Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA


MATERI PEMBELAJARAN
EJAAN YANG DISEMPURNAKAN

DOSEN PEMBIMBING
Refril Dani,M.P.D

PENULIS
Bagas Yudha Pratama
( 231183207012 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI


FALKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MUARA BUNGO
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang maha mengetahui dan maha bijaksana yang telah memberi
petunjuk. Selawat serta salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang
membimbing umat nya dengan suri tauladan-nya yang baik
Dan segala Syukur kehadiran ALLAH SWT yang telah memberikan anugrah, kesempatan dan
pemikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini merupakan
pengetahuan tentang Ejaan yang disempurnakan, semua ini di rangkup dalam makalah ini,
agar pemahaman terhadap permasalahan lebih mudah di pahami dan lebih singkat dan
akurat.
Sistematika makalah ini dimulai dari pengantar yang merupakan apersepsi atas materi yang
telah dan akan dibahas dalam bab tersebut selanjutnya, membaca akan masuk pada inti
pembahasan dan di akhiri dengan kesimpulan, saran dan makalah ini. Diharapkan pembaca
dapat mengkaji berbagai permasalahan tentang konsep Ejaan yang disempurnakan ,saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pembuatan
makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua Terima kasih.

Muara bungo, November 2023


PENULIS
Bagas yudha pratama
PENDAHULUAN

PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………………….. ( I )
BAB I ……………………………………………………………………………………………………………………….( II )
Latar belakang …………………………………………………………………………………………………………( II )
Rumusan masalah…………………………………………………………………………………………………….( 1 )
BAB II………………………………………………………………………………………………………………………..( 2 )
Pengertian………………………………………………………………………………………………………………..( 2 )
Sejarah ejaan Bahasa………………………………………………………………………………………………..( 2 )
Huruf abjad……………………………………………………………………………………………………………… ( 5 )
Huruf vocal……………………………………………………………………………………………………………....( 5 )
Huruf konsonan……………………………………………………………………………………………………….. ( 6 )
Huruf diftong…………………………………………………………………………………………………………….( 7 )
Gabungan huruf konsonan………………………………………………………………………………………..( 7 )
BAB III………………………………………………………………………………………………………………………..( 8 )
Penutup…………………………………………………………………………………………………………………….( 25 )
Simpulan…………………………………………………………………………………………………………………...( 25 )
Pengertian EYD…………………………………………………………………………………………………………. ( 26 )
Sejarah ejaan Bahasa Indonesia……………………………………………………………………………......( 27 )
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………… ( 28 )

(I)
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain digunakan sebagaialat
komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi
secaratulisan, di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi ini,
masyarakatdituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami infrormasi di segala
aspek kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan
tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara baik dan tepat,
dengan penyampaian berita atau materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat
menggunakanmedia tersebut secara baik dan benar. Dalam memadukan satu kesepakatan
dalam etika berbahasa, disinilah peran aturan baku tersebut di gunakan, dalam hal ini kita
selaku warga Negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu ketata
bahasaan Indonesiayang baik dan benar.

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sub. materi dalam ketata bahasaan Indonesia,
yang memilik peran yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasasecara tertulis sehingga
diharapkan informasi tersebut dapat di sampaikan dan di fahamisecara komprehensif dan
terarah. Dalam prakteknya diharapkan aturan tersebut dapatdigunakan dalam keseharian
Masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesiadapat digunakan secara baik
dan benar.

B. Rumusan masalah

1. 1. Apa yang dimaksud dengan pengertian EYD?


2. Bagaimana Sejarah perkembangan EYD?
3. Bagaimana ruang lingkup EYD?

2. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian EYD.
2. Untuk mengetahui Sejarah EYD.
3. Untuk mengetahui ruang lingkup EYD.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN

Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa indonesia yang berlaku sejak tahun
1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.Ejaan
adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, Kata,
dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan
berbeda dengan kata mengeja.

Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan

adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luasdari sekedar masalah pelafalan. Ejaan
mengatur keseluruhan caramenuliskan bahasa.

Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasademi keteraturan dan
keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis.Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada
ketepatan dan kejelasanmakna. Ibarat sedang mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu
lalulintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudimematuhi rambu-
rambu yang ada, terciptalah lalu lintas yang tertib danteratur. Seperti itulah kira-kira bentuk
hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan.

2.2 SEJARAH EJAAN BAHASA INDONESIA

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional lahir pada awal tahun dua puluhan. Namun
dari segi ejaan, bahasa indonesia sudah lama memiliki ejaan tersendiri. Berdasarkan sejarah
perkembangan ejaan, sudah mengalami perubahan sistem ejaan, yaitu :

1. Ejaan Van Ophuysen


Ejaan ini mulai berlaku sejak bahasa Indonesia lahir dalam awal tahun dua puluhan.
Ejaan ini merupakan warisan dari bahasa Melayu yang menjadi dasari bahasa Indonesia.

2. Ejaan Suwandi

Setelah ejaan Van Ophuysen diberlakukan, maka muncul ejaan yang menggantikan,
yaitu ejaan Suwandi. Ejaan ini berlaku mulai tahun 1947 sampai tahun 1972.

3. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Ejaan imi mulai berlaku sejak tahun 1972 sampai sekarang. Ejaan ini merupakan
penyempurnaan yang pernah berlaku di Indonesia.

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) diterapkan secara resmi mulai tanggal
17 Agustus 1972 dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 57/1972
tentang peresmian berlakunya “Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”. Dengan
berlakunya EYD, maka ketertiban dan keseragaman dalam penulisan bahasa Indonesia
diharapkan dapat terwujud dengan baik.

PERUBAHAN PEMAKAIAN HURUF

DALAM TIGA EJAAN BAHASA INDONESIA

Ejaan yang Disempurnakan Ejaan Republik Ejaan Ophuysen


(EYD) (Ejaan Soewandi) (1901-1947)
(mulai 16 Agustus 1972) 1947-1972
Khusu Chusus Choesoes
Jumat Djum’at Djoem’at
Yakni Jakni Ja’ni

2.3 RUANG LINGKUP EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)

Ruang lingkup EYD mencakup lima aspek yaitu (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf,
(3) penulisan kata, (4) penulisan unsur, dan (5) pemakaian tanda baca. 3)

1) Pemakaian Huruf

Ejaan bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dikenal paling banyak menggunakan
huruf abjad. Sampai saat ini jumlah huruf abjad yang digunakan sebanyak 26 buah.

a. Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf berikut. Nama setiap
huruf disertakan disebelahnya.

Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama


A a a J j je S s es
B b K k T t
be ka te
C c L l U u
ce el u
D d M m V v
de em ve
E e N n W w
e en we
F f O o X x
ef o eks
G g P p Y y
ge pe ye
H h Q q Z z
ha ki zet
I i R r
i er

b. Huruf Vokal

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.

Contoh pemakaian dalam kata


Huruf Vokal
Di awal Di tengah Di akhir
A Api padi lusa
e enak petak sore
i itu simpan murni
o oleh kota radio
u ulang bumi ibu

c. Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d,
f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

Huruf konsonan Contoh pemakaian dalam kata


Di awal Di tengah Di akhir
B Bahasa sebut adab
c cakap kaca -
d dua ada abad
f fakir kafan maaf
g guna tiga balig
h hari saham tuah
j jalan manja mikraj
k kami paksa politik
l lekas alas kesal
m maka kami diam
n nama anak daun
p pasang apa siap
q Quran Furqan -
r raih bara putar
s sampai asli lemas
t tali mata rapat
v varia lava -
w wanita hawa -
x xenon - -
y yakin payung -
z zeni lazim juz

d. Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.

Contoh pemakaian dalam kata


Huruf Diftong
Di awal Di tengah Di akhir
Ai Ain syaitan pandai
au aula saudara harimau
oi - boikot amboi

e. Gabungan Huruf Konsonan

Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan,
yaitu : kh, ng, ny, dan sy.Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.5)

Gabungan huruf Contoh pemakaian dalam kata


konsonan Di awal Di tengah Di akhir
Kh Khusus akhir tarikh
ng ngilu bangun senang
ny nyata hanyut -
sy syarat isyarat arasy

2) Penulisan Huruf

Dua hal yang harus diperhatikan dalam penulisan huruf berdasarkan EYD, yaitu (1) penulisan
huruf besar, dan (2) penulisan huruf miring. Lebih jelasnya dapat dilihat pada pembahasan
berikut :

a. Penulisan Huruf Besar (Kapital)

Kaidah penulisan huruf besar dapat digunakan dalam beberapa hal, yaitu :

1) Digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.

Misalnya :
Dia menulis surat di kamar.

Tugas bahasa Indonesiasudah dikerjakan.

2) Digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung.

Misalnya :

Ayah bertanya, “Apakah mahasiswa sudah libur?”.

“Kemarin engkau terlambat”, kata ketua tingkat.

3) Digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama
Tuhan, kata ganti Tuhan, dan nama kitab suci.

Misalnya :
Allah Yang Maha kuasa lagi Maha penyayang.
Terima kasih atas bimbingan-Mu ya Allah.

4) Digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan , keturunan, keagamaan yang
diikuti nama orang.

Misalnya :

Raja Gowa adalah Sultan Hasanuddin.


Kita adalah pengikut Nabi Muhammad saw.

5) Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama
orang, pengganti nama orang tertentu, nama instansi, dan nama tempat.
Misalnya :

Wakil Presiden Yusuf Kalla memberi bantuan mobil.


Laksamana Muda Udara Abd. Rahman telah dilantik.
Dia diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Depdiknas.
Bapak Gubernur Sulawesi Selatan menerima laporan korupsi.

6) Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang.

Misalnya :

Nurhikmah
Dewi Rasdiana Jufri

7) Digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan nama bahasa.

Misalnya :

bangsa Indonesia
suku Sunda
bahasaInggris
8) Digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa
sejarah.

Misalnya :

tahun Hijriyah hari Jumat

bulan Desember hari Lebaran

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


9) Digunakan sebagai huruf pertama nama geografi unsur nama diri.

Misalnya :

Laut Jawa Jazirah Arab

Asia Tenggara Tanjung Harapan

10) Digunakan sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah,
ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi, kecuali terdapat kata penghubung.

Misalnya :

Republik Indonesia

Majelis Permusyawaratan Rakyat

11) Digunakan sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan atau sapaan dan pengacuan.

Misalnya :

Surat Saudara sudah saya terima.

Mereka pergi ke rumah Pak Lurah.

12) Digunakan sebagai huruf pertama kata ganti Anda.


Misalnya :

Surat Anda telah saya balas.

Sudahkah Anda sholat?

13) Digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan.

Misalnya :

Dr. doktor

S.H. sarjana hukum

14) Digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat
pada nama badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.

Misalnya:

Perserikatan Bangsa-Bangsa

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.

15) Digunakan sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul, majalah, surat kabar, dan
karangan ilmiah lainnya, kecuali kata depan dan kata penghubung.
Misalnya :

Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.

Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”.

b. Penulisan Huruf Miring

Huruf miring digunakan untuk :

1) Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.

Misalnya :

Buku Negarakertagama karangan Prapanca.

Majalah Suara Hidayatullah sedang dibaca.

Surat kabar Pedoman Rakyat akan dibeli.

2) Menegaskan dan mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, dan kelompok kata.

Misalnya :

Huruf pertama kata abad adalah a.

Dia bukan menipu, tetapi ditipu.

Buatlah kalimat dengan kata lapang dada.


3) Menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing.

Misalnya :

Politik devideet et impera pernah merajalela di Indonesia.

3) Penulisan Kata

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu :

1. Kata Dasar

Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk, yang ditulis sebagai suatu
kesatuan.

Misalnya : Dia teman baik saya.

1. Kata Turunan (Kata berimbuhan)

Kaidah yang harus diikuti dalam penulisan kata turunan, yaitu :


 Imbuhan semuanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya.

Misalnya : membaca, ketertiban, terdengar dan memasak.

 Awalan dan akhrian ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata.

Misalnya : bertepuk tangan, sebar luaskan.

 Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan
akhiran, kata itu ditulis serangkai.

Misalnya : menandatangani, keanekaragaman.

 Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata
itu ditulis serangkai.

Misalnya : antarkota, mahaadil, subseksi, prakata.

1. Kata Ulang

Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-). Jenis-jenis kata ulang
yaitu :

 Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata awal.

Misalnya : laki lelaki

 Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan.


Misalny : rumah rumah-rumah

 Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem.

Misalnya : sayur sayur-mayur

 Pengulangan berimbuhan yaitu pengulangan yang mendapat imbuhan.

Misalnya : main bermain-main

1. Gabungan Kata

 Gabungan kata lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus. Bagian-
bagiannya pada umumnya ditulis terpisah.

Misalnya : mata kuliha, orang tua.

 Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang menimbulkan kemungkinan salah baca
saat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur bersangkutan.

Misalnya : ibu-bapak, pandang-dengar.

 Gabugan kata yang sudah dianggap sebgai satu kata ditulis serangkai.

Misalnya : daripada, sekaligus, bagaimana, barangkali.

Kata Ganti (ku, mu, nya, kau)


Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Sedangkan kata
ganti ku, mu, nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya : kubaca, kaupinjam, bukuku, tasmu, sepatunya.

2. Kata Depan (di, ke, dari)

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya, kecuali pada
gabungan kata yang dianggap padu sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada.

Misalnya : Jangan bermian di jalan

Saya pergi ke kampung halaman.

Dewi baru pulang dari kampus.

1. Kata Sandang (si dan sang)

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya : Nama si pengrimi surat tidak jelas.

Anjing bermusuhan dengan sang kucing.

1. Partikel

Partikel merupakan kata tugas yang mempunyai bentuk yang khusus, yaitu sangat ringkas
atau kecil dengan mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Kaidah penulisan partikel sebagai
berikut :
 Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya : Bacalah buku itu baik-baik!

Apakah yang dipelajari minggu lalu?

Apatah gerangan salahku?

 Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya kecuali yang dianggap
sudah menyatu.

Misalnya : Jika ayah pergi, ibu pun ikut pergi.

 Partikel per yang berarti memulai, dari dan setiap. Partikel per ditulis terpisah dengan
bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.

Misalnya : Rapor siswa dilihat per semester.

1. Singkatan dan Akronim

 Singkatan adalah nama bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu kata atau
lebih.

Misalnya : dll = dan lain-lain

yth = yang terhormat

 Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
Misalnya : SIM = Surat Izin Mengemudi

IKIP = Institut Keguruan dan Ilmu pendidikan

1. Angka dan Lambang Bilangan

Dalam bahasa Indonesia ada dua macam angka yang lazim digunakan , yaitu : (1) Angka
Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan (2) Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII,
IX, X.

Lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut :

1) Bilangan utuh. Misalnya : 15 lima belas

2) Bilangan pecahan. Misalnya : 3/4 tiga perempat

3) Bilangan tingakt. Misalnya : Abad II

Abad ke-2

4) Kata bilagan yang mendapat akhiran –an.

Misalnya : tahun 50-an lima puluhan

5) Angka yang mneyatakan bilagnan bulat yang besar dapat dieja sebagian supaya mudah
dibaca.
Misalnya : Sekolah itu baru mendapat bantuan 210 juta rupiah.

6) Lambang bilangan letaknya pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Kalau perlu
diupayakan supaya tidak diletakkan di awal kalimat dengan mengubah struktur kalimatnya
dan maknanya sama.

Misalnya : Dua puluh lima siswa SMA tidak lulus. (benar)

55 siswa SMA 1 tidak lulus. (salah)

7) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf,
kecuali beberapa dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau pemaparan.

Misalnya : Amir menonton pertunjukan itu selama dua kali.

4) Penulisan Unsur Serapan

Dalam hal penulisan unsur serapan dalam bahasa Indonesia, sebagian ahli bahasa
Indonesia menganggap belum stabil dan konsisten. Dikatakan demikian karena pemakai
bahasa Indonesia sering begitu saja menyerap unsur asing tanpa memperhatikan aturan,
situasi, dan kondisi yang ada. Pemakai bahasa seenaknya menggunakan kata asing tanpa
memproses sesuai dengan aturan yang telah diterapkan.

Penyerapan unsur asing dalam pemakaian bahasa indonesia dibenarkan, sepanjang : (a)
konsep yang terdapat dalam unsur asing itu tidak ada dalam bahasa Indonesia, dan (b) unsur
asing itu merupakan istilah teknis sehingga tidak ada yang layak mewakili dalam bahasa
Indonesia, akhirnya dibenarkan, diterima, atau dipakai dalam bahasa Indonesia. sebaliknya
apabila dalam bahasa Indonesia sudah ada unsur yang mewakili konsep tersebut, maka
penyerapan unsur asing itu tidak perlu diterima.

Menerima unsur asing dalam perbendaharaan bahasa Indonesia bukan berarti bahasa
Indonesia ketinggalan atau miskin kosakata. Penyerapan unsur serapan asing merupakan hal
yang biasa, dianggap sebagai suatu variasi dalam penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu
terjadi karena setiap bahasa mendukung kebudayaan pemakainya. Sedangkan kebudayaan
setiap penutur bahasa berbeda-beda anatar satu dengan yang lain. Maka dalam hal ini dapat
terjadi saling mempengaruhi yang biasa disebut akulturasi. Sebagai contoh dalam masyarakat
penutur bahasa Indonesia tidak mengenal konsep “radio” dan “televisi”, maka diseraplah dari
bahasa asing (Inggris). Begitu pula sebaliknya, di Inggris tidak mengenal adanya konsep
“bambu” dan “sarung”, maka mereka menyerap bahasa Indonesia itu dalam bahasa Inggris.

Berdasarkan taraf integritasnya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dikelompokkan dua
bagian, yaitu :

1. Secara adopsi, yaitu apabila unsur asing itu diserap sepenuhnya secara utuh, baik
tulisan maupun ucapan, tidak mengalami perubahan. Contoh yang tergolong secara
adopsi, yaitu : editor, civitas academica, de facto, bridge.

2. Secara adaptasi, yaitu apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke dlaam kaidah
bahasa Indonesia, baik pengucapannya maupun penulisannya. Salah satu contoh yang
tergolong secara adaptasi, yaitu : ekspor, material, sistem, atlet, manajemen,
koordinasi, fungsi.

5) Pemakaian Tanda Baca

1. Tanda Titik (.)

Penulisan tanda titik di pakai pada :

 Akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan


 Akhir singkatan nama orang.
 Akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
 Singkatan atau ungkapan yang sudah sangat umum.Bila singkatan itu terdiri atas tiga
hurus atau lebih dipakai satu tanda titik saja.
 Dipakai untuk memisahkan bilangan atau kelipatannya.
 Memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
 Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
 Tidak dipakai pada akhir judulyang merupakan kepala karangan atau ilustrasi dan
tabel.
1. Tanda koma (,)

Kaidah penggunaan tanda koma (,) digunakan :

 Antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.


 Memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului
oleh kata tetapi atau melainkan.
 Memisahkan anak kalimat atau induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk
kalimatnya.
 Digunakan dibelakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat
pada awal kalimat. Termasuk kata : (1) Oleh karena itu, (2) Jadi, (3) lagi pula, (4)
meskipun begitu, dan (5) akan tetapi.
 Digunakan untuk memisahkan kata seperti : o, ya, wah, aduh, dan kasihan.
 Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
 Dipakai diantara : (1) nama dan alamat, (2) bagina-bagian alamat, (3) tempat dan
tanggal, (4) nama dan tempat yang ditulis secara berurutan.
 Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan
dengan angka.
 Dipakai antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
 Menghindari terjadinya salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal
kalimat.
 Dipakai di antara bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
 Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
 Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya
atau seru.

1. Tanda Titik Tanya ( ? )

Tanda tanya dipakai pada :

 Akhir kalimat tanya.


 Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang diragukan atau
kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
1. Tanda Seru ( ! )

Tanda seru dugunakan sesudah ungkapan atau pertanyaan yang berupa seruan atau perintah
yang menggambarkan kseungguhan, ketidakpercayaan, dan rasa emosi yang kuat.

1. Tanda Titik Koma ( ; )

Tanda titik koma dipakai :

 Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.


 Memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk sebagai pengganti kata
penghubung.

1. Tanda Titik Dua ( : )

Tanda titik dua dipakai :

 Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian.


 Pada akhir suatu pertanyaan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
 Di dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan .
 Di antara jilid atau nomor dan halaman.
 Di antara bab dan ayat dalam kitab suci.
 Di antara judul dan anak judul suatu karangan.
 Tidak dipakai apabila rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan.

1. Tanda Elipsis (…)


Tanda ini menggambarkan kalimat-kalimat yang terputus-putus dan menunjukkan bahwa
dalam suatu petikan ada bagian yang dibuang. Jika yang dibuang itu di akhir kalimat, maka
dipakai empat titik dengan titik terakhir diberi jarak atau loncatan.

1. Tanda Garis Miring ( / )

Tanda garis miring ( / ) di pakai :

 Dalam penomoran kode surat.


 Sebagai pengganti kata dan,atau, per, atau nomor alamat.

1. Tanda Penyingkat atau Apostrof ( ‘)

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan sebagian huruf.

1. Tanda Petik Tunggal ( ‘…’ )

Tanda petik tunggal dipakai :

 Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.


 Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.

1. Tanda Petik ( “…” )

Tanda petik dipakai :

 Mengapit kata atau bagian kalimat yang mempunyai arti khusus, kiasan atau yang
belum dikenal.
 Mengapit judul karangan, sajak, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.
 Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis
lain.

BAB III

PENUTUP
A. Simpulan

1. Pengertian EYD

Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa indonesia yang berlaku sejak tahun 1972.
Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Ejaan
adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata,
dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan
berbeda dengan kata mengeja.

Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah
suatu sistem aturan yang jauh lebih luasdari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur
keseluruhan cara menuliskan bahasa.

2. Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia

Berdasarkan sejarah perkembangan ejaan, sudah tiga kali mengalami perubahan sistem ejaan,
yaitu :

a) Ejaan Van Ophuysen

Ejaan ini mulai berlaku sejak bahasa Indonesia lahir dalam awal tahun dua puluhan. Ejaan ini
merupakan warisan dari bahasa Melayu yang menjadi dasar bahasa Indonesia.

b) Ejaan Suwandi

Setelah ejaan Van Ophuysen diberlakukan, maka muncul ejaan yang menggantikan, yaitu
ejaan Suwandi. Ejaan ini berlaku mulai tahu 1947-1972.

c) Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)


Ejaan ini mulai berlaku sejak tahun 1972 sampai sekarang. Ejaan ini merupakan
penyempurnaan dari seluruh ejaan sebelumnya yang pernah berlaku di Indonesia.

PERUBAHAN PEMAKAIAN HURUF

DALAM TIGA EJAAN BAHASA INDONESIA

Ejaan yang Disempurnakan Ejaan Republik Ejaan Ophuysen


(EYD)
(Ejaan Soewandi) (1901-1947)
(mulai 16 Agustus 1972)
1947-1972
Khusu Chusus Choesoes
Jumat Djum’at Djoem’at
Yakni Jakni Ja’ni

1. 3. Ruang Lingkup Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

a) Pemakaian Kata

b) Penulisan Huruf

c) Penulisan Kata

d) Penulisan Unsur Serapan

e) Penulisan Tanda Baca


KATA PENGANTAR

Penulis : Rafly EL
WEBSITE : https://mahasiswa.ung.ac.id

Anda mungkin juga menyukai