Anda di halaman 1dari 15

‫هللا الرَّ حْ َم ِن الرَّ ِحي ِْم‬

ِ ‫ِبسْ ِم‬
FENOMENA
MUBALIGH
MUBALIGHOH

Nama Anggota :
- Rois Akbar (1210302044)
KELOMPOK 8: - Nida Khapidatul R (1210302045)
PENGERTIAN MUBALIGH
MUBALIGHOH
Mubaligh berasal dari kata balagho ( ‫ ) ب لغ‬menjad isim Fa’il yaitu (‫ )مبلغ‬yang
artinya adalah penyampai atau orang yang menyampaikan, berarti Mubaligh adalah
pembawa ilmu yang berkwajiban menyampaikan semua ilmu yang dimiliki,
Mubaligh pada dasarnya merupakan seorang yang menyampaikan pesan agama
kepada orang lain. Namun, pesan yang diampaikan oleh mubaligh haruslah berasal
dari ulama tempat dia belajar. Seorang mubaligh dilarang menambah-nambahkan
pesan tersebut, karena tidak memiliki dasar ilmu agama. Maka dari itu, setiap
orang bisa menjadi mubaligh, karena tugasnya hanya menyampaikan pesan agama
yang berasal dari para ulama. Jadi “Mubaligh" adalah sebutan untuk penceramah
lelaki, sedangkan "mubalighah" adalah sebutan untuk penceramah perempuan. 
PENGERTIAN MUBALIGH
MUBALIGHOH
Mulkhan menegaskan sebagai berikut: Dalam aktivitas dakwah Islam sangatlah
dituntut suatu barisan mubaligh dan mubalighoh yang harus siap menyebarkan
ajaran Islam ke tengah-tengah masyarakat yang pada kondisinya terus menerus
mengalami banyak perubahan terutama mengalami banyak perubahan terutama
mengenai lima dimensi manusia antara lain:

(1) Manusia dengan manusia dalam lingkungan sosialnya;


(2) Manusia dengan tempat tinggalnya;
(3) Manusia dengan pekerjaannya;
(4) Manusia dengan kebutuhannya; dan
(5) Manusia dengan ide dan gagasan yang dimilikinya.
Mubaligh sebagai Agent of Change

Mubaligh selaku orang yang menyampaikan


ajaran Islam harus mempunyai kredibilitas dan integrasi
yang tinggi. Karena kredibilitas tidak tumbuh dengan
sendirinya, keberadaannya tidak akan terlepas dari
agent of change yang harus inovatif, dinamis dan
kreatif. Ia harus tanggap, tegas dan bijaksana. Karena
mubaligh sering dijadikan sorotan masyarakat, ia akan
selalu diikuti dan dinilai oleh umat. Secara langsung
atau tidak, umat memandang mubaligh sebagai guru
atau pemimpin yang harus didengar dan dihormati,
berarti akhlakul karimah mubaligh harus terpancar di
dalam kehidupan bermasyarakat (Mulkhan, 1996: 238).
Tugas Mubaligh
Seorang Mubaligh memiliki tugas
untuk menyampaikan ajaran Islam
sebagaimana tuntunan Al-Quran dan
Al-Hadits kepada umat manusia,
mengajak seluruh manusia untuk
berbuat kebaikan dan menjauhi dari hal
yang munkar. Dalam menyampaikan
ajaran Islam tersebut, jelas seorang
mubaligh dituntut akan kemampuannya
untuk menguasai beberapa kriteria, baik
kompetensi substantif atapun
kompetensi metodologis.
Ciri–Ciri Mubaligh
Mubalighoh Tidak Banyak Bicara Exam
Ahli Membaca Alqur'an t
conten

Ahli Nasihat Murah senyum

Mutawari Ahli Do'a

Berfikir sebelum bertindak Rajin Bekerja Dan Tidak Mudah Putus


Asa

Selalu Semangat Dalam Tidak Memperbanyak Tidur


Beribadah

Ahli Hukum Tidak Memperbanyak Makan


Syarat-syarat yang harus dimiliki
Mubaligh adalah :

1. Mubaligh harus faham terhadap kemubalighkannya


didalam menjabarkan strategi dan komponen pokok
pengajaran.
2. Adanya kesiapan dan kemampuan yang dimiliki
Mubaligh. Seperti :
– kesiapan mental
– Intelektual
– Kedewasaan emosional didalam menghadapi berbagai
kemungkinan selama proses belajar mengajar
berlangsung.
-Tegas dalam menghukumi
3. Mubaligh harus faham bahwa mengajar adalah
amalsholih / pengabdian, bukan untuk mencari
keuntungan dunia ( bisnis education ).
Perbedaan antara Mubaligh, Da’i, dan Ulama
Perbedaan tersebut disampaikan oleh Ustadz Adi Hidayat agar umat Islam
mengetahui fungsinya dalam dakwah. Selain itu, tingkat keilmuan antara
mubaligh, dai, dan ulama berbeda, sehingga umat Islam wajib mengetahuinya.
Ada tiga jenis pendakwah dalam agama Islam, yakni mubaligh dai, dan ulama.
Berikut perbedaannya menurut Ustadz Adi Hidayat:

1. Mubaligh
Mubaligh pada dasarnya merupakan seorang yang menyampaikan pesan
agama kepada orang lain. Namun, pesan yang diampaikan oleh mubaligh
haruslah berasal dari ulama tempat dia belajar. Seorang mubaligh dilarang
menambah-nambahkan pesan tersebut, karena tidak memiliki dasar ilmu agama.
"Orang disebut mubaligh (yang berarti) penyampai sesuatu. Maka dari itu, setiap
orang bisa menjadi mubaligh, karena tugasnya hanya menyampaikan pesan
agama yang berasal dari para ulama.
2. Dai 3. Ulama
Dai memiliki tingkat di atas
mubaligh dari segi keilmuannya. Kategori yang terakhir ialah yang
Seorang dai sudah berhak mengajak sanadnya paling tinggi di antara dua
orang lain untuk beribadah, bukan istilah sebelumnya, yaitu ulama.
sekedar menyampaikan. Namun, sebelum Seorang ulama harus memiliki keilmuan
mengajak ibadah minimal seorang dai yang mendalam tentang agama Islam
 sudah memiliki dasar ilmunya. Ilmu sehingga bisa dimintai hukum dan
yang dimaksud bisa dari hadist atau pun fatwa. Maka dari itu, Ustadz 
dalil Al Quran meskipun sedikit. "Syarat  Adi Hidayat menerangkan, jika
dai sudah punya pengetahuan, sudah seseorang ingin tanya hukum dan fatwa
punya dasar ilmunya minimal pada apa jangan kepada mubaligh dan daii,
yang akan disampaikan. melainkan ulama.
Fenomena Ghozwul Fikr
sebagai Tantangan Tabligh
Metode Ghazwul Fikri Membatasi
Secara bahasa Ghozwul Fikri terdiri
Supaya Islam Tidak Tersebar Luas, adapun
dari dua kata; ghozwah dan Fikr. Ghozwah
sarana Ghazwul Fikri : Media Cetak dan
berarti serangan, serbuan atau invasi. Fikr
Elektronika. Dan Alat Penting Ghazwul
berarti pemikiran. Serangan atau serbuan
Fikri Kerusakan akhlak yang diakibatkan
disini berbeda dengan serangan dan
oleh berbagai program tayangan TV bukan
serbuan dalam qital (perang). Secara Istilah
isapan Jempol, Ghazwul Fikri adalah
Penyerangan dengan berbagai cara
sebuah proyek besar musuh-musuh Islam
terhadap pemikiran umat Islam guna
yang dilancarkan berbagai media TV.
merubah apa yang ada di dalamnya
Ghazwul Fikri pun jauh lebih merusak dan
sehingga tidak lagi bisa mengeluarkan
menghancurkan bahkan secara permanen
darinya hal-hal yang benar karena telah
dibandingkan dengan perang fisik atau
tercampur aduk dengan hal-hal tak islami.
militer.
Lemah Dalam Pengetahuan Penggunaan
Bahasa Tabligh
Bahasa merupakan alat penyambung komunikasi antara yang satu dengan yang
lain, antara komunikator dengan komunikan, juga antara mubaligh/da’i dengan mad’u
nya. Tanpa menguasai bahasa semua aktivitas akan mandet, tidak akan berjalan
dengan lancar. Begitu pun dalam menguasai bahasa tabligh, baik tabligh dalam tulisan
atau pun lisan.
 
Bila mubaligh/da’i menyampaikan khutbahnya tanpa menguasai bahasa tabligh
tersebut, maka dalam penyampaian nya tidak akan pro dan muncul sesi negatif dari
mad’u pada da’i tersebut. Contoh, seorang Da’i menyampai kan khutbah nya kepada
ibu-ibu masyarakat sunda, sedang kan da’i tersebut belum menguasai bahasa sunda itu
dan dalam penyampaiannya pun menggunakan bahasa indonesia, maka banyak
komplen dikalangan ibu-ibu.
Kesimpulan
Ghozwul Fikr yang menjadi perusak agama islam, yakni Penyerangan
dengan berbagai cara terhadap pemikiran umat Islam guna merubah apa yang
ada di dalamnya sehingga tidak lagi bisa mengeluarkan darinya hal-hal yang
benar karena telah tercampur aduk dengan hal-hal tak islami. Lemah dalam
pengetahuan penggunaan bahasa tabligh mengakibatkan suatu accident atau
kekecewaan dalam diri atau pun orang lain, baik dalam mubaligh dan mad’u.
 
Bahasa gaul pun menjadi sebuah fenomena bagi para mubaligh, karena
sebagian mubaligh pun ada yang suka menggunakan bahasa gaul tersebut. Tapi
mubaligh yang suka menggunakan bahasa tersebut, bukan karena terpengaruh
melain kan mempunyai prinsip sendiri untuk menyampaikan tabligh nya. Jadi,
inilah sebagaian fenomena yang terjadi dalam tabligh dari berbagai fenomena-
fenomena yang terjadi.
Daftar Pustaka

Daud Rasyid, M.A, AL-Ghazwu Al-Fikri dalam sorotan Islam.


Prof. Abdul Rahman H. Habanakah, Metode merusak akhlaq dari Barat,
Abu Ridha, Pengantar Memahami AL-Ghazwu Al-Fikri

THANKS U 
ANY
QUE
STIO
N?
Daftar Pertanyaan :

1.
2.
3.
4.
5.

Anda mungkin juga menyukai