BAHASA INDONESIA
EJAAN YANG DI SEMPURNAKAN DAN TANDA BACA
Materi ini di susun sebagai bukti hasil tugas kelompok
Di susun oleh :
kelompok 3
1. Anasrudin (1210302035)
2. Nahniya Isnain S (1210302036)
3. Matsani Mubaroq (1210302037)
2. Macam-macam Ejaan
Contohnya :
a. Berlari-larian
b. Berlari2-an
Contohnya :
a. Tata laksana
b. Tata-laksana
c. Tatalaksana
7. Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan (e)
lemah (pepet) dalam Bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan (e)
lemah, misalnya: (putra) bukan (putera), (praktek) bukan (peraktek).
3. Ejaan Malindo
Ejaan Malindo (Melayu-Indonesia) adalah suatu ejaan dari
perumusan ejaan melayu dan Indonesia.Perumusan ini berangkat dari
kongres Bahasa Indonesia tahun 1954 di Medan, Sumatera Utara.Ejaan
Malindo ini belum sempat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari karena
saat itu terjadi konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia.
1. Pemakaian Huruf
2. Penulisan Huruf
Tentang penulisan huruf ini ada dua hal yang dibicarakan yaitu
tentang penulisan huruf besar atau kapital dan tentang penulisan huruf
miring.
Di dalam pedoman ejaan telah dijelaskan bahwa penulisan huruf
kapital selain dipakai sebagai huruf pertama kata awal kalimat juga
dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Kata gubernur, gubernur jawa timur, dan camat Sekar Putih ditulis
dengan huruf kecil awalnya, sebab tidak menunjuk pada orang tertentu.
Jadi, kata yang menunjukkan jabatan atau pangkat tersebut sama dengan
kata-kata benda umumnya, seperti radio, rumah, orang, dan kucing.
Masalah selanjutnya tentang bagaimana penulisan kata yang mengikuti
kata sandang? Ditulis dengan kata sandang apa tidak? Yang jelas, ada
dua kemungkinan. Apabila mengikuti kata sandang merupakan kata
nama, maka awal katanya ditulis dengan huruf besar. Jadi, penulisan
berikutlah yang benar.
si Gandu
sang Kerempeng
si Bisu
Tetapi, apabila yang mengikuti kata sandang berupa kata
pengganti nama, huruf awal tidak ditulis dengan huruf kapital,
misalnya:
si terdakwa
si anak
sang pembatu
sang istri
3. Penulisan Kata
1. Kata Dasar
Kata yang sudah mewakili sebuah arti tanpa imbuhan apapun
2. Kata Turunan
Merupakan kata dasar yang telah mengalami perubahan berupa imbuhan
3. Bentuk Ulang
Merupakan kata yang ditulis berulang, baik bermakna tunggal, jamak
maupun berulang. Bentuk kata berulang ini dihubungkan dengan
lambang (-)
4. Gabungan Kata
Merupakan kata majemuk yang mewakili sebuah arti. Adakalanya ditulis
terpisah, bersambung, maupun dihubungkan dengan tanda (-)
5. Kata Ganti –ku, kau, –mu, dan –nya
Kata yang menggunakan imbuhan kepunyaan ini ditulis bersambung
6. Kata Depan di, ke, dan dari
Tiap-tiap kata depan ditulis terpisah dengan kata dasarnya
7. Kata si dan sang
Kata yang menunjukkan sebuah subyek maupun obyek ini ditulis
terpisah dengan kata dasarnya
8. Partikel
Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata dasarnya,
sedangkan partikel pun ditulis terpisah. Selain itu partikel per yang
berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari kata dasarnya
9. Singkatan dan Akronim
10.Angka dan Lambang Bilangan
4. Penulisan Unsur Serapan
Ada beberapa kaidah dalam penggunaan tanda baca titik (.) yaitu :
a. Tanda baca titik (.) digunakan untuk mengakhiri kalimat yang bukan
yang bukan berupa kalimat tanya atau kalimat seruan.
Contoh :
– Saya beragama islam
– Hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia.
b.Tanda baca titik (.) digunakan dibelakang angka atau huruf dalam
suatu bagan, ikhtisar atau daftar.
Contoh :
– 4.1 Pembahasan
– Lampiran 2. Calon jamaah haji
c. Tanda baca titik (.) digunakan untuk memisahkan angka jam, menit,
dan detik yang menunjukan jangka waktu.
Contoh :
– pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
d. Tanda baca titik (.) digunakan diantara nama penulis, judul tulisan
yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit
dalam daftar pustaka.
Contoh :
– Lesatariningrum, Dwi. 1989. Teknik Menjahit. Malang: Intan.
4. Tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan anak kalimat jika
anak kalimatnya itu mendahului induk kalimatnya.
Contoh:
– Saya akan memaafkan, jika ia bertobat.
2. Digunakan di anatara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan
ayat di dalam kitab suci, di antara judul dan sub judul, serta nama
kata dan penerbit buku acuan.
Contoh:
– Tempo, I (1971). 34:7
– Surat Yasin:19
– Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi,
sudah terbit.
Tanda pisah (–) digunakan di antara dua bilangan atau tanggal dengan
arti “sampai ke“ atau “sampai dengan”. Penulisan tanda baca pisah
(–)dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan
sesudahnya.
Contoh:
– 1920–1945
– Tanggal 15—10 April 19970
– (Samsudin), 1999:25—34
– Samsudin (1999:25—34)
Tanda tanya (?) digunakan pada akhir kalimat tanya, yakni kalimat yang
membutuhkan jawaban.
Contoh:
– Siapa yang membawa tas saya ?
Tanda ini berfunsi untuk penyingkat suatu kata yang digunakan untuk
menunjukan penghilangan bagian suatu kata atau bagian angka tahun.
Contoh: malam ‘lah tiba (‘lah = telah)
2. Tanda petik ganda (“), tanda petik tunggal (‘), dan tanda kurung (())
masing-masing diketik rapat dengan kata, frase, atau kalimat yand
diapit.
3. Tanda hubung (-), tanda pisah (–), dan garis miring (/) masing-
masing diketik rapat dengan huruf yang mendahului dan yang
mengikutinya.
4. Tanda hitungan, seperti: sama dengan (=), tambah (+), kurang (-),
kali (x), bagi (:), lebih kecil (<), lebih besar (>) ditulis dengan jarak
satu spasi dengan huruf yang mendahului dan mengikutinya.
Sumber : https://fatihalqurba.wordpress.com/2013/04/05/ejaan-tanda-baca-dan-jenis-jenis-ejaan/