Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN

DISUSUN OLEH
NAMA : FAKHRUL AMIN
NIM : 230221051
EKSEKUTIF : STRATA SATU (1)

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SINJAI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena atas izin dan kuasaNya-lah kami bisa menyelesaikan makalah,
yakni berupa makalah dengan judul “Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia”.Dalam
penyusunan makalah ini kami mengalami berbagai hambatan, namun hambatan itu bisa kami
lalui karena pertolongan Allah dan berbagai pihak lainnya. Oleh karena itu, kami ucapkan
terima kasih kepada segala pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah
ini.Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih dari jauh dari sempurna, baik materi
maupun cara penulisannya.
Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan
yang kami miliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan
rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini.Kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi seluruh
pembaca.Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sinjai, 12 Januari 2024


Penyusun

Fakhrul Amin
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain digunakan


sebagaialat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat
komunikasi secaratulisan, di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi
demokrasi ini, masyarakatdituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan
memahami infrormasi di segala aspek kehidupan sosial secara baik dan benar,
sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai media
penyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan penyampaian berita atau materi
secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakanmedia tersebut secara baik
dan benar. Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, disinilah
peran aturan baku tersebut di gunakan, dalam hal ini kita selaku warga Negara yang
baik hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesiayang
baik dan benar. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sub. materi dalam
ketata bahasaan Indonesia, yang memilik peran yang cukup besar dalam mengatur
etika berbahasasecara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat di
sampaikan dan di fahamisecara komprehensif dan terarah. Dalam prakteknya
diharapkan aturan tersebut dapatdigunakan dalam keseharian Masyarakat sehingga
proses penggunaan tata bahasa Indonesiadapat digunakan secara baik dan benar.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan pengertian EYD?


2. Baagaimana sejarah perkembangan EYD?
3. Bagaimana ruang lingkup EYD?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian EYD


2. Untuk mengetahui sejarah EYD.
3. Untuk mengetahui Ruang lingkup EYD.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN

Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa indonesia yang berlaku sejak
tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi.Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, Kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut
menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah
kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan Ejaan adalah suatu sistem
aturan yang jauh lebih luasdari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur
keseluruhan caramenuliskan bahasa.

Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasademi


keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis.Keteraturan bentuk
akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasanmakna. Ibarat sedang mengemudi
kendaraan, ejaan adalah rambu lalulintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi.
Jika para pengemudimematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu lintas yang
tertib danteratur. Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan antara pemakai bahasa
dengan ejaan.

2.2 SEJARAH EJAAN BAHASA INDONESIA

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional lahir pada awal tahun dua puluhan.
Namun dari segi ejaan, bahasa indonesia sudah lama memiliki ejaan tersendiri.
Berdasarkan sejarah perkembangan ejaan, sudah mengalami perubahan sistem ejaan,
yaitu :

1. Ejaan Van Ophuysen


Ejaan ini mulai berlaku sejak bahasa Indonesia lahir dalam awal tahun dua
puluhan. Ejaan ini merupakan warisan dari bahasa Melayu yang menjadi dasari
bahasa Indonesia.
2. Ejaan Suwandi
Setelah ejaan Van Ophuysen diberlakukan, maka muncul ejaan yang
menggantikan, yaitu ejaan Suwandi. Ejaan ini berlaku mulai tahun 1947 sampai tahun
1972.
3. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan imi mulai berlaku sejak tahun 1972 sampai sekarang. Ejaan ini
merupakan penyempurnaan yang pernah berlaku di Indonesia. Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan (EYD) diterapkan secara resmi mulai tanggal 17
Agustus 1972 dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor :
57/1972 tentang peresmian berlakunya “Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan”. Dengan berlakunya EYD, maka ketertiban dan keseragaman dalam
penulisan bahasa Indonesia diharapkan dapat terwujud dengan baik.

PERUBAHAN PEMAKAIAN HURUF

DALAM TIGA EJAAN BAHASA INDONESIA

Ejaan yang Disempurnakan Ejaan Republik Ejaan Ophuysen


(EYD)
(Ejaan Soewandi) (1901-1947)
(mulai 16 Agustus 1972)
1947-1972
Khusu Chusus Choesoes
Jumat Djum’at Djoem’at
Yakni Jakni Ja’ni

2.3 RUANG LINGKUP EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)


Ruang lingkup EYD mencakup lima aspek yaitu (1) pemakaian huruf, (2)
penulisan huruf, (3) penulisan kata, (4) penulisan unsur, dan (5) pemakaian tanda
baca. 3)
1) Pemakaian Huruf
Ejaan bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dikenal paling banyak
menggunakan huruf abjad. Sampai saat ini jumlah huruf abjad yang digunakan
sebanyak 26 buah.
a. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf
berikut. Nama setiap huruf disertakan disebelahnya.

Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama


A a a J j je S s es
B b K k T t
be ka te
C c L l U u
ce el u
D d M m V v
de em ve
E e N n W w
e en we
F f O o X x
ef o eks
G g P p Y y
ge pe ye
H h Q q Z z
ha ki zet
I i R r
i er

b. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a,
e, i, o, dan u.

Contoh pemakaian dalam kata


Huruf Vokal
Di awal Di tengah Di akhir
A api padi lusa
e enak petak sore
i itu simpan murni
o oleh kota radio
u ulang bumi ibu
c. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

Contoh pemakaian dalam kata


Huruf konsonan
Di awal Di tengah Di akhir
B bahasa sebut adab
c cakap kaca -
d dua ada abad
f fakir kafan maaf
g guna tiga balig
h hari saham tuah
j jalan manja mikraj
k kami paksa politik
l lekas alas kesal
m maka kami diam
n nama anak daun
p pasang apa siap
q Quran Furqan -
r raih bara putar
s sampai asli lemas
t tali mata rapat
v varia lava -
w wanita hawa -
x xenon - -
y yakin payung -
z zeni lazim juz

d. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai,
au, dan oi.

Contoh pemakaian dalam kata


Huruf Diftong
Di awal Di tengah Di akhir
Ai ain syaitan pandai
au aula saudara harimau
oi - boikot amboi

e. Gabungan Huruf Konsonan


Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang
melambangkan konsonan, yaitu : kh, ng, ny, dan sy.Masing-masing melambangkan
satu bunyi konsonan.5)

Gabungan huruf Contoh pemakaian dalam kata


konsonan Di awal Di tengah Di akhir
Kh khusus akhir tarikh
ng ngilu bangun senang
ny nyata hanyut -
sy syarat isyarat arasy

2) Penulisan Huruf
Dua hal yang harus diperhatikan dalam penulisan huruf berdasarkan EYD,
yaitu (1) penulisan huruf besar, dan (2) penulisan huruf miring. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada pembahasan berikut :
a. Penulisan Huruf Besar (Kapital)
Kaidah penulisan huruf besar dapat digunakan dalam beberapa hal, yaitu :
1) Digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya :
Dia menulis surat di kamar.
Tugas bahasa Indonesiasudah dikerjakan.
2) Digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya :
Ayah bertanya, “Apakah mahasiswa sudah libur?”.
“Kemarin engkau terlambat”, kata ketua tingkat.
3) Digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan, kata ganti Tuhan, dan nama kitab suci.
Misalnya :
Allah Yang Maha kuasa lagi Maha penyayang.
Terima kasih atas bimbingan-Mu ya Allah.
4) Digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan , keturunan,
keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya :
Raja Gowa adalah Sultan Hasanuddin.
Kita adalah pengikut Nabi Muhammad saw.
5) Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang, pengganti nama orang tertentu, nama instansi, dan nama tempat.
Misalnya :
Wakil Presiden Yusuf Kalla memberi bantuan mobil.
Laksamana Muda Udara Abd. Rahman telah dilantik
Dia diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Depdiknas.
Bapak Gubernur Sulawesi Selatan menerima laporan korupsi.
6) Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang.
Misalnya :
Nurhikmah
Dewi Rasdiana Jufri
7) Digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan nama bahasa.
Misalnya :
bangsa Indonesia
suku Sunda
bahasaInggris
8) Digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
Misalnya :
tahun Hijriyah hari Jumat
bulan Desember hari Lebaran
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
9) Digunakan sebagai huruf pertama nama geografi unsur nama diri.
Misalnya :
Laut Jawa Jazirah Arab
Asia Tenggara Tanjung Harapan
10) Digunakan sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintah, ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi, kecuali terdapat kata
penghubung.
Misalnya :
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat

11) Digunakan sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan atau sapaan dan
pengacuan.
Misalnya :
Surat Saudara sudah saya terima.
Mereka pergi ke rumah Pak Lurah.
12) Digunakan sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya :
Surat Anda telah saya balas.
Sudahkah Anda sholat?
13) Digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan
sapaan.
Misalnya :
Dr. doktor
S.H. sarjana hukum
14) Digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen
resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
15) Digunakan sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul, majalah, surat
kabar, dan karangan ilmiah lainnya, kecuali kata depan dan kata penghubung.
Misalnya :
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”.

b. Penulisan Huruf Miring


Huruf miring digunakan untuk :
1) Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya :
Buku Negarakertagama karangan Prapanca.
Majalah Suara Hidayatullah sedang dibaca.
Surat kabar Pedoman Rakyat akan dibeli.
2) Menegaskan dan mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, dan kelompok kata.
Misalnya :
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Buatlah kalimat dengan kata lapang dada.
3) Menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing.
Misalnya :
Politik devideet et impera pernah merajalela di Indonesia.
3) Penulisan Kata
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu :

1. Kata Dasar

Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk, yang ditulis
sebagai suatu kesatuan.
Misalnya : Dia teman baik saya.

2. Kata Turunan (Kata berimbuhan)

Kaidah yang harus diikuti dalam penulisan kata turunan, yaitu :

 Imbuhan semuanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya.

Misalnya : membaca, ketertiban, terdengar dan memasak.

 Awalan dan akhrian ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti
atau mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata.

Misalnya : bertepuk tangan, sebar luaskan.

 Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan
dan akhiran, kata itu ditulis serangkai.

Misalnya : menandatangani, keanekaragaman.

 Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai.

Misalnya : antarkota, mahaadil, subseksi, prakata.

3. Kata Ulang

Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-). Jenis-jenis kata
ulang yaitu :
 Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata awal.

Misalnya : laki lelaki

 Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan.

Misalny : rumah rumah-rumah

 Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem.

Misalnya : sayur sayur-mayur

 Pengulangan berimbuhan yaitu pengulangan yang mendapat imbuhan.

Misalnya : main bermain-main

4. Gabungan Kata

 Gabungan kata lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus. Bagian-
bagiannya pada umumnya ditulis terpisah.

Misalnya : mata kuliah, orang tua.

 Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang menimbulkan kemungkinan


salah baca saat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara
unsur bersangkutan.

Misalnya : ibu-bapak, pandang-dengar.

 Gabugan kata yang sudah dianggap sebgai satu kata ditulis serangkai

Misalnya : daripada, sekaligus, bagaimana, barangkali.

1. Kata Ganti (ku, mu, nya, kau)


Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Sedangkan kata ganti ku, mu, nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya : kubaca, kaupinjam, bukuku, tasmu, sepatunya.

2. Kata Depan (di, ke, dari)


Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya,
kecuali pada gabungan kata yang dianggap padu sebagai satu kata,
seperti kepada dan daripada.
Misalnya : Jangan bermian di jalan
Saya pergi ke kampung halaman.
Dewi baru pulang dari kampus.

3. Kata Sandang (si dan sang)

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.


Misalnya : Nama si pengrimi surat tidak jelas.
Anjing bermusuhan dengan sang kucing.

4. Partikel

Partikel merupakan kata tugas yang mempunyai bentuk yang khusus, yaitu
sangat ringkas atau kecil dengan mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Kaidah penulisan
partikel sebagai berikut :

 Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.

Misalnya : Bacalah buku itu baik-baik!


Apakah yang dipelajari minggu lalu?
Apatah gerangan salahku?

 Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya kecuali yang
dianggap sudah menyatu.

Misalnya : Jika ayah pergi, ibu pun ikut pergi.

 Partikel per yang berarti memulai, dari dan setiap. Partikel per ditulis terpisah
dengan bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.

Misalnya : Rapor siswa dilihat per semester.


1. Singkatan dan Akronim

 Singkatan adalah nama bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu kata
atau lebih.

Misalnya : dll = dan lain-lain


yth = yang terhormat

 Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan
sebagai kata.

Misalnya : SIM = Surat Izin Mengemudi


IKIP = Institut Keguruan dan Ilmu pendidikan

1. Angka dan Lambang Bilangan

Dalam bahasa Indonesia ada dua macam angka yang lazim digunakan , yaitu :
(1) Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan (2) Angka Romawi : I, II, III, IV,
V, VI, VII, VIII, IX, X.
Lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut :
1) Bilangan utuh. Misalnya : 15 lima belas
2) Bilangan pecahan. Misalnya : 3/4 tiga perempat
3) Bilangan tingakt. Misalnya : Abad II
Abad ke-2
4) Kata bilagan yang mendapat akhiran –an.
Misalnya : tahun 50-an lima puluhan
5) Angka yang mneyatakan bilagnan bulat yang besar dapat dieja sebagian supaya
mudah dibaca.
Misalnya : Sekolah itu baru mendapat bantuan 210 juta rupiah.
6) Lambang bilangan letaknya pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Kalau perlu
diupayakan supaya tidak diletakkan di awal kalimat dengan mengubah struktur
kalimatnya dan maknanya sama.
Misalnya : Dua puluh lima siswa SMA tidak lulus. (benar)
55 siswa SMA 1 tidak lulus. (salah)
7) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali beberapa dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau
pemaparan.
Misalnya : Amir menonton pertunjukan itu selama dua kali.

4) Penulisan Unsur Serapan


Dalam hal penulisan unsur serapan dalam bahasa Indonesia, sebagian ahli bahasa
Indonesia menganggap belum stabil dan konsisten. Dikatakan demikian karena
pemakai bahasa Indonesia sering begitu saja menyerap unsur asing tanpa
memperhatikan aturan, situasi, dan kondisi yang ada. Pemakai bahasa seenaknya
menggunakan kata asing tanpa memproses sesuai dengan aturan yang telah
diterapkan.

Penyerapan unsur asing dalam pemakaian bahasa indonesia dibenarkan, sepanjang :


(a) konsep yang terdapat dalam unsur asing itu tidak ada dalam bahasa Indonesia, dan
(b) unsur asing itu merupakan istilah teknis sehingga tidak ada yang layak mewakili
dalam bahasa Indonesia, akhirnya dibenarkan, diterima, atau dipakai dalam bahasa
Indonesia. sebaliknya apabila dalam bahasa Indonesia sudah ada unsur yang mewakili
konsep tersebut, maka penyerapan unsur asing itu tidak perlu diterima.
Menerima unsur asing dalam perbendaharaan bahasa Indonesia bukan berarti
bahasa Indonesia ketinggalan atau miskin kosakata. Penyerapan unsur serapan asing
merupakan hal yang biasa, dianggap sebagai suatu variasi dalam penggunaan bahasa
Indonesia. Hal itu terjadi karena setiap bahasa mendukung kebudayaan pemakainya.
Sedangkan kebudayaan setiap penutur bahasa berbeda-beda anatar satu dengan yang
lain. Maka dalam hal ini dapat terjadi saling mempengaruhi yang biasa disebut
akulturasi. Sebagai contoh dalam masyarakat penutur bahasa Indonesia tidak
mengenal konsep “radio” dan “televisi”, maka diseraplah dari bahasa asing (Inggris).
Begitu pula sebaliknya, di Inggris tidak mengenal adanya konsep “bambu” dan
“sarung”, maka mereka menyerap bahasa Indonesia itu dalam bahasa Inggris.
Berdasarkan taraf integritasnya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia
dikelompokkan dua bagian, yaitu :

1. Secara adopsi, yaitu apabila unsur asing itu diserap sepenuhnya secara utuh,
baik tulisan maupun ucapan, tidak mengalami perubahan. Contoh yang
tergolong secara adopsi, yaitu : editor, civitas academica, de facto, bridge.

2. Secara adaptasi, yaitu apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke dlaam
kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapannya maupun penulisannya. Salah
satu contoh yang tergolong secara adaptasi, yaitu : ekspor, material, sistem,
atlet, manajemen, koordinasi, fungsi.

5) Pemakaian Tanda Baca

1. Tanda Titik (.)

Penulisan tanda titik di pakai pada :

 Akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan


 Akhir singkatan nama orang.
 Akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
 Singkatan atau ungkapan yang sudah sangat umum.Bila singkatan itu terdiri
atas tiga hurus atau lebih dipakai satu tanda titik saja.
 Dipakai untuk memisahkan bilangan atau kelipatannya.
 Memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
 Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
 Tidak dipakai pada akhir judulyang merupakan kepala karangan atau ilustrasi
dan tabel.

1. Tanda koma (,)

Kaidah penggunaan tanda koma (,) digunakan :

 Antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.


 Memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang
didahului oleh kata tetapi atau melainkan.
 Memisahkan anak kalimat atau induk kalimat jika anak kalimat itu
mendahului induk kalimatnya.
 Digunakan dibelakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat. Termasuk kata : (1) Oleh karena itu, (2) Jadi, (3)
lagi pula, (4) meskipun begitu, dan (5) akan tetapi.
 Digunakan untuk memisahkan kata seperti : o, ya, wah, aduh, dan kasihan.
 Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
 Dipakai diantara : (1) nama dan alamat, (2) bagina-bagian alamat, (3) tempat
dan tanggal, (4) nama dan tempat yang ditulis secara berurutan.
 Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
 Dipakai antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
 Menghindari terjadinya salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada
awal kalimat.
 Dipakai di antara bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
 Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
 Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda
tanya atau seru.

1. Tanda Titik Tanya ( ? )

Tanda tanya dipakai pada :

 Akhir kalimat tanya.


 Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
diragukan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

2. Tanda Seru ( ! )

Tanda seru dugunakan sesudah ungkapan atau pertanyaan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kseungguhan, ketidakpercayaan, dan rasa
emosi yang kuat.

3. Tanda Titik Koma ( ; )

Tanda titik koma dipakai :

 Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.


 Memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk sebagai pengganti
kata penghubung.

4. Tanda Titik Dua ( : )

Tanda titik dua dipakai :

 Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian.


 Pada akhir suatu pertanyaan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
 Di dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan .
 Di antara jilid atau nomor dan halaman.
 Di antara bab dan ayat dalam kitab suci.
 Di antara judul dan anak judul suatu karangan.
 Tidak dipakai apabila rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan.

5. Tanda Elipsis (…)


Tanda ini menggambarkan kalimat-kalimat yang terputus-putus dan
menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dibuang. Jika yang
dibuang itu di akhir kalimat, maka dipakai empat titik dengan titik terakhir
diberi jarak atau loncatan.

6. Tanda Garis Miring ( / )

Tanda garis miring ( / ) di pakai :

 Dalam penomoran kode surat.


 Sebagai pengganti kata dan,atau, per, atau nomor alamat.

7. Tanda Penyingkat atau Apostrof ( ‘)

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan sebagian huruf.

8. Tanda Petik Tunggal ( ‘…’ )

Tanda petik tunggal dipakai :

 Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.


 Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.

9. Tanda Petik ( “…” )

Tanda petik dipakai :

 Mengapit kata atau bagian kalimat yang mempunyai arti khusus, kiasan atau
yang belum dikenal.
 Mengapit judul karangan, sajak, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.
 Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan
tertulis lain.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

1. Pengertian EYD

Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa indonesia yang berlaku sejak
tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi. Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut
menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja.
Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan
ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luasdari sekedar masalah pelafalan.
Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa.

2. Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia


Berdasarkan sejarah perkembangan ejaan, sudah tiga kali mengalami perubahan
sistem ejaan, yaitu :
a) Ejaan Van Ophuysen
Ejaan ini mulai berlaku sejak bahasa Indonesia lahir dalam awal tahun dua
puluhan. Ejaan ini merupakan warisan dari bahasa Melayu yang menjadi dasar bahasa
Indonesia.
b) Ejaan Suwandi
Setelah ejaan Van Ophuysen diberlakukan, maka muncul ejaan yang
menggantikan, yaitu ejaan Suwandi. Ejaan ini berlaku mulai tahu 1947-1972.
c) Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan ini mulai berlaku sejak tahun 1972 sampai sekarang. Ejaan ini merupakan
penyempurnaan dari seluruh ejaan sebelumnya yang pernah berlaku di Indonesia.

PERUBAHAN PEMAKAIAN HURUF


DALAM TIGA EJAAN BAHASA INDONESIA

Ejaan yang Disempurnakan Ejaan Republik Ejaan Ophuysen


(EYD)
(Ejaan Soewandi) (1901-1947)
(mulai 16 Agustus 1972)
1947-1972
Khusu Chusus Choesoes
Jumat Djum’at Djoem’at
Yakni Jakni Ja’ni

3. Ruang Lingkup Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

a) Pemakaian Kata
b) Penulisan Huruf
c) Penulisan Kata
d) Penulisan Unsur Serapan
e) Penulisan Tanda Baca

Anda mungkin juga menyukai