Disusun oleh :
Al Fitrah Salsabilla (220402502003)
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak
dicetusnya sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Kedudukan ini dimungkinkan oleh
kenyataan bahwa bahasa melayu yang mendasari bahasa Indonesia. Didalam kedudukan sebagai
bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai berikut.
1) Bahasa Indonesia sebagai Lambang Kebanggaan Nasional Bahasa Indonesia selaku lambang
kebanggaan nasional memiliki nilai-nilai budaya luhur dan sosial. Nilai-nilai ini pula yang
dijadikan cermin bangsa, sehingga semestinya warga Indonesia bersedia menjunjung tinggi dan
mempertahankannya. Dalam hal ini, pemakaian bahasa Indonesia di berbagai lingkungan dan
keinginan mempelajarinya menjadi langkah-langkah yang dapat dilakukan.
2) Bahasa Indonesia sebagai Lambang Identitas Nasional Menggunakan bahasa Indonesia baik dalam
bentuk lisan maupun tulisan dapat dijadikan sebagai identitas. Terutama saat Anda sedang berada
di negara lain. Selain itu, pemakaian bahasa Indonesia yang tepat secara tak langsung akan
memperlihatkan watak, karakter, dan kepribadian warga Indonesia di mata bangsa asing.
3) Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Persatuan Sejarah bahasa Indonesia memang cukup panjang dan
dalam salah satu fase, bahasa ini digunakan sebagai pemersatu bangsa. Bahkan fungsi ini masih
dijalankan sampai sekarang mengingat Indonesia dikenal sebagai salah satu negara multikultural.
Mempelajari atau mengajarkan bahasa Indonesia akan menghapus jarak maupun kesenjangan antar
suku maupun strata sosial di Indonesia.
4) Bahasa Indonesia sebagai Alat Penghubung Antarbudaya Masih berkaitan dengan poin
sebelumnya, bahasa Indonesia mampu meleburkan perbedaan di berbagai daerah. Bahasa
Indonesia memudahkan banyak persatuan untuk dikomunikasikan, antahlah itu dari sektor warga
di pedesaan hingga yang tertinggi di pemerintahan. Selain itu, pertumbuhan komunikasi akan
menunjang peningkatan wawasan dan pengetahuan.
Bahasa daerah adalah suatu bahasa yang secara tradisional dituturkan disuatu wilayah yang
secara numerik membentuk kelompok yang kecil dari populasi lainnya dan berbeda dari bahasa
resmi dari Negara tersebut. Bangsa Indonesia memiliki beragam etnis yang memiliki bahasa
masing-masing. Bahasa tersebut hanya menggali penggunaan dalam berkomunikasi sesama suku.
Bahasa daerah merupakan sebagai pendukung bahasa Indonesia yang ada, diakui Negara yang
tercantum dalam UUD 1945 pasal 32 ayat 2 dan sesuai kongres bahasa Indonesia II tahun 1954. Di
dalam dunia pendidikan tingkat sekolah dasar, bahasa daerah boleh dipakai sebagai bahasa
pengantar selama tiga tahun atau kelas tiga. Bahasa asing adalah bahasa negara lain. Bahasa asing
tidak di gunakan dalam interaksi sosial dalam suatu negara tetapi hanya digunakan untuk warga
negara lain. Meskipun jarang digunakan, namun kenyataannya bahasa asing tetap diajarkan dalam
dunia pendidikan tingkat tertentu. Bahasa asing juga digunakan sebagai bahasa penghubung
sebuah antarbangsa untuk pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o,dan u.
Berikut huruf vokal dalam bahasa Indonesia yang disertai dengan penggunaanya dalam kata.
Huruf Misal Pemakaian dalam Kata
Konsonan Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
B bahasa sebut adab
C cakap kaca -
D dua ada abad
F fakir kafan maaf
G guna tiga gudeg
H hari saham tuah
J jalan manja mikraj
K kaki paksa politik
L lekas alas akal
M maka kami diam
N nama tanah daun
P perah apa siap
q* qariah iqra -
R riah bara putar
S sampai asli tangkas
T tali mata rapat
V variasi larva molotov
W wanita hawa takraw
x* xenon - -
Y yakin payung -
Z zeni lazim juz
Keterangan: Huruf q dan x khusus dipakai untuk nama diri (seperti Taufiq dan Xerox) dan
keperluan ilmu (seperti status quo dan sinar-x)
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan.
Yaitu hk, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
Gabungan
Huruf Konsonan Misal Pemakaian dalam Kata
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat atau
sapaan.
Contohnya sebagai berikut.
S.H. sarjana hukum
m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama penunjuk hubungan kekerabatan, seperti
bapak, ibu, kakak, adik dan paman, serta kata unjuk lain yang dipakai dalam
penyapaan atau penyebutan
Contohnya sebagai berikut.
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Hasan.
g) Pemakaian huruf miring
Berikut cara penulisan huruf kapital atau huruf besar dalam pelajaran bahasa Indonesia.
a. Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat
kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.
Contohnya sebagai berikut.
Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis.
b. Huruf miring dipakai sebagai menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata,
kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
Contohnya sebagai berikut.
Huruf terakhir kata abad adalah d.
c. Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau
bahasa asing.
Contohnya sebagai berikut.
Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian wisatawan asing yang
berkunjung ke Aceh.
h) Pemakaian huruf Tebal
a. Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring.
Contohnya sebagai berikut.
Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan.
b. Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian- bagian karangan, seperti judul buku,
bab, atau sub bab.
Buku itu sangat menarik.
C. EJAAN PENULISAN KATA
1. Pengertian Ejaan dan Penulisan Kata
Ejaan adalah cara dalam penulisan kata/kalimat dengan benar, degan memperhatikan
penggunaan huruf serta tanda baca yang benar. Penulisan kata adalah proses atau cara penulisan
yang mempertimbangkan unsur Bahasa yang diucapkan atau dituliskan sebagai wujut kesatuan dan
perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa sesuai ejaan yang disempurnakan.
b) Fungsi Ejaan
Ejaan tidak semata-mata hanya digunakan untuk menulis kata/kalimat dengan benar. Ejaan
juga memiliki fungsi yang cukup penting dalam penulisan Bahasa Indonesia. Menurut Siti
Maimunah dalam buku Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (2019), berikut fungsi ejaan
diantaranya:
1. Sebagai pembakuan dalam membuat tata bahasa agar semakin baku.
2. Membuat pemilihan kosa kata dan istilah menjadi lebih baku.
3. Sebagai penyaring unsur bahasa asing ke Bahasa Indonesia sehingga dalam penulisannya
tidak menghilangkan makna aslinya.
4. Penggunaan ejaan dapat membantu mencerna informasi dengan lebi
5. cepat dan mudah, karena penulisan bahasa yang lebih teratur.
c) Yang termasuk dalam Penulisan Kata
Berikut pedoman umum penulisan kata
1. Kata dasar, kata dasar merupakan kata yang masih asli atau belum tercampur dengan imbuhan
atau kata tambahan lainnya contohnya, makan, kerja, tidur, pergi, jauh. Agar lebih memahami
berikut contoh kalimatnya,
Adik makan nasi goreng
2. Kata turunan adalah kata dasar yang telah diberi imbuhan baik berupa awalan (prefix), sisipan
(infiks), akhiran (sufiks), serta awalan-akhiran (konfiks). Karena pemberian imbuhan tersebut,
kata turunan mengalami pergeseran makna. Contohnya penulisan kata turunan yang benar seperti
dibawah ini.
Berdasarkan yang bentuknya berimbuhan awalan (prefiks)
Berdasarkan yang berimbuhan awalan-akhiran (konfiks)
Contoh: se-an + hari = seharian se-nya + mesti = semestinya
3. Gabungan kata atau kata majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa utama atau lebih
yang dapat berdiri sendiri sebagai kalimat yang lepas. Misalnya: kambing hitam, orang tua, meja
tulis, rumah sakit jiwa.
Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah satu pengertian ditulis dengan membubuhkan
tanda hubung (-) diantara unsur-unsurnya, misalnya: anak-istri pejabat (anak dan istri pejabat),
anak istri-pejabat (anak dari istri pejabat).
4. Kata ganti adalah kata-kata pendek dan dapat melakukan segala sesuatu yang dapat dilakukan
oleh kata benda dan merupakan salah satu blok pembangun. Kata ganti umumnya adalah dia,
Anda, saya, kami, ini, mereka, itu. Kata ganti dapat bertindak sebagai subjek, objek proposisi.
5. Kata depan atau preposisi digunakan untuk menyatakan berbagai peristiwa seperti tempat, arah,
hingga tujuan.
Baju olahraga adik disimpan ibu dalam lemari kecil itu. (menyatakan tempat suatu benda
berada).
6. Partikel atau kata tugas adalah kelas kata yang hanya memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki
arti leksikal. Arti suatu kata tugas ditentukan oleh kaitannya dengan kata lain dalam suatu frasa
atau kalimat dan tidak bisa digunakan secara lepas atau berdiri sendiri. Contohnya: -lah, -kah,
dan -tah.
Bacalah buku itu baik-baik!
7. Singkatan dan Akronim, sebenarnya singkatan dan Akronim hampir mirip, tapi tidak sama,
karena Singkatan adalah suatu gabungan dari beberapa suku kata menjadi satu kalimat
sedangkan.
Akronim adalah gabungan dari beberapa kalimat menjadi satu.
a. Akronim dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu,
akronim didasarkan atas bentuk asli, misalnya autis;
b. Singkatan dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:
Singkatan didasarkan pada bentuk asli, misalnya PMI;
8. Kata sandang Kata sandang adalah kata yang tidak mempunyai arti atau makna khusus. Sandang
hanya menjelaskan nomina atau kata benda yang merupakan penjelas dari kata yang ada di
depannya. Kata sandang terbagi atas 3 jenis, yaitu:
a. Kata sandang tunggal Kata sandang tunggal digunakan untuk memberikan arti dari seseorang
ataupun sesuatu hal yang tunggal setelahnya. Berikut ini yang termasuk dalam kata sandang
tunggal, di antaranya:
Sang, dipanggil untuk panggilan seseorang, benda mati ataupun makhluk hidup lainnya yang
berguna untuk meninggikan martabat atau juga untuk sindiran
b. Kata sandang jamak atau kelompok. Jenis kata sandang yang digunakan untuk menyatakan sebuah
kelompok. Berikut ini yang termasuk dalam kata sandang jamak, di antaranya:
Para, digunakan untuk menegaskan sekelompok orang yang memiliki kesamaan tertentu
c. Kata sandang sebagai kata ganti orang atau benda. Jenis kata sandang ini dimaksudkan untuk
menggantikan sesuatu hal dengan maksud untuk menyeimbangkan
Yang, digunakan untuk menggantikan seseorang yang tunggal
9. Pemenggalan kata adalah pemenggalan atau pemotongan suku kata agar nantinya dapat ditulis dan
dibaca dengan ejaan yang baik dan benar. Hal ini juga akan memudahkan kita saat menulis kalimat
yang panjangnya melebihi batas kertas sehingga kita dapat menentukan suku kata yang harus
ditulis di baris selanjutnya.
a. Apabila di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di Contoh:
kata "amboi" pemenggalan yang salah (am-bo-i), pemenggalan yang benar (am-boi).
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, unsur serapan didefenisikan sebagai berikut: unsur
adalah bahan asal, zat asal, bagian yang terpenting dalam suatu hal, sedangkan serapan adalah
pemasukan ke dalam, penyerapan masuk ke dalam lubang- Iubang kecil (Poerwadarminta, 1985 : 130
dan 425).
1. Pungutan Leksikal
Sebagian besar pungutan yang terdapat pada suatu bahasa dari bahasa lain adalah bersifat
leksikal, artinya kebanyakan pungutan yang bersifat struktural kurang sekali. Bersama pungutan
leksikal terbawa pula pungutan bunyi. Dari bahasa asing seperti bahasa Arab, Belanda, dan Inggris
dapat disebut pungutan bunyi /f/ ke dalam BI, yang terbawa dalam kata-kata seperti fakir, fana,
fakultas, faktor, dan fokus.
Ada bunyi-bunyi dari bahasa asing yang mula-mula terpungut, akan tetapi kemudian karena
tidak sesuai dengan sistem bunyi bahasa penerima, maka bunyibunyi asing itu hilang dan digantikan
2. Pungutan Struktural
Termasuk pungutan ini ialah semua unsur-unsur bunyi, morfem, dan kalimat. Pungutan bunyi
merupakan bagian dari pungutan kata-kata yang disesuaikan dengan sistem bunyi 7 bahasa
penerima. Bunyi /z/ di dalam kata zaman, yang mula-mula secara “murni” diucapkansebagai /z/
kemudian kebanyakan diucapkan oleh pemakai-pemakai bahasa Indonesia yang tidak keasing-
asingan sebagai /j/, sehingga kata itu biasa diucapkan sebagai jaman, yang sesuai dengan sistem
bunyi bahasa Indonesia dan merupakan penyesuaian. Kata-kata yang ditulis sebagai abad, sabtu,
sebab, biasa diucapkan sebagai „abat‟, „saptu‟, dan „sebap‟. Hal ini sebenarnya termasuk
penyesuaian struktural karena sistem bahasa Indonesia tidak mempunyai bunyi-bunyi bersuara pada
akhir suku.
Pungutan kelompok kata, yaitu suatu pembentukan yang bersifat struktural, seperti pungutan
morfemis, yang akan menyebabkan adanya terjemahan pungutan. Contoh-contoh di dalam bahasa
Indonesia adalah kelompok-kelompok seperti jaringan penguasa (authority of network), pusat-pusat
kekuasaan (centre of power), bahkan juga ungkapan-ungkapan seperti dalam analisa terakhir (in the
last analysis). Sebenarnya ada pungutan semacam terjemahan pungutan yang menekankan pada
maknanya, seperti kambing hitam, latar belakang, dan lain-lain.
d. Unsur serapan dalam pedoman Umum ejaan bahasa Indonesia uang di sempurnakan
(EYD)
Dalam, unsur-unsur yang sudah lama terserap ke dalam bahasa Indonesia yang tidak perlu
lagi diubah ejaannya. Misalnya sirsak, iklan. Kedua, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke
dalam bahasa Indonesia, seperti shuttle cock, real estate. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks
bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Ketiga, unsur yang
pengucapannya dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia
1) Penulisan Unsur Serapan dalam kosakata
Kaidah penulisan unsur serapan dalam kosakata terdiri atas tiga kaidah. Kaidah tersebut
berturut-turut dapat dilihat sebagai berikut
a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian
c. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
d. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat
dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.
e. Tanda titik dua dipakai untuk menandakan nisbah (angka banding
f. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan. Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemaden
a) Tanda Pisah em (—) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan
khusus di luar bangun kalimat.
b. Tanda pisah em (—) menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat
menjadi lebih tegas.
c. Tanda pisah en (–) dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau
di antara dua nama kota yang berarti ‘ke’, atau ‘sampai’
d. d.Tanda pisah en (–) tidak dipakai bersama perkataan dari dan antara, atau bersama tanda kurang
(−).
a) Definisi Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan maupun tulisan yang
mengungkapkan pikiran secara utuh. Dalam wujud lisan kalimat diungkapkan dengan suara yang
naik dan turun, lemah dan lembut, disela dengan jeda, dan diakhiri dengan intonasi. Sedangkan
dalam wujud tertulis kalimat diawali dengan huruf kapital dan di akhiri dengan tanda titik, tanda
tanya dan tanda seru
b) Struktur Kalimat
Struktur kalimat adalah pola atau unsur untuk membentuk komponen kata menjadi
kalimat yang benar dan sesuai penulisan dalam bahasa Indonesia. Untuk penggunaan kalimat
efektif, ada 4 komponen struktur tetap, yaitu subjek, predikat, objek, dan keterangan, yang mana
lebih dikenal dengan singkatan SPOK.
Berikut adalah penjelasan mengenai pembentukan struktur kalimat yang terdiri dari 4
komponen, yaitu:
1. Subjek (Pelaku)
Subjek atau subyek adalah bagian klausa yang menandai apa yang dibicarakan oleh pembicara.
Bagian klausa yang lain selain subjek adalah predikat.
2. Predikat
Predikat adalah unsur yang menjelaskan sebuah subjek. Ciri khas predikat yaitu menjelaskan
pekerjaan yang dilakukan subjek dan biasanya berupa kata kerja baik aktif maupun pasif. Berikut
ini adalah beberapa ciri-ciri dari predikat, agar lebih mempertajam pemahaman pembaca:
a) Ciri-ciri predikat adalah umumnya posisinya dalam sebuah kalimat berada di sebelah kanan
subjek.
b) Ciri-ciri predikat adalah dapat digunakan untuk mengisyaratkan perlu tidaknya kata lain di
sebelah kanannya agar kalimat menjadi lebih lengkap.
c) Ciri-ciri predikat adalah keberadaannya dapat digunakan untuk menjelaskan subjek sehingga
kalimat menjadi bermakna.
3. Objek
Objek dapat diartikan sebagai hal, perkara, atau orang yang menjadi pokok pembicaraan.
Bisanya, objek terletak setelah predikat.
4. Keterangan
Letak keterangan pada sebuah kalimat biasanya berada di bagian akhir. Unsur keterangan
biasanya di jadikan pelengkap kalimat. Keterangan bisa diisi oleh frasa, kata, atau anak kalimat
c) Gaya Kalimat
Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat diperinci menjadi pernyataan, perintah, dan
permintaan, serta seruan. Dalam bahasa lisan, intonasi yang khas menjelaskan kapan kita
berhadapan dengan salah satu jenis itu. Dalam bahasa tulisan, perbedaan dijelaskan oleh
bermacam-macam tanda baca.
1. Kalimat Pernyataan (kalimat deklaratif)
Pernyataan “menyatakan” sesuatu dengan lengkap pada waktu penutur ingin
menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya (intonasi menurun: tanda titik),
2. Kalimat Pertanyaan (kalimat introgatif)
Pertanyaan “bertanya” atau “meminta”. Kalimat ini di pakai jika penutut ingin
memperoleh informasi atau reaksi (perbuatan, jawaban) yang diharapkanya (intonasi
meningkat, menurun; tanda tanya)
3. Kalimat Perintah dan Permintaan (kalimat imperatih)
Perintah “menyuruh” atau “melarang” orang berbuat sesuatu (intonasi menurun:
tanda titik atau tanda seru).
4. Kalimat Seruan (kalimat ekslamatif)
Seruan “mengungkapkan” perasaan yang kuat atau yang mendadak. Dalam karangan
yang baik kalimat seruan jarang dipakai (intonasi meningkat, menurun: tanda seru atau tanda
titik)
G. DIKSI
a) Pengertian Diksi
Kesalahan Pemakaian Gabungan Kata. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting,
baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilih kata
yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita dapat lari dari kamus.
Syarat- syarat ketetapan pilihan kata:
1. Membedakan makna denotasi dan konotasi yang cermat.
2. Membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim, misalnya: adalah, ialah,
merupakan, yaiu, dalam pemakaiannya berbeda- beda.
3. Membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaannya, misalnya: inferensi
(kesimpulan ), dan interferensi (saling mempengaruhi ), sarat ( penuh, bunting ) dan syarat
( ketentuan ).
4. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasasrkan pendapat sendiri, jika
pemahaman belum dapat dipastikan, pemakaian kata harus menemukan makna yang tepat
dalam kamus, misalnya: modern sering diartikan secara subjektif canggih menurut kamus
modern berarti terbaru atau mutakhir, canggih berarti banyak cakap, suka menggangu, banyak
mengetahui, bergaya intelektual.
5. Menggunakan imbuhan asing ( jika diperlukan ) harus memahami maknanya secara tepat,
misalnya: dilegalisir seharusnya dilegalisasi, koordinir seharusnya koordinasi.
6. Menggunakan kata-kata idomatik berdasarkan susunan ( pasangan ) yang benar, misalnya:
sesuai bagi seharusnya sesuai dengan.
7. Menggunakan kata umum dan khusus secara cermat. Untuk mendapatkan pemahaman yang
spesifik karangan ilmiah sebaiknya menggunakan kata khusus ke umum mislnya mobil ( kata
umum ) , corolla ( sedan buatan Toyota )
8. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, misalnya : issu ( berasal dari issue
berarti publikasi, kesudahan, perkara ) isu ( dalam bahasa Indonesia berarti kabar yang tidak
jelas asal-usulnya, kabarangin, desas-desus ).
9. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim ( pria dan laki-laki, saya dan aku, serta buku
dan kitab ), berhomofoni ( misalnya: bangdan bank ) dan berhomografi( misalnya: apel buah,
apel upacara, buku ruas, buku kitab ).
Menggunakan kata abstrak (konseptual misalnya: pendiikan, wirauasaha dan pengobatan
modern dan kata konkret ( kata khus misalnya: mangga, sarapan, dan berenang).
10. Selain ketepatan pilihan kata itu, pengguna bahasa harus pula memperhatikan kesesuaian kata
agar tidak merusak makna, suasana, dan situasi yang hendak ditimbulkan, atau suasana yang
sedang berlangsung. Syarat kesesuaian kata:
1. Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampuradukan penggunakannya
dengan kata tidak baku yang hanya digunakan dalam pergaulan, misalnya: hakikat (baku),
hakekat (tidak baku), konduite (baku), kondite (tidak baku),
2. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat, misalnya: kencing
(kurang sopan), buang air kecil (lebih sopan), pelacur (kasar), tunasusila (lebih halus),
3. Menggunakan kata berpasangan (idiomatuik), dan berlawanan makna dengan cermat,
misalnya: sesuai bagi (salah), sesuai dengan (benar), bukan hanya melainkan juga (benar),
bukan hanya tetapi juga (salah), tidak hanya tetapi juga (benar),
4. Menggunakan kata dengan nuansa tertentu, misalnya: berjalan lambat, mengesot, dan
merangkak, merah darah; merah hati. Menggukan kata ilmiah untuk karangan ilmiah, dan
komunikasi non ilmiah (surat-meyurat, diskusi umum)
5. menggunakan kata popular, misalnya: argumentasi (ilmiah), pembuktian (popular), psikologi
(ilmiah), ilmu jiwa (popular).Menghindarkan penggunaan ragam lisan (pergaulan dalam
bahasa tulis), misalnya: tulis, baca, kerja (bahasalisan), menulis, menuliskan, membaca,
membacakan, bekerja, mengerjakan, dikejakan, (bahasa tulis).
a) makna denotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah
makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung
dalam sebuah kata secara objektif.
b) Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap
social, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual . Makna
konotatif atau konotasi berarti makna kias, bukan makna sebenarnya
c) Makna Umum Dan Khusus
Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya. Makin luas ruang
lingkup suatu kata, makin umum sifatnya. semakin khusus makna kata yang dipakai, pilihan
kata semakin cepat. Perhatikan contoh berikut:
1) Kata umum: melihat
Kata khusus: melotot, melirik.
2) Kata umum: berjalan
Kata khusus: tertatih-tatih, ngesot
3) Kata umum: jatuh
Kata khusus: terpeleset, terjengkang,
H. STRUKTUR PARAGRAF
a) Pengertian Paragraf
Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil
penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraph,
yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam
paragraf membicarakan satu gagasan(gagasan tunggal).Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam
paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf
b) Struktur Paragraf
Paragraf terdiri atas kalimat topik atau kalimat pokok dan kalimat penjelas atau kalimat
pendukung. Kalimat topik merupakan kalimat terpenting yang berisi ide pokok alinea. Sedangkan
kalimat penjelas atau kalimat pendukung berfungsi untuk menjelaskan atau mendukung ide utama.
Untuk mendapatkan paragraf yang baik perlu diperhatikan hal-hal berikut :
1. Posisi Paragraf .
Sebuah karangan dibangun oleh beberapa bab. Bab-bab suatu karangan yang
mengandung kebulatan ide dibangun oleh beberapa anak bab. Anak bab dibangun
oleh beberapa paragraf.
2. Batasan Paragraf
Pengertian paragraf ini ada beberapa pendapat, antara lain :
1. Kamus Besar Bahasa Indonesia : paragraf adalah bagian bab dalam suatu
2.karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru)
3. The Jiang Gie dan A. Didyamartaya : paragraf ialah satuan pembagian lebih kecil di bawah
sesuatu bab dalam buku. Paragraf biasanya diberi angka Arab
3. Kegunaan Paragraf
Paragraf bukan berkaitan dengan segi keindahan karangan itu, tetapi pembagian
per paragraf ini memiliki beberapa kegunaan, sebagai berikut:
1.Sebagai penampung fragmen ide pokok atau gagasan pokok keseluruhan paragraph
2. Alat untuk memudahkan pernbaca memahami jalan pikiran penulisnya Penanda bahwa
pikiran baru dimulai,
3. Alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran secara sistematis;
4. Dalam rangka keseluruhan karangan, paragraf dapat berguna bagi pengantar, transisi, dan
penutup.
4. Unsur-Unsur Paragraf
Ialah beberapa unsur yang pembangun paragraf, sehingga paragraf tersebut tersusun secara logis
dan sistematis. Unsur-unsur paragraf itu ada empat macam,yaitu :
transisi, kalimat topik, kalimat pengem-bang, dan kalimat penegas.
5. Struktur Paragraf
Mendapatkan banyaknya unsur dan urutan unsur yang pembangun
paragraf, struktur paragraf dapat dikelompokkan menjadi delapan kemungkinan,
yaitu :
1. Paragraf terdiri atas transisi kalimat, kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat
penegas.
Paragraf terdiri atas transisi berupa kata, kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat
penegas.
Parazraf terdiri atas kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat peneges.
Paragraf terdiri atas transisi berupa kata, kalimat topik, dan kalimat pengembang.
Paragraf terdiri atas transisi berupa kalimat, kalimat topik, kalimat pengembang.
Paragraf terdiri atas kalimat topik dan katimat pengembang.
Paragraf terdiri atas kalimat pengembang dan katimat topik. (putri)
d) Macam-maca Paragraf
Eksposisi
Berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi.
Argumentasi
Bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/
fakta konsep sebagai alasan/ bukti.
Deskripsi
Berisi gambaran mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolaholah melihat, merasa
atau mendengar hal tersebut.
Persuasi
Karangan ini bertujuan mempengaruhi emosi pembaca agar berbuat sesuatu.
Narasi
Karangan ini berisi rangkaian peristiwa yang susul-menyusul, sehingga membentuk alur cerita.
Karangan jenis ini sebagian besar berdasarkan imajinasi.
e) Unsur-usur Paragraf
Dalam pembuatan suatu paragraf harus memiliki unsur unsur pembangun paragraf agar
paragraf atau alinea dapat berfungsi dengan sebagaimana mestinya Topik atau tema atau gagasan
utama atau gagasan pokok atau pokok pikiran. Berdasarkan penempatan inti gagasan atau ide
pokoknya alinea dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
Deduktif : kalimat utama diletakan di awal alinea
Induktif : kalimat utama diletakan di akhir anil
Variatif : kalimat utama diletakan di awal dan diulang pada akhir alinea
Deskriptif/naratif : kalimat utama tersebar di dalam seluruh alinea
Kalimat penjelas, merupakan kalimat yang berfungsi sebagai penjelas dari gagasan utama.
Kalimat penjelas merupakan kalimat yang berisisi gagasan penjelas. Judul (kepala karangan),
untuk membuat suatu kepala karangan yang baik, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi,
yaitu :
1. Provokatif (menarik)
2. Berbentuk frase
3. Relevan (sesuai dengan isi)
4. Logis
5. Spesifik.
1) Karangan Deskripsi
Karangan deskripsi adalah suatu bentuk karya tulis yang menggambarkan atau melukiskan
suatu objek atau benda kepada para pembaca seolah-olah pembaca merasakan, melihat atau
mengalami sendiri topik di dalam tulisan.
Ciri-ciri karangan deskripsi:
a. Melukiskan suatu objek dengan sejelas-jelasnya kepada para pembaca.
b. Melibatkan observasi panca indera.
c. Metode penulisan menggunakan cara objektif, subjektif, atau kesan pribadi penulis terhadap
suatu objek.
Tujuan karangan deskripsi:
Agar orang yang membacanya dapat seolah olah melihat sendiri benda yang diceritakan tersebut.
2) Karangan Narasi
Karangan narasi adalah suatu bentuk karya tulis yang berupa serangkaian peristiwa baik fiksi
maupun non fiksi yang disampaikan sesuai dengan urutan waktu yang sistematis dan logis. Pada
karangan narasi terdapat tahapan-tahapan peristiwa yang jelas, dimulai dari perkenalan, timbul
masalah, konflik, penyelesaian dan ending.
Ciri-ciri karangan narasi
a. Menyajikan suatu cerita yang berupa berita, peristiwa, pengalaman yang menarik kepada
pembaca
b. Cerita-cerita tersebut disajikan dengan urutan kronologis yang jelas.
c. Ada konflik dan tokoh yang menjadi inti dari sebuah karangan.
d. Memiliki setting yang disampaikan dengan jelas.
e. Betujuan untuk menghibur pembaca dengan cerita-cerita yang disampaikan.
Tujuan karangan narasi:
a. Memberikan informasi untuk menambah pengetahuan
b. Memberikan wawasan kepada pembaca
c. Memberikan hiburan
d. Memberikan pengalaman estetis kepada pembaca
3) Karangan Eksposisi
Karangan eksposisi adalah sebuah karangan yang berisi tentang penjelasan-penjelasan atau
pemaparan mengenai suatu informasi kepada pembaca.
Ciri-ciri karangan eksposisi
a. Menyajikan atau menyampaikan sebuah informasi kepada pembacanya.
b. Informasi yang disajikan bersifat fakta atu benar-benar terjadi.
c. Bertujuan untuk menyakinkan pembaca.
d. Pengarang menghindari keterlibatan emosi dalam menyampaikan pendapatnya.
TUJUAN teks eksposisi untuk menjelaskan informasi tertentu agar bisa menambah ilmu pengetahuan
pembaca, sehingga dengan membaca teks eksposisi maka pembaca akan mendapatkan pengetahuan
secara rinci dari suatu hal atau kejadian.
5) Karangan Persuasi
Karangan persuasi adalah salah satu bentuk karya tulis yang berisi ajakan-ajakan kepada para
pembacanya untuk melakukan atau mempercayai suatu hal.
Ciri-ciri karangan persuasi
a. Karangan ini bersifat mengajak para pembacanya.
b. Biasanya banyak ditemukan kata-kata yang bersifat mengajak seperti “ayo”, “mari”, dan
“lakukanlah”.
c. Memiliki alasan-alasan yang kuat berupa data, fakta, dan lain-lain untuk meyakinkan pembaca.
d. Karangan ini berusaha menghindari konflik agar pembaca tidak kehilangan kepercayaan.
e. Karangan ini berusaha mendapatkan kesepakatan atau kepercayaaan antara penulis dan
pembaca.
Adapun tujuan dari paragraf persuasi adalah untuk membujuk atau mempengaruhi atau meyakinkan
pembacanya agar mempercayai dan melakukan apa yang penulis sampaikan di dalam paragraf.
Untuk mencapai tujuan ini, paragraf persuasi harus disertai dengan bukti dan
data-data pendukung yang kuat
J. KETERAMPILAN BERBICARA
a) Hakikat Berbicara
Beberapa pandangan-pandangan ahli tersebut antara lain :
1. Suhendar (1992)
Berbicara adalah proses perubahan wujud pikiran/perasaan menjadi wujud ujaran. Ujaran yang
dimaksud adalah bunyi-bunyi bahasa yang bermakna.
2. Depdikbud (1985)
Berbicara diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang
lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain.
3. Tarigan (1983)
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
c) Prinsip-Prinsp Berbicara
Prinsip-prinsip umum berbicara yang di kemukakan Brooks dalam Tarigan (1981:15-16):
Dibutuhkan paling sedikit dua orang.
Menggunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama.
Menerima atau mempengaruhi suatu referensi umum.
Merupakan suatu pertukaran antar partisipan.
Menghubungkan setiap pembicaraan dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya dengan
segera.
Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini.
d) Jenis-jenis Berbicara
Ada lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasikan berbicara. Landasan tersebut
yaitu situasi, tujuan, metode penyampaian, jumlah penyimak, dan peristiwa khusus.
1. Situasi
Setiap situasi menuntut keterampilan berbicara tertentu. Berdasarkan situasi berbicara dapat
dibagi menjadi dua, yaitu berbicara resmi (formal) dan berbicara informal (tidak resmi).
2. Tujuan
Tujuan berbicara adalah menghibur, menginformasikan, menstimulasikan, meyakinkan atau
menggerakkan. Dengan tujuan tersebut maka berbicara dikelompokkan menjadi lima, yaitu :
Berbicara menghibur, Berbicara menginformasikan, Berbicara menstimulasi, Berbicara
meyakinkan, Berbicara menggerakan,
3. Metode Penyampaian
Berbicara menurut metode penyampaiannya dibagikan menjadi empat, yaitu : Penyampaian
sevara mendadak, Penyampaian berdasarkan catatan kecil, Penyampaian berdasarkan
hafalan, Penyampaian berdasarkan naskah.
4. Jumlah Penyimak
Komunikasi lisan melibatkan dua pihak, yaitu pembicara dan pendengar. Jumlah pendengar
yang menyimak bervariasi. Berdasarkan jumlah penyimak berbicara dibedakan menjadi 3:
Berbicara anatar Pribadi, Berbicara dalam kelompok kecil, Berbicara dalam kelompok
besar.
5. Peristiwa Khusus
Pembicaraan ini terjadi pada peristiwa tertentu. Berdasarkan peristiwa khusus berbicara
dapat digolongkan menjadi :
a) Pidato presentasi
b) Pidato penyambutan
c) Pidato perpisahan
d) Pidato perkenalan
e) Pidato nominasi
e) Keefektifan Berbicara
1. Ketepatan pengucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat.
Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian pendengar
2. Ketepatan intonasi
Kesesuaian intonasi merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara dan merupakan faktor
penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan intonasi
yang sesuai dengan masalahnya menjadi menarik.
3. Pilihan kata (diksi)
Pilihan kata (diksi) hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah
dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih terangsang dan
lebih paham
4. Kelancaran
Seorang pembicara yang lancar berbicara memudahkan pendengar menangkap isi
pembicaraannya. Seringkali kita dengar pembicara berbicara terputus-putus, bahkan antara
bagian-bagian yang terputus itu diselipkan bunyi-bunyi tertentu yang sangat mengganggu
penangkapan pendengar
Berbicara atau kegiatan komunikasi lisan merupakan kegiatan individu dalam usaha
menyampaikan pesan secara lisan kepada sekelompok orang, yang disebut juga audience atau
majelis. Supaya tujuan pembicaraan atau pesan dapat sampai kepada audience dengan baik,
perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat menunjang keefektifan berbicara. Kegiatan
berbicara juga memerlukan hal-hal di luar kemampuan berbahasa dan ilmu pengetahuan. Pada
saat berbicara diperlukan a) penguasaan bahasa, b) bahasa, c) keberanian dan ketenangan, d)
kesanggupan menyampaikan ide dengan lancar dan teratur.
Faktor penunjang pada kegiatan berbicara sebagai berikut. Faktor kebahasaan, meliputi:
Ketepatan ucapan,
Penempatan tekanan nada, sendi atau durasi yang sesuai,
Pilihan kata,
Ketepatan penggunaan kalimat serta tata bahasanya,
Ketepatan sasaran pembicaraan.
Sedangkan faktor non kebahasaan, meliputi
Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku,
Pandangan harus diarahkan ke lawan bicara,
Kesediaan menghargai orang lain,
Gerak-gerik dan mimik yang tepat,
Kenyaringan suara,
Kelancaran,
Relevansi, penalaran,
Penguasaan topik.
Pembicara merupakan seseorang yang dipercaya untuk menyampaikan suatu hal, informasi,
atau berita di depan umum. Seorang pembicara dapat saja memiliki bidang dan mengambil
kedudukan yang berbeda dalam menyampaikan isi pembicaraannya.
Rusmiati (2002:30) mengemukakan bahwa terdapat sejumlah ciri-ciri pembicara yang baik
untuk dikenal, dipahami, dan dihayati, serta dapat diterapkan dalam berbicara. Ciri-ciri tersebut
meliputi hal-hal di bawah ini.
1. Memilih topik yang tepat.
2. Menguasai Materi
3. Memahami latar belakang pendengar
4. Mendeskripsikan situasi
5. Tujuan Jelas
6. Kontak dengan pendengar
7. Kemampuan Linguistik tinggi
8. Menguasai pendengar
9. Memanfaatkan alat bantu
10. Penampilan yang meyakinkan
11. Berencana
Sedangkan, menurut Henry Guntur Tarigan menyebut ciri-ciri pembicara yang ideal adalah
sebagai berikut :
Memandang suatu hal dari sudut yang berbeda, mengambil titik pandang yang tak terduga
pada hal-hal yang umum.
Mempunyai wawasan yang luas, memikirkan dan membicarakan isu-isu dan beragam
pengalaman diluar kehidupan sehari-hari.
Antusias, menunjukkan minat besar pada apa yang diperbuat dalam kehidupan maupun pada
apa yang dikatakan pada kesempatan itu.
Tidak pernah membicarakan diri sendiri.
Mempunyai raa ingin tahu yang besar
Menunjukkan empati yaitu berusaha menempatkan diri sendiri pada posisi untuk memahami
apa yang dikatakan.
Mempunyai selera humor dan tidak keberatan mengolok-olok diri sendiri.
Memiliki gaya bicara sendiri yaitu memiliki pembawaan sikap dalam bicara yang unik,
menjadikan diri menarik dan mudah diingat
a) Pengertian Membaca
Membaca kritis merupakan kegiatan membaca untuk mendapatkan informasi yang relevan
dan diperlukan untuk tulisan yang akan dikembangkan (Rahardi, 2010).
Berikut adalah beberapa hal yang mungkin perlu diperhatikan dalam membaca tulisan atau artikel
ilmiah (Rahardi, 2010).
Membaca kritis pada dasarnya merupakan langkah lebih lanjut dari berpikir dan bersikap kritis.
Adapun kemampuan berpikir dan bersikap kritis meliputi (Nurhadi, 1987):
b) Menulis
Menulis adalah kegiatan menyusun serta merangkaikan kalimat agar pesan, informasi, serta
maksud yang terkandung dalam pikiran, gagasan, dan pendapat penulis dapat disampaikan dengan
baik. Untuk itu satu kalimat harus disusun sesuai dengan kaidah gramatika, sehingga mampu
mendukung pengertian baik dalam taraf significance maupun dalam taraf value. Sebagai proses
kreatif yang berlangsung secara kognitif, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan tulisan
ilmiah, sekurang-kurangnya memuat 3 tahap, yaitu :
1) Tahap persiapan (pra-penulisan)
2) Tahap inkubasi
3) Tahap Iluminasi
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini telah membuka peluang
yang sangat luas kepada siapa saja untuk mengakses informasi, khususnya yang berhubungan
dengan ilmu pengetahuan ilmiah. Jika pada beberapa dekade yang lalu, informasi pengetahuan
hanya dapat diperoleh melalui wujud fisik tulisan-tulisan ilmiah seperti buku maupun hasil-hasil
penelitian, saat ini informasi pengetahuan tersebut dapat ditelusuri secara online melalui internet.
Situs yang paling banyak digunakan untuk mengakses informasi ilmu pengetahuan adalah situs
website : www.google.com.
L. MENULIS
a) Pengertian Menulis
Menulis merupakan kegiatan untuk membuat suatu catatan atau informasi pada suatu
media dengan menggunakan aksara
a.KBBI
Menulis adalah mengungkapkan gagasan, opini, dan ide dalam rangkaian kalimat. Selain itu,
menulis juga membuat huruf dengan pena atau pensil, menyampaikan pikiran atau pandangan,
mengarang cerita dan menggambarkannya.
Suparno dan Yunus (2008) menyatakan bahwa menulis merupakan kegiatan menyampaikan
pesan dengan menggunakan alat tulis setidaknya dengan 4 unsur yaitu:
1. Penulis sebagai penyampai pesan
2. Isi tulisan atau pesan
3. Saluran atau medianya berupa tulisan
4. Pembaca sebagai penerima pesan
2. Membujuk
Membujuk adalah usaha untuk menyakinkan seseorang bahwa yang dikatakannya benar
dengan kata – kata manis, merayu dan memikat hati. Menulis bertujuan membujuk para
pembaca untuk menentukan sikap, mendukung dan menyetujui gagasan, ide atau pendapat
yang dituangkan oleh penulis.
3. Mendidik
Mendidik adalah salah satu tujuan dari komunikasi melalui tulisan. Informasi atau data yang
disampaikan melalui tulisan akan memberikan wawasan dan pengetahuan baru bagi para
pembacanya. Bahkan tulisan juga membantu mengasah dan menambah tingkat kecerdasan
seseorang. Pada akhirnya tulisan bisa mengubah dan ikut menentukan perilaku seseorang.
4.Menghibur
Menghibur adalah fungsi dan tujuan dalam komunikasi melalui tulisan.
c) Manfaat Menulis
Menurut Horiston dalam karya tulis Darmadi (1996:3-4), menulis adalah sarana untuk
mengangkat ide dan informasi yang asal di alam bawah sadar. Menulis juga mampu
membantu memunculkan ide baru, melatih kemampuan membangun ide, melatih sikap
objektif pada orang lain, membantu diri memecahkan masalah dan mendorong seseorang
lebih aktif mencari informasi.
b. Pertimbangan pembaca
Usahakan untuk mencari tulisan yang masih segar atau terbaru dan belum pernah dibaca.
d. Pengembangan ide
Dalam bagian ini, keterampilan berbahasa sangatlah diperlukan, karena untuk membuat
tulisan yang baik, ide harus dikembangkan dengan kata kata yang dapat dimengerti oleh
pembaca.
e. Gaya tulisan
Setiap penulis mempunyai gaya masing masing dalam menulis. Hal ini merupakan tanda
pengenal seorang penulis kepada pembaca.
g. Melakukan penyuntingan
Dalam tulisan, hal terpenting adalah mengoreksi dan mengeditnya. Hal ini dibutuhkan
untuk menghindari adanya ejaan atau kata yang salah, kalimat yang ambigu, dan makna
tulisan yang bergeser.
1. Artikel
2. Makalah
3. Skripsi
4. Work paper
5. Paper
6. Tesis
7. Disertasi
1. Halaman Judul
2. . Abstrak
3. Pendahuluan
4. Kerangka Teoritis
5. Abstrak
6. Pendahuluan
7. Kerangka Teoritis
8. Daftar Pustaka