Anda di halaman 1dari 29

UAS BAHASA INDONESIA

Dosen : Dr. H. Abd. Rahim, S.E, M. Pd


.

Disusun oleh :
Al Fitrah Salsabilla (220402502003)

PRODI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022/2023
A. KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA
Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi negara. Dalam
kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai sarana pemersatu
berbagai suku bangsa dan sebagai sarana komunikasi antardaerah dan antarbudaya daerah.
Sementara itu, dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi negara, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar pendidikan, bahasa komunikasi tingkat
nasional, bahasa media massa, serta bahasa pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Dengan kedudukan seperti itu, bahasa Indonesia memiliki peran yang sangat
penting dan strategis dalam memfasilitasi proses kemajuan bangsa Indonesia.

a) Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional

Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak
dicetusnya sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Kedudukan ini dimungkinkan oleh
kenyataan bahwa bahasa melayu yang mendasari bahasa Indonesia. Didalam kedudukan sebagai
bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai berikut.
1) Bahasa Indonesia sebagai Lambang Kebanggaan Nasional Bahasa Indonesia selaku lambang
kebanggaan nasional memiliki nilai-nilai budaya luhur dan sosial. Nilai-nilai ini pula yang
dijadikan cermin bangsa, sehingga semestinya warga Indonesia bersedia menjunjung tinggi dan
mempertahankannya. Dalam hal ini, pemakaian bahasa Indonesia di berbagai lingkungan dan
keinginan mempelajarinya menjadi langkah-langkah yang dapat dilakukan.
2) Bahasa Indonesia sebagai Lambang Identitas Nasional Menggunakan bahasa Indonesia baik dalam
bentuk lisan maupun tulisan dapat dijadikan sebagai identitas. Terutama saat Anda sedang berada
di negara lain. Selain itu, pemakaian bahasa Indonesia yang tepat secara tak langsung akan
memperlihatkan watak, karakter, dan kepribadian warga Indonesia di mata bangsa asing.
3) Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Persatuan Sejarah bahasa Indonesia memang cukup panjang dan
dalam salah satu fase, bahasa ini digunakan sebagai pemersatu bangsa. Bahkan fungsi ini masih
dijalankan sampai sekarang mengingat Indonesia dikenal sebagai salah satu negara multikultural.
Mempelajari atau mengajarkan bahasa Indonesia akan menghapus jarak maupun kesenjangan antar
suku maupun strata sosial di Indonesia.
4) Bahasa Indonesia sebagai Alat Penghubung Antarbudaya Masih berkaitan dengan poin
sebelumnya, bahasa Indonesia mampu meleburkan perbedaan di berbagai daerah. Bahasa
Indonesia memudahkan banyak persatuan untuk dikomunikasikan, antahlah itu dari sektor warga
di pedesaan hingga yang tertinggi di pemerintahan. Selain itu, pertumbuhan komunikasi akan
menunjang peningkatan wawasan dan pengetahuan.

b) Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara

Didalam Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan


kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini, 6
bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat
maupun daerah. Sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam UUD 1945 Bab XV pasal 36
dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai berikut.
1) Sebagai Bahasa Resmi Kenegaraan Fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia sudah tertuang dalam
naskah proklamasi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Setelah pembacaan proklamasi, secara otomatis bahasa Indonesia wajib digunakan dalam sejumlah
aspek seperti upacara hingga acara penting. Tak hanya itu, kegiatan negara seperti bicara dan
penulisan surat penting juga dilakukan dengan bahasa Indonesia.
2) Sebagai Alat Pengantar Didunia Pendidikan Tak banyak yang menyadari kalau pemakaian Bahasa
Indonesia disekolah termasuk dalam kedudukan berdasarkan bahasa kenegaraan. Penggunaannya
diterapkan dari mulai taman kanak-kanak hingga SMA. Hal ini juga mencakup Bahasa pengantar
yang dipakai para guru dan buku-buku cetak yang digunakan sebagai bahan belajarmengajar.
3) Sebagai Alat Penghubung Ditingkat Nasional Pemahaman bahasa di Indonesia ditingkat tertinggi
sangat krusial, sebab bahasa ini digunakan sebagai alat penghubung .sebut saja untuk tata cara
perencanaan hingga pelaksanaan pembangunan nasional. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
penyeragaman pada sistem informasi dan media komunikasi permainan kata-kata harus dilakukan
secara secara menyeluruh.
4) Sebagai Alat Pengembangan Kebudayaan dan Teknologi Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
adalah hal penting yang harus terus dikembangkan dan disampaikan. Dalam hal ini, bahasa jelas
menjadi alat krusial yang akan membantu menjelaskan ilmu pengetahuan. Maka media-media
cetak seperti buku, majalah, Al-Qur’an hingga audio maupun video harus menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.

c) Kedudukan Bahasa Daerah dan Bahasa Asing di Indonesia

Bahasa daerah adalah suatu bahasa yang secara tradisional dituturkan disuatu wilayah yang
secara numerik membentuk kelompok yang kecil dari populasi lainnya dan berbeda dari bahasa
resmi dari Negara tersebut. Bangsa Indonesia memiliki beragam etnis yang memiliki bahasa
masing-masing. Bahasa tersebut hanya menggali penggunaan dalam berkomunikasi sesama suku.
Bahasa daerah merupakan sebagai pendukung bahasa Indonesia yang ada, diakui Negara yang
tercantum dalam UUD 1945 pasal 32 ayat 2 dan sesuai kongres bahasa Indonesia II tahun 1954. Di
dalam dunia pendidikan tingkat sekolah dasar, bahasa daerah boleh dipakai sebagai bahasa
pengantar selama tiga tahun atau kelas tiga. Bahasa asing adalah bahasa negara lain. Bahasa asing
tidak di gunakan dalam interaksi sosial dalam suatu negara tetapi hanya digunakan untuk warga
negara lain. Meskipun jarang digunakan, namun kenyataannya bahasa asing tetap diajarkan dalam
dunia pendidikan tingkat tertentu. Bahasa asing juga digunakan sebagai bahasa penghubung
sebuah antarbangsa untuk pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.

B. EJAAN PEMAKAIAN HURUF


Secara umum, orang menganggap bahwa ejaan berhubungan dengan melisankan bahasa. Hal
itu terjadi karena orang terikat pada kata atau nama itu. Di dalam bahasa, sebetulnya ejaan
berhubungan dengan ragam bahasa tulis. Ejaan adalah cara menulis bahasa (kata atau kalimat)
dengan menggunakan huruf dan tanda baca.

a) Pemakaian huruf abjad

Abjad yang digunakan dalam


Huruf ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26
Nama huruf berikut. Pengucapan huruf
Kapital Nonkapital
disertakan disebelahnya.
A a a
B b be
C c ce
D d de
E e e
F f ef
G g ge
H h ha
I i i
J j je
K k ka
L l el
M m em
N n en
O o o b) Pemakaian huruf vokal
P p pe
Q q ki Huruf yang melambangkan
R r er vokal dalam bahasa Indonesia terdiri
S s es
T t te
U u u
V v ve
W w we
X x eks
Y y ye
Z z zet
atas huruf a, e, i, o,dan u. Berikut huruf vokal dalam bahasa Indonesia yang disertai dengan
penggunaanya dalam kata.
Misal Pemakaian dalam Kata
Huruf Vokal Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
A api padi lusa

E enak petak sore

I itu simpan tipe


c) O oleh kota murni
Pemakaian U ulang bumi ibu
Huruf
konsonan

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o,dan u.
Berikut huruf vokal dalam bahasa Indonesia yang disertai dengan penggunaanya dalam kata.
Huruf Misal Pemakaian dalam Kata
Konsonan Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
B bahasa sebut adab
C cakap kaca -
D dua ada abad
F fakir kafan maaf
G guna tiga gudeg
H hari saham tuah
J jalan manja mikraj
K kaki paksa politik
L lekas alas akal
M maka kami diam
N nama tanah daun
P perah apa siap
q* qariah iqra -
R riah bara putar
S sampai asli tangkas
T tali mata rapat
V variasi larva molotov
W wanita hawa takraw
x* xenon - -
Y yakin payung -
Z zeni lazim juz
Keterangan: Huruf q dan x khusus dipakai untuk nama diri (seperti Taufiq dan Xerox) dan
keperluan ilmu (seperti status quo dan sinar-x)

d) Pemakaian huruf Diftong


Huruf diftong atau vokal ganda merupakan huruf yang terjadi jika ada dua huruf vokal yang
berurutan. Kedua huruf vokal tersebut harus berada di dalam satu suku kata dan menciptakan
bunyi luncuran (bunyi yang berubah kualitasnya). Bunyi luncuran tersebut sama lafalnya dengan
bunyi yang huruf asli. Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai,
au, ei, dan oi.

Huruf Misal Pemakaian dalam Kata


Diftong Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
Ai - balairung pandai
Au autodidak taufik harimau
Ei eigendom geiser survei
Oi - boikot amboi

e) Gabungan Huruf Konsonan

Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan.
Yaitu hk, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
Gabungan
Huruf Konsonan Misal Pemakaian dalam Kata

Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir


Kh khusus akhir tarikh
Ng ngarai bangun senang
Ny nyata banyak -
Sy syarat musyawarah arasy

f) Pemakaian huruf kapital atau huruf besar


Berikut cara penulisan huruf kapital atau huruf besar dalam perjalanan bahasa Indonesia
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Contoh :
 Dia merasakan lapar
b. Hutruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang,termasuk julukan.
Contoh :
 Amir Hamzah
c. Huruf kapital dipakai sebagai pada awal kalimat dalam petikan langsung.
Contoh : Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama sertiap nama kata agama, kitab suci, dan
Tuhan
Contoh :
 Alquran
e. Huruf kapital dipakai pada unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang
atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama
tempat terbagi menjadi dua, yakni.
1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur atau nama gelar kehormatan
keturunan, keagamaan.
Contoh :
 Sultan Hasannudin
2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan,
keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai sapaan.
Contoh :
 Selamat datang, Yang Mulia.
f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang terntentu, nama
instansi, atau nama tempat.
Contoh :
 Wakil Presiden Adam Malik
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Contoh :
 bangsa Indonesia
h. Huruf kapital pada nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah terbagi
menjadi dua,yakni.
1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya.
Contoh :
 tahun Hijriah
2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa/sejarah.
Contoh :
 Perang Dunia II
i.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Contoh :
 Jakarta
j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur
bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau do-
kumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk.
Contohnya sebagai beikut.
 Republik Indonesia
k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata
ulang sempurna). Didalam judul buku karangan, artikel dan makalah serta
nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan,
yang dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Contohnya sebagai berikut.
 Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan.

l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat atau
sapaan.
Contohnya sebagai berikut.
 S.H. sarjana hukum
m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama penunjuk hubungan kekerabatan, seperti
bapak, ibu, kakak, adik dan paman, serta kata unjuk lain yang dipakai dalam
penyapaan atau penyebutan
Contohnya sebagai berikut.
 “Kapan Bapak berangkat?” tanya Hasan.
g) Pemakaian huruf miring

Berikut cara penulisan huruf kapital atau huruf besar dalam pelajaran bahasa Indonesia.
a. Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat
kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.
Contohnya sebagai berikut.
 Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis.
b. Huruf miring dipakai sebagai menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata,
kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
Contohnya sebagai berikut.
 Huruf terakhir kata abad adalah d.
c. Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau
bahasa asing.
Contohnya sebagai berikut.
Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian wisatawan asing yang
berkunjung ke Aceh.
h) Pemakaian huruf Tebal
a. Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring.
Contohnya sebagai berikut.
 Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan.
b. Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian- bagian karangan, seperti judul buku,
bab, atau sub bab.
 Buku itu sangat menarik.
C. EJAAN PENULISAN KATA
1. Pengertian Ejaan dan Penulisan Kata
Ejaan adalah cara dalam penulisan kata/kalimat dengan benar, degan memperhatikan
penggunaan huruf serta tanda baca yang benar. Penulisan kata adalah proses atau cara penulisan
yang mempertimbangkan unsur Bahasa yang diucapkan atau dituliskan sebagai wujut kesatuan dan
perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa sesuai ejaan yang disempurnakan.
b) Fungsi Ejaan
Ejaan tidak semata-mata hanya digunakan untuk menulis kata/kalimat dengan benar. Ejaan
juga memiliki fungsi yang cukup penting dalam penulisan Bahasa Indonesia. Menurut Siti
Maimunah dalam buku Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (2019), berikut fungsi ejaan
diantaranya:
1. Sebagai pembakuan dalam membuat tata bahasa agar semakin baku.
2. Membuat pemilihan kosa kata dan istilah menjadi lebih baku.
3. Sebagai penyaring unsur bahasa asing ke Bahasa Indonesia sehingga dalam penulisannya
tidak menghilangkan makna aslinya.
4. Penggunaan ejaan dapat membantu mencerna informasi dengan lebi
5. cepat dan mudah, karena penulisan bahasa yang lebih teratur.
c) Yang termasuk dalam Penulisan Kata
Berikut pedoman umum penulisan kata
1. Kata dasar, kata dasar merupakan kata yang masih asli atau belum tercampur dengan imbuhan
atau kata tambahan lainnya contohnya, makan, kerja, tidur, pergi, jauh. Agar lebih memahami
berikut contoh kalimatnya,
Adik makan nasi goreng
2. Kata turunan adalah kata dasar yang telah diberi imbuhan baik berupa awalan (prefix), sisipan
(infiks), akhiran (sufiks), serta awalan-akhiran (konfiks). Karena pemberian imbuhan tersebut,
kata turunan mengalami pergeseran makna. Contohnya penulisan kata turunan yang benar seperti
dibawah ini.
Berdasarkan yang bentuknya berimbuhan awalan (prefiks)
Berdasarkan yang berimbuhan awalan-akhiran (konfiks)
Contoh: se-an + hari = seharian se-nya + mesti = semestinya
3. Gabungan kata atau kata majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa utama atau lebih
yang dapat berdiri sendiri sebagai kalimat yang lepas. Misalnya: kambing hitam, orang tua, meja
tulis, rumah sakit jiwa.
Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah satu pengertian ditulis dengan membubuhkan
tanda hubung (-) diantara unsur-unsurnya, misalnya: anak-istri pejabat (anak dan istri pejabat),
anak istri-pejabat (anak dari istri pejabat).
4. Kata ganti adalah kata-kata pendek dan dapat melakukan segala sesuatu yang dapat dilakukan
oleh kata benda dan merupakan salah satu blok pembangun. Kata ganti umumnya adalah dia,
Anda, saya, kami, ini, mereka, itu. Kata ganti dapat bertindak sebagai subjek, objek proposisi.
5. Kata depan atau preposisi digunakan untuk menyatakan berbagai peristiwa seperti tempat, arah,
hingga tujuan.
Baju olahraga adik disimpan ibu dalam lemari kecil itu. (menyatakan tempat suatu benda
berada).
6. Partikel atau kata tugas adalah kelas kata yang hanya memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki
arti leksikal. Arti suatu kata tugas ditentukan oleh kaitannya dengan kata lain dalam suatu frasa
atau kalimat dan tidak bisa digunakan secara lepas atau berdiri sendiri. Contohnya: -lah, -kah,
dan -tah.
Bacalah buku itu baik-baik!
7. Singkatan dan Akronim, sebenarnya singkatan dan Akronim hampir mirip, tapi tidak sama,
karena Singkatan adalah suatu gabungan dari beberapa suku kata menjadi satu kalimat
sedangkan.
Akronim adalah gabungan dari beberapa kalimat menjadi satu.
a. Akronim dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu,
akronim didasarkan atas bentuk asli, misalnya autis;
b. Singkatan dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:
Singkatan didasarkan pada bentuk asli, misalnya PMI;
8. Kata sandang Kata sandang adalah kata yang tidak mempunyai arti atau makna khusus. Sandang
hanya menjelaskan nomina atau kata benda yang merupakan penjelas dari kata yang ada di
depannya. Kata sandang terbagi atas 3 jenis, yaitu:
a. Kata sandang tunggal Kata sandang tunggal digunakan untuk memberikan arti dari seseorang
ataupun sesuatu hal yang tunggal setelahnya. Berikut ini yang termasuk dalam kata sandang
tunggal, di antaranya:
 Sang, dipanggil untuk panggilan seseorang, benda mati ataupun makhluk hidup lainnya yang
berguna untuk meninggikan martabat atau juga untuk sindiran
b. Kata sandang jamak atau kelompok. Jenis kata sandang yang digunakan untuk menyatakan sebuah
kelompok. Berikut ini yang termasuk dalam kata sandang jamak, di antaranya:
 Para, digunakan untuk menegaskan sekelompok orang yang memiliki kesamaan tertentu
c. Kata sandang sebagai kata ganti orang atau benda. Jenis kata sandang ini dimaksudkan untuk
menggantikan sesuatu hal dengan maksud untuk menyeimbangkan
 Yang, digunakan untuk menggantikan seseorang yang tunggal
9. Pemenggalan kata adalah pemenggalan atau pemotongan suku kata agar nantinya dapat ditulis dan
dibaca dengan ejaan yang baik dan benar. Hal ini juga akan memudahkan kita saat menulis kalimat
yang panjangnya melebihi batas kertas sehingga kita dapat menentukan suku kata yang harus
ditulis di baris selanjutnya.
a. Apabila di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di Contoh:
kata "amboi" pemenggalan yang salah (am-bo-i), pemenggalan yang benar (am-boi).

D. EJAAN PENULISAN UNSUR SERAPAN

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, unsur serapan didefenisikan sebagai berikut: unsur
adalah bahan asal, zat asal, bagian yang terpenting dalam suatu hal, sedangkan serapan adalah
pemasukan ke dalam, penyerapan masuk ke dalam lubang- Iubang kecil (Poerwadarminta, 1985 : 130
dan 425).

a) Pengertian Unsur Sarapan


Kata serapan adalah kata yang diserap dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah
maupun dari bahasa asing, yang digunakan dalam bahasa Indonesia yang cara penulisannya
mengalami perubahan ataupun tidak mengalami perubahan
Samsuri membagi pungutan menjadi beberapa macam, yaitu pungutan leksikal dan pungutan
struktural. Pembagian pungutan tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Pungutan Leksikal

Sebagian besar pungutan yang terdapat pada suatu bahasa dari bahasa lain adalah bersifat
leksikal, artinya kebanyakan pungutan yang bersifat struktural kurang sekali. Bersama pungutan
leksikal terbawa pula pungutan bunyi. Dari bahasa asing seperti bahasa Arab, Belanda, dan Inggris
dapat disebut pungutan bunyi /f/ ke dalam BI, yang terbawa dalam kata-kata seperti fakir, fana,
fakultas, faktor, dan fokus.
Ada bunyi-bunyi dari bahasa asing yang mula-mula terpungut, akan tetapi kemudian karena
tidak sesuai dengan sistem bunyi bahasa penerima, maka bunyibunyi asing itu hilang dan digantikan

2. Pungutan Struktural
Termasuk pungutan ini ialah semua unsur-unsur bunyi, morfem, dan kalimat. Pungutan bunyi
merupakan bagian dari pungutan kata-kata yang disesuaikan dengan sistem bunyi 7 bahasa
penerima. Bunyi /z/ di dalam kata zaman, yang mula-mula secara “murni” diucapkansebagai /z/
kemudian kebanyakan diucapkan oleh pemakai-pemakai bahasa Indonesia yang tidak keasing-
asingan sebagai /j/, sehingga kata itu biasa diucapkan sebagai jaman, yang sesuai dengan sistem
bunyi bahasa Indonesia dan merupakan penyesuaian. Kata-kata yang ditulis sebagai abad, sabtu,
sebab, biasa diucapkan sebagai „abat‟, „saptu‟, dan „sebap‟. Hal ini sebenarnya termasuk
penyesuaian struktural karena sistem bahasa Indonesia tidak mempunyai bunyi-bunyi bersuara pada
akhir suku.
Pungutan kelompok kata, yaitu suatu pembentukan yang bersifat struktural, seperti pungutan
morfemis, yang akan menyebabkan adanya terjemahan pungutan. Contoh-contoh di dalam bahasa
Indonesia adalah kelompok-kelompok seperti jaringan penguasa (authority of network), pusat-pusat
kekuasaan (centre of power), bahkan juga ungkapan-ungkapan seperti dalam analisa terakhir (in the
last analysis). Sebenarnya ada pungutan semacam terjemahan pungutan yang menekankan pada
maknanya, seperti kambing hitam, latar belakang, dan lain-lain.

3. Pungutan dalam Bahasa Indonesia


Secara sosiolinguistik masyarakat Indonesia tidak hanya menggunakan satu bahasa,
melainkan paling sedikit dua bahasa, yaitu bahasa ibu dan bahasa nasional. Dengan demikian
jelaslah nampak pada pemakai-pemakai bahasa di Indonesia, bahwa mereka merupakan tempat atau
lokus persentuhan antara bahasa ibu dan bahasa nasional, dan juga pada sementara pemakai bahasa,
selain itu merupakan tempat persentuhan bahasa ibu, bahasa nasional, dan bahasa asing. Pungutan
dari bahasa Indonesia ini dibagi menjadi pungutan dari bahasa pertama dan pungutan dari bahasa
asing.
oleh bunyi-bunyi yang terdekat di dalam sistem bunyi bahasa penerima itu

4. Pungutan dari Bahasa Pertama


Bahasa Indonesia mempunyai pengaruh pengaruh pada bahasa daerah, sebab melalui
dwibahasawan-dwibahasawan banyak juga kata-kata Indonesia yang terpakai dalam bahasa daerah
yang satu maupun dari bahasa asing, setelah dicerna dalam BI, terbawa pula ke dalam bahasa daerah
yang lain. Pungutan-pungutan dari bahasa daerah yang satu ke bahasa daerah lain yang biasanya dari
bahasa daerah yang banyak berpengaruh pada BI. Menurut strukturnya, pungutan-pungutan itu dapat
digolongkan menjadi beberapa macam, antara lain: (1) kata-kata dasar, (2) kata-kata kompleks, (3)
kata-kata yang berkontruksi kata dasar daerah dengan imbuhan BI. Pungutan yang digolongkan
dalam kata-kata dasar antara lain, amblas, bobol, bobrok, heboh, melempem, melongo, mantap,
nunggak, ngawur, pamrih, remeh, ruwet,sarana, sepele, seret, semberono, tanpa, tandas, ulet,
unggul, susut, upet, wadah, wajar, windu, dan lain-lain. Selanjutnya, pungutan yang digolongkan
pada kata-kata kompleks, contohnya antaralain, kadalu warsa, kocar-kasir, kepergok, sesepuh, dan
lain-lain.

5. Pungutan Bahasa Asing


Penguasaan bahasa Belanda dalam jaman penjajahan merupakan ciri kaum elit Indonesia,
yang disengaja oleh kaum penjajah untuk memisahkannya dari rakyat. Anehnya saat ini orang
Indonesia lebih suka menyelang-nyeling dengan katakata asing, karena ingin menunjukkan ke-
elitannya dengan menyelipkan kosa kata asing di dalam bahasa daerahnya atau dalam BI-nya.
Hal ini makin diperjelas dengan makin banyaknya bahasa asing yang disisipi katakata asing di
dalam BI, akibat bertambahnya dwibahasawan Indonesia-asing, contohnya sebagai berikut.
Approach. “pendekatan‟ Avonturir. “petualangan‟
Applause. “tepuk tangan‟ Kompleks. “ruwet‟

b. Penyerapan dalam Bahasa Indonesia


Peranan bahasa asing dalam bahasa Indonesia membuktikan adanya kontak atau hubungan
antarbahasa sehingga timbul penyerapan bahasa-bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Penyerapan
di sini dapat diartikan sebagai pengambilan unsur bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia untuk
dibakukan dan digunakan secara resmi oleh pemakai bahasa Indonesia. Fungsi penyerapan bahasa
asing sendiri adalah untuk memperkaya khazanah kosakata bahasa Indonesia agar menjadi lebih
beragam. Sebagian besar bahasa Indonesia menyerap dari bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa
Jepang, bahasa Jerman, dan bahasa Belanda. Tidak hanya itu, bahasa Indonesia juga menyerap
kosakata dari bahasa daerah, seperti bahasa Jawa, Sansekerta, dan bahasa Sunda. Sumber serapan dari
berbagai bahasa di atas, penjelasannya adalah sebagai berikut:
1) Bahasa Inggris
Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang pertama kali dituturkan di Inggris pada
abad pertengahan awal dan saat ini merupakan bahasa yang paling umum digunakan di seluruh dunia.
Bahasa Inggris dituturkan sebagai bahasa pertama oleh mayoritas penduduk di berbagai negara.
2) Bahasa Arab
. Masuknya bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dikarenakan adanya kontak bahasa yang
terjadi sejak abad 13 dari perdagangan yang dilakukan oleh saudagar-saudagar Gujarat di Indonesia.
Terjadinya kontak bahasa antara bahasa Arab dengan bahasa Indonesia ini menyebabkan
kemungkinan besar terjadinya penyerapan kosakata ke dalam bahasa Indonesia.
3) Bahasa Jepang
Bahasa Jepang tidak begitu banyak memberikan sumbangan dalam bidang bahasa terlebih
dengan bahasa Indonesia melainkan dalam bidang teknologi. Contoh sumbangan kosakata Jepang
dalam bidang teknologi (kendaraan) adalah mitsubishi, suzuki, honda. DLL
4) Bahasa Belanda
Bangsa Indonesia pernah dijajah Belanda selama 350 tahun. Hal ini jelas menimbulkan
beberapa pengaruh terhadap bahasa Indonesia, karena pasti terjadi kontak bahasa antara bahasa
Indonesia dengan bahasa Belanda
5) Bahasa Sansekerta dan Bahasa Jawa
Sejarah perkembangan bahasa, antara bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa, dalam
hubungannya dengan bahasa Sansekerta, pada dasarnya tidaklah jauh berbeda. Hal ini antara lain
dikarenakan sejarah kebudayaan suka Jawa, tidak dapat dipisahkan sama sekali dari sejarah
kebudayaan bangsa Indonesia.

c. Bentuk yang diserap


Bentuk yang diserap oleh bahasa Indonesia dari beberapa bahasa terdiri atas beberapa
bentuk, yakni kata, frase, dan kalimat. Penjelasan tentang bentuk-bentuk tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Kata
Kata merupakan unsur yang sangat penting dalam membangun suatu kalimat. Tanpa kata,
tidak mungkin ada kalimat. Kata adalah satuan bahasa terkecil yang memiliki makna.
2) Frase
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif atau lazim juga
disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Frasa adalah
kumpulan kata nonpredikatif. Artinya frasa tidak memiliki predikat dalam strukturnya. I
3) Kalimat
Bentuk yang diserap oleh bahasa Indonesia juga bisa berupa kalimat. Kalimat adalah satuan
bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang
lengkap.

d. Unsur serapan dalam pedoman Umum ejaan bahasa Indonesia uang di sempurnakan
(EYD)
Dalam, unsur-unsur yang sudah lama terserap ke dalam bahasa Indonesia yang tidak perlu
lagi diubah ejaannya. Misalnya sirsak, iklan. Kedua, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke
dalam bahasa Indonesia, seperti shuttle cock, real estate. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks
bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Ketiga, unsur yang
pengucapannya dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia
1) Penulisan Unsur Serapan dalam kosakata
Kaidah penulisan unsur serapan dalam kosakata terdiri atas tiga kaidah. Kaidah tersebut
berturut-turut dapat dilihat sebagai berikut

a) Kosa Kata Dalam Bahasa Indonesia


Kata bahasa Indonesia dapat dijadikan bahan istilah ialah kata umum, baik yang lazim maupun
yang tidak lazim, yang memenuhi salah satu syarat atau lebih yang berikut ini.
a) Kata yang dengan tepat mengungkapkan makna konsep
b) Kata yang lebih singkat daripada yang lain beracuan sama
c) Kata yang tidak bernilai rasa (konotasi) buruk dan yang sedap didengar (eufonik),
b) Kosa kata Bahasa serupa
Jika dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan istilah yang dengan tepat dapat mengungkapkan
makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang dimaksudkan maupun yang tidak lazim yang
memenuhi ketiga syarat yang disebutkan di atas, misalnya.
Kaidah Penulisan Kosakata Bahasa Serumpun Baik yang Lazim dan Tidak Lazim
Istilah yang lazim
gambut (Banjar) peat(Inggris)
nyeri (Sunda) Pain (Inggaris) timbel
Istilah yang tidak lazim
gawai (Jawa) Device (Inggris)
16 luah (Bali, Bugis) Discharge.

2) Penulisan Unsur Serapan pada Ejaan dalam Peristilahan


Kaidah penulisan unsur serapan pada ejaan dalam peristilahan terdiri atas beberapa
kaidah. Kaidah tersebut secara berturut-turut antara lain ejaan fonemik, ejaan etimologi,
transliterasi, ejaan nama diri, dan penyesuaian ejaan.
 Ejaan Fonemik Penulisan istilah pada umumnya berdasarkan pada ejaan fonemik; artinya hanya
satu bunyi yang berfungsi dalam bahasa Indonesia yang dilambangkan dengan huruf.
 Ejaan Etimilogi Untuk menegaskan makna yang berbeda, istilah yang homonim dengan kata
lain dapat ditulis dengan mempertimbangkan etimologinya, yakni sejarahnya, sehingga
bentuknya berlainan sehingga lafalnya mungkin sama
 Transliterasi Pengejaan istilah dapat juga dilakukan menurut aturan transliterasi yakni
penggantian huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain
 Ejaan Nama Diri Ejaan nama diri, termasuk merek dagang, yang di dalam bahasa aslinya ditulis
dengan huruf Latin, tidak diubah. Misalnya, Baekelund, Cannizaro
 Penyesuaian Ejaan Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai
bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun bahasa asing seperti Sansekerta, Arab, Portugis,
Belanda, atau Inggris.

E. EJAAN PEMAKAIAN TANDA BACA


a) Pengertian Tanda baca
Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem (suara) atau kata dan frasa
pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan struktur dan organisasi suatu tulisan,
dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu pembacaan. Aturan tanda baca berbeda
antar bahasa, lokasi, waktu, dan terus berkembang. Beberapa aspek tanda baca adalah suatu gaya
spesifik yang karenanya tergantung pada pilihan penulis.
b) Jenis-jenis Tanda baca dan Contoh Penggunaanya
 Tanda titik
a. titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
b. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
c. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan
d. Titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum.
e. Titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu
atau jangka waktu.
f. Titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
g. Titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukkan jumlah.
h. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di dalam
akronim yang sudah diterima oleh masyarakat
i. Titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan,
dan mata uang.
j. Titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau kepala ilustrasi,
tabel, dan sebagainya
 Tanda Koma (,)
a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang
berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.
c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak
kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya
d. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak
kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
e. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang
terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula,
meskipun begitu, akan tetapi.
f. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat
pada awal kalimat.
g. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
h. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat
dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
i. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka
j. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
k. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
l. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
m. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat
pada awal kalimat
n. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau
tanda seru.

 Titik Koma (;)


a. Tanda koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan
setara.
b. Titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat
majemuk sebagai pengganti kata penghubung.

 Tanda Titik Dua (:)

a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian
c. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
d. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat
dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.
e. Tanda titik dua dipakai untuk menandakan nisbah (angka banding
f. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan. Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemaden

 Tanda Hubung (-)

a. menyambung unsur-unsur kata ulang


b. hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
c. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagianungkapan
d. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan
huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, (d) singkatan berhuruf kapital dengan
imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan rangkap.
e. hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
 Tanda Pisah (–, —)

a) Tanda Pisah em (—) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan
khusus di luar bangun kalimat.
b. Tanda pisah em (—) menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat
menjadi lebih tegas.
c. Tanda pisah en (–) dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau
di antara dua nama kota yang berarti ‘ke’, atau ‘sampai’
d. d.Tanda pisah en (–) tidak dipakai bersama perkataan dari dan antara, atau bersama tanda kurang
(−).

 Tanda Elipsis (....)


Ada dua hal yang harus kita perhatikan mengenai pemakaian tanda Elipsis ini.
a. Tanda Elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus.
b. Tanda Elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan.

 Tanda Tanya (?)


Hal-hal yang perlu kita perhatikan mengenai pemakaian tanda tanya adalah sebagai berikut.
a. Tanda tanya digunakan pada akhir kalimat Tanya.
b. Tanda tanya dipakai diantara tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan
atau yang kurung dapat dibuktikan kebenarannya.

 Tanda Seru (!)


Tanda Seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah
yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.

 Tanda kurung ((....))


Hal-hal yang perlu kita perhatikan mengenai pemakaian tanda kurung adalah sebagai berikut.
a. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan
b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral Pokok
pembicaraan.
c. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.Angka atau
huruf ini dapat juga diikuti oleh kurung tutup saja.

 Tanda kurung Siku ([...])


a. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf ,kata, atau kelompok kata sebagai atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.Tanda itu menyatakan bahwa
kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat didalam naskah awal
b. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung

 Tanda petik Tunggal ('....’)


Hal-hal yang perlu kita perhatikan mengenai pemakaian tanda petik tunggal adalah sebagai
berikut.
a. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam sebagai berikut.
b. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna,kata atau ungkapan bahasa daerah atau
bahasa asing.
 Tanda petik (“.....”)
Ada lima hal yang perlu kita perhatikan mengenai pemakaian tanda petik.
a. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembacaan,naskah
atau bahan tertulis lain .
b. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul syair/puisi,karangan ,atau bab buku yang dipakai
dalam kalimat.
c. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau yang mempunyai
arti khusus.
d. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
e. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang
mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian
kalimat.
 Tanda garis miring (/)
Hal-hal yang perlu kita perhatikan mengenai pemakaian tanda garis miring adalah sebagai berikut.
a. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat,nomor pada alamat dan penandaan masa
satu tahun yang terbagi dalam dua tahun ajaran.
b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau,tiap, dan ataupun.

F. STRUKTUR GAYA DAN KALIMAT

a) Definisi Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan maupun tulisan yang
mengungkapkan pikiran secara utuh. Dalam wujud lisan kalimat diungkapkan dengan suara yang
naik dan turun, lemah dan lembut, disela dengan jeda, dan diakhiri dengan intonasi. Sedangkan
dalam wujud tertulis kalimat diawali dengan huruf kapital dan di akhiri dengan tanda titik, tanda
tanya dan tanda seru

b) Struktur Kalimat
Struktur kalimat adalah pola atau unsur untuk membentuk komponen kata menjadi
kalimat yang benar dan sesuai penulisan dalam bahasa Indonesia. Untuk penggunaan kalimat
efektif, ada 4 komponen struktur tetap, yaitu subjek, predikat, objek, dan keterangan, yang mana
lebih dikenal dengan singkatan SPOK.
Berikut adalah penjelasan mengenai pembentukan struktur kalimat yang terdiri dari 4
komponen, yaitu:
1. Subjek (Pelaku)
Subjek atau subyek adalah bagian klausa yang menandai apa yang dibicarakan oleh pembicara.
Bagian klausa yang lain selain subjek adalah predikat.
2. Predikat
Predikat adalah unsur yang menjelaskan sebuah subjek. Ciri khas predikat yaitu menjelaskan
pekerjaan yang dilakukan subjek dan biasanya berupa kata kerja baik aktif maupun pasif. Berikut
ini adalah beberapa ciri-ciri dari predikat, agar lebih mempertajam pemahaman pembaca:
a) Ciri-ciri predikat adalah umumnya posisinya dalam sebuah kalimat berada di sebelah kanan
subjek.
b) Ciri-ciri predikat adalah dapat digunakan untuk mengisyaratkan perlu tidaknya kata lain di
sebelah kanannya agar kalimat menjadi lebih lengkap.
c) Ciri-ciri predikat adalah keberadaannya dapat digunakan untuk menjelaskan subjek sehingga
kalimat menjadi bermakna.
3. Objek
Objek dapat diartikan sebagai hal, perkara, atau orang yang menjadi pokok pembicaraan.
Bisanya, objek terletak setelah predikat.
4. Keterangan
Letak keterangan pada sebuah kalimat biasanya berada di bagian akhir. Unsur keterangan
biasanya di jadikan pelengkap kalimat. Keterangan bisa diisi oleh frasa, kata, atau anak kalimat

c) Gaya Kalimat

Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat diperinci menjadi pernyataan, perintah, dan
permintaan, serta seruan. Dalam bahasa lisan, intonasi yang khas menjelaskan kapan kita
berhadapan dengan salah satu jenis itu. Dalam bahasa tulisan, perbedaan dijelaskan oleh
bermacam-macam tanda baca.
1. Kalimat Pernyataan (kalimat deklaratif)
Pernyataan “menyatakan” sesuatu dengan lengkap pada waktu penutur ingin
menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya (intonasi menurun: tanda titik),
2. Kalimat Pertanyaan (kalimat introgatif)
Pertanyaan “bertanya” atau “meminta”. Kalimat ini di pakai jika penutut ingin
memperoleh informasi atau reaksi (perbuatan, jawaban) yang diharapkanya (intonasi
meningkat, menurun; tanda tanya)
3. Kalimat Perintah dan Permintaan (kalimat imperatih)
Perintah “menyuruh” atau “melarang” orang berbuat sesuatu (intonasi menurun:
tanda titik atau tanda seru).
4. Kalimat Seruan (kalimat ekslamatif)
Seruan “mengungkapkan” perasaan yang kuat atau yang mendadak. Dalam karangan
yang baik kalimat seruan jarang dipakai (intonasi meningkat, menurun: tanda seru atau tanda
titik)

G. DIKSI

a) Pengertian Diksi

Kesalahan Pemakaian Gabungan Kata. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting,
baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilih kata
yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita dapat lari dari kamus.
Syarat- syarat ketetapan pilihan kata:
1. Membedakan makna denotasi dan konotasi yang cermat.
2. Membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim, misalnya: adalah, ialah,
merupakan, yaiu, dalam pemakaiannya berbeda- beda.
3. Membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaannya, misalnya: inferensi
(kesimpulan ), dan interferensi (saling mempengaruhi ), sarat ( penuh, bunting ) dan syarat
( ketentuan ).
4. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasasrkan pendapat sendiri, jika
pemahaman belum dapat dipastikan, pemakaian kata harus menemukan makna yang tepat
dalam kamus, misalnya: modern sering diartikan secara subjektif canggih menurut kamus
modern berarti terbaru atau mutakhir, canggih berarti banyak cakap, suka menggangu, banyak
mengetahui, bergaya intelektual.
5. Menggunakan imbuhan asing ( jika diperlukan ) harus memahami maknanya secara tepat,
misalnya: dilegalisir seharusnya dilegalisasi, koordinir seharusnya koordinasi.
6. Menggunakan kata-kata idomatik berdasarkan susunan ( pasangan ) yang benar, misalnya:
sesuai bagi seharusnya sesuai dengan.
7. Menggunakan kata umum dan khusus secara cermat. Untuk mendapatkan pemahaman yang
spesifik karangan ilmiah sebaiknya menggunakan kata khusus ke umum mislnya mobil ( kata
umum ) , corolla ( sedan buatan Toyota )
8. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, misalnya : issu ( berasal dari issue
berarti publikasi, kesudahan, perkara ) isu ( dalam bahasa Indonesia berarti kabar yang tidak
jelas asal-usulnya, kabarangin, desas-desus ).
9. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim ( pria dan laki-laki, saya dan aku, serta buku
dan kitab ), berhomofoni ( misalnya: bangdan bank ) dan berhomografi( misalnya: apel buah,
apel upacara, buku ruas, buku kitab ).
Menggunakan kata abstrak (konseptual misalnya: pendiikan, wirauasaha dan pengobatan
modern dan kata konkret ( kata khus misalnya: mangga, sarapan, dan berenang).

10. Selain ketepatan pilihan kata itu, pengguna bahasa harus pula memperhatikan kesesuaian kata
agar tidak merusak makna, suasana, dan situasi yang hendak ditimbulkan, atau suasana yang
sedang berlangsung. Syarat kesesuaian kata:
1. Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampuradukan penggunakannya
dengan kata tidak baku yang hanya digunakan dalam pergaulan, misalnya: hakikat (baku),
hakekat (tidak baku), konduite (baku), kondite (tidak baku),
2. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat, misalnya: kencing
(kurang sopan), buang air kecil (lebih sopan), pelacur (kasar), tunasusila (lebih halus),
3. Menggunakan kata berpasangan (idiomatuik), dan berlawanan makna dengan cermat,
misalnya: sesuai bagi (salah), sesuai dengan (benar), bukan hanya melainkan juga (benar),
bukan hanya tetapi juga (salah), tidak hanya tetapi juga (benar),
4. Menggunakan kata dengan nuansa tertentu, misalnya: berjalan lambat, mengesot, dan
merangkak, merah darah; merah hati. Menggukan kata ilmiah untuk karangan ilmiah, dan
komunikasi non ilmiah (surat-meyurat, diskusi umum)
5. menggunakan kata popular, misalnya: argumentasi (ilmiah), pembuktian (popular), psikologi
(ilmiah), ilmu jiwa (popular).Menghindarkan penggunaan ragam lisan (pergaulan dalam
bahasa tulis), misalnya: tulis, baca, kerja (bahasalisan), menulis, menuliskan, membaca,
membacakan, bekerja, mengerjakan, dikejakan, (bahasa tulis).

b) Pembagian Makna Kata

a) makna denotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah
makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung
dalam sebuah kata secara objektif.
b) Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap
social, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual . Makna
konotatif atau konotasi berarti makna kias, bukan makna sebenarnya
c) Makna Umum Dan Khusus
Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya. Makin luas ruang
lingkup suatu kata, makin umum sifatnya. semakin khusus makna kata yang dipakai, pilihan
kata semakin cepat. Perhatikan contoh berikut:
1) Kata umum: melihat
Kata khusus: melotot, melirik.
2) Kata umum: berjalan
Kata khusus: tertatih-tatih, ngesot
3) Kata umum: jatuh
Kata khusus: terpeleset, terjengkang,

d) Kata Konkret dan Abstrak


Kata yang acuannya semakin mudah dicerap pancaindra disebut kata konkret, seperti meja,
rumah
e) Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi
bentuknya berlainan . Sinonim ialah persamaan makna kata
f) Pembentukan Kata
Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan luar bahasa Indonesia. Dari dalam
bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari
luar terbentuk kata baru melalui unsur serapan
g) Perubahan Makna
Bahasa berkembang sesuai dengan tuntutan masyarakat pemakainya, pengembangan diksi
tejadi pada kata. Namun, hal ini berpengaruh pada penyusunan kalimat, paragraf, dan
wacana.

H. STRUKTUR PARAGRAF
a) Pengertian Paragraf
Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil
penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraph,
yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam
paragraf membicarakan satu gagasan(gagasan tunggal).Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam
paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf
b) Struktur Paragraf
Paragraf terdiri atas kalimat topik atau kalimat pokok dan kalimat penjelas atau kalimat
pendukung. Kalimat topik merupakan kalimat terpenting yang berisi ide pokok alinea. Sedangkan
kalimat penjelas atau kalimat pendukung berfungsi untuk menjelaskan atau mendukung ide utama.
Untuk mendapatkan paragraf yang baik perlu diperhatikan hal-hal berikut :
1. Posisi Paragraf .
Sebuah karangan dibangun oleh beberapa bab. Bab-bab suatu karangan yang
mengandung kebulatan ide dibangun oleh beberapa anak bab. Anak bab dibangun
oleh beberapa paragraf.
2. Batasan Paragraf
Pengertian paragraf ini ada beberapa pendapat, antara lain :
1. Kamus Besar Bahasa Indonesia : paragraf adalah bagian bab dalam suatu
2.karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru)
3. The Jiang Gie dan A. Didyamartaya : paragraf ialah satuan pembagian lebih kecil di bawah
sesuatu bab dalam buku. Paragraf biasanya diberi angka Arab
3. Kegunaan Paragraf
Paragraf bukan berkaitan dengan segi keindahan karangan itu, tetapi pembagian
per paragraf ini memiliki beberapa kegunaan, sebagai berikut:
1.Sebagai penampung fragmen ide pokok atau gagasan pokok keseluruhan paragraph
2. Alat untuk memudahkan pernbaca memahami jalan pikiran penulisnya Penanda bahwa
pikiran baru dimulai,
3. Alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran secara sistematis;
4. Dalam rangka keseluruhan karangan, paragraf dapat berguna bagi pengantar, transisi, dan
penutup.
4. Unsur-Unsur Paragraf
Ialah beberapa unsur yang pembangun paragraf, sehingga paragraf tersebut tersusun secara logis
dan sistematis. Unsur-unsur paragraf itu ada empat macam,yaitu :
transisi, kalimat topik, kalimat pengem-bang, dan kalimat penegas.
5. Struktur Paragraf
Mendapatkan banyaknya unsur dan urutan unsur yang pembangun
paragraf, struktur paragraf dapat dikelompokkan menjadi delapan kemungkinan,
yaitu :
1. Paragraf terdiri atas transisi kalimat, kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat
penegas.
 Paragraf terdiri atas transisi berupa kata, kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat
penegas.
 Parazraf terdiri atas kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat peneges.
 Paragraf terdiri atas transisi berupa kata, kalimat topik, dan kalimat pengembang.
 Paragraf terdiri atas transisi berupa kalimat, kalimat topik, kalimat pengembang.
 Paragraf terdiri atas kalimat topik dan katimat pengembang.
 Paragraf terdiri atas kalimat pengembang dan katimat topik. (putri)

c) Syarat-syarat Pembentukan Paragraf


1. Syarat-syarat Paragraf
 Kesatuan
Kesatuan paragraf ialah semua kalimat yang membangun paragraf secara bersama-sama
menyatakan suatu hal atau suatu tema tertenru
 Kepaduan
Kepaduan (koherensi) adalah kekompakan hubungan antara suatu kalimat dan kalimat yang
lain yang membentuk suatu paragraf kepaduan yang baik
 Kelengkapan
Ialah suatu paragraf yang berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang
kalimat topik. Paragraf yang hanya ada satu kalimat topik dikatakan paragraf yang kurang
lengkap
 Panjang Paragraf
Panjang paragraf dalam sebagai tulisan tidak sama, bergantung pada beberapa jauh/dalamnya
suatu Bahasa dan tingkat pembaca yang menjadi sasaran
 Pola Susunan Paragraf
Rangkaian pernyataan dalam paragraf harus disusun menurut pola yang taat asas, pernyataan
yang satu disusun oleh pernyatanyang lain dengan wajar dan bersetalian secara logis
 Secara Alami
Pengembangan paragraf secara alami berdasarkan urutan ruang dan waktu. Urutan ruang
merupakan urutan yang akan membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya dalam
suatu ruang
 Klimaks dan Antiklimaks
Pengembangan paragraf teknik ini berdasarkan posisi tertentu dalam suatu rangkaian berupa
posisi yang tertinggi atau paling menojol

d) Macam-maca Paragraf

 Eksposisi
Berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi.
 Argumentasi
Bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/
fakta konsep sebagai alasan/ bukti.
 Deskripsi
Berisi gambaran mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolaholah melihat, merasa
atau mendengar hal tersebut.
 Persuasi
 Karangan ini bertujuan mempengaruhi emosi pembaca agar berbuat sesuatu.
 Narasi
Karangan ini berisi rangkaian peristiwa yang susul-menyusul, sehingga membentuk alur cerita.
Karangan jenis ini sebagian besar berdasarkan imajinasi.

e) Unsur-usur Paragraf
Dalam pembuatan suatu paragraf harus memiliki unsur unsur pembangun paragraf agar
paragraf atau alinea dapat berfungsi dengan sebagaimana mestinya Topik atau tema atau gagasan
utama atau gagasan pokok atau pokok pikiran. Berdasarkan penempatan inti gagasan atau ide
pokoknya alinea dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
Deduktif : kalimat utama diletakan di awal alinea
Induktif : kalimat utama diletakan di akhir anil
Variatif : kalimat utama diletakan di awal dan diulang pada akhir alinea
Deskriptif/naratif : kalimat utama tersebar di dalam seluruh alinea
Kalimat penjelas, merupakan kalimat yang berfungsi sebagai penjelas dari gagasan utama.
Kalimat penjelas merupakan kalimat yang berisisi gagasan penjelas. Judul (kepala karangan),
untuk membuat suatu kepala karangan yang baik, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi,
yaitu :
1. Provokatif (menarik)
2. Berbentuk frase
3. Relevan (sesuai dengan isi)
4. Logis
5. Spesifik.

I. BENTUK KARANGAN DAN TUJUANNYA


a) Pengertian Karangan
Pada umumnya, karangan dipandang sebagai suatu perbuatan atau kegiatan komunikatif antara
penulis dan pembaca berdasarkan teks yang telah dihasilkan (Ahmadi, 1988). Begitu juga istilah
karangan (komposisi) yang dikemukakan Ahmadi (1990) bahwa karangan diartikan sebagai
rangkaian kata-kata atau kalimat. Selain itu, karangan menurut Gie (1995) memiliki pengertian
karangan adalah hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan
dimengerti oleh pembaca.

b) Bentuk-bentuk Karangan dan Tujuannya

1) Karangan Deskripsi
Karangan deskripsi adalah suatu bentuk karya tulis yang menggambarkan atau melukiskan
suatu objek atau benda kepada para pembaca seolah-olah pembaca merasakan, melihat atau
mengalami sendiri topik di dalam tulisan.
Ciri-ciri karangan deskripsi:
a. Melukiskan suatu objek dengan sejelas-jelasnya kepada para pembaca.
b. Melibatkan observasi panca indera.
c. Metode penulisan menggunakan cara objektif, subjektif, atau kesan pribadi penulis terhadap
suatu objek.
Tujuan karangan deskripsi:
Agar orang yang membacanya dapat seolah olah melihat sendiri benda yang diceritakan tersebut.

2) Karangan Narasi
Karangan narasi adalah suatu bentuk karya tulis yang berupa serangkaian peristiwa baik fiksi
maupun non fiksi yang disampaikan sesuai dengan urutan waktu yang sistematis dan logis. Pada
karangan narasi terdapat tahapan-tahapan peristiwa yang jelas, dimulai dari perkenalan, timbul
masalah, konflik, penyelesaian dan ending.
Ciri-ciri karangan narasi
a. Menyajikan suatu cerita yang berupa berita, peristiwa, pengalaman yang menarik kepada
pembaca
b. Cerita-cerita tersebut disajikan dengan urutan kronologis yang jelas.
c. Ada konflik dan tokoh yang menjadi inti dari sebuah karangan.
d. Memiliki setting yang disampaikan dengan jelas.
e. Betujuan untuk menghibur pembaca dengan cerita-cerita yang disampaikan.
Tujuan karangan narasi:
a. Memberikan informasi untuk menambah pengetahuan
b. Memberikan wawasan kepada pembaca
c. Memberikan hiburan
d. Memberikan pengalaman estetis kepada pembaca

3) Karangan Eksposisi
Karangan eksposisi adalah sebuah karangan yang berisi tentang penjelasan-penjelasan atau
pemaparan mengenai suatu informasi kepada pembaca.
Ciri-ciri karangan eksposisi
a. Menyajikan atau menyampaikan sebuah informasi kepada pembacanya.
b. Informasi yang disajikan bersifat fakta atu benar-benar terjadi.
c. Bertujuan untuk menyakinkan pembaca.
d. Pengarang menghindari keterlibatan emosi dalam menyampaikan pendapatnya.

TUJUAN teks eksposisi untuk menjelaskan informasi tertentu agar bisa menambah ilmu pengetahuan
pembaca, sehingga dengan membaca teks eksposisi maka pembaca akan mendapatkan pengetahuan
secara rinci dari suatu hal atau kejadian.

4). Karangan argumentasi


adalah karangan yang berisi pendapat-pendapat tentang suatu topik yang ingin disampaikan kepada
pembaca. Pendapat yang dikemukakan dapat berupa alasan, contoh atau bukti yang nyata. Karangan
ini bertujukan untuk mempengaruhi pembaca agar memiliki pandangan atau pemikiran yang sama
dengan penulis.
ciri ciri karangan argumentasi
• Berisi kalimat yang meyakinkan pembaca tentang pendapat penulis
• Pendapat atau gagasan penulis dilengkapi dengan data, fakta, grafik, gambar, atau tabel
• Tidak memuat subjektivitas penulis
• Tidak memuat kalimat yang mengandung emosi penulis
• Memuat logika dan penalaran
• Terdiri atas 3 bagian utama yaitu pendahuluan, tubuh argumen (berisi argumen penulis), dan
kesimpulan
Tujuan Karangan Argumentasi:
• Untuk mengemukakan pendapatnya kepada orang lain.
• Untuk mempengaruhi orang lain sehingga gagasan dan pendapatnya diterima atau dilakukan.
• Untuk mencari solusi atau pemecahan suatu permasalahan.
• Untuk mendiskusikan suatu permasalahan tanpa harus mencapai titik tertentu

5) Karangan Persuasi
Karangan persuasi adalah salah satu bentuk karya tulis yang berisi ajakan-ajakan kepada para
pembacanya untuk melakukan atau mempercayai suatu hal.
Ciri-ciri karangan persuasi
a. Karangan ini bersifat mengajak para pembacanya.
b. Biasanya banyak ditemukan kata-kata yang bersifat mengajak seperti “ayo”, “mari”, dan
“lakukanlah”.
c. Memiliki alasan-alasan yang kuat berupa data, fakta, dan lain-lain untuk meyakinkan pembaca.
d. Karangan ini berusaha menghindari konflik agar pembaca tidak kehilangan kepercayaan.
e. Karangan ini berusaha mendapatkan kesepakatan atau kepercayaaan antara penulis dan
pembaca.

Adapun tujuan dari paragraf persuasi adalah untuk membujuk atau mempengaruhi atau meyakinkan
pembacanya agar mempercayai dan melakukan apa yang penulis sampaikan di dalam paragraf.
Untuk mencapai tujuan ini, paragraf persuasi harus disertai dengan bukti dan
data-data pendukung yang kuat
J. KETERAMPILAN BERBICARA
a) Hakikat Berbicara
Beberapa pandangan-pandangan ahli tersebut antara lain :
1. Suhendar (1992)
Berbicara adalah proses perubahan wujud pikiran/perasaan menjadi wujud ujaran. Ujaran yang
dimaksud adalah bunyi-bunyi bahasa yang bermakna.
2. Depdikbud (1985)
Berbicara diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang
lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain.
3. Tarigan (1983)
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.

b) Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa


Keterampilan berbicara merupakan suatu keterampilan menyampaikan pesan secara lisan
kepada orang lain. Penggunaan bahasa secara lisan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang secara
praktis langsung bisa kita simak: (a) pelafalan; (b) intonasi; (c) pilihan kata; (d) struktur kata dan
kalimat; (e) sistematika pembicaraan; (f) isi pembicaraan; (g) cara memulai dan mengakhiri
pembicaraan; dan (h) penampilan.
Menurut Tarigan (1983:15) tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat
menyampaikan pikiran secara efektif, maka sebaiknya sang pembicara memahami makna segala
sesuatu yang ingin dikombinasikan, dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasi terhadap
pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala sesuatu situasi
pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan. Menurut Djago, dkk (1997:37) tujuan
pembicaraan biasanya dapat dibedakan atas lima golongan yaitu (1) menghibur, (2)
menginformasikan, (3) menstimulasi, (4) meyakinkan, dan 5) menggerakkan.

c) Prinsip-Prinsp Berbicara
Prinsip-prinsip umum berbicara yang di kemukakan Brooks dalam Tarigan (1981:15-16):
 Dibutuhkan paling sedikit dua orang.
 Menggunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama.
 Menerima atau mempengaruhi suatu referensi umum.
 Merupakan suatu pertukaran antar partisipan.
 Menghubungkan setiap pembicaraan dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya dengan
segera.
 Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini.

d) Jenis-jenis Berbicara
Ada lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasikan berbicara. Landasan tersebut
yaitu situasi, tujuan, metode penyampaian, jumlah penyimak, dan peristiwa khusus.
1. Situasi
Setiap situasi menuntut keterampilan berbicara tertentu. Berdasarkan situasi berbicara dapat
dibagi menjadi dua, yaitu berbicara resmi (formal) dan berbicara informal (tidak resmi).
2. Tujuan
Tujuan berbicara adalah menghibur, menginformasikan, menstimulasikan, meyakinkan atau
menggerakkan. Dengan tujuan tersebut maka berbicara dikelompokkan menjadi lima, yaitu :
Berbicara menghibur, Berbicara menginformasikan, Berbicara menstimulasi, Berbicara
meyakinkan, Berbicara menggerakan,
3. Metode Penyampaian
Berbicara menurut metode penyampaiannya dibagikan menjadi empat, yaitu : Penyampaian
sevara mendadak, Penyampaian berdasarkan catatan kecil, Penyampaian berdasarkan
hafalan, Penyampaian berdasarkan naskah.
4. Jumlah Penyimak
Komunikasi lisan melibatkan dua pihak, yaitu pembicara dan pendengar. Jumlah pendengar
yang menyimak bervariasi. Berdasarkan jumlah penyimak berbicara dibedakan menjadi 3:
Berbicara anatar Pribadi, Berbicara dalam kelompok kecil, Berbicara dalam kelompok
besar.
5. Peristiwa Khusus
Pembicaraan ini terjadi pada peristiwa tertentu. Berdasarkan peristiwa khusus berbicara
dapat digolongkan menjadi :
a) Pidato presentasi
b) Pidato penyambutan
c) Pidato perpisahan
d) Pidato perkenalan
e) Pidato nominasi

e) Keefektifan Berbicara

1. Ketepatan pengucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat.
Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian pendengar
2. Ketepatan intonasi
Kesesuaian intonasi merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara dan merupakan faktor
penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan intonasi
yang sesuai dengan masalahnya menjadi menarik.
3. Pilihan kata (diksi)
Pilihan kata (diksi) hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah
dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih terangsang dan
lebih paham
4. Kelancaran
Seorang pembicara yang lancar berbicara memudahkan pendengar menangkap isi
pembicaraannya. Seringkali kita dengar pembicara berbicara terputus-putus, bahkan antara
bagian-bagian yang terputus itu diselipkan bunyi-bunyi tertentu yang sangat mengganggu
penangkapan pendengar

f) Faktor-faktor Penunjang Berbicara

Berbicara atau kegiatan komunikasi lisan merupakan kegiatan individu dalam usaha
menyampaikan pesan secara lisan kepada sekelompok orang, yang disebut juga audience atau
majelis. Supaya tujuan pembicaraan atau pesan dapat sampai kepada  audience dengan baik,
perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat menunjang keefektifan berbicara.  Kegiatan
berbicara juga memerlukan hal-hal di luar kemampuan berbahasa dan ilmu pengetahuan. Pada
saat berbicara diperlukan a) penguasaan bahasa, b) bahasa, c) keberanian dan ketenangan, d)
kesanggupan menyampaikan ide dengan lancar dan teratur.
Faktor  penunjang pada kegiatan berbicara sebagai berikut. Faktor kebahasaan, meliputi:
 Ketepatan ucapan,
 Penempatan tekanan nada, sendi atau durasi yang sesuai,
 Pilihan kata,
 Ketepatan penggunaan kalimat serta  tata bahasanya,
 Ketepatan sasaran pembicaraan.
Sedangkan  faktor non kebahasaan, meliputi
 Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku,
 Pandangan harus diarahkan ke lawan bicara,
 Kesediaan menghargai orang lain,
 Gerak-gerik dan mimik yang tepat,
 Kenyaringan suara,
 Kelancaran,
 Relevansi, penalaran,
 Penguasaan topik.

g) Hambatan-hambatan Dalam Berbicara


Tidak semua orang memiliki kemahiran dalam berbicara di muka umum. Namun,
keterampilan ini dapat dimiliki oleh semua orang melalui proses belajar dan latihan secara
berkesinambungan dan sistematis. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang merupakan
hambatan dalam kegiatan berbicara. Rusmiati (2002: 32) mengemukakan bahwa hambatan
tersebut terdiri atas hambatan yang datangnya dari pembicara sendiri (internal) dan hambatan
yang datang dari luar pembicara (eksternal).
1) Hambatan Internal
Hambatan internal adalah hambatan yang muncul dari dalam diri pembicara. Hal-hal
yang dapat menghambat kegiatan berbicara ini sebagai berikut.
a. Ketidaksempurnaan alat ucap
Kesalahan yang diakibatkan kurang sempurna alat ucap akan mempengaruhi
kefektifan dalam berbicara, pendengar pun akan salah menafsirkan maksud pembicara.

b. Penguasaan komponen kebahasaan


Komponen kebahasaan meliputi hal-hal berikut ini.
 Lafal dan intonasi,
 Pilihan kata (diksi),
 Struktur bahasa,
 Gaya bahasa.
2) Hambatan Eksternal
Selain hambatan internal, pembicara akan menghadapi hambatan yang datang dari
luar dirinya. Hambatan ini kadang-kadang muncul dan tidak disadari sebelumnya oleh
pembicara. Hambatan eksternal meliputi hal-hal di bawah ini.
a. Suara atau bunyi
b. Kondisi ruangan
c. Media
d. Pengetahuan pendengar

h) Sikap Mental Dalam Berbicara

Kegiatan berbicara merupakan kegiatan yang membutuhkan berbagai macam pengetahuan


dan kemampuan yang sangat kompleks, salah satunya adalah sikap mental. Sikap mental yang
harus dibina oleh seorang pembicara pada saat berbicara dijelaskan berikut ini:
 Rasa Komunikasi
 Rasa Percaya diri
 Rasa Kepemimpinan

i) Pembicaraan Yang Ideal

Pembicara merupakan seseorang yang dipercaya untuk menyampaikan suatu hal, informasi,
atau berita di depan umum. Seorang pembicara dapat saja memiliki bidang dan mengambil
kedudukan yang berbeda dalam menyampaikan isi pembicaraannya.
Rusmiati (2002:30) mengemukakan bahwa terdapat sejumlah ciri-ciri pembicara yang baik
untuk dikenal, dipahami, dan dihayati, serta dapat diterapkan dalam berbicara. Ciri-ciri tersebut
meliputi hal-hal di bawah ini.
1. Memilih topik yang tepat.
2. Menguasai Materi
3. Memahami latar belakang pendengar
4. Mendeskripsikan situasi
5. Tujuan Jelas
6. Kontak dengan pendengar
7. Kemampuan Linguistik tinggi
8. Menguasai pendengar
9. Memanfaatkan alat bantu
10. Penampilan yang meyakinkan
11. Berencana
Sedangkan, menurut Henry Guntur Tarigan menyebut ciri-ciri pembicara yang ideal adalah
sebagai berikut :

 Mampu memilih topik yang tepat.


 Menguasai materi.
 Memahami latar belakang pendengar.
 Memahami situasi.
 Merumuskan tujuan yang jelas.
 Menjalin kontak dengan pendengar.
 Memiliki kemampuan linguistik.
 Menguasai pendengar.
 Memanfaatkan alat bantu.
 Meyakinkan dalam penampilan.
 Mempunyai rencana.
Pembicara yang ideal memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut :

 Memandang suatu hal dari sudut yang berbeda, mengambil titik pandang yang tak terduga
pada hal-hal yang umum.
 Mempunyai wawasan yang luas, memikirkan dan membicarakan isu-isu dan beragam
pengalaman diluar kehidupan sehari-hari.
 Antusias, menunjukkan minat besar pada apa yang diperbuat dalam kehidupan maupun pada
apa yang dikatakan pada kesempatan itu.
 Tidak pernah membicarakan diri sendiri.
 Mempunyai raa ingin tahu yang besar
 Menunjukkan empati yaitu berusaha menempatkan diri sendiri pada posisi untuk memahami
apa yang dikatakan.
 Mempunyai selera humor dan tidak keberatan mengolok-olok diri sendiri.
Memiliki gaya bicara sendiri yaitu memiliki pembawaan sikap dalam bicara yang unik,
menjadikan diri menarik dan mudah diingat

K. MEMBACA UNTUK MENULIS

a) Pengertian Membaca

Membaca kritis merupakan kegiatan membaca untuk mendapatkan informasi yang relevan
dan diperlukan untuk tulisan yang akan dikembangkan (Rahardi, 2010).

Ragam Membaca Kritis:


 Membaca cepat atau sekilas untuk membaca topik
 Membaca cepat untuk informasi khusus
 Membaca teliti untuk informasi

Berikut adalah beberapa hal yang mungkin perlu diperhatikan dalam membaca tulisan atau artikel
ilmiah (Rahardi, 2010).

 Menggali tesis atau pernyataan masalah


 Merigkas butir-butir penting setiap artikel
 Memahami konsep-konsep penting ( pandangan ahli, hasil penelitian,dan teori)M
 Menentukan bagian yang akan dikutip
 Menentukan Implikasi dari bagian/sumber yang dikutip
 Menentukan posisi penulis sebagai pengutip

Membaca kritis pada dasarnya merupakan langkah lebih lanjut dari berpikir dan bersikap kritis.
Adapun kemampuan berpikir dan bersikap kritis meliputi (Nurhadi, 1987):

 menginterpretasi secara kritis


 Menganalisis secara kritis
 Mengorganisasi secara kritis
 Menilai secara kritis
 Menerapkan konsep secara kritis
Kemampuan mengingat dan mengenali ide pokok paragraf, tokoh-tokoh cerita dan sifat-sifatnya.
• Kemampuan memahami atau menginterpretasi makna tersirat
• Kemampuan menganalisis
• Kemampuan menilai isi bacaan

b) Menulis

Menulis adalah kegiatan menyusun serta merangkaikan kalimat agar pesan, informasi, serta
maksud yang terkandung dalam pikiran, gagasan, dan pendapat penulis dapat disampaikan dengan
baik. Untuk itu satu kalimat harus disusun sesuai dengan kaidah gramatika, sehingga mampu
mendukung pengertian baik dalam taraf significance maupun dalam taraf value. Sebagai proses
kreatif yang berlangsung secara kognitif, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan tulisan
ilmiah, sekurang-kurangnya memuat 3 tahap, yaitu :
1) Tahap persiapan (pra-penulisan)
2) Tahap inkubasi
3) Tahap Iluminasi

c) Teknik mengenai referensi dan memilih bahan tulisan

Adapun 2 Teknik mengenali referensi dan memilih bahan tulisan yaitu :

 Teknik Mengenali Identitas Referensi


Referensi adalah cara standar untuk mengakui sumber informasi dan ide-ide yang telah
digunakan dalam karya ilmiah yang dibuat oleh peneliti
 Cara menelaah buku yang telah ditemukan
Ada cara yang dapat dilakukan, yakni cara daftar isi. Teknik daftar isi, misalnya Masalah
Peningkatan Gairah Belajar di Perguruan Tinggi. Judul buku Belajar di Perguruan Tinggi.
Langkah yang ditempuh (1) membuka daftar isi, (2) mencari bab dan subbab yang
membahas hal belajar, misalnya ditemukan di bab II, (3) membaca dengan cermat bab II
yang berkaitan dengan masalah belajar, dan bab lain diabaikan .

d) Mengakses Informasi dari Internet

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini telah membuka peluang
yang sangat luas kepada siapa saja untuk mengakses informasi, khususnya yang berhubungan
dengan ilmu pengetahuan ilmiah. Jika pada beberapa dekade yang lalu, informasi pengetahuan
hanya dapat diperoleh melalui wujud fisik tulisan-tulisan ilmiah seperti buku maupun hasil-hasil
penelitian, saat ini informasi pengetahuan tersebut dapat ditelusuri secara online melalui internet.
Situs yang paling banyak digunakan untuk mengakses informasi ilmu pengetahuan adalah situs
website : www.google.com.

L. MENULIS

a) Pengertian Menulis

Menulis merupakan kegiatan untuk membuat suatu catatan atau informasi pada suatu
media dengan menggunakan aksara
a.KBBI
Menulis adalah mengungkapkan gagasan, opini, dan ide dalam rangkaian kalimat. Selain itu,
menulis juga membuat huruf dengan pena atau pensil, menyampaikan pikiran atau pandangan,
mengarang cerita dan menggambarkannya.

b. Hargrove dan Pottet


Menulis adalah upaya menggambarkan pikiran, ide, dan perasaan dalam bentuk simbol.
Maksudnya adalah simbol sistem bahasa tulisan yang digadang – gadang sebagai media
sarana komunikasi.
c. Tarigan
Menulis adalah suatu kegiatan menuangkan ide atau gagasan dengan menggunakan bahasa
tulisan sebagai media penyampaiannya. Ia juga mendefinisikan menulis sebagai membuat
lambang – lambang grafis yang sudah banyak diketahui masyarakat umum berbentuk tulisan.

Suparno dan Yunus (2008) menyatakan bahwa menulis merupakan kegiatan menyampaikan
pesan dengan menggunakan alat tulis setidaknya dengan 4 unsur yaitu:
1. Penulis sebagai penyampai pesan
2. Isi tulisan atau pesan
3. Saluran atau medianya berupa tulisan
4. Pembaca sebagai penerima pesan

b) Tujuan dan Fungsi Menulis

Ada empat tujuan utama yang dari menulis:


1. Memberikan Informasi
Informasi adalah sekumpulan data atau fakta yang telah diolah sedemikian rupa, sehingga
menghasilkan sesuatu yang bisa dipahami dan memberikan manfaat bagi pembacanya.

2. Membujuk
Membujuk adalah usaha untuk menyakinkan seseorang bahwa yang dikatakannya benar
dengan kata – kata manis, merayu dan memikat hati. Menulis bertujuan membujuk para
pembaca untuk menentukan sikap, mendukung dan menyetujui gagasan, ide atau pendapat
yang dituangkan oleh penulis.

3. Mendidik
Mendidik adalah salah satu tujuan dari komunikasi melalui tulisan. Informasi atau data yang
disampaikan melalui tulisan akan memberikan wawasan dan pengetahuan baru bagi para
pembacanya. Bahkan tulisan juga membantu mengasah dan menambah tingkat kecerdasan
seseorang. Pada akhirnya tulisan bisa mengubah dan ikut menentukan perilaku seseorang.

4.Menghibur
Menghibur adalah fungsi dan tujuan dalam komunikasi melalui tulisan.

Menulis juga memudahkan seseorang untuk merasakan , menikmati, memperdalam daya


tanggap atau persepsi untuk memecahkan masalah masalah yang sedang dihadapi.
1. Fungsi Penataan
2. Fungsi Pegawetan
3. Fungsi Penciptaan
4. Fungsi Penyampaian

c) Manfaat Menulis

Menurut Horiston dalam karya tulis Darmadi (1996:3-4), menulis adalah sarana untuk
mengangkat ide dan informasi yang asal di alam bawah sadar. Menulis juga mampu
membantu memunculkan ide baru, melatih kemampuan membangun ide, melatih sikap
objektif pada orang lain, membantu diri memecahkan masalah dan mendorong seseorang
lebih aktif mencari informasi.

Selain itu, manfaat lain dari menulis adalah:


1. Material
Penulis akan mendapatkan manfaat berupa honorium dan pekerjaan sambilan untuk
mendapat penghasilan lebih berkat kemampuannya.
2. Non material
Secara non material, penulis akan mendapatkan kepuasan batin setelah
mengekspresikan diri, menuangkan gagasan, ide dan menyampaikan sebuah informasi
dengan cara menulis.
3. Popularitas
Penulis juga akan menjadi sosok yang terkenal melalui tulisan tulisannya yang
menarik.

d) Teknik dalam penulisan

Beberapa teknik menulis yang baik yaitu:


a. Jenis Tulisan
Dalam menulis, yang terlebih dahulu adalah jenis tulisan yang akan dibuat. Apakah tulisan
opini, fakta atau berupa hiburan saja. Apakah jenis tulisannya hanya dikhususkan untuk
dewasa atau umum?

b. Pertimbangan pembaca
Usahakan untuk mencari tulisan yang masih segar atau terbaru dan belum pernah dibaca.

c. Tentukan tema dan ide tulisan


Tema adalah pokok pikiran yang menjadi landasan dari tulisan yang akan dibuat,
sedangkan ide adalah materi yang akan dibahas secara mendalam dalam tulisan.

d. Pengembangan ide
Dalam bagian ini, keterampilan berbahasa sangatlah diperlukan, karena untuk membuat
tulisan yang baik, ide harus dikembangkan dengan kata kata yang dapat dimengerti oleh
pembaca.

e. Gaya tulisan
Setiap penulis mempunyai gaya masing masing dalam menulis. Hal ini merupakan tanda
pengenal seorang penulis kepada pembaca.

f. Ejaan yang disesuaikan


Tulisan yang baik harus bisa dimengerti oleh pembaca, baik dari susunan kata, penggunaan
tanda baca, imbuhan dan awalan, serta kalimat yang baku.

g. Melakukan penyuntingan
Dalam tulisan, hal terpenting adalah mengoreksi dan mengeditnya. Hal ini dibutuhkan
untuk menghindari adanya ejaan atau kata yang salah, kalimat yang ambigu, dan makna
tulisan yang bergeser.

M.PENULISAN KARYA ILMIAH

a) Pengertian Karya Tulis Ilmiah


Karya tulis ilmiah, merupakan gabungan dari tiga suku kata. menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, karya, dapat diartikan sebagai hasil sebuah usaha, upaya, perbuatan atau ciptaan,
sedangkan tulis, atau menulis memiliki arti segala kegiatan yang terkait dengan huruf, angka, pena,
atau media tulis yang lain.
Penulisan karya tulis ilmiah, menggunakan kata yang tidak ambigu, atau memiliki makna
ganda, maka diperlukan penggunaan gaya bahasa yang lugas, eksplisit, menggunakan variasi
istilah ilmiah yang sesuai dengan aturan pedoman umum ejaan bahasa Indonesia.
Pengertian karya tulis ilmiah menurut para ahli berikut ini :
1. Eko Susilo, M.
Menurut Eko Susilo, M., Karya tulis ilmiah adalah artikel yang diperoleh sesuai dengan sifat
ilmiah dan didasarkan pada observasi, evaluasi, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut
metode tertentu dengan sistematika penulisan bahasa bersantun dan isinya dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya/keilmiahannya.
2. Dwiloka dan Riana
Menurut Dwiloka dan Riana, Karya ilmiah atau artikel ilmiah adalah karya seorang ilmuwan
(dalam bentuk pembangunan) yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
yang diperoleh melalui literatur, koleksi pengalaman, penelitian.

b) Fungsi Karya Tulia Ilmiah

1. Fungsi Untuk Pendidikan


Pada saat penulis berada di bangku sekolah menengah atas, penulis pernah mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler, karya ilmiah remaja, dari sini penulis belajar banyak tentang dasar penulisan,
mengajak penulisnya, untuk berpikir kritis, menuliskan pemikiran atau hasil percobaan ilmiah,
kemudian mempertanggungjawabkan hasilnya.
2. Fungsi Untuk Penelitian
Pada setiap masa, ilmu pengetahuan semakin berkembang, sesuai dengan pertumbuhan sosial
masyarakat. Dari sini, karya tulis ilmiah dimanfaatkan untuk mengembangkan penelitian
seseorang, dengan menghadirkan pengetahuan-pengetahuan baru, setelah memperoleh data-data
yang akurat, diolah, disimpulkan, kemudian diterapkan dalam kehidupan.
3. Fungsi Fungsional
Karya tulis ilmiah ditulis oleh penulis dari berbagai disiplin ilmu. Penjelasan arti fungsi fungsional
berarti, karya tulis ilmiah dapat menjadi media pengembangan pengetahuan sebagai bahan tinjauan
pustaka, untuk kebutuhan dari berbagai disiplin ilmu.

c) Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1. Dapat melatih pengembangan keterampilan membaca yang efektif.


2. Sebagai pengenalan terhadap aktivitas kepustakaan
3. Mendapatkan kepuasan intelektual
4. Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan
5. Sebagai bahan acuan atau penelitian pendahuluan untuk peneliti selanjutnya
6. Sebagai peningkatan perorganisasian fakta dan data secara sistematis
7. Dapat melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber

d) Jenis-jenis Karya Tulis Ilmiah

1. Artikel
2. Makalah
3. Skripsi
4. Work paper
5. Paper
6. Tesis
7. Disertasi

e) Cara Membuat Karya Tulis Ilmiah


1. Peristiwa
2. Ungkapkan
3. Analisis
4. Kesimpulan
5. Terapkan

f) Struktur Karya Tulis Ilmiah

1. Halaman Judul
2. . Abstrak
3. Pendahuluan
4. Kerangka Teoritis
5. Abstrak
6. Pendahuluan
7. Kerangka Teoritis
8. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai