Anda di halaman 1dari 41

BAHASA INDONESIA

6“METERI BAB 1-12”

Dosen pengampu:

Dr. H. Abd. Rahim, S.E, M. Pd

Nama :Auliyah

Nim :220402501007

Kelas :01 (satu)

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

2022/2022

BAB I
KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA
Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi negara. Dalam
Kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai sarana
pemersatu Berbagai suku bangsa dan sebagai sarana komunikasi antardaerah dan antarbudaya
daerah. Sementara itu, dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi negara, bahasa Indonesia
berfungsi Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar pendidikan, bahasa
komunikasi tingkat Nasional, bahasa media massa, serta bahasa pengembangan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan Dan teknologi. Dengan kedudukan seperti itu, bahasa
Indonesia memiliki peran yang sangat Penting dan strategis dalam memfasilitasi proses
kemajuan bangsa Indonesia

A. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional


Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dimiliki oleh bangsa Indonesia
sejak Dicetusnya sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Kedudukan ini
dimungkinkan oleh Kenyataan bahwa bahasa melayu yang mendasari bahasa
Indonesia. Di dalam kedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai berikut.
1) Bahasa Indonesia sebagai Lambang Kebanggaan Nasional
Bahasa Indonesia selaku lambang kebanggaan nasional memiliki nilai-nilai budaya
Luhur dan sosial. Nilai-nilai ini pula yang dijadikan cermin bangsa, sehingga
semestinya Warga Indonesia bersedia menjunjung tinggi dan mempertahankannya.
Dalam hal ini, Pemakaian bahasa Indonesia di berbagai lingkungan dan keinginan
mempelajarinya Menjadi langkah-langkah yang dapat dilakukan.
2) Bahasa Indonesia sebagai Lambang Identitas Nasional
Menggunakan bahasa Indonesia—baik dalam bentuk lisan maupun tulisan—dapat
Dijadikan sebagai identitas. Terutama saat Anda sedang berada di negara lain. Selain
Itu, pemakaian bahasa Indonesia yang tepat secara tak langsung akan memperlihatkan
Watak, karakter, dan kepribadian warga Indonesia di mata bangsa asing.
3) Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Persatuan
Sejarah bahasa Indonesia memang cukup panjang dan dalam salah satu fase, bahasa
ini Digunakan sebagai pemersatu bangsa. Bahkan fungsi ini masih dijalankan sampai
Sekarang mengingat Indonesia dikenal sebagai salah satu negara multikultural.
Mempelajari atau mengajarkan bahasa Indonesia akan menghapus jarak maupun
Kesenjangan antar suku maupun strata sosial di Indonesia.
4) Bahasa Indonesia sebagai Alat Penghubung Antarbudaya
Masih berkaitan dengan poin sebelumnya, bahasa Indonesia mampu meleburkan
Perbedaan di berbagai daerah. Bahasa Indonesia memudahkan banyak persatuan
untuk Dikomunikasikan, antahlah itu dari sektor warga di pedesaan hingga yang
tertinggi di Pemerintahan. Selain itu, pertumbuhan komunikasi akan menunjang
peningkatan Wawasan dan pengetahuan.

B. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara


Didalam Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah
mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai
bahasa negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat
Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah. Sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam UUD 1945 Bab XV pasal 36 dalam kedudukannya sebagai bahasa
nasional, bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai berikut.
1) Sebagai Bahasa Resmi Kenegaraan
Fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia sudah tertuang dalam naskah proklamasi
kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Setelah
pembacaan proklamasi, secara otomatis bahasa Indonesia wajib digunakan dalam
sejumlah aspek seperti upacara hingga acara penting. Tak hanya itu, kegiatan negara
seperti bicara dan penulisan surat penting juga dilakukan dengan bahasa Indonesia.
2) Sebagai Alat Pengantar Didunia Pendidikan
Tak banyak yang menyadari kalau pemakaian Bahasa Indonesia disekolah termasuk
dalam kedudukan berdasarkan bahasa kenegaraan. Penggunaannya diterapkan dari
mulai taman kanak-kanak hingga SMA. Hal ini juga mencakup Bahasa pengantar
yang dipakai para guru dan buku-buku cetak yang digunakan sebagai bahan belajar
mengajar.
3) Sebagai Alat Penghubung Ditingkat Nasional
Pemahaman bahasa di Indonesia ditingkat tertinggi sangat krusial, sebab bahasa ini
digunakan sebagai alat penghubung .sebut saja untuk tata cara perencanaan hingga
pelaksanaan pembangunan nasional. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
penyeragaman pada sistem informasi dan media komunikasi permainan kata-kata
harus
dilakukan secara secara menyeluruh.

iii
4) Sebagai Alat Pengembangan Kebudayaan dan Teknologi
Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) adalah hal penting yang harus terus
dikembangkan dan disampaikan. Dalam hal ini, bahasa jelas menjadi alat krusial yang
akan membantu menjelaskan ilmu pengetahuan. Maka media-media cetak seperti
buku, majalah, Al-Qur’an hingga audio maupun video harus menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
C. Kedudukan Bahasa Daerah dan Bahasa Asing di Indonesia
Bahasa daerah adalah suatu bahasa yang secara tradisional dituturkan disuatu wilayah
yang Secara numerik membentuk kelompok yang kecil dari populasi lainnya dan
berbeda dari bahasa Resmi dari Negara tersebut. Bangsa Indonesia memiliki beragam
etnis yang memiliki bahasa Masing-masing. Bahasa tersebut hanya menggali
penggunaan dalam berkomunikasi sesama Suku. Bahasa daerah merupakan sebagai
pendukung bahasa Indonesia yang ada, diakui Negara Yang tercantum dalam UUD
1945 pasal 32 ayat 2 dan sesuai kongres bahasa Indonesia II tahun 1954. Di dalam
dunia pendidikan tingkat sekolah dasar, bahasa daerah boleh dipakai sebagai Bahasa
pengantar selama tiga tahun atau kelas tiga. Bahasa asing adalah bahasa negara lain.
Bahasa asing tidak di gunakan dalam interaksi sosial Dalam suatu negara tetapi hanya
digunakan untuk warga negara lain. Meskipun jarang Digunakan, namun
kenyataannya bahasa asing tetap diajarkan dalam dunia pendidikan tingkat Tertentu.
Bahasa asing juga digunakan sebagai bahasa penghubung sebuah antarbangsa untuk
Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi

iv
BAB II
EJAAN PEMAKAIAN HURUF

A. PEMAKAIAN HURUF ABJAD


Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf berikut.
Pengucapan huruf disertakan disebelahnya.

Huruf

Kapital Nonkapital Nama


A a a
B b be
C c ce
D d de
E e e
F f ef
G g ge
H h ha
I i i
J j je
K k ka
L l el
M m em
N n en
O o o
P p pe
Q q ki
R r er
S s es
T t te
U u u
V v ve
W w we

1
X X eks
Y Y ye
Z z Zet

B. PEMAKAIAN HURUF VOKAL


Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i,
o,dan u. Berikut huruf vokal dalam bahasa Indonesia yang disertai dengan
penggunaanya dalam kata.

Misal Pemakaian Posisi tengah Posisi Akhir


Huruf Vokal dalam Kata
Posisi awal
A Api Padi lusa
E Enak Petak sore
I Itu S/impan tipe
O Oleh Kota murni
U Ulang Bumi ibu

D. PEMAKAIAN HURUF KONSONAN


Huruf konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n,
p, q, r, s, t, v, w, x, dan z.
E. PEMAKAIAN HURUF DIFTONG
Huruf diftong atau vokal ganda merupakan huruf yang terjadi jika ada dua huruf
vokal yang berurutan. Kedua huruf vokal tersebut harus berada di dalam satu suku
kata dan menciptakan bunyi luncuran (bunyi yang berubah kualitasnya). Bunyi
luncuran tersebut sama lafalnya dengan bunyi yang huruf asli. Di dalam bahasa
Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, ei, dan oi.
F. GABUNGAN HURUF KONSONAN
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan
konsonan. Yaitu hk, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi
konsonan.

2
G. PEMAKAIAN HURUF KAPITAL ATAU HURUF BESAR
Berikut cara penulisan huruf kapital atau huruf besar dalam perjalanan bahasa
Indonesia
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Contoh :
Dia merasakan lapar
Apa yang harus kita lakukan ?
b. Hutruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang,termasuk
julukan.
Contoh :
Amir Hamzah
Lifia Dameistin
c. Huruf kapital dipakai sebagai pada awal kalimat dalam petikan langsung.
Contoh :
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama sertiap nama kata agama, kitab
suci, dan Tuhan
Contoh :
Alquran
Kristen Alkitab
e. Huruf kapital dipakai pada unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama
orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi,
atau nama tempat terbagi menjadi dua, yakni.
H. PEMAKAIAN HURUF MIRING
Berikut cara penulisan huruf kapital atau huruf besar dalam pelajaran bahasa
Indonesia.
Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat
kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.
Contohnya sebagai berikut.
a. saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis.
Majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat kebangsaan.
b. Huruf miring dipakai sebagai menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata,
kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
Contohnya sebagai berikut.

3
Huruf terakhir kata abad adalah d.
Dia tidak diantar, tetapi mengantar
BAB III
EJAAN: PENULISAN KATA

A. Pengertian Ejaan dan Penulisan Kata


Ejaan adalah cara dalam penulisan kata/kalimat dengan benar, degan memperhatikan
penggunaan huruf serta tanda baca yang benar.
Penulisan kata adalah proses atau cara penulisan yang mempertimbangkan unsur Bahasa yang
diucapkan atau dituliskan sebagai wujut kesatuan dan perasaan dan pikiran yang dapat
digunakan dalam berbahasa sesuai ejaan yang disempurnakan.
B. Fungsi Ejaan
Ejaan tidak semata-mata hanya digunakan untuk menulis kata/kalimat dengan benar. Ejaan
juga memiliki fungsi yang cukup penting dalam penulisan Bahasa Indonesia. Menurut Siti
Maimunah dalam buku Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (2019), berikut fungsi ejaan
diantaranya:
1. Sebagai pembakuan dalam membuat tata bahasa agar semakin baku.
2. Membuat pemilihan kosa kata dan istilah menjadi lebih baku.
3. Sebagai penyaring unsur bahasa asing ke Bahasa Indonesia sehingga dalam
penulisannya tidak menghilangkan makna aslinya.
4. Penggunaan ejaan dapat membantu mencerna informasi dengan lebi
5. Cepat dan mudah, karena penulisan bahasa yang lebih teratur.
C. Yang termasuk dalam Penulisan Kata
1. Berikut pedoman umum penulisan kata
Kata dasar, kata dasar merupakan kata yang masih asli atau belum tercampur dengan
imbuhan atau kata tambahan lainnya contohnya, makan, kerja, tidur, pergi, jauh. Agar
lebih memahami berikut contoh kalimatnya,
a. Adik makan nasi goreng
b. Kakak sedang tidur dikamar
c. Letak toko itu sangat jauh dari sekolah
2. Kata turunan adalah kata dasar yang telah diberi imbuhan baik berupa awalan
(prefix), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), serta awalan-akhiran (konfiks). Karena
pemberian imbuhan tersebut, kata turunan mengalami pergeseran makna. Contohnya
penulisan kata turunan yang benar seperti dibawah ini.
a. Berdasarkan yang bentuknya berimbuhan awalan (prefiks)
Contoh: ter- + bakar = terbakar
Me- + bantu = membantu
Ber- + rambut = berambut
b. Berdasarkan yang bentuknya berimbuhan sisipan (infiks)
Contoh: suling + -er- = seruling
Tali + -em = temali
Getar + -el = geletar
c. Berdasarkan yang bentuknya berimbuhan akhiran (sufiks)
Contoh: pukul + -an = pukulan
Sosial + -is = sosialis
Uang + -nya = uangnya
d. Berdasarkan yang berimbuhan awalan-akhiran (konfiks)

4
Contoh: se-an + hari = seharian
Se-nya + mesti = semestinya
Ber-an + muncul = bermunculan

3. Bentuk ulang, kata ulang merupakan rumpun kata dalam bahasa indonesia yang
berbentuk pengulangan, baik itu secara utuh ataupun sebagian. Pengulangan kata juga
dikenal dengan istilah reduplikasi. Bentuk ulang ditulis menggunakan tanda hubung,
baik yang berarti tunggal (lumba-lumba, kupu-kupu), jamak (anak-anak, buku-buku),
maupun yang berbentuk berubah beraturan (sayur-mayur, ramah-tamah)
4. Gabungan kata atau kata majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa utama
atau lebih yang dapat berdiri sendiri sebagai kalimat yang lepas. Misalnya: kambing
hitam, orang tua, meja tulis, rumah sakit jiwa.
5. Kata ganti adalah kata-kata pendek dan dapat melakukan segala sesuatu yang dapat
dilakukan oleh kata benda dan merupakan salah satu blok pembangun. Kata ganti
umumnya adalah dia, Anda, saya, kami, ini, mereka, itu. Kata ganti dapat bertindak
sebagai subjek, objek proposisi.
6. Kata depan atau preposisi digunakan untuk menyatakan berbagai peristiwa seperti
tempat, arah, hingga tujuan.
 Baju olahraga adik disimpan ibu dalam lemari kecil itu. (menyatakan tempat
suatu benda berada).
 Dalam bencana tanah longsor di daerah X, korban meninggal dinyatakan ada
10 orang. (menyatakan situasi atau peristiwa)
7. Partikel atau kata tugas adalah kelas kata yang hanya memiliki arti gramatikal dan
tidak memiliki arti leksikal. Arti suatu kata tugas ditentukan oleh kaitannya dengan
kata lain dalam suatu frasa atau kalimat dan tidak bisa digunakan secara lepas atau
berdiri sendiri. Contohnya: -lah, -kah, dan -tah.
 Bacalah buku itu baik-baik!
 Apakah yang sedang ia lakukan!
8. Singkatan dan Akronim, sebenarnya singkatan dan Akronim hampir mirip, tapi
tidak sama, karena Singkatan adalah suatu gabungan dari beberapa suku kata menjadi
satu kalimat sedangkan. Akronim adalah gabungan dari beberapa kalimat menjadi
satu.
Kata sandang Kata sandang adalah kata yang tidak mempunyai arti atau makna
khusus. Sandang hanya menjelaskan nomina atau kata benda yang merupakan
penjelas dari kata yang ada di depannya. Hal ini berarti bahwa arti dari kata
sandang ini tergantung dari kata yang ada di depannya. Kata sandang juga
merupakan salah satu jenis dari keragaman kata yang sering kali diucapkan atau
digunakan dalam proses komunikasi. Kata sandang terbagi atas 3 jenis, yaitu kata
sandang dalam bentuk tunggal, kata sandang dalam bentuk jamak serta kata
sandang sebagai kata ganti orang atau benda. Berikut penjelasan dari kata sandang.
a. Kata sandang tunggal Kata sandang tunggal digunakan untuk memberikan
arti dari seseorang ataupun sesuatu hal yang tunggal setelahnya. Contoh
Sang, dipanggil untuk panggilan seseorang, benda mati ataupun makhluk

5
hidup lainnya yang berguna untuk meninggikan martabat atau juga untuk
sindiran
b. Kata sandang jamak atau kelompok. Jenis kata sandang yang digunakan
untuk menyatakan sebuah kelompok. Berikut ini yang termasuk dalam kata
sandang jamak, di antaranya: Para, digunakan untuk menegaskan
sekelompok orang yang memiliki kesamaan tertentu
c. Kata sandang sebagai kata ganti orang atau benda. Jenis kata sandang ini
dimaksudkan untuk menggantikan sesuatu hal dengan maksud untuk
menyeimbangkan. contonya Si, digunakan untuk mengiringi nama
seseorang, hewan ataupun membenrtuk kata sifat menjadi kata benda
9. Pemenggalan kata adalah pemenggalan atau pemotongan suku kata agar nantinya
dapat ditulis dan dibaca dengan ejaan yang baik dan benar. Singkatnya pengertian
pemenggalan kata adalah pemisahan kelompok huruf dari sebuah kata. Berdasarkan
pengertian pemenggalan kata, hal ini perlu dilakukan untuk menghindari
kebingungan orang yang membacanya nanti. Hal ini juga akan memudahkan kita saat
menulis kalimat yang panjangnya melebihi batas kertas sehingga kita dapat
menentukan suku kata yang harus ditulis di baris selanjutnya.
a. Apabila di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal tersebut. Contoh:
ja-il, ka-il, ba-ut, so-al, ta-at. Perlu diingat, apabila huruf vokal yang
berurutan merupakan diftong (ai, oi, au), pemenggalan katanya tidak
dilakukan di antara kedua huruf vokal.
Contoh: kata “amboi” pemenggalan yang salah (am-bo-i), pemenggalan
yang benar (am-boi).
b. Apabila di tengah kata terdapat huruf konsonan, pemenggalan kata dapat
dilakukan sebelum huruf konsonan itu.
Contoh: ma-kan, te-man, ka-wan, ta-bu, ba-bi, su-kar. Bukan seperti ini,
mak-an, tem-an, tab-u, bab-i, suk-ar.
c. Apabila di tengah kata terdapat dua huruf konsonan yang berurutan,
pemenggalan kata dapat dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Contoh: cam-kan, san-dal, tam-par, tak-dir, dan lain sebagainya.
Namun, apabila di dalam kata terdapat gabungan huruf konsonan ny, ng,
kh, dan sy tidak diperkanankan dipisah, harus tetap menyatu.
Contoh: ka-ng-en, makh-luk, ma-sya-ra-kat, bu-nyi.
d. Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Misalnya:
Ap-ril, cap-lok, makh-luk, man-di, sang-gup, som-bong, swas-ta.

6
BAB IV
Ejaan Penulisan Unsur Sarapan

A. Pengertian Unsur Sarapan


Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, unsur serapan didefenisikan sebagai berikut:
unsur adalah bahan asal, zat asal, bagian yang terpenting dalam suatu hal, sedangkan
serapan adalah pemasukan ke dalam, penyerapan masuk ke dalam lubang- Iubang
kecil (Poerwadarminta, 1985 : 130 dan 425). Menurut Samsuri (1987 : 50) serapan
adalah “pungutan”. Sedangkan Kridalaksana (1985 : 8) memahami kata serapan
adalah “pinjaman” yaitu bunyi, fonem, unsur gramatikal atau unsur leksikal yang
diambil dari bahasa lain. Kata serapan adalah kata yang diserap dari berbagai bahasa
lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, yang digunakan dalam bahasa
Indonesia yang cara penulisannya mengalami perubahan ataupun tidak mengalami
perubahan.
Kata serapan digunakan oleh Kridalaksana (1988), beliau menyebutkannya sebagai
loan words atau kata-kata pinjaman. Istilah-istilah tersebut digunakan untuk menyebut
kosakata asli. Kosakata
serapan merupakan kosakata yang diambil atau diserap dari satu bahasa donor dengan
penyesuaian kaidah yang ada dalam bahasa penyerap.
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik suatu simpulan bahwa unsur serapan
adalah unsur dari suatu bahasa (asal bahasa) yang masuk dan menjadi bagian dalam
bahasa lain (bahasa penerima) yang kemudian oleh penuturnya dipakai sebagaimana
layaknya bahasa sendiri.Dalam kamus Poerwodarminto terbitan 1954, tidak akan
ditemukan kata-kata seperti blakblakan, dasawarsa, gambling, menangani,
wawancara, mendongkel, asumsi, akselerasi, assembling, eksekutif, editorial, formil,
fakultas, (tetapi : fakultet), kontraktor, konflik,
memorandum, proyek, rekomendasi, rutin, dan lain-lain. Kata-kata tersebut sekarang
menjadi bagian dari bahasa Indonesia yang merupakan pungutan dari bahasa lain dan
menyebabkan perubahan pada bahasa Indonesia.Bahasa adalah alat dan sekaligus
bagian suatu kebudayaan tertentu. Sebagai alat kebudayaan tertentu, bahasa itu
hendaklah dapat dipakai untuk semua kehidupan di dalam

7
kebudayaan itu; dengan kata lain, hendaklah cukup mempunyai „konsep dan tanda‟
untuk menyatakan kegiatan-kegiatan, baik spiritual maupun material, pada
kebudayaan itu.
Perubahan biasa disebut sebagai pertumbuhan, seakan-akan bahasa itu merupakan
sesuatu yang hidup. Bahasa hidup manapun tentu mengalami perubahan yang
mungkin tidak nampak kepada pemakai-pemakai bahasa itu sendiri di dalam waktu
yang pendek, tetapi secara kumulatif dan dalam waktu yang cukup lama akan terlihat
dengan jelas perubahan
itu. Di dalam keinginanya untuk menyampaikan sesuatu, pemakai bahasa
menggunakan bahasanya sebagai alat komunikasi. Untuk menghindarkan ketidak-
jelasan, pemakai bahasa sering secara berlebihan menyatakan isi hatinya. Berlebihan
(= redundancy, Ing.) ini diungkapkan dengan berbagai cara oleh pemakai bahasa:
penggunaan intonasi,pengulangan kata atau ungkapan, pengulangan „konsep‟ dengan
„tanda‟ yang lain(=sinonim-sinonim), penjelasan waktu, jumlah kelamin, pemakaian
isyarat, dan lain sebagainya.Tidak heran apabila kemudian ada seseorang bersuku
Jawa pemakai bahasa Indonesia yang berkata : “Dengan terus-terang, blak-blakan,
saya katakan bahwa pemerintah kurang banyak berusaha meringankan beban rakyat
kecil‟. Bahkan seseorang dari suku Jawa seperti itu masih juga menambahkan
ungkapan dari bahasanya “tanpa tedeng aling-aling”, yang dipakai untuk menjelaskan
sesuatu dengan berlebihan yang seharusnya sudah terwakili oleh kata terus terang,
sehingga kalimat di atas menjadi “berlebihan”. Pungutan kata blak-blakan yang
berarti “terus-terang” itu diambilnya secara spontan oleh seorang pemakai bahasa
Indonesia.

B.Penulisan Unsur Serapan pada Ejaan dalam Peristilahan


Kaidah penulisan unsur serapan pada ejaan dalam peristilahan terdiri atas beberapa kaidah.
Kaidah tersebut secara berturut-turut antara lain ejaan fonemik, ejaan etimologi, Transliterasi,
ejaan nama diri, dan penyesuaian ejaan.
a. Ejaan Fonemik
Penulisan istilah pada umumnya berdasarkan pada ejaan fonemik; artinya hanya satu
bunyi Yang berfungsi dalam bahasa Indonesia yang dilambangkan dengan huruf.

b. Ejaan Etimilogi

8
Untuk menegaskan makna yang berbeda, istilah yang homonim dengan kata lain
dapat Ditulis dengan mempertimbangkan etimologinya, yakni sejarahnya, sehingga
bentuknya Berlainan sehingga lafalnya mungkin sama

c. Transliterasi
Pengejaan istilah dapat juga dilakukan menurut aturan transliterasi yakni penggantian
huruf Demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain, lepas dari bunyi lafal yang
sebenarnya. Hal itu misalnya menurut anjuran Internasional Organization for
Standardization (ISO) pada Huruf Arab (rekomendasi ISO-R 233), Yunani
(rekomendasi ISO-R 315), Siril (Rusia) (rekomendasi ISO-R 9) yang dialihkan ke
huruf Latin

d. Ejaan Nama Diri


Ejaan nama diri, termasuk merek dagang, yang di dalam bahasa aslinya ditulis dengan
huruf Latin, tidak diubah. Misalnya, Baekelund, Cannizaro, Aquadog, Daeron. Nama
diri yang Bentuk aslinya ditulis dengan huruf lain dieja menurut rekomendasi ISO,
ejaan Inggris yang Lazim, atau ejaan Pinyin (Cina). Misalnya, Keops, Sokrates,
Ivanovic Mendellev, Anton Chekov, Mao Zedong, Beijing.

9
BAB V
PEMAKAIAN TANDA BACA
A. Pengertian Tanda baca
Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem (suara) atau kata
dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan struktur dan
organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu
pembacaan. Aturan tanda baca berbeda antar bahasa, lokasi, waktu, dan terus
berkembang. Beberapa aspek tanda baca adalah suatu gaya spesifik yang karenanya
tergantung pada pilihan penulis.
B. Jenis-Jenis Tanda Baca dan Contoh Penggunaannya

1. Tanda Titik ( . )

a. Titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh: Saya suka makan nasi.
Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.
b. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Contoh: Irwan S. Gatot
c. Apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan.
Contoh: Anthony Tumiwa
d. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan
sapaan. Contoh: Dr. (doktor), S.E. (sarjana ekonomi), Kol. (kolonel), Bpk.
(bapak)
e. Titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum.
Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu
tanda titik.Contoh: dll (dan lain-lain), dsb (dan sebagainya), tgl (tanggal),
hlm (halaman)
f. titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Contoh:
Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.
g. titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
yang tidak menunjukkan jumlah. Contoh: Nama Ivan terdapat pada
halaman 1210 dan dicetak tebal.
h. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga pemerintah
dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi
maupun di dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat. Contoh:
DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), SMA (Sekolah Menengah Atas), PT
(Perseroan Terbatas), dan lain-lain.
i. titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran,
timbangan, dan mata uang. Contoh: Cu (tembaga), 52 cm, l (liter),
Rp350,00, dan lain-lain.

10
j. titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau
kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Contoh: Latar Belakang
Pembentukan, Sistem Acara, Lihat Pula, dan lain-lain.

2. Tanda Koma (,)

a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau


pembilangan. Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi.
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan
melainkan. Contoh: Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.
c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya. Contoh: Kalau
hari hujan, saya tidak akan datang
d. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat. Contoh:
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
e. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara
kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh
karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi. Contoh: Oleh
karena itu, kamu harus datang.
f. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh,
kasihan, yang terdapat pada awal kalimat. Contoh: Wah, bukan main.
g. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat. Contoh: Kata adik, “Saya sedih sekali”.
h. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian
alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau
negeri yang ditulis berurutan. Contoh: Medan, 18 Juni 1984.
i. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka. Contoh: Lanin, Ivan, 1999. Cara
Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.
j. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Contoh:
Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990),
hlm. 22.
k. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga,
atau marga. Contoh: Rinto Jiang, S.E.
l. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah
dan sen yang dinyatakan dengan angka. Contoh: 33,5 m. Tanda koma
dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi. Contoh: pengurus Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai
sekali.

11
m. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan
yang terdapat pada awal kalimat. Contoh: Dalam pembinaan dan
pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
n. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru. Contoh: “Di mana Rex tinggal?” tanya
Stepheen.

3. Titik Koma (;)

a.Tanda koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang


sejenis dan setara.

Contoh: Malam makin larut; kami belum selesai juga.

b. titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam
suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.

Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur;


adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik
mendengarkan siaran pilihan pendengar.

4. Tanda Titik Dua (:)

a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerian. Contoh: Kita sekarang memerlukan perabotan
rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian. Contoh: Ketua : Borgo
c. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan. Contoh:Borgx :”Jangan lupa perbaiki halaman
bantuan Wikipedia!”

5. Tanda Hubung (-)

a. merahan. Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada


tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.

b. hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian


tanggal.Contoh: - p-e-n-g-u-r-u-s , - 8-4-1973.

c.Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-


bagianungkapan. Contoh : ber-evolusi dengan be-revolusi.

12
d. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya
yang dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -
an, (d) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama
jabatan rangkap.

Contoh: se-Indonesia, hadiah ke-2, dan tahun 50-an

e. hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur


bahasa asing. Contoh: di-charter, pen-tackle-an menyambung unsur-unsur kata
ulang. Contoh: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-

6.Tanda Pisah (–, —)

a. Tanda Pisah em (—) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang


memberikan penjelasan khusus di luar bangun kalimat. Contoh: Wikipedia
Indonesia—saya harapkan—akan menjadi Wikipedia terbesar.

b.Tanda pisah em (—) menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi lebih tegas. Contoh: Rangkaian penemuan ini—
evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah
konsepsi kita tentang alam semesta.

c.Tanda pisah en (–) dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti
sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti ‘ke’, atau ‘sampai’.
Contoh: 1919–1921, Medan–Jakarta, 10–13 Desember 1999

d.Tanda pisah en (–) tidak dipakai bersama perkataan dari dan antara, atau
bersama tanda kurang (−). Contoh: dari halaman 45 sampai 65, bukan dari
halaman 45–65

7. Tanda Elipsis (....)


Ada dua hal yang harus kita perhatikan mengenai pemakaian tanda Elipsis ini.
a.Tanda Elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus.
Contoh:Maksud Yuni memeluk gunung......Ya,apa daya tangan tak sampai.
b. Tanda Elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan.
Contoh: Sebab kecelakaan.....akan diteliti lebih lanjut.
8. Tanda Tanya (?)
Hal-hal yang perlu kita perhatikan mengenai pemakaian tanda tanya adalah sebagai
berikut.
a.Tanda tanya digunakan pada akhir kalimat Tanya.
Contoh:
- Kapan sonia pergi dari rumah?

13
-Siapakah nama anda?
9.Tanda Seru (!)
Tanda Seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang
kuat.
Contoh:
–pergi!
–jangan diulangi lagi!
–Merdeka!
–sapu halaman itu segera!
10.Tanda kurung ((....))
Hal-hal yang perlu kita perhatikan mengenai pemakaian tanda kurung adalah sebagai
berikut.
a.Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
Contoh:
—EYD(Ejaan Yang Disempurnakan) ialah ejaan yang resmi digunakan sekarang.
—Anak itu tidak memiliki KTP (Kartu tanda penduduk)
11. Tanda kurung Siku ([...])
a.Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf ,kata, atau kelompok kata sebagai atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.Tanda itu menyatakan
bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat didalam naskah awal.
Contoh:
—sang sapurba men[d]engar bunyi gemersik
—ia memberikan uang [kepada]anaknya.
12.Tanda petik Tunggal (‘....’)
Hal-hal yang perlu kita perhatikan mengenai pemakaian tanda petik tunggal adalah
sebagai berikut.
a.Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam sebagai
berikut.
Contoh:
—Tanya Basri,”kau dengar bunyi ‘kring-kring’tadi?”
b. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna,kata atau ungkapan bahasa daerah
atau bahasa asing.
Contoh:

14
—Feed-back ‘balikan
—try out ‘uji coba’
13.Tanda petik (“.....”)
Ada lima hal yang perlu kita perhatikan mengenai pemakaian tanda petik.
a.Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembacaan,naskah atau bahan tertulis lain .
CONTOH:
—“Saya belum siap”kata dia,“tunggu sebentar!”
—“Saya mau pergi sekolah,”kata kakak
14. Tanda garis miring (/)
Hal-hal yang perlu kita perhatikan mengenai pemakaian tanda garis miring adalah sebagai
berikut.
a.Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat,nomor pada alamat dan penandaan
masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun ajaran.
CONTOH:
— No .7/PK/1973
—Jalan Kramat III/10
b.Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau,tiap, dan ataupun.
CONTOH:
—Dikirimkan lewat darat/laut
—Harganya Rp.1.500,00/Lembar
VI
STRUKTUR DAN GAYA KALIMAT
A. Defenisi Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan maupun tulisan yang
mengungkapkan pikiran secara utuh. Dalam wujud lisan kalimat diungkapkan dengan suara
yang naik dan turun, lemah dan lembut, disela dengan jeda, dan diakhiri dengan intonasi.
Sedangkan dalam wujud tertulis kalimat diawali dengan huruf kapital dan di akhiri dengan
tanda titik, tanda tanya dan tanda seru.
Susilo (1990) mengemukakan lima ciri kalimat bahasa Indonesia. Kelima ciri tesebut
ialah: bermakna, bersistem urutan frase, dapat berdiri sendiri dalam hubungannya dengan
kalimat yang lain, berjeda dan berhenti dengan berakhirnya intonasi. Kelima ciri tersebut
ialah ciri umum sebuah kalimat. Kalimat yang memenuhi kelima ciri tersebut ialah kalimat

15
bahasa Indonesia, namun hal itu belum menjamin bahwa kalimat itu ialah kalimat bahasa
Indonesia baku.D
B. Struktur kalimat
Struktur kalimat adalah pola atau unsur untuk membentuk komponen kata menjadi
kalimat yang benar dan sesuai penulisan dalam bahasa Indonesia. Untuk penggunaan kalimat
efektif, ada 4 komponen struktur tetap, yaitu subjek, predikat, objek, dan keterangan, yang
mana lebih dikenal dengan singkatan SPOK.
Struktur kalimat yang baik dalam bahasa Indonesia sangat penting, agar ketika Anda
melafalkannya akan terdengar semakin bagus. Untuk itu diperlukan penyusunan struktur
kalimat berdasarkan aturan yang berlaku. Paling tidak struktur pada kalimat minimal terdapat
dua unsur, subjek dan predikat. Kemudian ditambah objek serta keterangan agar membuat
kalimat semakin sempurna. Berikut adalah penjelasan mengenai pembentukan struktur
kalimat yang terdiri dari 4 komponen, yaitu:

1. Subjek (Pelaku)
Subjek atau subyek adalah bagian klausa yang menandai apa yang dibicarakan
oleh pembicara. Bagian klausa yang lain selain subjek adalah predikat. Subjek
tidak selalu sama dengan pelaku atau aktor, terutama dalam kalimat pasif. Subjek
biasanya merupakan jawaban atas pertanyaan apa dan siapa. Atau subjek adalah
unsur yang berada di depan predikat dan biasanya berupa kata atau frasa benda.
Subjek dalam sebuah kalimat berfungsi sebagai pokok pembicaraan.
2. Predikat
Predikat adalah unsur yang menjelaskan sebuah subjek. Ciri khas predikat yaitu
menjelaskan pekerjaan yang dilakukan subjek dan biasanya berupa kata kerja baik
aktif maupun pasif. Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri dari predikat, agar lebih
mempertajam pemahaman pembaca:
a. Ciri-ciri predikat adalah umumnya posisinya dalam sebuah kalimat berada di
sebelah kanan subjek.
b. Ciri-ciri predikat adalah dapat digunakan untuk mengisyaratkan perlu tidaknya
kata lain di sebelah kanannya agar kalimat menjadi lebih lengkap.
c. Ciri-ciri predikat adalah keberadaannya dapat digunakan untuk menjelaskan
subjek sehingga kalimat menjadi bermakna.
3. Objek

16
Objek dapat diartikan sebagai hal, perkara, atau orang yang menjadi pokok
pembicaraan. Bisanya, objek terletak setelah predikat. Oleh karena itu, objek dapat di
katakan sebagai keterangan yang berkaitan dengan predikat atau sesuatu yang
mengalami.
4. Keterangan
Letak keterangan pada sebuah kalimat biasanya berada di bagian akhir. Unsur
keterangan biasanya di jadikan pelengkap kalimat. Keterangan bisa diisi oleh frasa,
kata, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa akan ditandai dengan preposisi
ke, di, dari, pada, dalam, kepada, terhadap, untuk, oleh, dan tentang. Sedangkan
keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan preposisi karena, ketika, jika,
meskipun, supaya, dan sehingga.
C. Gaya Kalimat
Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat diperinci menjadi pernyataan, perintah, dan
permintaan, serta seruan. Dalam bahasa lisan, intonasi yang khas menjelaskan kapan
kita berhadapan dengan salah satu jenis itu. Dalam bahasa tulisan, perbedaan
dijelaskan oleh bermacam-macam tanda baca.
1. Kalimat Pernyataan (kalimat deklaratif)
Pernyataan “menyatakan” sesuatu dengan lengkap pada waktu penutur ingin
menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya (intonasi menurun: tanda
titik), Misalnya, kami sudah dapat KIP kuliah.
2. Kalimat Pertanyaan (kalimat introgatif)
Pertanyaan “bertanya” atau “meminta”. Kalimat ini di pakai jika penutut ingin
memperoleh informasi atau reaksi (perbuatan, jawaban) yang diharapkanya
(intonasi meningkat, menurun; tanda tanya). Pertanyaan sering diawali oleh kata
tanya apa, kapan, bilamana, siapa, yang mana, bagaimana, dimana, mengapa,
berapa. Misalnya, kapan KIP kuliah Cair? Kenapa banyak yang bertanya? Kapan
diskusi ini berakhir?
3. Kalimat Perintah dan Permintaan (kalimat imperatih) Perintah “menyuruh” atau
“melarang” orang berbuat sesuatu (intonasi menurun: tanda titik atau tanda seru).
Pakailah, berikan aku sepotong, bergegaslah, dan sebagainya.

4. Kalimat Seruan (kalimat ekslamatif) Seruan “mengungkapkan” perasaan yang


kuat atau yang mendadak. Dalam karangan yang baik kalimat seruan jarang

17
dipakai (intonasi meningkat, menurun: tanda seru atau tanda titik). Kerjakan!
Cantiknya!

BAB VII
PARAGRAF
A. PENGERTIAN PARAGRAF (Alinea)
Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil
penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat
menjadi paragraph, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan
berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan(gagasan
tunggal).Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling
berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf
B. STRUKTUR PARAGRAF
Paragraf terdiri atas kalimat topik atau kalimat pokok dan kalimat penjelas atau
kalimat pendukung. Kalimat topik merupakan kalimat terpenting yang berisi ide
pokok alinea. Sedangkan kalimat penjelas atau kalimat pendukung berfungsi untuk
menjelaskan atau mendukung ide utama. Untuk mendapatkan paragraf yang baik
perlu diperhatikan hal-hal berikut :
1. Posisi Paragraf
Sebuah karangan dibangun oleh beberapa bab. Bab-bab suatu karangan yang
Mengandung kebulatan ide dibangun oleh beberapa anak bab. Anak bab
dibangun Oleh beberapa paragraf. Jadi, kedudukan paragraf dalam karangan
adalah sebagai Unsur pembangun anak bab, atau secara tidak langsung sebagai
pembangun karangan itu sendiri. Dapat dikatakan bahwa paragraf merupakan
satuan terkecil karangan, sebab di bawah paragraf tidak lagi satuan yang lebih
kecil yang mampu mengungkapkan gagasan secura utuh dan lengkap.
2. Batasan Paragraf
Pengertian paragraf ini ada beberapa pendapat, antara lain :
1. Kamus Besar Bahasa Indonesia : paragraf adalah bagian bab dalam
suatu
2. karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan
penulisannya dimulai dengan garis baru)

18
3. The Jiang Gie dan A. Didyamartaya : paragraf ialah satuan
pembagian lebih kecil di bawah sesuatu bab dalam buku. Paragraf
biasanya diberi angka Arab.
3. Kegunaan Paragraf
Paragraf bukan berkaitan dengan segi keindahan karangan itu, tetapi
pembagian
Per paragraf ini memiliki beberapa kegunaan, sebagai berikut:
1.Sebagai penampung fragmen ide pokok atau gagasan pokok
keseluruhan paragraph
2. Alat untuk memudahkan pernbaca memahami jalan pikiran
penulisnya Penanda bahwa pikiran baru dimulai,
3. Alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran secara
sistematis;
4. Dalam rangka keseluruhan karangan, paragraf dapat berguna bagi
pengantar, transisi, dan penutup.
4. Unsur-Unsur Paragraf
Ialah beberapa unsur yang pembangun paragraf, sehingga paragraf
tersebut tersusun secara logis dan sistematis. Unsur-unsur paragraf itu
ada empat macam,
Yaitu :
- transisi,
- kalimat topik,
- kalimat pengem-bang, dan
- kalimat penegas.
Keempat unsur ini tampil secara bersama-sama atau sebagian, oleh
karena itu, suatu paragraf atau topik paragraf mengandung dua unsur
wajib (katimat topik dan kalimat pengembang), tiga unsur, dan
mungkin empat unsur.
5. Struktur Paragraf
Mendapatkan banyaknya unsur dan urutan unsur yang pembangun
Paragraf, struktur paragraf dapat dikelompokkan menjadi delapan
kemungkinan,
Yaitu :

19
1. Paragraf terdiri atas transisi kalimat, kalimat topik, kalimat
pengembang, dan kalimat penegas.

 Paragraf terdiri atas transisi berupa kata, kalimat topik, kalimat


pengembang, dan kalimat penegas.
 Paragraf terdiri atas kalimat topik, kalimat pengembang, dan
kalimat pepenega.
 Paragraf terdiri atas transisi berupa kata, kalimat topik, dan
kalimat pengembang.
 Paragraf terdiri atas transisi berupa kalimat, kalimat topik,
kalimat pengembangan.
 Paragraf terdiri atas kalimat topik dan katimat
penpengembanga.
 Paragraf terdiri atas kalimat pengembang dan katimat topik.
(putri)

C. SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN PARAGRAF


1. Syarat-Syarat Paragraf
a) Kesatuan
Kesatuan paragraf ialah semua kalimat yang membangun paragraf secara
bersama-sama menyatakan suatu hal atau suatu tema tertenru. Kesatuan di sini
tidak boleh diartikan bahwa paragraf itu memuat satu hal saja.
b) Kepaduan
Kepaduan (koherensi) adalah kekompakan hubungan antara suatu kalimat dan
kalimat yang lain yang membentuk suatu paragraf kepaduan yang baik tetapi
apabila hubungan timbal balik antar kalimat yang membangun paragraf itu baik,
wajar, dan mudah dipahami. Kepaduan sebuah paragraf dibangun dengan
memperhatikan beberapa hal, seperti pengulangan kata kunci, penggunaan kata
ganti, penggunaan transisi, dan kesejajaran(paralelisme).
c) Kelengkapan

20
Ialah suatu paragraf yang berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk
menunjang kalimat topik. Paragraf yang hanya ada satu kalimat topik dikatakan
paragraf yang kurang lengkap. Apabila yang dikembangkan itu hanya diperlukan
dengan pengulangan-pengulangan adalah paragraf yang tidak lengkap

BAB VIII
BENTUK- BENTUK KARANGAN DAN TUJUANNYA)

A.Pengertian Karangan
Pada umumnya, karangan dipandang sebagai suatu perbuatan atau kegiatan
komunikatif antara penulis dan pembaca berdasarkan teks yang telah dihasilkan (Ahmadi,
1988). Begitu juga istilah karangan (komposisi) yang dikemukakan Ahmadi (1990) bahwa
karangan diartikan sebagai rangkaian kata-kata atau kalimat. Selain itu, karangan menurut
Gie (1995) memiliki pengertian karangan adalah hasil perwujudan gagasan seseorang dalam
bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca.
Widyamartaya (1990) mengatakan bahwa mengarang dapat dipahami sebagai
keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan
menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami dengan tepat seperti
yang dimaksud oleh pengarang.
Menurut Keraf (1994) pengertian karangan adalah bahasa tulis yang merupakan
rangkaian kata demi kata sehingga menjadi sebuah kalimat, paragraf, dan akhirnya menjadi
sebuah wacana yang dibaca dan dipahami.
Berdasarkan pengertian karangan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan karangan adalah hasil rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan
atau buah pikirannya melalui bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain
yang membacanya.

B.Bentuk-Bentuk Karangan dan Tujuannya


1) Karangan Deskripsi
Karangan deskripsi adalah suatu bentuk karya tulis yang menggambarkan atau
melukiskan suatu objek atau benda kepada para pembaca seolah-olah pembaca merasakan,
melihat atau mengalami sendiri topik di dalam tulisan.

21
Ciri-ciri karangan deskripsi:
a. Melukiskan suatu objek dengan sejelas-jelasnya kepada para pembaca.
b. Melibatkan observasi panca indera.
c. Metode penulisan menggunakan cara objektif, subjektif, atau kesan pribadi penulis
terhadap suatu objek.
Tujuan karangan deskripsi:
Agar orang yang membacanya dapat seolah olah melihat sendiri benda yang diceritakan
tersebut. Dalam paragraf deskripsi itu sendiri memakai pola yang subjektif namun hal ini jika
si penulis paragraf tersebut menambahkan opini atau kesan pada sebuah objek yang telah
sedang dijelaskan tersebut.

2) Karangan Narasi
Karangan narasi adalah suatu bentuk karya tulis yang berupa serangkaian peristiwa
baik fiksi maupun non fiksi yang disampaikan sesuai dengan urutan waktu yang sistematis
dan logis. Pada karangan narasi terdapat tahapan-tahapan peristiwa yang jelas, dimulai dari
perkenalan, timbul masalah, konflik, penyelesaian dan ending.
Ciri-ciri karangan narasi
a. Menyajikan suatu cerita yang berupa berita, peristiwa, pengalaman yang menarik
kepada pembaca.
b. Cerita-cerita tersebut disajikan dengan urutan kronologis yang jelas.
c. Ada konflik dan tokoh yang menjadi inti dari sebuah karangan.
d. Memiliki setting yang disampaikan dengan jelas.
e. Betujuan untuk menghibur pembaca dengan cerita-cerita yang disampaikan.

Tujuan karangan narasi:


a. Memberikan informasi untuk menambah pengetahuan
b. Memberikan wawasan kepada pembaca
c. Memberikan hiburan
d. Memberikan pengalaman estetis kepada pembaca

3) Karangan Eksposisi

22
Karangan eksposisi adalah sebuah karangan yang berisi tentang penjelasan-penjelasan
atau pemaparan mengenai suatu informasi kepada pembaca.
Ciri-ciri karangan eksposisi
a. Menyajikan atau menyampaikan sebuah informasi kepada pembacanya.
b. Informasi yang disajikan bersifat fakta atu benar-benar terjadi.
c. Bertujuan untuk menyakinkan pembaca.
d. Pengarang menghindari keterlibatan emosi dalam menyampaikan pendapatnya.

TUJUAN teks eksposisi untuk menjelaskan informasi tertentu agar bisa menambah ilmu
pengetahuan pembaca, sehingga dengan membaca teks eksposisi maka pembaca akan
mendapatkan pengetahuan secara rinci dari suatu hal atau kejadian.

4). Karangan argumentasi


adalah karangan yang berisi pendapat-pendapat tentang suatu topik yang ingin disampaikan
kepada pembaca. Pendapat yang dikemukakan dapat berupa alasan, contoh atau bukti yang
nyata. Karangan ini bertujukan untuk mempengaruhi pembaca agar memiliki pandangan atau
pemikiran yang sama dengan penulis.

ciri ciri karangan argumentasi


• Berisi kalimat yang meyakinkan pembaca tentang pendapat penulis
• Pendapat atau gagasan penulis dilengkapi dengan data, fakta, grafik, gambar, atau tabel
• Tidak memuat subjektivitas penulis
• Tidak memuat kalimat yang mengandung emosi penulis
• Memuat logika dan penalaran
• Terdiri atas 3 bagian utama yaitu pendahuluan, tubuh argumen (berisi argumen penulis),
dan kesimpulan

Tujuan Karangan Argumentasi:


• Untuk mengemukakan pendapatnya kepada orang lain.
• Untuk mempengaruhi orang lain sehingga gagasan dan pendapatnya diterima atau
dilakukan.
• Untuk mencari solusi atau pemecahan suatu permasalahan.
• Untuk mendiskusikan suatu permasalahan tanpa harus mencapai titik tertentu

23
5) Karangan Persuasi
Karangan persuasi adalah salah satu bentuk karya tulis yang berisi ajakan-ajakan
kepada para pembacanya untuk melakukan atau mempercayai suatu hal. Sama halnya dengan
karangan argumentasi, karangan persuasi juga dilengkapi dengan pendapat-pendapat penulis
yang disertai dengan pembuktian agar pembaca yakin dan mau mengikuti apa yang
disampaikan oleh penulis. Karena sifatnya yang berupa ajakan.

Ciri-ciri karangan persuasi


a. Karangan ini bersifat mengajak para pembacanya.
b. Biasanya banyak ditemukan kata-kata yang bersifat mengajak seperti “ayo”, “mari”,
dan “lakukanlah”.
c. Memiliki alasan-alasan yang kuat berupa data, fakta, dan lain-lain untuk meyakinkan
pembaca.
d. Karangan ini berusaha menghindari konflik agar pembaca tidak kehilangan
kepercayaan.
e. Karangan ini berusaha mendapatkan kesepakatan atau kepercayaaan antara penulis dan
pembaca.

Adapun tujuan dari paragraf persuasi adalah untuk membujuk atau mempengaruhi atau
meyakinkan pembacanya agar mempercayai dan melakukan apa yang penulis sampaikan di
dalam paragraf.
Untuk mencapai tujuan ini, paragraf persuasi harus disertai dengan bukti dan
data-data pendukung yang kuat.

BAB IX
KETERAMPILAN BERBICARA

A.Hakikat Berbicara

Dalam mengungkapakan definisi berbicara, para ahli banyak menggunakan sudut pandang
yang berbeda. Beberapa pandangan-pandangan ahli tersebut antara lain :
a.Suhendar (1992)

24
Berbicara adalah proses perubahan wujud pikiran/perasaan menjadi wujud ujaran. Ujaran
yang dimaksud adalah bunyi-bunyi bahasa yang bermakna.
b.Depdikbud (1985)
Berbicara diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang
lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang
lain.
c.Tarigan (1983)
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
d.Tompkins (2006)
Berbicara merupakan bentuk bahasa ekspresif yang utama.
f.Brown dan Yule (2007)
Berbicara diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk
mengekspresikan atau menyampaikan pikiran, gagsan atau perasaan secara lisan.
Jadi berbicara adalah suatu penyampaian wujud pikiran (maksud) yang berupa ide, gagasan,
dan isi hati menjadi wujud ujaran atau bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami
oleh orang lain. Hakikat berbicara menyangkut beberapa hal , yaitu :

1.Berbicara merupakan ekspresi diri


Kepribadian seseorang dapat dilihat dari pembicaraannya. Berbicara merupakan ekspresi diri.
Dengan berbicara seseorang dapat menyatakan kepribadian dan pikirannya.

2.Berbicara merupakan kemampuan mental motoric


Berbicara tidak hanya melibatkan kerja sama alat-alat ucap secara harmonis untuk
menghasilkan untuk menghasilkan bunyi bahasa. Akan tetapi, berbicara juga melibatkan
aspek mental. Bagaimana bunyi bahasa dikaitkan dengan gagasan yang dimaksud pembicara
merupakan suatu keterampilan tersendiri. Kemampuan mengaitkan gagasan dengan bunyi-
bunyi bahasa (kata dan kalimat) secara tepat merupakan kemampuan yang mendukung
keberhasilan.

3.Berbicara terjadi dalam konteks ruang dan waktu


Berbicara harus memperhatikan ruang dan waktu. Tempat dan waktu terjadinya pembicaraan
mempunyai efek makna pembicaraan.

25
4.Berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif
Produk yang dihasilkan oleh seorang pembicara berupa ide, gagasan, atau buah pikiran.
Keterampilan berbicara sebagai keterampilan berbahasa adalah kemampuan mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, mengatakan serta
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan (Tarigan, 1983:14). Pendengar menerima
informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian. Jika komunikasi
berlangsung secara tatap muka ditambah lagi dengan gerak tangan dan air muka (mimik)
pembicara. Dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat
didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot tubuh
manusia demi maksud dan tujuan gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Berbicara
merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis,
neurologis,semantik, dan linguistik.
Sejalan dengan pendapat di atas, Djago Tarigan (1990:149) menyatakan bahwa berbicara
adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Kaitan antara pesan dan
bahasa lisan sebagai media penyampaian sangat berat. Pesan yang diterima oleh pendengar
tidaklah dalam wujud asli, tetapi dalam bentuk lain yakni bunyi bahasa. Pendengar kemudian
mencoba mengalihkan pesan dalam bentuk bunyi bahasa itu menjadi bentuk semula.
Arsjad dan Mukti U.S. (1993: 23) mengemukakan pula bahwa kemampuan berbicara adalah
kemampuan mengucapkan kalimat-kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan,
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa berbicara itu lebih daripada sekadar mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata saja,
melainkan suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak.

B.Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa


Keterampilan berbicara merupakan suatu keterampilan menyampaikan pesan secara lisan
kepada orang lain. Penggunaan bahasa secara lisan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
secara praktis langsung bisa kita simak: (a) pelafalan; (b) intonasi; (c) pilihan kata; (d)
struktur kata dan kalimat; (e) sistematika pembicaraan; (f) isi pembicaraan; (g) cara memulai
dan mengakhiri pembicaraan; dan (h) penampilan.
Segi pelafalan amat erat kaitannya dengan kemampuan fonologi, segi intonasi bersinggungan
dengan sisi sintaksis, segi pilihan kata berkaitan dengan sisi semantik bahasa, sisi struktur
kata berhubungan dengan linguistik dan sintaksis. Dari segi sistematika dan isi pembicaraan
berkaitan dengan kompetensi wacana. Keterampilan berbicara juga berkaitan dengan

26
keterampilan analisis. Kesalahan hal tersebut sering membuat kita melakukan kesalahan
pelafalan, intonasi, pilihan kata, struktur kata, dan kalimat.

Menurut Tarigan (1983:15) tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat
menyampaikan pikiran secara efektif, maka sebaiknya sang pembicara memahami makna
segala sesuatu yang ingin dikombinasikan, dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasi
terhadap pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala
sesuatu situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan. Menurut Djago, dkk
(1997:37) tujuan pembicaraan biasanya dapat dibedakan atas lima golongan yaitu (1)
menghibur, (2) menginformasikan, (3) menstimulasi, (4) meyakinkan, dan 5) menggerakkan.
Pentingnya keterampilan berbicara atau bercerita dalam komunikasi juga diungkapkan oleh
Supriyadi (2005:178) bahwa apabila seseorang memiliki keterampilan berbicara yang baik,
dia akan memperoleh keuntungan sosial maupun profesional. Keuntungan sosial berkaitan
dengan kegiatan interaksi sosial antarindividu. Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh
sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat pertanyaa-pertanyaan, menyampaikan fakta-
fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan
tersebut memudahkan peserta didik berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan
kepada orang lain.

1.Korelasi Keterampilan Berbicara dengan Menyimak


Kegiatan berbicara dan menyimak merupakan dua kegiatan yang secara praktis berbeda,
namun saling terkait erat dan tak terpisahkan. Kegiatan menyimak didahului oleh kegiatan
berbicara sehingga kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi
komunikasi lisan. Di sisi lain kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi. Orang
berbicara membutuhkan orang yang menyimak. Begitu juga sebaliknya, orang bisa
menyimak ada orang yang berbicara. Melalui kegiatan menyimak kita mengenal ucapan kata,
struktur kata, dan struktur kalimat, dan bahkan logika seseorang.

2.Korelasi Keterampilan Berbicara dengan Membaca


Keterampilan berbicara dan membaca berbeda dalam sifat, sarana, dan fungsi. Kegiatan
berbicara bersifat produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisan dan berfungsi sebagai
penyebar informasi, sedangkan kegiatan membaca bersifat reseptif melalui sarana bahasa
tulis dan berfungsi sebagai penerima informasi.

27
Namun, kita Mendeskripsikan bila mayoritas bahan pembicaraan sebagian besar diperoleh
melalui kegiatan membaca. Semakin banyak membaca semakin banyak informasi yang
diperoleh seseorang hingga akhirnya bisa menjadi bekal utama bagi yang bersangkutan untuk
mengekspresikan kembali informasi yang diperolehnya antara lain melalui berbicara.
3.Korelasi Keterampilan Berbicara dengan Menulis
Kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis bersifat aktif produktif-ekspresif. Kedua
kegiatan itu berfungsi sebagai penyampai informasi, pikiran-gagasan, maupun konsep/ide.
Keduanya hanya berbeda dalam media yang digunakan. Penyampaian informasi melalui
kegiatan berbicara disalurkan melalui bahasa lisan, sedangkan penyampaian informasi dalam
kegiatan menulis disalurkan melalui bahasa tulis.
Sebagaimana kita ketahui, informasi yang digunakan dalam berbicara dan menulis diperoleh
melalui kegiatan menyimak ataupun membaca. Dalam praktiknya, kedua keterampilan
tersebut tetap mengindahkan kaidah berbahasa. Kesalahan atau keteledoran dalam
menerapkan kaidah berbahasa kadang bisa berakibat fatal. Wakil putri Indonesia dalam
pemilihan Miss Universe gagal ke babak berikutnya karena kesalahannya dalam penggunaan
bahasa lisannya. Banyak contoh lain yang dapat kita lihat dalam konteks masyarakat kita,
baik melalui media maupun tatap muka.

C.Prinsip-prinsip Berbicara
Prinsip-prinsip umum berbicara yang di kemukakan Brooks dalam Tarigan (1981:15-16):
 Dibutuhkan paling sedikit dua orang.
 Menggunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama.
 Menerima atau mempengaruhi suatu referensi umum.
 Merupakan suatu pertukaran antar partisipan.
 Menghubungkan setiap pembicaraan dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya
dengan segera.
 Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini.

BAB X
MEMBACA DAN MENULIS
A.Pengertian membaca
Membaca kritis merupakan kegiatan membaca untuk mendapatkan informasi yang relevan
dan diperlukan untuk tulisan yang akan dikembangkan (Rahardi, 2010).Ragam Membaca

28
Kritis Ada berbagai ragam membaca kritis bergantung pada jenis informasi seperti apa yang
kita inginkan, yaitu (Badudu, 1981):
1.Membaca cepat atau sekilas untuk membaca topik
Membaca cepat bertujuan untuk mengetahui informasi secara umum yang dibicarakan
dalam tulisan. Dalam hal ini, perlu memfokuskan perhatian pada bagian-bagian
tertentu. Kita bisa membaca tulisan dengan cepat/secara sekilas dari awal sampai
akhir. Dari kegiatan membaca cepat ini, kita mendapat ide tentang topik tulisan yang
kita baca.
2.Membaca cepat untuk informasi khusus
Membaca cepat juga bisa dilakukan jika kita menginginkan informasi khusus dari
sebuah tulisan. Perhatian kita hanya tertuju pada bagian-bagian yang kita inginkan.
Bagian-bagian yang mengandung informasi yang tidak dinginkan tidak mendapat
perhatian dari kita.
3.Membaca Teliti untuk Informasi Rinci
Ketika ingin mendapatkan informasi rinci tentang suatu hal dalam, kegiatan membaca
difokuskan pada bagian yang mengandung informasi yang kita ketahui secara rinci.
Saat kita sampai pada bagian tersebut, kita membacanya dengan teliti sampai kita
benar-benar memahami informasi yang kita dapatkan. Bagian-bagian lain yang tidak
kita perlukan tidak perlu dibaca lebih lanjut.
Berikut adalah beberapa hal yang mungkin perlu diperhatikan dalam membaca tulisan
atau artikel ilmiah (Rahardi, 2010).

a. tesis atau pernyataan masalah


Tulisan atau artikel ilmiah biasanya mempunyai tesis atau pernyataan umum
tentang masalah yang dibahas. Sebuah tesis biasanya diungkapkan dengan
sebuah kalimat dan menilai apakah penulisannya berhasil atau tidak dalam
membahas atau memecahkan masalah yang diajukan.

b. Meringkas butir-butir penting setiap artikel


Meringkas butir-butir penting setiap artikel yang kita baca perlu dilakukan
karena ringkasan itu bisa dikembangkan untuk mendukung pernyataan yang
kita buat. Dengan adanya ringkasan, kita juga tidak perlu lagi membaca artikel

29
secara keseluruhan kalau kita memerlukan informasi dari artikel yang
bersangkutan.

c. Memahami konsep-konsep penting ( pandangan ahli, hasil penelitian,dan


teori)
Memahami konsep-konsep penting dari tulisan ilmiah perlu dilakukan untuk
mendukung tesis atau pernyataan umum tulisan. Dengan memahami konsep-
konsep penting dari sebuah tulisan ilmiah, kita juga dapat lebih memahami
konsep-konsep yang akan kita kembangkan dalam tulisan.

d. Menentukan bagian yang akan dikutip


Mengutip pendapat orang lain merupakan kegiatan yang sering kita lakukan
dalam menulis. Dalam mengutip bagian dari sebuah tulisan ilmiah juga perlu
memperhatikan relevansi bagian tersebut dengan tulisan kita.
e. Menentukan implikasi dari bagian/sumber yang di kutip

Dalam mengutip bagian dari sebuah artikel perlu menyadari implikasinya,


apakah kutipan itu mendukung gagasan yang akan kita kembangkan dalam
tulisan atau sebaliknya.

f. Menentukan posisi penulis sebagai pengutip


Dalam mengutip pernyataan yang ada sebuah artikel, perlu secara jelas
meletakkan posisi kita. Apakah kita bersikap netral, menyetujui atau tidak
menyetujui pernyataan yang kita kutip.
B. Menulis
Menulis adalah kegiatan menyusun serta merangkaikan kalimat agar pesan, informasi,
serta maksud yang terkandung dalam pikiran, gagasan, dan pendapat penulis dapat
disampaikan dengan baik. Untuk itu satu kalimat harus disusun sesuai dengan kaidah
gramatika, sehingga mampu mendukung pengertian baik dalam taraf significance
maupun dalam taraf value. Sebagai proses kreatif yang berlangsung secara kognitif,
penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan tulisan ilmiah, sekurang-kurangnya
memuat 3 tahap, yaitu :

a.Tahap persiapan (pra-penulisan)

30
Tahap persiapan adalah ketika seseorang merencanakan, mengumpulkan dan mencari
informasi, merumuskan masalah, menentukan arah dan fokus tulisan, mengolah
informasi, menarik tafsiran dan inferensi terhadap realitas yang dihadapinya, berdiskusi,
membaca, mengamati dan lain-lain yang akan memperkaya masukan kognitifnya yang
akan diproses pada tahap selanjutnya.

b.Tahap inkubasi
Tahap ketika seseorang memproses informasi yang telah dimilikinya, sehingga
mengantarkannya pada kemampuan untuk menyelesaikan masalah.

c.Tahap iluminasi
Tahap ketika datangnya inspirasi, yaitu gagasan yang muncul secara tiba-tiba dan
dilakukan tahap verifikasi atau evaluasi yaitu apa yang dituliskan sebagai hasil dari tahap
iluminasi diperiksa kembali, diseleksi dan disusun sesuai dengan fokus laporan atau
tulisan yang diinginkan.

BAB XII
MENULIS
A.Pengertian Menulis
Menulis merupakan kegiatan untuk membuat suatu catatan atau informasi pada suatu
media dengan menggunakan aksara. Pada awalnya menulis dilakukan dengan gambar, seperti
contoh tulisan Hieroglif pada zaman Mesir Kuno. Tulisan dengan aksara muncul sekitar 5000
tahun yang lalu, dimana banyak orang dari Sumeria (Irak) menciptakan tanda tanda di tanah
liat yang mewakili kata kata.
a.KBBI
Menulis adalah mengungkapkan gagasan, opini, dan ide dalam rangkaian kalimat. Selain
itu, menulis juga membuat huruf dengan pena atau pensil, menyampaikan pikiran atau
pandangan, mengarang cerita dan menggambarkannya.
b.Hargrove dan Pottet
Menulis adalah upaya menggambarkan pikiran, ide, dan perasaan dalam bentuk simbol.
Maksudnya adalah simbol sistem bahasa tulisan yang digadang – gadang sebagai media
sarana komunikasi.

31
Menurut Hargrove dan Pottet, menulis tidak sekadar susunan kata tetapi juga bentuk relief,
prasasti, dan banyak macamnya pada zaman dahulu sehingga akhirnya berbentuk tulisan.
c.Tarigan
Menulis adalah suatu kegiatan menuangkan ide atau gagasan dengan menggunakan bahasa
tulisan sebagai media penyampaiannya. Ia juga mendefinisikan menulis sebagai membuat
lambang – lambang grafis yang sudah banyak diketahui masyarakat umum berbentuk tulisan.
Menulis merupakan proses menuangkan kreativitas atau gagasan mendalam bentuk tulisan,
yang bisa juga mengungkapkan pikiran, ide, pendapat, perasaan, dan keinginan si penulis.
Keterampilan menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan
kepada pihak lain dengan bahasa tulis. Suparno dan Yunus (2008) menyatakan bahwa
menulis merupakan kegiatan menyampaikan pesan dengan menggunakan alat tulis setidaknya
dengan 4 unsur yaitu:
 Penulis sebagai penyampai pesan
 Isi tulisan atau pesan
 Saluran atau medianya berupa tulisan
 Pembaca sebagai penerima pesan
Gie (2002) mengungkapkan bahwa keterampilan adalah keterampilan dalam pembuatan
huruf, angka, nama suatu tanda bahasa apapun dengan suatu halaman tertentu.
B.Tujuan dan Fungsi Menulis
Ada empat tujuan utama yang dari menulis:
1.Memberikan Informasi
Informasi adalah sekumpulan data atau fakta yang telah diolah sedemikian rupa, sehingga
menghasilkan sesuatu yang bisa dipahami dan memberikan manfaat bagi pembacanya.
2.Membujuk
Membujuk adalah usaha untuk menyakinkan seseorang bahwa yang dikatakannya benar
dengan kata – kata manis, merayu dan memikat hati. Menulis bertujuan membujuk para
pembaca untuk menentukan sikap, mendukung dan menyetujui gagasan, ide atau pendapat
yang dituangkan oleh penulis.
3.Mendidik
Mendidik adalah salah satu tujuan dari komunikasi melalui tulisan. Informasi atau data
yang disampaikan melalui tulisan akan memberikan wawasan dan pengetahuan baru bagi
para pembacanya. Bahkan tulisan juga membantu mengasah dan menambah tingkat

32
kecerdasan seseorang. Pada akhirnya tulisan bisa mengubah dan ikut menentukan perilaku
seseorang.

4.Menghibur
Menghibur adalah fungsi dan tujuan dalam komunikasi melalui tulisan.
Fungsi utama dari menulis adalah sebagai alat komunikasi tidak langsung antara penulis
dan pembacanya. Menurut D’angelo dalam Tarigan (1986:22), menulis sangat penting di
bidang pendidikan untuk memudahkan siswa berfikir secara kritis. Selain itu, menulis juga
memudahkan seseorang untuk merasakan , menikmati, memperdalam daya tanggap atau
persepsi untuk memecahkan masalah masalah yang sedang dihadapi.

C.Teknik dalam Menulis


Beberapa teknik menulis yang baik yaitu:
a.Jenis Tulisan
Dalam menulis, yang terlebih dahulu adalah jenis tulisan yang akan dibuat. Apakah
tulisan opini, fakta atau berupa hiburan saja. Apakah jenis tulisannya hanya dikhususkan
untuk dewasa atau umum?
b.Pertimbangan pembaca
Usahakan untuk mencari tulisan yang masih segar atau terbaru dan belum pernah
dibaca.
c.Tentukan tema dan ide tulisan
Tema adalah pokok pikiran yang menjadi landasan dari tulisan yang akan dibuat,
sedangkan ide adalah materi yang akan dibahas secara mendalam dalam tulisan.
d.Pengembangan ide
Dalam bagian ini, keterampilan berbahasa sangatlah diperlukan, karena untuk
membuat tulisan yang baik, ide harus dikembangkan dengan kata kata yang dapat
dimengerti oleh pembaca.
e.Gaya tulisan
Setiap penulis mempunyai gaya masing masing dalam menulis. Hal ini merupakan tanda
pengenal seorang penulis kepada pembaca.

f.Ejaan yang disesuaikan

33
Tulisan yang baik harus bisa dimengerti oleh pembaca, baik dari susunan kata,
penggunaan tanda baca, imbuhan dan awalan, serta kalimat yang baku.
g.Melakukan penyuntingan
Dalam tulisan, hal terpenting adalah mengoreksi dan mengeditnya. Hal ini dibutuhkan
untuk menghindari adanya ejaan atau kata yang salah, kalimat yang ambigu, dan makna
tulisan yang bergeser.

BAB XIII
PENULISAN KARYA ILMIAH

A.PENGERTIAN KARYA TULIS ILMIAH


Karya tulis ilmiah, merupakan gabungan dari tiga suku kata. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, karya, dapat diartikan sebagai hasil sebuah usaha, upaya, perbuatan atau ciptaan,
sedangkan tulis, atau menulis memiliki arti segala kegiatan yang terkait dengan huruf, angka,
pena, atau media tulis yang lain.
Penulisan karya tulis ilmiah, menggunakan kata yang tidak ambigu, atau memiliki makna
ganda, maka diperlukan penggunaan gaya bahasa yang lugas, eksplisit, menggunakan variasi
istilah ilmiah yang sesuai dengan aturan pedoman umum ejaan bahasa Indonesia.
Pengertian karya tulis ilmiah menurut para ahli berikut ini :
a.Eko Susilo, M.
Menurut Eko Susilo, M., Karya tulis ilmiah adalah artikel yang diperoleh sesuai dengan
sifat ilmiah dan didasarkan pada observasi, evaluasi, penelitian dalam bidang tertentu,
disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan bahasa bersantun dan
isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/keilmiahannya.
b.Dwiloka dan Riana
Menurut Dwiloka dan Riana, Karya ilmiah atau artikel ilmiah adalah karya seorang
ilmuwan (dalam bentuk pembangunan) yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni yang diperoleh melalui literatur, koleksi pengalaman, penelitian.

B.Fungsi Karya Tulis Ilmiah


 Fungsi Untuk Pendidikan

34
Pada saat penulis berada di bangku sekolah menengah atas, penulis pernah mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler, karya ilmiah remaja, dari sini penulis belajar banyak tentang
dasar penulisan, mengajak penulisnya, untuk berpikir kritis, menuliskan pemikiran
atau hasil percobaan ilmiah, kemudian mempertanggungjawabkan hasilnya.

 Fungsi Untuk Penelitian


Pada setiap masa, ilmu pengetahuan semakin berkembang, sesuai dengan
pertumbuhan sosial masyarakat. Dari sini, karya tulis ilmiah dimanfaatkan untuk
mengembangkan penelitian seseorang, dengan menghadirkan pengetahuan-
pengetahuan baru, setelah memperoleh data-data yang akurat, diolah, disimpulkan,
kemudian diterapkan dalam kehidupan.
 Fungsi Fungsional
Karya tulis ilmiah ditulis oleh penulis dari berbagai disiplin ilmu. Penjelasan arti
fungsi fungsional berarti, karya tulis ilmiah dapat menjadi media pengembangan
pengetahuan sebagai bahan tinjauan pustaka, untuk kebutuhan dari berbagai disiplin
ilmu.

C. Manfaat Karya Tulis Karya Tulis Ilmiah


1. Dapat melatih pengembangan keterampilan membaca yang efektif.
Bagi penulis, menyusun karya tulis ilmiah membutuhkan sebuah keterampilan tertentu, agar
karya tulis ilmiah ini dapat dibaca dengan nyaman, dimengerti, dan dipahami oleh
pembacanya.
2.Sebagai pengenalan terhadap aktivitas kepustakaan
Sebuah karya tulis ilmiah, sarat akan sumber dan narasumber. Sumber penyusunan karya tulis
ilmiah, didapat dari teori-teori para ahli yang dibukukan, atau tertuang dalam jurnal ilmiah
yang dapat diakses melalui media internet. Sumber-sumber ini disebut sebagai sumber
pustaka.

3.Mendapatkan kepuasan intelektual


Setiap penulis karya tulis ilmiah, membuat karya tulis ilmiah bukan hanya sekedar menulis.
Proses membuat karya tulis ilmiah melibatkan intelektualitas penulis. Seluruh kemampuan
kecerdasan penulis dilibatkan disini.

35
4.Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan
Semakin berkualitas suatu karya tulis ilmiah, dilihat dari isi, tujuan dan orisinalitas. Hal ini
merupakan cerminan dari luasnya cakrawala ilmu pengetahuan penulisnya. Suatu karya tulis
ilmiah juga mewakili struktur pemikiran dari penulisnya.
5.Sebagai bahan acuan atau penelitian pendahuluan untuk peneliti selanjutnya
Karya tulis ilmiah satu dengan yang lain, pasti saling memengaruhi. Terbitnya karya tulis
ilmiah saat ini, sedikit banyak akan dipengaruhi oleh karya tulis ilmiah sebelumnya. Karya
tulis ilmiah sebelumnya, pasti juga dipengaruhi oleh karya tulis ilmiah terdahulu.
6.Sebagai peningkatan perorganisasian fakta dan data secara sistematis
Dari asal katanya sendiri, karya tulis ilmiah mengisyaratkan suatu hasil karya yang bersifat
ilmiah, disertai dengan penelitian-penelitian dan percobaan-percobaan, penyajian data yang
nyata, kemudian diolah menjadi sebuah kesimpulan dengan sistematika yang jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan. Fakta yang terungkap berasal dari sumber yang jelas, dengan data
penelitian yang shahih, serta bukan hasil plagiasi.
7.Dapat melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber
Seorang peneliti tidak dapat berdiri sendiri pada saat melakukan penelitian, hingga menyusun
karya tulis ilmiah sebagai laporan. Peneliti yang melakukan penelitian, memerlukan sumber
pustaka sebagai landasan teori pada saat melakukan penelitian.

D. Jenis-Jenis Karya Tulis Ilmiah


1. Artikel
Artikel adalah sebuah karya tulis yang isinya berupa gagasan atau fakta yang dapat
membujuk, meyakinkan, mendidik, serta menghibur pembacanya.
3. Makalah
Makalah adalah jenis karya tulis yang bersifat ilmiah. Biasanya, makalah ditulis untuk
keperluan terkait dengan pendidikan.
4. Skripsi
Menurut Wikipedia, Skripsi adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk
mengilustrasikan suatu karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian yang
membahas fenomena atau permasalahan tertentu
5. Work paper

36
Work paper atau jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah kertas kerja,
merupakan jenis karya tulis ilmiah yang hampir mirip dengan makalah, tetapi
analisisnya lebih mendalam.
6. Paper
Paper adalah jenis karya tulis ilmiah yang ditulis berdasar data, serta argumen yang
tingkat kevalidannya kuat. Paper juga biasa disebut sebagai ringkasan dari penelitian
yang telah dibuat.
7. Tesis
Tesis menganalisis topic dengan lebih kompleks, sehingga esensi ilmiahnya lebih
kuat dan lebih kompleks jika dibanding dengan skripsi.
8. Disertasi
Setingkat lebih tinggi dari tesis, ada yang biasa disebut dengan disertasi.

37

Anda mungkin juga menyukai