Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan karena selain
digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat
digunakan sebagai alat komunikasi secara tulisan, di zaman era globalisasi dan
pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakat dituntut secara aktif untuk
dapat mengawasi dan memahami infrormasi di segala aspek kehidupan sosial
secara baik dan benar, dan bahasa berfungsi sebagai media penyampaian
informasi secara baik dan tepat.

Dalam memadukan etika berbahasa, disinilah peran aturan baku tersebut di


gunakan dalam hal ini kita selaku warga negara yang baik hendaknya selalu
memperhatikan ketata bahasaan Indonesia yang baik dan benar. Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) adalah sub materi dalam ketata bahasaan Indonesia,
yang memilik peran yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasa secara
tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat di sampaikan dan di
fahami secara komprehensif dan terarah. Dalam prakteknya diharapkan aturan
tersebut dapat digunakan dengan baik dalam keseharian masyarakat.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengertian dari Ejaan ?
b. Bagaimana Fungsi dari Ejaan ?
c. Bagaimana sejarah perkembangan Ejaan ?
d. Apa saja ruang lingkup Ejaan ?

C. Tujuan Penulisan
a. Untuk memahami pengertian dari Ejaan.
b. Untuk memahami Fungsi dari Ejaan.
c. Untuk memahami sejarah perkembangan Ejaan.
d. Untuk mengetahui ruang lingkup Ejaan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ejaan
Kata “ejaan” berasal bari bahasa arab hija’ menjadi eja yang mendapat
akhiran –an. Hakikat bahasa adalah bahasa lisan. Bahasa tulis merupaka
turunan dari bahasa lisan. Pada 1901 pertama kali penggunaan huruf latin
untuk bahasa melayu. Ejaan ini dikenal dengan ejaan Van Ophuijsen.

Menurut KBBI (2005: 285) ejaan adalah kaidah-kaidah cara


menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan (huruf-
huruf) serta penggunaan tanda baca.

Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan


menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Ejaan mengatur
keseluruhan cara menuliskan bahasa. Ejaan merupakan kaidah yang harus
dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman bentuk,
terutama dalam bahasa tulis.

Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang disempurnakan


(EYD). EYD mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972. Ejaan dalam
sejarah bahasa Indonesia ini merupakan upaya penyempurnaan ejaan
sebelumnya yang dikenal dengan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi
(Menteri PP dan K Republik Indonesia pada saat Ejaan itu diresmikan pada
tahun 1947).

EYD (Ejaan yang Disempurnakan) merupakan tata bahasa dalam Bahasa


Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai
dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan
unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan.
Singkatnya EYD digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan
benar.

2
1. Fungsi Ejaan
Dalam kaitannya dengan pembakuan bahasa, baik yang
menyangkut pembakuan tata bahasa maupun kosakata dan peristilahan,
ejaan mempunyai fungsi yang sangat penting. Fungsi tersebut antara
lain sebagai berikut :
a. Sebagai landasan pembakuan tata bahasa
b. Sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan, serta
c. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa
Indonesia.

Di samping ketiga fungsi yang telah disebutkan diatas, ejaan


sebenarnya juga mempunyai fungsi yang lain. Secara praktis, ejaan
berfungsi untuk membantu pemahaman pembaca di dalam mencerna
informasi yang disampaikan secara tertulis.

B. Sejarah Perkembangan Ejaan


1. Ejaan van Ophuysen (1901-1947)
Ejaan van Ophuysen atau yang juga dikenal dengan ejaan Balai
Pustaka dipergunakan sejak tahun 1901 hingga bulan Maret 1947. Disebut
Ejaan van Ophuysen karena ejaan itu merupakan hasil karya dari Ch. A. van
Ophuysen yang dibantu oleh Engku Nawawi. Ejaan ini dimuat
dalam Kitab Logat Melayu. Disebut dengan Ejaan Balai Pustakan karena pada
waktu itu Balai Pustaka merupakan suatu lembaga yang terkait dan berperan
aktif serta cukup berjasa dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia.

Beberapa hal yang cukup menonjol dalam ejaan van Ophusyen antara lain :

a. Huruf y ditulis dengan j.
Misalnya :

EYD Ejaan van Ophusyen

Sayang Sajang

Yakin Jakin

3
Saya Saja

b. Huruf u ditulis oe.


Misalnya :

EYD Ejaan van Ophusyen

Umum Oemoem

Sempurna Sempoerna

Surat Soerat

c. Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda
koma diatas..
Misalnya :

EYD Ejaan van Ophusyen

Rakyat Ra’yat

Bapak Bapa’

Makmur Ma’moer

d. Huruf j ditulis dengan dj


Misalnya :

EYD Ejaan van Ophusyen

Jakarta Djakarta

Raja Radja

Jangan Djangan

4
e. Huruf c ditulis dengan tj.
Misalnya :

EYD Ejaan van Ophusyen

Pacar Patjar

Cara Tjara

Curang Tjurang

f. Gabungan konsonan kh ditulis dengan ch.


Misalnya :

EYD Ejaan van Ophusyen

Khawatir Chawatir

Akhir Achir

Khazanah Chazanah

2. Ejaan Republik (1947-1972)


Ejaan Republik adalah merupakan hasil penyederhanaan dari
pada Ejaan van Ophuysen. Ejaan Republik mulai berlaku pada tanggal 19
Maret 1947. Pada waktu itu yang menjabat Menteri Pendidikan,

5
Pengajaran dan Kebudayaan  Republik Indonesia adalah Mr. Suwandi,
maka ejaan tersebut dikenal pula atau dinamakan juga dengan Ejaan
Suwandi. Ejaan Repulik ini merupakan suatu usaha perwujudan dari
Kongres Bahasa Indonesia yang pertama di Surakarta, Jawa Tengah, tahun
1938.
Beberapa perbedaan yang tampak dalam Ejaan Republik dengan
ejaan  Ophusyen dapat diperhatikan dalam uraian di bawah ini:
a. Gabungan huruf oe dalam ejaan van Ophusyen digantikan
dengan u dalam Ejaan Republik.
b. Bunyi hamzah (‘) dalam Ejaan van Ophusyen diganti
dengan k dalam Ejaan Republik.
c. Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua dalam Ejaan
Republik.
d. Huruf e taling dan e pepet dalam Ejaan Republik tidak
dibedakan.
e. Tanda trema (“) dalam Ejaan van Ophusyen dihilangkan
dalam Ejaan Republik.

Agar perbedaan kedua ejaan itu menjadi lebih jelas, di bawah ini
diberi beberapa contoh.

Ejaan van Ophusyen Ejaan Republik

Oemoer Umum

Koeboer Kubur

Ma’loem Maklum

6
3. Ejaan Pembaharuan (1957)

Ejaan pemabahruan disusun oleh Panitia Pembaharuan Ejaan Bahasa


Indonesia. Konsep Ejaan Pembaharuan yang telah berhasil disusun itu
dikenal sebuah nama yang diambil dari dua nama tokoh yang pernah
mengetuai panitian ejaan itu, yaitu Profesor Prijono dan E. Katoppo.

Pada tahun 1957 panitia dilanjutkan itu berhasil merumuskan


patokan-patokan ejaan baru. Akan tetapi, hasil kerja panitia itu tidak
pernah diumumkan secara resmi sehingga ejaan itu pun belum pernah
diberlakukan. contoh di bawah ini:

a.       Gabungan konsonan dj diubah menjadi j

b.      Gabungan konsonan tj diubah menjadi ts

c.       Gabungan konsonan ng diubah menjadi ŋ

d.      Gabungan konsonan nj diubah menjadi ń

e.       Gabungan konsonan sj diubah menjadi š

Kecuali itu, gabungan vokal ai, au,  dan  oi, atau yang lazim


disebut diftong ditulis berdasarkan pelafalannya yaitu menjadi ay,
aw, dan  oy.

EYD Ejaan Pembaharuan

Santai Santay

Gulai Gulay

Harimau Harimaw

Kalau Kalaw

Ambai Ambay

4. Ejaan Melindo - Melayu Indonesia (1959)

7
Pada akhir tahun 1959 Sidang Perutusan Indonensia dan Melayu
(Slametmulyana dan Syeh Nasir bin Ismail, masing-masing berperanan
sebagi ketua perutusan) menghasilkan konsep ejaan bersama yang
kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia).

Konsep bersama itu memperlihatkan bahwa satu bunyi bahasa


dilambangkan dengan satu huruf. Salah satu lambing itu adalah huruf j
sebagai pengganti dj, huruf c sebagai pengganti huruf tj, huruf η sebagai
pengganti ng, dan huruf ή sebagai pengganti nj. Sebagai contoh :

 sejajar sebagai pengganti sedjadjar

 mencuci sebagai pengganti mentjutji

 meηaηa sebagai pengganti dari menganga

 berήaήi sebagai pengganti berjanji

Ejaan Melindo tidak pernah diresmikan. Di samping terdapat beberapa


kesukaran teknis untuk menuliskan beberapa huruf, politik yang terjadi
pada kedua negara antara Indonesia-Malaysia tidak memungkinkan untuk
meresmikan ejaan tersebut. Perencanaan pertama yaitu penyamaan
lambang ujaran antara kedua negara, tidak dapat diwujudkan. Perencanaan
kedua, yaitu pelambangan setiap bunyi ujaran untuk satu lambang, juga
tidak dapat dilaksanakan.

5. Ejaan Baru (Ejaan LBK)

Para pelaksananya terdiri dari panitia Ejaan LBK, juga dari


panitia ejaan dari Malaysia. Panitia itu berhasil merumuskan suatu
konsep ejaan yang kemudian diberi nama Ejaan Baru. Panitia itu
bekerja atas dasar surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan
no.062/67,tanggal 19 september 1967.

Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru atau Ejaan LBK, antara
lain:

a.  Gabungan konsonan dj diubah menjadi j.


Misalnya :

8
EYD Ejaan Baru

Remaja Remadja

Jalan Djalan

Perjaka Perdjaka

b.  Gabungan konsonan tj diubah menjadi c.


Misalnya :

EYD Ejaan Baru

Cakap Tjakap

Baca Batja

Cipta Tjipta

c.  Gabungan konsonan nj diubah menjadi ny.


Misalnya :

EYD Ejaan Baru

Sunyi Sunji

Nyala Njala

Bunyi Bunji

d.  Gabungan konsonan sj diubah menjadi sy.

9
Misalnya :

EYD Ejaan Baru

Syarat Sjarat

Isyarat Isjarat

Syukur Sjukur

e.  Gabungan konsonan ch diubah menjadi kh.


Misalnya :

EYD Ejaan Baru

Takhta Tachta

Makhluk Machluk

Ikhlas Ichlas

6. Ejaan Yang Disempurnakan / EYD (1972 – Sekarang)


Pada waktu pidato kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang
Tahun Kemerdakan Republik Indonesia yang ke XXVII, tanggal 17
Agustus 1972 diresmikanlah pemakaikan ejaan baru untuk  bahasa
Indonesia oleh Presiden Republik Indonesia. Dengan Keputusan Presiden
No. 57 tahun 1972, ejaan tersebut dikenal dengan nama Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). Ejaan tersebut merupakan hasil
yang dicapai oleh kerja panitia ejaan bahasa Indonesia yang telah dibentuk
pada tahun 1966. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan ini
merupakan penyederhanaan serta penyempurnaan dari pada Ejaan
Suwandi atau ejaan Republik yang dipakai sejak dipakai sejak bulan Maret
1947.
Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EYD, antara lain:

10
a.  Perubahan Huruf

Ejaan Lama EYD

Djika Jika

Tjakap Cakap

Njata Nyata

Sjarat Syarat

Achir Akhir

Supaja Supaya

b. Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing


diresmikan pemakaiannya.

Misalnya:

A. Khilaf

B. Fisik

C. Valuta

D. Universitas

E. Zakat

F. Khazanah

c. Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu


pengetahuan tetap digunakan, misalnya pada kata Furqan,
dan xenon.

d. Penulisan di- sebagai awalan dibedakan dengan di- yang


merupakan kata depan. Sebagai awalan, di- ditulis sering kali dengan

11
unsur yang menyertainya, sedangkan di- sebagai kata depan ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya.

Awalan Kata Depan

Dicuci Di kantor

Dibelikan Di sekolah

Dicium Di samping

Dilatar belakangi Di Tanah

e. Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya.


Angka dua tidak digunakan sebagai penanda perulangan:

Misalnya:

Anak-anak, bukan anak2

Bermain-main, bukan bermain2

Bersalam-salaman, bukan bersalam2an

G. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)

Penyempurnaan terhadap ejaan bahasa Indonesia telah dilakukan oleh


Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Penyempurnaan tersebut menghasilkan naskah yang pada tahun
2015 telah ditetapkan menjadi Peraturan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia.

Ditinjau dari sejarah penyusunannya, sejak peraturan ejaan bahasa Melayu


dengan huruf Latin ditetapkan pada tahun 1901 berdasarkan rancangan Ch. A.
van Ophuijsen dengan bantuan Engku Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan
Moehammad Taib Soetan Ibrahim, telah dilakukan penyempurnaan ejaan
dalam berbagai nama dan bentuk.

12
Pada tahun 1938, pada Kongres Bahasa Indonesia yang pertama di Solo,
disarankan agar ejaan Indonesia lebih banyak diinternasionalkan. Pada tahun
1947 Soewandi, Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan pada masa
itu, menetapkan dalam surat keputusannya tanggal 19 Maret 1947, No.
264/Bhg.A bahwa perubahan ejaan bahasa Indonesia dengan maksud
membuat ejaan yang berlaku menjadi lebih sederhana. Ejaan baru itu oleh
masyarakat diberi julukan Ejaan Republik.

Kongres Bahasa Indonesia Kedua, yang diprakarsai Menteri Moehammad


Yamin, diselenggarakan di Medan pada tahun 1954. Kongres itu mengambil
keputusan supaya ada badan yang menyusun peraturan ejaan yang praktis bagi
bahasa Indonesia. Panitia yang dimaksud yang dibentuk oleh Menteri
Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat keputusannya tanggal
19 Juli 1956, No. 44876/S, berhasil merumuskan patokan-patokan baru pada
tahun 1957.

Sesuai dengan laju pembangunan nasional, Lembaga Bahasa dan


Kesusastraan yang pada tahun 1968 menjadi Lembaga Bahasa Nasional,
kemudian pada tahun 1975 menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, menyusun program pembakuan bahasa Indonesia secara menyeluruh.
Di dalam hubungan ini, Panitia Ejaan Bahasa Indonesia Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan yang disahkan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Sarino Mangunpranoto, sejak tahun 1966 dalam surat
keputusannya tanggal 19 September 1967, No. 062/1967, menyusun konsep
yang ditanggapi dan dikaji oleh kalangan luas di seluruh tanah air selama
beberapa tahun.

Setelah rancangan itu akhirnya dilengkapi di dalam Seminar Bahasa


Indonesia di Puncak pada tahun 1972 dan diperkenalkan secara luas oleh
sebuah panitia yang ditetapkan dengan surat keputusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan tanggal 20 Mei 1972, No. 03/A.I/72, pada hari Proklamasi
Kemerdekaan tahun itu juga diresmikanlah aturan ejaan yang baru itu
berdasarkan keputusan Presiden, No. 57, tahun 1972, dengan nama Ejaan yang
Disempurnakan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku

13
kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,
sebagai patokan pemakaian ejaan itu.

Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa


Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang dibentuk oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat keputusannya tanggal 12
Oktober 1972, No. 156/P/1972 menyusun buku Pedoman Umum yang berisi
pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas.

Pada tahun 1988 Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (PUEYD)


edisi kedua diterbitkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0543a/U/1987 pada tanggal 9
September 1987. Setelah itu, edisi ketiga diterbitkan pada tahun 2009
berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasio-nal Nomor 46. Pada tahun
2016 berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Anis
Baswedan, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
(PUEYD) diganti dengan nama Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
penyempurnaan naskahnya disusun oleh Pusat Pengembangan dan
Pelindungan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

C. Konsep / Ruang Lingkup Ejaan Dalam Tulisan

Secara Umum konsep / ruang lingkup ejaan dalam tulisan meliputi :


1. Pemakaian Huruf
Nama huruf bahasa Indonesia seperti yang kita kenal dengan huruf abjad
dan ada juga penggabungan untuk melambangkan diftong seperti:
Au(harimau), atau penggabungan khusus, seperti: ng(lambang). Bahasa
Indonesia menggunakan satu sistem ejaan, pada dasarnya lafal singkatan dan
kata mengikuti bunyi nama huruf secara konsisten, seperti: bus(dibaca:bus)
Yang harus diperhatikan dalam persukuan (pemenggalan kata),
(1)menggunakan tanda hubung, (2)tidak memenggal kata dengan garis
bawah, (3) hindari penggalan satu huruf. Begitupun dengan nama orang,
hanya dibenarkan dengan memisahkan nama pertama dan nama kedua.
Penulisan nama diri ditulis sesuai dengan ejaan yang berlaku.

14
2. Penulisan Huruf

Huruf terdiri dari: huruf kecil, huruf kapital, dan huruf miring.
Huruf kapital digunakan sebagai:
a. huruf pertama awal kalimat
b. huruf pertama petikan langsung

c. huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal


keagamaan

d. huruf pertama gelar kehormatan atau keturunan yang diikuti nama orang
e. huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama orang.
f. huruf pertama nama orang

g. huruf pertama hubungan kekerabatan seperti: bapak, ibu, saudara yang


dipakai sebagai kata ganti.
Huruf miring digunakan untuk:
a. menulis nama buku, majalah yang dikutip dari karangan
b. menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata
c. menuliskan nama ilmiyah atau ungkapan asing.

3. Penulisan Kata
1.1 Penulisan kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan
Penulisan kata turunan:
a. imbuhan ditulis serangkai dengan kata dasar.
b. kalau gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikutinya.
c. kalau gabungan kata, awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan
kata tersebut.
d. kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam unsur
kombinasi.
Jika bentuk terikat diikuti kata berhuruf awal kapital, maka
antara keduanya diberi tanda hubung. Jika jika kata maha diikuti
kata esa dan selainkata dasar sebagai unsur gabungan, maka ditulis
terpisah. Bentuk kata ulang ditulis secara lengkap dengan
menggunakan kata hubung.

15
1.2 Penulisan gabungan kata.
a. Kata majemuk, istilah khusus, bagian-bagiannya ditulis terpisah.
b. Istilah khusus yang mungkin akan menimbulkan salah baca diberi
tanda hubung.
c. Kata yang dianggap sudah satu ditulis serangkai.
penulisan kata ganti ku, mu, kau, dan nya ditulis serangkai dengan
kata yang mendahuluinya. Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah
dari kata yang mengikutinya. Kata si dan sang ditulis terpisah dengan
kata yang mengikutinya.
1.3 Penulisan partikel
a. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
b. Partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah.
1.4 Penulisan singkatan dan Akronim
a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat
diikuti dengan tanda titik.
b. Singkatan nama resmi lembaga dan nama dokumen resmi , huruf awal
ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik,
misalnya: bpk, pt, ktp, sltp.
c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu
titik, misalnya : dkk.
d. Singkatan lambang kimia, singkatan satuan ukuran, dan mata uang
tidak diikuti tanda titik.
e. akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata
ditulis seluruhnya dengan hruruf kapital.
f. Akronim yang berupa gabungan kata atau huruf dari deret kata ditulis
dengan huruf awal huruf kapital, misalnya: angkatan bersenjata ri
(akabri).
g. akronim yang bukan nama diri berupa gabungan kata atau huruf dan
suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
1.5 Penulisan angka lambang bilangan:
a. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor.

16
b. Angka digunakan untuk menyatakan : panjang, berat, dan isi, satuan
waktu, mata uang, nomor jalan.
c. Penulisan lambang bilangan, misalnya: 3/8(tiga perdelapan).
d. Penulisan kata bilangan tingkat.
e. Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an ditulis dengan
angka atau dengan ejaan.
f. Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja
sebagian supaya mudah dibaca, kecuali dalam dokumen resmi.
g. Bilangan tidak perlu ditulis angka dan huruf sekaligus kecuali pada
dokumen resmi.
h. Bilangan yang dilambangkan dengan kata dan huruf, penulisannya
harus tepat.
1.6 Penulisan Unsur Serapan
Bahsa arab sebenarnya sudah banyak yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia dan relatif konsisten. Untuk  menyerap bahasa arab, kita harus
memperhatikan:
a. Unsur mad (panjang) ditiadakan.
b. Konsonan yang tidak ada dalam bahasa indonesia sebaiknya
diadaptasi dengan fonem yang berdekatan dengan fonem bahasa
indonesia baik lafal maupunejaannya, seperti: rizq(rezeki). Jika tidak,
maka tulislah sesuai lafal sebenarnya dengan huruf miring.
1.5 Pemakaian Tanda Baca

Orang sering mengabaikan tanda baca yang sebenarnya sangat


membantu orang dalam memahami bacaan.
a. Tanda titik (.)
b. Tanda koma (,)
c. Tanda titik koma (; )
d. Tanda titik dua (: )
e. Tanda hubung (-)
f. Tanda tanya (?)
g. Tanda seru (!)

17
h. Tanda kurung ((…))
i. Tanda garis miring ( / )

D. Penerapan Ejaan dalam tulisan


Berikut kaidah dan penerapan ejaan Bahasa Indonesia dalam tulisan.

1. Pemenggalan kata pada ujung baris

a. Suku kata yang berupa satu vocal tidak ditempatkan pada ujung
baris atau pangkal baris

b. Akhiran -/tidak dipenggal dari kata dasarnya.

Contoh : (Benar) : …memenuhi,

(Salah) : ….memenuh-

2. Pemakaian huruf Kapital

a. Huruf kapital dipakai pada huruf pertama petikan langsung.

Contoh : (Benar) : “Fungsi bahasa yang paling dasar adalah


menjelmakan pemikiran konseptual ke dalam dunia kehidupan.”

(Salah) : …”fungsi…”

3. Penulisan Kata

a. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.

b. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan
akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh : (Benar) : antarbudaya
(Salah) : antar budaya

4. Kata depan di, ke, dan daripada

Perlu diingat bahwa kata depan di dan keselalu


menunjukkan tempat atau arah atau menunjukkan bentuk abstrak yang
menyatakan tempat. Penulisan di dan ke sebagai kata depan sama halnya

18
dengan jenis kata depan lain seperti kata pada, dari, oleh yang ditulis
terpisah dari kata berikutnya, kecuali kata
depan kepada dan daripada yang ditulis serangkai.

Contoh : (Benar) : di kampus, ke desa, daripada


(Salah) : dikampus, kedesa, dari pada.

5. Partikel pun

Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya, kecuali jika


kelompok kata itu berbentuk padu.

Contoh :

1. Masalah itu pun harus menjadi perhatian kita.

2. Sekali pun ia tidak pernah hadir dalam pertemuan itu.

3. Sekalipun demikian, hasil penelitian itu masih bermanfaat


untuk kemajuan industri.

6. Singkatan dan Akronim

Singkatan ialah bentuk kata atau kelompok kata yang dipendekkan


yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Akronim ialah singkatan berupa
gabungan huruf awal, gabungan huruf, dan suku kata dari suatu kelompok
kata yang diperlakukan sebagai kata. Baik singkatan maupun akronim
nama resmi lembaga, pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi tidak diikuti dengan tanda titik.

Contoh : (Benar) : DPR

(Salah) : D.P.R

7. Tanda Baca

Berikut ini dikemukakan beberapa contoh.

19
a. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul suatu karangan (seperti judul
buku, bab, bagian-bagian bab) ilustrasi, dan tabel.

Contoh : (Benar) : Ilmu dalam Perspektif


(Salah) : Ilmu dalam Perspektif.

b. Tanda titik tidak dipakai di belakang angka terakhir yang menyatakan


penomoran bagian-bagian anak bab.

Contoh : (Benar) : 2.1 Kalimat , 2.1.1 Struktur


(Salah) : 2.1. Kalimat. , 2.1.1. Struktur

c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dan induk


kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Sebaliknya, jika anak kalimat mengikuti induk kalimat, tanda koma
tidak dipakai.

Contoh : (Benar) : Untuk meminimalkan pajak-pajak pendapatan


federal, terdapat beberapa cara yang tidak bertentangan dengan hukum.
(Salah) : Jika algoritma dapat diuraikan ke dalam beberapa
modul dapat dikatakan algoritma bersifat moduler.

d. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat jika anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimatnya.

Contoh : (Benar) : Pembentukan es pada katup gas akan menghalangi


masuknya udara sehingga dapat menimbulkan bahaya.

(Salah) : Banyak ikan yang mati di perairan tersebut, karena


tidak tahan terhadap gangguan zat-zat kimia yang larut dalam
perairan tersebut.

BAB III
PENUTUP

20
A. Kesimpulan
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya.

EYD (Ejaan yang Disempurnakan) merupakan tata bahasa dalam Bahasa


Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai
dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan
unsur serapan.

a) Fungsi Ejaan dalam Bahasa Indonesia


b) Sebagai landasan pembakuan tata bahasa
c) Sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan, serta
d) Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa
Indonesia

Perkembangan ejaan di Indonesia telah mengalami beberapa pergantian, mulai


dari ejaan Van Ophuijsen, ejaan Soewandi (republik), dan ejaan yang
disempurnakan. Bahkan terdapat ejaan yang dirundingkan bersama antara
Indonesia dan Malaysia, yakni ejaan Melindo.Namun, karena faktor-faktor
tertentu ejaan tersebut tidak dapat diresmikan.

Secara garis besar, ruang lingkup ejaan terdiri dari

a) Pemakaian Huruf
b) Penulisan Huruf
c) Penulisan Kata
d) Penulisan Unsur Serapan
e) Pemakaian Tanda Baca

B. Saran
Sudah menjadi kewajiban kita sebagai kaum pelajar untuk selalu
mengingatkan kepada masyarakat guna dapat menggunakan kaidah tata
bahasa Indonesia yang baik dan benar.Karena bagaimanapun bahasa memiliki
peran penting dalam proses pembangunan karakter masyarakat dalam bangsa

21
ini.Dengan mempelajari ejaan yang disempurnakan maka proses
pembelajaran, pemahaman, dan penulisan bahasa Indonesia akan menjadi
lebih mudah. Untuk itu pelajarilah ejaan yang disempurnakan dengan sungguh
agar dapat dimengerti.

22
DAFTAR PUSTAKA
Academica.2015. Luqman Saputra. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia.Jakarta.
Https://manhijismd.wordpress.com/2009/11/29/dari-ejaan-van-ophuijsen-hingga-eyd.
Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa Non Jurusan.
Cetakan ke-16, revisi (3). Jakarta : Diksi Insan Mulia
http://www.ikhsanudin.co.cc/2009/05/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia
http://ibnuhasansibuan.wordpress.com/2011/03/06sejarah-perkembangan-bahasa-
indonesia
Waridah, Ernawati. 2008. EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan.
Jakarta. :KawanPustaka
Hs, Widiono. 2005. Bahasa Indonesia (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Di
Peruruan Tinggi). Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Yang_Disempurnakan
Depdikbud. 2008. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Jakarta: Hi-Fest Publishing.
Tim Pusat Bahasa. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Jakarta: Balai Pustaka.

23

Anda mungkin juga menyukai