Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BAHASA INDONESIA
EJAAN YANG DI SEMPURNAKAN DAN TANDA BACA
Materi ini di susun sebagai bukti hasil tugas kelompok

Di susun oleh :
kelompok 3
1. Anasrudin (1210302035)
2. Nahniya Isnain S (1210302036)
3. Matsani Mubaroq (1210302037)

INSTITUT AGAMA ISLAM ALZAYTUN INDONESIA


FAKULTAS DAKWAH
PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
INDRAMAYU
1. Pengertian Ejaan

Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan


bunyi-bunyi ujaran, bagaimana menempatkan tanda-tanda baca,
bagaimana memotong-motong suatu kata, dan bagaimana
menggabungkan kata-kata.

2. Macam-macam Ejaan

1. Ejaan Van Ophuysen

Ejaan Van Ophuysen disebut juga Ejaan Balai pustaka. Masyarakat


pengguna bahasa menerapkannya sejak tahun 1901 sampai 1947.Ejaan
ini merupakan karya Ch.A. Van Ophuysen, dimuat dalam kitab Logat
Melayoe (1901). Ciri khusus ejaan Van Ophuysen:
Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model
yang dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan
bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda, antara lain:
1. Huruf (u) ditulis (oe).
2. Komahamzah (k) ditulis dengan tanda (’) pada akhir kata misalnya
bapa’, ta’
3. Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf (a) mendapat akhiran (i),
maka di atas akhiran itu diberi tanda trema (”)
4. Huruf (c) yang pelafalannya keras diberi tanda (’) diatasnya
5. Kata ulang diberi angka 2, misalnya: janda2 (janda-janda)
6. Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :
 Dirangkai menjadi satu, misalnya (hoeloebalang, apabila)
 Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya, (rumah-sakit)
 Dipisahkan, misalnya (anaknegeri)

Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö,


menandai bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan
dipotong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini.
Kebanyakan catatan tertulis Bahasa Melayu pada masa itu menggunakan
huruf Arab yang dikenal sebagai tulisan Jawi.

2. Ejaan Republik/Ejaan Suwandi

Ejaan Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri Pendidikan


dan Kebudayaan Mr. Soewandi No.264/Bhg. A tanggal 19 maret
1947.Sebab ejaan ini disebut sebagai Ejaan Suwandi. Sistem ejaan
suwandi merupakan sistem ejaan latin untuk Bahasa Indonesia.
Ciri khusus Ejaan Republik/ Suwandi :
1. Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menada (u).
2. Tanda trema pada huruf (a) dan (i) dihilangkan.
3. Koma ‘ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis
dengan (k) misalnya kata’ menjadi katak.
4. Huruf (e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan
tanda khusus, misalnya ejaan, seekor, dsb.
5. Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara.

Contohnya :

a. Berlari-larian
b. Berlari2-an

6. Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara

Contohnya :

a. Tata laksana
b. Tata-laksana
c. Tatalaksana

7. Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan (e)
lemah (pepet) dalam Bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan (e)
lemah, misalnya: (putra) bukan (putera), (praktek) bukan (peraktek).

3. Ejaan Malindo
Ejaan Malindo (Melayu-Indonesia) adalah suatu ejaan dari
perumusan ejaan melayu dan Indonesia.Perumusan ini berangkat dari
kongres Bahasa Indonesia tahun 1954 di Medan, Sumatera Utara.Ejaan
Malindo ini belum sempat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari karena
saat itu terjadi konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia.

4. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan/EYD


Pada Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia
meresmikan pemakaianEjaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu
berdasarkan Putusan Presiden No. 57,Tahun 1972. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan
pemakaian ejaan itu.
Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa
Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal
12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun
buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No.
0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Pada
tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan
dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.

1. Pemakaian Huruf

Apabila dibanding dengan Ejaan Suwandi, ejaan Bahasa Indonesia


yang Disempurnakan menggunakan huruf abjad lebih banyak.
Ejaan Suwandi hanya menggunakan 19 huruf sedangkan Ejaan Bahasa
Indonesia yang tlah Disempurnakan menggunakan 26 huruf.Jumlah
huruf dalam abjad ada 26 buah.Ini berarti ejaan kita sekarang telah
memanfaatkan semua huruf yang terdapat dalam abjad.Kebijakan ini
merupakan suatu langkah maju dalam pengembangan Bahasa Indonesia.
Pemakaian Bahasa Indonesia ingin berkembang dan maju dalam segala
bidang seirama dengan tuntutan pembangunan. Langkah praktis yang
ditempuhnya dengan menyerap unsur-unsur asing (yang mengandung
konsep yang tidak terdapat dalam Bahasa Indonesia) dalam pemakaian
Bahasa Indonesia.karena tidak ada konsepnya dalam Bahasa Indonesia,
mereka menyerap unsur asing, misalnya, izin, folio, dan vak dalam
Bahasa Indonesia. Dengan demikian, unsur bunyi z, f, v yang tadinya
tidak ada dalam Bahasa Indonesia menjadi ada .hal ini tidk dapat
dihindari, sebab situasi dan kondisi menuntut yang seperti itu. Kita tidak
pantas lagi mengikuti aliran purisme yang mempertahankan “keaslian”
bahasanya secara tidak proposional.Menyadari keadaan yang demikian
itulah, ejaan kita sekarang menerima pemakaian huruf z, f, v, q, x, dan c
dalam Bahasa Indonesia, walaupun pemakaiannya dalam batas-batas
tertentu.
 Huruf q dan x pemakaiannya dibatasi hanya dalam keperluan ilmu
dan nama. Jadi, dalam pemakain umum, yaitu dalam kata-kata umum
dan istilah, kedua huruf itu belum dapat dipakai. Dalam matematika,
misalnya, dapat menandai sesuatu dengan q da x. begitu juga nama
Baihaqi, Iqbal (nama orang); dan xerox, Xerxes, sinar-X (nama
barang) dibenarkan. Tetapi kata-kata asing aquarium, equator,
quadrat, extra, dan taxi harus dituliskan akuarium, ekuator, kuadrat,
ekstra, dan taksi.Jadi q diganti k dan x digantti ks.
 Huruf f dan v, walaupun dalam Bahasa Indonesia keduanya
dibunyikan sama tetap dipakai secara berbeda. Kata-kata asing yang
diucapkan (f) tak bersuara oleh pemakaian bahasa asing yang
bersangkutan ditulis f dalam Bahasa Indonesia, sedangkan yang
diucapkan (v) besuara oleh pemakaian bahasa asing yang
bersangkutan dilambangkan dengan v. jadi, kata-kata asing factor,
physiology, photocopy, vitamin, television, dan vacuum diubah
menjadi faktor, fisiologi, fotokopi, vitamin, televisi, dan vakum.
 Sedangkan huruf c dan y pemakaian kedua huruf ini sebagai realisasi
kerjasama antara indonesia dan Malaysia, khususnya dalam hal
pengembangan dan pembinaan kedua bahasa, yaitu Bahasa Melayu
dan Bahasa Indonesia . apabila pada Ejaan suwandi penulisan bunyi
(cacat) dan (sayat) ditulis tjatjat dan sajat, maka pada ejaan sekarang
ditulis cacat dan sayat. Dalam Bahasa Melayu pun ditulis cacat dan
sayat.
 Bunyi (z) pada unsur asing yang masuk kedalam Bahasa Indonesia
ditulis sebagai bunyi aslinya, yaitu z. oleh sebab itu, kata zakat,
ziarah, zebra, zat, zodiac yang dianggap tepat, tetapi bukan jakat,
jiarah, jebra, jat, dan sodiak.
Masalah lain yang perlu dibicarakan sehubungan dengan pemakaian
huruf ini ialah tentang pelafalan huruf. Di dalam pedoman ejaan
sekarang ini telah disebutkan tentang pelafalan huruf abjad yang dipakai
dalam Bahasa Indonesia. Secara terperinci, huruf-huruf serta nama dan
bunyinya sebagai berikut.

Huruf Nama Bunyi yang dilambangkan


A A A
B Be B dan P
C Ce C
D De D dan T
E E E
F Ef F
G Ge G dan K
H Ha H
I I I
J Je Je
K Ka K dan G
L El L
M Em M
N En N
O O O
P Pe P
Q Ki K
R Er R
S Es S
T Te T
U U U
V Ve F
W We W
X Eks Ks
Y Ye Y
Z Zet Z
 

Selain huruf-huruf abjad di atas dalam Bahasa Indonesia juga


dikenal Huruf Diftong. Huruf Diftong merupakan dua bunyi vokal yang
dirangkap dalam satu suku kata. Di antara dari huruf-huruf diftong
tersebut ialah:

Contoh Pemakaian dalam Kata


Huruf Diftong Awal Tengah Akhir
Ai Ain Syaitan Pandai
Au Aula Saudara Harimau
Oi – Boikot Amboi
Ei – Pleistosen Survei
 
Terlepas dari huruf abjad utama pula dalam Bahasa Indonesia terdapat
gabungan huruf konsonan yang membentuk sebuah bunyi. Contohnya
adalah:

Contoh Pemakaian dalam Kata


Gabungan Huruf
Konsonan Awal Tengah Akhir
Kh Khusus Akhir Tarikh
Ng Ngilu Bangun Senang
Ny Nyata Hanyut –
Sy Syarat Isyarat –
 

2. Penulisan Huruf

Tentang penulisan huruf ini ada dua hal yang dibicarakan yaitu
tentang penulisan huruf besar atau kapital dan tentang penulisan huruf
miring.
Di dalam pedoman ejaan telah dijelaskan bahwa penulisan huruf
kapital selain dipakai sebagai huruf pertama kata awal kalimat juga
dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:

Mengapa kamu sedih?

 Ayah bertanya, “Mengapa kamu sedih?”


 “Mengapa kamu sedih?”Tanya ayah.

Dalam pemakaian sehari-hari, terutama dalam surat kabar dan


majalah, sering kita jumpa pemakaian nama gelar, jabatan dan pangkat
diikuti selain nama orang, bahkan tidak diikuti sama sekali. Misalnya
pada kalimat berikut:
 Kemarin Gubernur Jawa Timur berkunjung ke Desa besuki.
 Pada kesempatan itu, Gubernur menghimbau agar penduduk ikut
mensukseskan sensus pertanian.
 Bersamaan dengan itu, Camat Karang Ploso, Hermadi, juga

melaporkan kemajuan daerah itu kepada Bupati Malang, Edi Slamet.


Pada prinsinya penulisan nama gelar, jabatan, dan pangkat yang diikuti
nama orang tidak ditulis dengan huruf kapital awal katanya. Tetapi
contoh-contoh diatas walaupun tidak diikuti nama orang terap mengacu
kepada orang tertentu. Berarti sebagai nama pengganti nama diri. Oleh
sebab itu, huruf awal nama jabatan atau gelar ketiga contoh diatas ditulis
dengan huruf kapital.
Lain lagi halnya dengan pemakaian nama jabatan pada contoh berikut:
 Seorang gubernur yang menjabat di daerah yang masyarakatnya
multi kompleks harus bijak.
 Siapa saja yang menjadi gubernur jawa timur harus dapat
menjalankan program Koran masuk desa
 Apakah kakakmu yang menjadi camat Sekar Putih sekarang?

Kata gubernur, gubernur jawa timur, dan camat Sekar Putih ditulis
dengan huruf kecil awalnya, sebab tidak menunjuk pada orang tertentu.
Jadi, kata yang menunjukkan jabatan atau pangkat tersebut sama dengan
kata-kata benda umumnya, seperti radio, rumah, orang, dan kucing.
Masalah selanjutnya tentang bagaimana penulisan kata yang mengikuti
kata sandang? Ditulis dengan kata sandang apa tidak? Yang jelas, ada
dua kemungkinan. Apabila mengikuti kata sandang merupakan kata
nama, maka awal katanya ditulis dengan huruf besar. Jadi, penulisan
berikutlah yang benar.

 si Gandu
 sang Kerempeng
 si Bisu
 Tetapi, apabila yang mengikuti kata sandang berupa kata
pengganti nama, huruf awal tidak ditulis dengan huruf kapital,
misalnya:
 si terdakwa
 si anak
 sang pembatu
 sang istri

Tentang penulisan kata yang menunjukkan kekerabatan apakah


ditulis dengan huruf kapital awalnya? Tidak selalu. Yang ditulis dengan
huruf kapital awalnya hanyalah yang dipakai sebagai kata ganti atau
sapaan saja, sedangkan yang lainnya tidak.Perhatikan contoh kata yang
menunjuk kekerabatan berikut.
 Mengapa Saudara mengatakan hal itu?
 Saya benar-benar menganggap keluarga Pak Ali
sebagai saudara sendiri.
 “Ayo, ke sini, Nak !” kata Ibu kepadaku.
 Seorang anak harus berbakti kepada ibunya.
Kata saudara pada kalimat pertama serta nak dan ibu pada kalimat
ke-tiga ditulis dengan huruf kapital awalnya karena kata tersebut sebagai
kata sapaan (Saudara dan Nak) dan kata ganti (Ibu).Pada kalimat ke-2
dan ke-4 ditulis dengan huruf biasa, karena bukan sebagai kata ganti atau
sapaan.
 

3. Penulisan Kata

Penulisan Kata dalam Bahasa Indonesia merupakan sebuah urgensi


yang tak boleh lepas dari sistem penulisan. Karena tiap karya sastra
Bahasa Indonesia terbentuk dari kata-kata.
Di antara poin penting penulisan kata dalam EYD ialah:

1. Kata Dasar
Kata yang sudah mewakili sebuah arti tanpa imbuhan apapun
2. Kata Turunan
Merupakan kata dasar yang telah mengalami perubahan berupa imbuhan
3. Bentuk Ulang
Merupakan kata yang ditulis berulang, baik bermakna tunggal, jamak
maupun berulang. Bentuk kata berulang ini dihubungkan dengan
lambang (-)
4. Gabungan Kata
Merupakan kata majemuk yang mewakili sebuah arti. Adakalanya ditulis
terpisah, bersambung, maupun dihubungkan dengan tanda (-)
5. Kata Ganti –ku, kau, –mu, dan –nya
Kata yang menggunakan imbuhan kepunyaan ini ditulis bersambung
6. Kata Depan di, ke, dan dari
Tiap-tiap kata depan ditulis terpisah dengan kata dasarnya
7. Kata si dan sang
Kata yang menunjukkan sebuah subyek maupun obyek ini ditulis
terpisah dengan kata dasarnya
8. Partikel
Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata dasarnya,
sedangkan partikel pun ditulis terpisah. Selain itu partikel per yang
berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari kata dasarnya
9. Singkatan dan Akronim
10.Angka dan Lambang Bilangan
 
4. Penulisan Unsur Serapan

Masalah pemakaian atau penulisan unsur serapan dalam Bahasa


Indonesia sangat runyam.Dikatakan demikian sebab pemakaian Bahasa
Indonesia sering begitu saja menyerap unsur asing tanpa memperhatikan
situasi dan kondisinya.
Penyerapan unsur asing dalam pemakaian Bahasa Indonesia dibenarkan
apabila:
1. Konsep yang terdapat dalam unsur itu tidak ada dalam Bahasa
Indonesia, atau
2. Unsur itu merupakan istilah teknis sehingga tidak atau kerang layak
dipakai unsur Indonesianya.

Apakah dengan penyerapan itu menunjukkan bahwa Bahasa


Indonesia miskin akan kata-kata? Tidak.Penyerapan unsur asing
merupakan kejadian biasa pada setiap bahasa. Hal itu terjadi karena
setiap bahasa mendukung kebudayaan pemakainya. Sedangkan
kebudayaan pemakai bahasa satu dengan yang lain tidak ada yang sama.
Pada suatu saat karena masyarakat pemakai bahasa yang satu dengan
yang lainnya (yang masing-masing berlatar belakang kebudayaan
berbeda) berkomunikasi, maka timbullah akulturasi, yaitu saling
berpengaruhnya satu kebudayaan dengan yang lain. Salah satu wujud
akulturasi itu adalah saling berpengaruhnya konsep-konsep tertentu.
Misalnya, karena masyarakat Indonesia tidak mempunyai konsep tenteng
“radio”, maka mereka menyerap konsep itu dari masyarakat pemakai
bahasa Inggris. Sebaliknya, karena masyarakat pemakai bahasa Inggris
tidak mempunyai konsep “bambu” maka mereka menyerap konsep itu
dari masyarakat pemakai Bahasa Indonesia.Jadi peristiwa penyerapan
tidak ada kaitannya dengan kaya atau miskin kata-kata.
Berikut ini disajikan beberapa kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur
serapan adaptasi:
 ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
Haemoglobin hemoglobin
Haematitehematite
 ai tetap ai
Trailer trailer
Caisson kaison
 e, di muka a,u, o dan konsonan, menjadi k
Construction konstruksi
Crystal Kristal
Classification klasifikasi
Caupe kup
 c, di muka e,I,oe, dan y, menjadi s
Central sentral
Cylinder silinder
Ceolom selom
 cc, di muka o,u, dan konsonan, menjadi k
Accommodationakomodasi
Acculturation akulturasi
Accumulation akumulasi
 cch dan ch, di muka a,o,dan konsonan, menjadi k
Charisma karisma
Chromosome kromosom
 ch, yang lafalnya c menjadi c
Chek cek
China cina
 ee (belanda) menjadi e
Statosfeer statosfer
System system
 ph, menjadi f
Phase fase
Photocopyfotokopi
 q menjadi k
Aquarium akuarium
Equator ekuator

3. Penggunaan Tanda Baca

Untuk memahami sebuah kalimat dengan sempurna kita perlu


memperhatikan tanda baca yang digunakan di dalamnya. Ada beberapa
tanda baca yang dipakai dalam Bahasa Indonesiayaitu :

1. Tanda baca titik (.)

Ada beberapa kaidah dalam penggunaan tanda baca titik (.) yaitu :

a. Tanda baca titik (.) digunakan untuk mengakhiri kalimat yang bukan
yang bukan berupa kalimat tanya atau kalimat seruan.
Contoh :
– Saya beragama islam
– Hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia.

b.Tanda baca titik (.) digunakan dibelakang angka atau huruf dalam
suatu bagan, ikhtisar atau daftar.
Contoh :
– 4.1 Pembahasan
– Lampiran 2. Calon jamaah haji

c. Tanda baca titik (.) digunakan untuk memisahkan angka jam, menit,
dan detik yang menunjukan jangka waktu.
Contoh :
– pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

d. Tanda baca titik (.) digunakan diantara nama penulis, judul tulisan
yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit
dalam daftar pustaka.
Contoh : 
– Lesatariningrum, Dwi. 1989. Teknik Menjahit. Malang: Intan.

2. Tanda baca koma (,)

Kaidah-kaidah penggunaan tanda baca koma (,) adalah sebagai berikut:


1. Tanda baca koma (,) digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu
perincian.
Contoh:
– Saya membeli kertas, pena, dan tinta.

2. Tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan kalimat setara,


apabila kalimat setara berikutnya diawali kata tetapi atau melainkan.
Contoh:
– Semua pergi, tetapi dia tidak.
– Dia bukan kakakku, melainkan adikku.

3. Tanda baca koma (,) digunakan apabila anak kalimat mendahului


induk kalimat.
Contoh: 
– Jika hari ini tidak hujan, saya akan dating.

4. Tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan anak kalimat jika
anak kalimatnya itu mendahului induk kalimatnya.
Contoh: 
– Saya akan memaafkan, jika ia bertobat.

5. Tanda baca koma (,) digunakan di belakang ungkapan penghubung


antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh: 
– Dia malas belajar. Oleh karena itu, dia tidak naik kelas.
3. Tanda baca titik koma (;)

Kaidah penggunaannya sebagai berikut :

1. Digunakan untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis


atau setara.
Contoh: 
– Matahari hamper terbenam; sinarnya yang kemerah-merahan;
memantul di atas permukaan laut; indah sekali pemandangan
ketika itu.

2. Digunakan untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu


kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh: 
– Sore itu kami sekeluarga sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Ayah sedang membaca Koran; ibu menjahit baju; saya asyik
membersihkan taman di depan rumah.

4. Tanda baca titik dua (:)

Kaidah penggunaannya sebagai berikut:


1. Digunakan sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan perincian.
Contoh:
– Ketua : Ahmad Wijaya,
– Sekretaris : Imam Tantowi
– Bendahara: Siti Khotijah

2. Digunakan di anatara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan
ayat di dalam kitab suci, di antara judul dan sub judul, serta nama
kata dan penerbit buku acuan.
Contoh: 
– Tempo, I (1971). 34:7
– Surat Yasin:19
– Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi,
sudah terbit.

5. Tanda hubung (-)

Kaidah penggunaannya sebagai berikut :

1. Digunakan untuk merangkaikan se-dengan kata berikutnya yang di


dimulai dengan huruf capital, ke- dengan angka, angka dengan- an,
singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan nama
jabatan rangkap.
Contoh: 
– Se-Indonesia
– hadiah ke-2
– tahun 50-an
– Menteri-Sekretaris-Negara
– sinar-X
– Men-PHK-kan

2. Digunakan untuk merangkai bahasa Indonesia dengan bahasa asing.


Contoh: 
– di-smash
– di-drill
– mem-beckup
– di-carge

6. Tanda Pisah (–)

Tanda pisah (–) digunakan di antara dua bilangan atau tanggal dengan
arti “sampai ke“ atau “sampai dengan”. Penulisan tanda baca pisah
(–)dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan
sesudahnya.
Contoh: 
– 1920–1945
– Tanggal 15—10 April 19970
– (Samsudin), 1999:25—34
– Samsudin (1999:25—34)

7. Tanda elipsis (…)

Tanda ini digunakan untuk menunjukan bahwa dalam suatu kalimat


atau naskah ada bagian yang hilang.
Contoh: 
– Sebab-sebab kemerosotan akhlak dikalangan mahasiswa…atau
diteliti lebih lanjut.

8. Tanda kurung ((…))

Tanda ini digunakan untuk hal-hal sebagai berikut:

1. Digunakan untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.


Contoh: Dalam buku KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana)
Bab II pasal 10.

2. Digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan


bagian integral pokok pembicaraan.
Contoh: 
– Aku (sebuah puisi karangan Chairul Anwar) adalah puisi angkatan
45.

9. Tanda tanya (?)

Tanda tanya (?) digunakan pada akhir kalimat tanya, yakni kalimat yang
membutuhkan jawaban.
Contoh: 
– Siapa yang membawa tas saya ?

10.Tanda seru (!)

Tanda ini digunakan sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa


seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.
Contoh:
– Alangkah seramnya peristiwa itu!
– Ambilkan buku itu!
– Duduklah!
– Dasar mata keranjang!

11.Tanda kurung siku ( [] )

Tanda ini digunakan untuk mengapit keterangan dalam kalimat


penjelas yang sudah bertanda kurung.
Contoh: 
– Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan dalam Bab
II [lihat halaman 67-89])

12.Tanda petik (“…..”)

Tanda petik digunakan untuk mengakhiri petikan langsung .


Contoh: 
– Kata Toto,”Saya juga berpuasa.”
– “Hakikat pendidikan adalah memanusiakan
manusia”(Imran,1998)
13.Tanda petik tunggal (‘…’)

Tanda ini digunakan untuk mengapit makna, terjemahan, dan


penjelasan kata atau ungkapan asing.
Contoh: 
– Mastery Learning ‘belajar tuntas’
– Reformasi ‘perubahan’
– Keplicuk ‘dalam Bahasa Indonesia disebut terkilir’
Islami ‘bernuansa islam’

14.Tanda garis miring (/)

Tanda garis miring digunakan dalam menulis nomor surat, nomor


pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang tebagi dalam dua
tahun takwim.
Contoh:
– 14/YPU-i/12/99
– Jalan Kramat III/10 Jakarta
– Tahun Anggaran 1985/19986

15.Tanda apostrof (‘)

Tanda ini berfunsi untuk penyingkat suatu kata yang digunakan untuk
menunjukan penghilangan bagian suatu kata atau bagian angka tahun.
Contoh: malam ‘lah tiba (‘lah = telah)

1 Januari ’88 (’88 = 1988)

Berdasarkan uraian di atas tentang penggunaan tanda baca yang


berlaku di dalam EYD dalam Bahasa Indonesia secara garis besar
prinsip-prinsip umum pemakain tanda baca dapat diuraikan sebagai
berikut
.
1. Tanda tanya (?), tanda titik (.), tanda titk koma (;), tanda titik dua (:),
dan tanda seru (!), ditulis rapat (tanpa spasi) dengan huruf akhir
dengan kata yang mendahuluinya dan diberi spasi dengan kata yang
sesudahnya.

2. Tanda petik ganda (“), tanda petik tunggal (‘), dan tanda kurung (())
masing-masing diketik rapat dengan kata, frase, atau kalimat yand
diapit.
3. Tanda hubung (-), tanda pisah (–), dan garis miring (/) masing-
masing diketik rapat dengan huruf yang mendahului dan yang
mengikutinya.

4. Tanda hitungan, seperti: sama dengan (=), tambah (+), kurang (-),
kali (x), bagi (:), lebih kecil (<), lebih besar (>) ditulis dengan jarak
satu spasi dengan huruf yang mendahului dan mengikutinya.

Sumber : https://fatihalqurba.wordpress.com/2013/04/05/ejaan-tanda-baca-dan-jenis-jenis-ejaan/

Anda mungkin juga menyukai