan ilmiah dapat dilihat pada kosa kata, bentukan kata, dan kalimat.
Bentukan kata yang formal adalah bentukan kata yang lengkap dan utuh sesuai dengan aturan
pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Kalimat formal dalam tulisan ilmiah dicirikan
oleh kelengkapan unsur wajib (subyek dan predikat), ketepatan penggunaan kata fungsi atau
kata tugas, kebernalaran isi, dan tampilan esei formal.
Perhatikan contoh di bawah ini!
(1) Kata Formal 2) Kata Informal
Berkata Bilang
Membuat Bikin
Hanya Cuma
4. Objektif
Bahasa ilmiah barsifat objektif. Untuk itu, upaya yang dapat ditempuh
adalahmenempatkan gagasan sebagai pangkal tolak pengembangan kalimat
danmenggunakan kata dan struktur kalimat yang mampu menyampaikan
gagasansecara objektif.
Perhatikan contoh kalimat objektif berikut ini !
1) Contoh-Contoh itu telah memberikan bukti betapa besarnya peranan orangtua dalam
pembentukan kepribadian anak. Dari paparan tersebut kiranyadapat disimpulkan
sebagai berikut.
2) Contoh-Contoh itu telah memberikan bukti besarnya peranan oraug tuadalam
pembentukan kepribadian anak. Dari paparan tersebut dapat disimpulkan sebagai
berikut.
penggunaan bahasa yanghemat. Ciri padat merujuk pada kandungan gagasan yang
diungkapkan denganunsur-unsur bahasa. Karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah
memadai dengan hadirnya kata betapa dan kiranya pada contoh (1) menimbulkan sifat
subjektif. Berbeda dengan contoh (2) yang tidak mengandung unsur subjektif.
5. Ringkas dan Padat

35
Sifat ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsurbahasa yang
mubazir. Itu berarti menuntut adanya sur bahasa yang terbatas tanpa pemborosan, ciri
kepadatan sudahterpenuhi. Keringkasan dan kepadatan penggunaan bahasa tulis ilmiah
jugaditandai dengan tidak adanya kalimat atau paragraf yang berlebihan dalam
tulisanilmiah.
Perhatikan contoh kalimat ringkas dan padat berikut ini !
1) Nilai etis di atas menjadi pedoman bagi setiap warga negara Indonesia
2) Nilai etis sebagaimana tersebut pada paparan di atas menjadi pedoman dandasar
pegangan hidup dan kehidupan bagi setiap warg/a negara Indonesia.
Contoh (1) berikut termasuk bahasa ilmiah yang ringkas/padat, sedangkancontoh (2) adalah
bahasa yang tidak ringkas. Hadirnya kata sebagaimana tersebutpada paparan dan kata
dan dasar pegangan hidup dan kehidupan pada kalimat
6. Konsisten
Unsur bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah digunakan secara konsisten. Sekali
sebuah unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain, dan istilahdigunakan sesuai dengan
kaidah, itu semua selanjutnya digunakan secarakonsisten.
Perhatikan contoh kalimat konsisten berikut ini !
1) Untuk mengatasi penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran,pengusaha
angkutan dihimbau mengoperasikan, semua kendaraan ekstra.Perlucutan senjata di
wilayah Bosnia itu tidak penting bagi muslim Bosnia. Bagi mereka yang penting
adalah pencabutan embargo persenjataan.
2) Untuk penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran, telahdisiapkan
kendaraan yang eukup. Pengusaha angkutan dihimbaumengoperasikan semua
kendaraan ekstra. Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak penting bagi muslim
Bosnia. Untuk mereka yang penting adalah pencabutan embargo persenjataan.
Contoh (2) tidak konsisten dengan kaidah yang berlaku. Sementara itu, contoh yang
konsisten adalah contoh (1).
B. Ciri Ragam Bahasa Ilmiah
Ciri ragam bahasa ilmiah, yaitu:
1. Struktur kalimat jelas dan bermakna lugas
2. Struktur wacana bersifat formal ,mangacu pada standar konvensi naskah
3. Singkat, berisianalisis dan pembuktian, menyajikan konsep secara lengkap
4. Cermat dalam menggunakan unsure baku (istilah/kata) ,ejaan, dan bentuk kata,
kalimat, paragraf, wacana.
5. Cermat dan konsisten menggunakan penalaran dari penentuan topik, pendahuluan,
deskripsiteori, deskripsidata, analisis data, hasil analisis, sampai dengan kesimpulan
dan saran.
6. Menggunakan istilah khusus yang bersifat teknis dalam bidang ilmu tertentu
7. Objektif dapat diukur kebenarannya secara terbuka oleh umum, menghindari bentuk
persona, dan ungkapan subjektif
36
8. Konsisten dalam pembahasan topik, pengendalian variabel, permasalahan, tujuan,
penalaran, istilah sudut pandang, pendahuluan, landasan teori, deskripsi data, hasil
analisis, sampai dengan kesimpulan dan saran.

C. Ragam Bahasa Pidato Ilmiah (Presentasi Ilmiah)


Ragam pidato ilmiah terdiri atas beberapa jenis, antara lain: presentasi makalah
ilmiah, presentasi skripsi, presentasi tesis, presentasi disertasi dan pidato pengukuhan guru
besar. Untuk mendapat hasil yang optimal, seorang presenter ilmiah harus memperhatikan
beberapa hal, yaitu:
a. Etika ilmiah, maksudnya bahwa seseorang presenter ilmiah
a) harus menggunakan ragam bahasa ilmiah,
b) penalaran ilmiah,
c) bersikap obejktif,
d) menggunakan kalimat yang terukur kebenarannya,
e) mematuhi aturan formal presentasi,
f) mempresentasikan seluruh materi (secara singkat) sesuai denganwaktu yang
ditentukan,
g) mengutip konsep, data, dan pendapat dengan menyebutkan sumbernya,
h) mengutip data yang relevan dengan pembuktian,
i) tidak mempresentasikan masteri di luar bahasa karya ilmiah,
j) dapat menjawab pertanyaan pendengar atau penguji atas bahasa materi,
konsep, data, kata, istilah, penalaran, pembuktian, konsekuensi logis dari
karya ilmiahnya,
k) mencermati setiap respon pendengar (penguji)
b. Ketentuan lembaga (universitas), yaitu
a. mengikuti format penulisan sesuai dengan ketentuan lembaga atau
universitas,
b. mengikuti produser (aturan) yang berlaku pada lembaga atau universitas,
c. mengikuti sistem yang berlaku padalembaga atau universitas.
c. Kemampuan personal, yakni,
a) bersikap simpatik, sopan dan hormat kepada pendengar (penguji),
b) bersikap santun dalam setiap tutur kata, tidakmenunjukkan kemampuan diri
berlebiha,

37
c) menghindari subjektivitas dengan menggunakan akau, saya rasa, saya pikir,
dan lain-lain. Sebaiknya seseorangpresenter menggunakan kata pengalaman
membuktikan uji coba menunjukkan,dan lain-lain,
d) berpakaian sopan,
e) menunjukkan sikap positif, serius, cermat,dan percaya diri.
d. Kemampuan teknis, yakni
a) menganalisis data primer dan sekundewr, baikkualitatif maupaun kuantitatif,
b) mengaplikasikan penggunaan pustaka,
c) melengkapi pembuktian (sumber) teori,
d) menggunakan saran visual seperti,LCD, OHP, peraga, dan data (dokumen),
e) memvisualkan data pendukunggambar, grafik, atau data lain yang relevan.
D. Ragam Ilmiah dalam MenulisAkademik
Ciri-ciri penggunakan bahasa Indonesia ragam ilmiah dalam penulisan karyailmiah sebagai
berikut :
a) Baku : Sturuktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa
indonesiabaku, baik mengenai struktur bahasa kalimat maupun kata. Demikian
juga,pemilihan kata istilah dan penulisan yang sesuai dengan kaidah ejaan.
b) Logis : Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa indonesia ragam
ilmiahdapat diterima akal.
c) Kuantitatif : Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur
secarapasti.
d) Tepat : Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan
olehpemutus atau penulis dan tidak mengandung makna ganda.
e) Denotatif yang berlawanan dengan konotatif : Kata yang digunakan atau
dipilihsesuai dengan arti sesungguhnya dan tidak diperhatikan perasaan karena
sifat ilmuyang objektif.
f) Runtun : Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan dan
tingkatannya, baik dalam kalimat maupun dalam alinea atau paragraf adalah
seperangkat kalimat yang mengemban satu ide atau satu pokok bahasan.

38
BAB V
Pemilihan Dan Penggunaan Kata
Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah dipakai
oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia.
Ragam bahasa merupakan variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda. Ada
ragam bahasa lisan dan ada ragam bahasa tulisan. Disini yang lebih lebih ditekankan adalah
ragam bahasa lisan , karena lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan
ngobrol, puisi, pidato,ceramah,dll. Pidato sering digunakan dalam acara-acara resmi.
Kaidah makna
Kaidah makna dalam pemilihan kata mengacu pada persyaratan ketetapan pemilih
kata sebagai lambang objek pengertian bagi konsep-konsep yang meliputi berbagai aspek.
1. Kata yang Denotatif dan Kata yang Konotatif

Denotasi adalah konsep dasar yang didukung oleh suatu kata, sedangkan nilai rasa
atau gambaran tambahan yang ada disamping denotasi disebut konotasi.

39
Kata yang denotatif mengandung makna yang sebenarnya, makna kata yang sesuai
dengan kosepnya sehingga di sebut juga makna konseptual.
Contoh:
1) Toko itu dilayani gadis_gadis cantik.
2) Toko itu dilayani dara-dara cantik.
3) Toko itu mempunyai perawan-perawan cantik.

Kata-kata gadis,dara,dan,perawan sacara denotative maknanya sama, yaitu wanita


atau wanita mudah yang belum kawin, tetapi sacara konotatif maknanya
berbeda. Gadis mengandung makna umum, dara mengandung makna yang bersipat puitis,
dan perawan mengandung makna assosiasi tertentu.
Dalam pembahasan atau masalah yang bersifat ilmia sebaiknya digunakan kata-kata
yang denotatif. Kata-kata atau istilah harus bebas dari konotatif, sedangkan pada karya sastra
lebih banyak digunakan kata-kata yang konotatif sebagai upanya merakit keidahan.
2. Kata yang Bersinonim dan Kata yang Berhomonim

Sinonim adalah kata yang maknanya sama atau mirip dengan kata lain. Persamaan
makna itu biasa tidak berlaku sepenuhnya, namun dalam kadar tertentu ada pertalian makna
antara kata-kata yang berbeda itu.
Contoh:
1) Tumpah-ruah penonton pertandingan bola kaki itu. (penonton tidak dapat
diganti permisa)
2) Para permisa, di ma,a saja anda sekalian berada:.ujur penyair televise
mengawali siarannya.

(pemisa dapat diganti dengan penonton)


Satu kata yang mengandung beberapa makna di sebuah kata yang berhanonim atau
kata yang hanonim. Hanonim ialah kata dalamsatu bentuk yang sama ejaan dan lafalannya,
tetapi makna yang terdapat.
Contoh:
1) Saya membeli beberapa buah buku tilis.
2) Buku tulang-tulangku terasa nyrti
3) Bias ular sangat berbahanya

Contoh:
1) “Bagaimana Bang, setujukah?” Tanya istrinya.

(Bang singkatan dari abang semakna dengan kakak, yaitu kakak laki-laki.
2) Untuk menarik nasabah, beberapa bank mengadakan undian tabungan.

40
(Bank, lembaga keuanganyang lembaga pokonya memberikan kredit dan jasa dalam lalu
lintas pembayaran dan pengendaraan uang).
Homograp ialah kata-kata yang sama ejaannya, tetapi berbeda lapalnya.
Contoh :
3) Ayahnya adalah pegawai teras kantor gubernur.

4) Pada waktu malam mulai larut, nampak beberapa orang tunawisma tidur
diteras toko

3. Kata kongret dan kata abstrak

Kata-kata yang tergolong kata kongret adalah kata-kata yang beruba objek yang
nyata, dapat dilihat, didengar, diraba, dan dirasa. Kata-kata kongret dapat dilihat dari
kata orang, pohon, kucing, awan, makanan dan minuman.
Kata abstrak adalah kata-kata yang berupa konsep. Kata-kata abstrak dalam bahasa
Indonesia pada umunya adalah kata-kata bentukan dengan konfiks peng-/-an dan ke-/-
an seperti pada kata-kata perdamaian, penyesalan, kecerdasan dan ketahanan nasional,
disamping kata-kata seperti demokrasi dan aspirasi.
1) Saya melihat seekor kucing memanjat pohon.
2) Perdamaian yang merata diseluruh jagat raya ini masi tetap merupakan
impian.
3) Indonesia satu-satunya Negara yang menganut demokrasi pancasila.
4. Kata umum dan kata khusus

Kata-kata yang tergolong kata umum dibedakan dari kata-kata yang tergolong kata
khusus berdasarkan ruang lingkupnya. Makin luas ruang lingkup suatu kata makin umum
sifatnya, sebaliknya makin sempit ruang lingkupnya makin kusus sifatnya kata-kata umum
termasuk kata yang mempunyai hubungan luas, sedangkan kata-kata khusus mempunyai
hubungan khusus atau unik.
Bandingkan :
Kata umum Kata khusus
Pemimpin direktur
Runcing tajam mancung
Contoh :
1) Jarum, pena, dan tombak dikelompokan pada benda-benda yang runcing.
2) Gadis cantik itu memiliki hidung mancung yang mungil.

5. Kata Populer dan Kata kajian

41
Kata-kata yang tergolong kata populer adalah kata yang populer atau terkenal
dikalangan masyarakat atau kata-kata yang banyak digunakan pada berbagai kesempatan
dalam komunikasi dan kalangan berbagai lapisan masyarakat sebaliknya,
kata kajian adalah kata-kata yang yang digunakan secara terbatas pada kesempatan-
kesempatantertentu berupaka-kata atau istilah yabg digunakan oleh golongan ilmuan dalam
pembicaraan tulisan-tulisan ilmiah.

Kata Populer Kata Kajian


Isi volume
Sejajar pararel
Bahagian unsure suku cadang
Contoh :
1) Rencana pembangunan tahap pertama adalah repelita 1.

(Tahap bermakna tingkat atau jenjang)


2) Usaha penyembuhan kangker pada stadium awal telah dilakukan.

(Stadium bermakna tingkatan dalam daur hidup atau perkembangan suatu propesi,
tingkatan masa penyakit)
6. Kata Baku dan Kata Tak Baku

Tuturan dan tulisan resmi harus mengunakan kata-kata baku, yaitu kata-kata resmi
dan standar dalam pengunaanya kata-kata baku ada yang memang berasal dari bahasa
Indonesia.
Kata-kata tak baku yaitu kata-kata yang belum berterima secara resmi atau kata-kata
yang tidak menuruti kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Kata- kata tak baku
dapat berupa
1) Kata-kata dari dialek-dialek bahasa Indonesia yang ada

2) Kata-kata serapan bahasa daerah yang belum berterima

Contoh:
Kata Baku Kata Tak Baku
Perbaiki Bikin Baik
Beri tahu Kasi Tahu
7. Kata Mubazir

42
Kata Mubazir adalah kata-kata bersinonim atau kata-kata yang sama maknanya dan
digunakan bersama-sama sekaligus sehingga menjadi mubazir, yaitu menjadi berlebih-
lebihan.
Contoh :
1) Sejak dari kecil dia sudah dibiasakan bersikap jujur.

Seharusnya,
a. Sejak kecil dia sudah dibiasakan bersikap jujur.
2) Demi untuk menjaga keamanan kampong digiatkan siskambling.

Seharusnya,
a. Demi menjaga keamanan kampung, digiatkan siskamling
3) Disebabkan karena kesehatanya tergangu, dia tidak masuk kampus.

Seharusnya,
a. Disebabkan oleh kesehatannya terganggu, dia tidak masuk kampus

Termasuk dalam kata mubazir ini penggunaan secara bersamaan kata bilangan tak
tentu menyatakan jamak dengan kata berulang atau replikasi yang juga menyatakn makna
jamak.
Misalnya : banyak rumah-rumah, beberapa syarat-syarat, para ibu-ibu, dll.
Contoh :
1) Banyak rumah-rumah yang dibangun melalui kridit BTN belum terjual karena
harganya terlalu mahal.

Seharusnya,
a. Banyak rumah yang dibangun melalui kredit BTN belum terjual karena harganya
terlalu mahal.

2) Untuk memeriakan hari peringatan Hari Kartini, Para ibu-ibu mengadakan penjualan
sandang dan papan murah.

Selanjutnya,
a. Untuk memeriakan Hari Kartini, para ibu mengadakan penjualan sandang dan papan
murah.

8. Kata Mirip

Kata-kata yang tergolong kata mirip adalah kata-kata yang tampak mirip dari segi
bentuknya. Kata-kata sedang dan sedangkan, suatu dengan sesusatu, sekali-kali dan sekali-
sekali termasuk kata-kata yang mempunyai kemiripan bentuk, sedangkan seperti
kata masing-masing dan tiap-tiap, jam dan pukul dari dan daripada termasuk kata yang
43
mempunyai kemiripan makna.kata-kata tersebut sering dikacaukan pengunanya sehingga
melahirkan kalimat-kalimat yang tidak tepat atau tidak baku.
Contoh :
1) Masing-masing peserta penataran membayar uang pendaftaran sebesar lima belas
ribu rupiah.

Seharusnya,
a. Para peserta pentaran membayar uang pendaftaran masing-masing sebesar lima belas
ribu rupiah.

Demikan pula pengunaan kata jam dan pukul harus dilakukan secara tepat. Kalau jam
menujukan jangka waktu, sedangkan pukul menujukan waktu.
Contoh:
1) Pelajaran pertama berlangsung pada wktu 07.30 sampai dengan 09.30

2) Pelajaran pertama berlangsung selama dua jam

44

Anda mungkin juga menyukai