Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

“RUANG LINGKUP EJAAN”

DOSEN :

INTAN FEBRINA WULANDINI, M.Pd.

DISUSUN OLEH :
AAN SADIAH (22818001)
ALIVYA NORFATHENA SAWJEA (22918003)
CUT DHEA (22918041)
DESI SULASTRI (22918011)
ENENG KURNIAWATI (22918012)
NURUL FITRIA (22918030)
PUPUT SULISTIYONO (22918031)
R.A.D.P INTAN (22918033)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI ASIH CILEDUG

Jl. Kh. Thosin No.62 Sudimara Barat, Ciledug, Kota Tangerang — Banten

Tahun Akademi 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, atas segala berkat dan karunianya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah berjudul ―Ruang Lingkup
Ejaan‖ dengan lancar dan tepat waktu. Makalah ini kami susun sebagai salah satu tugas
mata kuliah Bahasa Indonesia di Akademi Kebidanan Bhakti Asih Ciledug.

Dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih sebesar-


besarnya kepada :

 Ibu Intan Febrina Wulandini, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa
Indonesia yang telah mendukung dalam penyusunan makalah berjudul ―Ruang
Lingkup Ejaan‖ ini.
 Semua pihak yang telah mendukung selama proses penyusunan makalah
berjudul ―Ruang Lingkup Ejaan‖ ini.

Dengan segala keterbatasan kami sebagai penulis, apabila dalam susunan


makalah ini terdapat kekurangan dan atau kesalahan, kami terbuka akan pemerian kritik
dan saran dari ibu dosen mata kuliah Bahasa Indonesia untuk menyempurnakan
makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia serta
bermanfaat bagi kami maupun para pembaca.

Tangerang, 11 Juni 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

SAMPUL………………………………………………………………...…….……i

KATA PENGANTAR…………………………………………….……………….ii

DAFTAR ISI……………………………………......……………………………..iii

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG............................................................................1


1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................1
1.3 TUJUAN..................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................3

2.1 PEMAKAIAN HURUF..........................................................................3

2.2 PEMAKAIAN HURUF KAPITAL DAN MIRING............................5

2.3 PENULISAN KATA DAN PARTIKEL.............................................12

2.4 PENULISAN KATA GANTI, KATA DEPAN DI,

KE DAN DARI.............................................................................................17

2.5 KATA SI DAN SANG...........................................................................18

2.6 PARTIKEL SINGKATAN DAN AKRONIM...................................18

2.7 ANGKA DAN LAMBANG BILANGAN...........................................20

2.8 PENULISAN UNSUR SERAPAN.......................................................21

2.9 PEMAKAIAN TANDA BACA (PUNGTUASI).................................22

BAB 3 PENUTUP.....................................................................................................31

3.1 KESIMPULAN.......................................................................................31

3.2 SARAN....................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................32

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ejaan yang Disempurnakan adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak
tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Republik. EYD
memberikan aturan-aturan dasar tentang bunyi kata, kalimat, dan penggunaan tanda
baca. Kehadiran EYD ini merupakan satu upaya untuk menstandarkan bahasa Indonesia
secara baik dan benar.

Sebagai pemakai bahasa Indonesia, kita wajib mematuhi aturan baku berbahasa
yang dinyatakan dalam EYD, terutama saat kita dituntut untuk mampu berbahasa
dengan baik dan benar dalam forum resmi atau saat menyajikan satu bentuk tulisan
ilmiah.

Kenyataannya, tidak semua penutur bahasa Indonesia yang mampu berbahasa


Indonesia sesuai dengan aturan EYD. Sering kali kita kebingungan kapan suatu huruf
harus ditulis dengan huruf capital atau huruf kecil. Kebingungan lainnya, kapan suatu
tanda baca, seperti tanda titik (.), koma (,), titik dua (:), titik koma (;), tanda petik
tunggal (‗), tanda petik ganda (―), dan sebagainya digunakan?

Kedua persoalan tersebut merupakan sebagian kecil permasalahan yang sering


dihadapi oleh pemakai bahasa. Terkadang, permasalahan tersebut cukup diselesaikan
secara ―manasuka‖, asalkan kata atau kalimat tesebut dapat dipahami. Kondisi seperti
ini yang menyebabkan kekacauan dalam berbahasa.

1.2 Rumusan Masalah

Makalah ini akan membahas :

1. Pemakaian huruf
2. Pemakaian huruf kapital dan miring
3. Penulisan kata dan partikel
4. Penulisan kata ganti, kata depan di, ke, dan dari
5. Kata si dan sang
6. Partikel singkatan dan akronim
7. Angka dan lambing bilangan
8. Penulisan unsur serapan
9. Pemakaian tanda baca (pungtuasi)

1
1.3 Tujuan

Makalah ini bertujuan sebagai salah satu pedoman untuk memaksimalkan


penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Besar harapan kami makalah ini
dapat meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, sebagai
wujud nyata dalam usaha melestarikan dan mengembangkan bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pemakaian Huruf

2.1.1 Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26


huruf, sebagai berikut.

Huruf Kapital Huruf Kecil Nama


A a a
B b be
C c ce
D d de
E e e
F f ef
G g ge
H h ha
I i i
J j je
K k ka
L l el
M m em
N n en
O o o
P p pe
Q q ki
R r er
S s es
T t te
U u u
V v ve
W w we
X x eks
Y y ye
Z z zet

2.1.2 Huruf Vokal

Huruf yang melambangkan vocal dalam bahasa indonesia

3
Huruf Vokal Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
a Anak Mati Busa
e* Elok Bela Sore
Empat Beli Tipe
i Intip Cinta Suci
o Otak Pola Radio
u Udang Bumi Rindu

Keterangan :

Untuk keperluan pelafalan kata yang benar, tanda aksen (`) dapat digunakan jika
ejaan kata menimbulkan keraguan.

Misalnya :
Banyak orang yang menyukai film seri itu. (se`ri)
Pertandingan tinju itu berakhir seri.
Bagian teras rumah itu sedang diperbaiki. (te`ras)
Pejabat teras di lingkungan Kementrian Pendidikan akan hadir dalam acara
peresmian gedung baru.

2.1.3 Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas


huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

Huruf Konsonan Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir


b Bakat Lebat Lembab
c Cara Becak -
d Duta Ada Itikad
f Fana Kafan Aktif
g Gumam Surga Gudeg
h Harga Bahan Limbah
j Jantung Baja Mikraj
k Kita Jaksa Politik
- Rakyat Bapak
l Lepas Ulat Bekal
m Mati Lima Enam
n Nikah Tanah Bahan
p Pulang Tanpa Mantap
q Quran Status quo Taufiq
r Rasa Lara Pintar
s Sudah Rusak Bungkus
t Tuli Pasti Kulit
v Vaksin Lava -
4
w Wasit Sewa -
x Xerox - Sinar-x
y Yakin Tayang -
z Zaman Izin Juz

Keterangan :
* huruf k melambangkan bunyi hamzah
** huruf q dan x khusus dipakai untuk nama diri (seperti Taufiq dan Xerox) dan
keperluan ilmu (seperti status quo dan sinar-x)

2.1.4 Huruf Diftong

Diftong dalam sistem bahasa Indonesia dilambangkan dengan ai, au, dan
oi.

Huruf Diftong Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir


ai Ain Malaikat Pakai
au Audio Saudara Risau
oi - Boikot Amboi

2.1.5 Gabungan Huruf Konsonan

Gabungan huruf konsonan dalam sistem bahasa Indonesia terdiri atas kh,
ng, ny, dan sy, masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.

Gabungan Huruf Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir


Konsonan
kh Khawatir Akhir Tarikh
ng Ngilu Bangkit Benang
ny Nyamuk Lenyap -
sy Syahdu Masygul Arasy

Catatan :
Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain ditulis sesuai dengan
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali jika ada
pertimbangan khusus.

2.2 Pemakaian Huruf Kapital dan Miring

2.2.1 Pemakaian Huruf Kapital

5
2.2.1.1 Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama pada awal
kalimat.

Misalnya :

Mereka akan melakukan penelitian di laboratorium.

Jangan membuang sampah sembarangan!

2.2.1.2 Huruf kapital sebagai huruf pertama petikan langsung.

Misalnya :

Ayah bertanya, “Apakah kita sudah siap berangkat?”

2.2.1.3 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan
yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti
untuk Tuhan.

Misalnya :

Islam Quran

Kristen Al-Kitab

Buddha Weda

Allah Yang Maha Kuasa

Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya

2.2.1.4

a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,


keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

Misalnya :

Mahaputra Yamin

Pangeran Diponegoro

Muhammad SAW

b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.

Misalnya :
6
Ia menjadi imam di keluarga itu.

Mereka akan pergi naik haji tahun ini.

2.2.1.5

a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti
nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti
nama orang tertentu.

Misalnya :

Jenderal Sudirman

Wakil Presiden Boediono

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan atau nama
instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.

Misalnya :

Siang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia

c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat
yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat
tertentu.

Misalnya :

Para gubernur se-Indonesia berkumpul di Bali

2.2.1.6

a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.

Misalnya :

Sapardi Djoko Damono

Arief Gunawan

Seno Gumira

Joko Pinurbo

7
Catatan :

1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de,
van, dan, der (dalam bahasa Belanda), von (dalam bahasa Jerman),
atau da (dalam bahasa Portugal).

Misalnya :
Cornellis de Houtman

2) Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk


menuliskan huruf pertama kata bin atau binti.

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang
digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.

Misalnya :

Pascal second Pas

J/K atau JK-1 joule per Kelvin

c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan ukuran.

Misalnya :

mesin diesel 30 volt

2.2.1.7

a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.

Misalnya :

bangsa Asia suku Sunda

b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan
bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.

Misalnya :

pengindonesiaan kata asing kebelanda-belandaan

8
2.2.1.8

a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari
raya.

Misalnya :

tahun Hijriah tarikh Masehi

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama peristiwa


sejarah.

Misalnya :

Perang Padri Perang Dunia I

c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak
digunakan sebagai nama.

Misalnya :

Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia

2.2.1.9

a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi.

Misalnya :

Ambon Asia Timur

Tangerang Uni Emirat Arab

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang
diikuti nama diri geografi.

Misalnya :

Jalan Buah Batu Bukit Barisan

Sungai Musi Pulau Bali

c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi
jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.

9
Misalnya :

batik Solo

d. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang
digunakan sebagai penjelas nama jenis.

Misalnya :

kacang Bogor

e. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak
diikuti oleh nama diri geografi.

Misalnya :

Kapal itu berlayar hingga ke teluk

2.2.1.10

a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara,
lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi,
kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk.

Misalnya :

Republik Indonesia

b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama
resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama
dokumen resmi.

Misalnya :

Negara Indonesia berbentuk republik

Catatan :

Jika nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan
dokumen resmi pemerintah mengacu ke pelaku, maka huruf awal kata itu
ditulis dengan huruf kapital.

Misalnya :

Pemberian gaji bulan ke-13 sudah disetujui Pemerintah.

Surat itu telah ditandatangani oleh Direktur.


10
2.2.1.11 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan,
badan, dokumen resmi, dan judul karangan.

Misalnya :

Undang-Undang Dasar 1945

Perserikatan Bangsa-Bangsa

2.2.1.12 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk
semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar,
dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang
tidak terletak pada posisi awal

Misalnya :

Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma

2.2.1.13 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama
gelar, pangkat, dan sapaan, yang disertai dengan nama diri.

Misalnya :

Prof. Profesor

Catatan :

Gelar akademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk


singkatannya, diatur secara khusus dalam Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayan RI Nomor 036/U/1993.

2.2.1.14

a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan


kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang
digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.

Misalnya :

“Silakan duduk, Dik!” kata orang itu.

b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan/penyapaan.
11
Misalnya :

Semua kakak dan adik saya tinggal di Surabaya.

2.2.1.15 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan
dalam penyapaan.

2.2.1.16 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti
keterangan, catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan
diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu.

2.2.2 Huruf Miring

a) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,


majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Catatan :
Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang
belum diterbitkan dan dirujuk dalam
tulisan tidak ditulis dengan huruf
miring melainkan diapit dengan tanda
petik.

b) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan/mengkhususkan


huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
c) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau
ungkapan yang bukan bahasa Indonesia.
d) Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia
penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia.
Catatan :
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf
atau kata yang akan dicetak miring
digarisbawahi.

2.3 Penulisan Kata dan Partikel

2.3.1 Penulisan Kata

2.3.1.1 Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan

12
Misalnya :

Ayah akan tiba di Bandung malam ini

2.3.1.2 Kata Turunan

A.

a. Imbuhan yang terdiri atas awalan, sisipan, dan akhiran ditulis serangkai
dengan bentuk dasarnya.

Misalnya :

Memukul Kehadiran

Dipersatukan Tulisan

Telunjuk Penyanyi

b. Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk


singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.

Misalnya :

mem-PHK di-PTUN-kan

B. Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran, ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.

Misalnya :

bergotong royong garis bawahi

C. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.

Misalnya :

mencampuradukkan dianaktirikan

menggarisbawahi pertanggungjawaban

D. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi
gabungan kata itu ditulis serangkai.

13
Misalnya :

adipati dwiwarna paripurna

biokimia monoteisme swadaya

antarkota kosponsor subseksi

dekameter narapidana telepon

awahama pascasarjana tritunggal

Catatan :

 Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital,
tanda hubung (-) digunakan di antara kedua unsur itu.
Misalnya : non-Indonesia
 Jika kata maha sebagai unsur gabungan merujuk pada Tuhan yang
diikuti oleh kata berimbuhan, gabungan itu ditulis terpisah dan unsur-
unsurnya dimulai dengan huruf kapital.
Misalnya : Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun
 Jika kata maha, sebagai unsur gabungan, merujuk kepada Tuhan dan
diikuti oleh kata dasar, kecuali kata esa, gabungan itu ditulis
serangkai.
Misal : Semoga Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita
 Bentuk-bentuk terikat dari bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia, seperti pro, kontra, dan anti, dapat digunakan sebagai kata
dasar.
Misal : Kelompok pro lebih banyak daripada yang kontra
 Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan ditulis serangkai
dengan bentuk dasar yang mengikutinya, tetapi ditulis terpisah jika
diikuti oleh bentuk berimbuhan.
Misal : Tak laik terbang

2.3.1.3 Bentuk Ulang

A. Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-


unsurnya.

14
Misalnya :

orang-orang mata-mata

menari-nari berlari-lari

B. Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.

Misalnya :

keibu-ibuan memata-matai

2.3.1.4 Gabungan Kata

A. Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata kata majemuk ditulis
terpisah.

Misalnya :

keras kepala model linear

duta besar persegi panjang

B. Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis


dengan menambahkan tanda hubung di antara unsur-unsurnya untuk
menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.

Misalnya :

anak-istri Ali anak istri-Ali

C. Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai.

Misalnya :

acapkali darmasiswa puspawarna

2.3.1.5 Suku Kata

A. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.

a. Jika di tengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalan


dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya : ra-ut
b. Huruf diftong ai, au, dan oi tidak dapat dipenggal
Misalnya : san-tai

15
c. Jika di tengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk gabungan
konsonan) di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan
sebelum huruf konsonan itu.
Misalnya : sa-wah
d. Jika di tengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang berurutan
pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya : Ap-ril
e. Jika di tengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih yang
masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di
antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya : ul-tra

B. Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, atau partikel dilakukan di antara


bentuk dasar dan imbuhan atau partikel itu.

Misalnya :

mem-batu ber-temu

C. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu
dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan antara unsur-
unsur itu. Tiap-tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.

Misal : bio-grafi

D. Nama orang, badan hukum, atau nama diri lain yang terdiri atas dua unsur
atau lebih dipenggal pada akhir baris di antara unsur-unsurnya (tanpa tanda
pisah). Unsur nama yang berupa singkatan tidak dipisahkan.

2.3.2 Partikel

1. Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.

Misalnya :

Mintalah penjelasan pada gurumu!

2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

Misalnya :

Apa pun yang kita katakan, dia tidak mau menuruti.


16
Catatan : Partikel pun pada gabungan yang lazim dianggap padu
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. (Sekalipun,
adapun, dan walaupun)

3. Partikel per yang berarti ‗demi‘, ‗tiap‘, atau ‗‘mulai‘ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya.

Misalnya :

Kita mau masuk ke dalam ruang satu per satu

2.4 Penulisan Kata Ganti, Kata Depan di, ke, dan dari.

2.4.1 Penulisan Kata Ganti

Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya ; -ku, -
mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya,

Misalnya :

Jangan kauambil buku itu.

Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.

Catatan :

Kata-kata ganti itu (-ku, -mu, dan –nya) dirangkaikan dengan tanda hubung
apabila digabung dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang
diawali dengan huruf kapital.

Misalnya : KTP-mu, STNK-ku, SIM-nya

2.4.2 Penulisan Kata Depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali
di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagain satu kata, seperti
kepada dan daripada.

Misalnya :

Kami akan mengadakan pameran lukisan di gedung kesenian.

17
Di mana dia sekarang?

Makanan ini berasal dari Cirebon

Kami akan pergi ke Bandung

2.5 Kata Si dan Sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya :

Surat itu mencantumkan data si pengirim

Wanita itu membawakan hadiah untuk sang anak

Catatan :

Huruf awal si dan sang ditulis dengan huruf kapital jika


kata-kata itu diperlakukan sebagai unsur nama diri.

Misal : Ia ditipu Sang Kancil

2.6 Partikel Singkatan dan Akronim

2.6.1 Partikel Singkatan

Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.

a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat


diikuti dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu.

Misalnya :
B.J. Habibie Baharuddin Jusuf Habibie

b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,


badan/organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas
gabungan huruf awal kata, ditulis dengan huruf kapital dan tidak
diikuti dengan tanda titik.

Misalnya :
DPD Dewan Perwakilan Daerah

18
c. 1) Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti tanda titik.
Misalnya :
dgn. dengan

2) Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri


dengan tanda titik.
Misalnya :
Yth. Yang terhormat

d. Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf masing-masing


diikuti oleh titik.
Misalnya :
a.n. atas nama

e. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan


mata uang tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya :
Rp rupiah

2.6.2 Akronim

Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan
sebagai sebuah kata.

a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-


unsur nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa
tanda titik.

Misalnya :
KONI = Komite Olahraga Nasional

b. Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur


dengan huruf awal kapital.

Misalnya :

Jamsostek = Jaminan Sosial Tenaga Kerja

c. Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata
atau lebih ditulis dengan huruf kecil.

19
Misalnya :
iptek = ilmu pengetahuan dan teknologi

2.7 Angka dan Lambang Bilangan

Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai


sebagai lambang bilangan/nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab
atau angka Romawi.

Angka Arab : 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9

Angka Romawi : I, II, III, IV, V ,VI, VII, VIII, IX, X, L, C, D,


M,V

1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam
perincian atau paparan.

Misalnya : Kami menonton film itu sampai dua kali

2. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata,
susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu
tidak ada pada kalimat.

Misalnya : Seratus sepuluh siswa kelas 12 mengikuti darmawisata ke


Yogyakarta.

3. Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya
lebih mudah dibaca.

Misalnya : Proyek itu memerlukan Rp 3 triliun

4. Angka digunakan untuk menyatakan ukuran panjang, berat, luas, dan isi ;
satuan waktu ; nilai uang dan jumlah.

5. Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau


kamar.

6. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.

7. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.

a. Bilangan utuh

Misalnya : empat belas (14)


20
b. Bilangan pecahan

Misalnya : setengah (1/2)

8. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.

Misalnya : Pada awal abad XX

9. Penulisan bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara berikut.

Misalnya : Tahun 1960-an

10. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks
(kecuali dokumen resmi).

Misalnya : Ayah mempunya 550 koleksi buku.

11. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus
tepat.

Misalnya : Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp 900.550,50 (sembilan


ratus ribu lima ratus lima puluh rupiah lima puluh sen).

2.8 Penulisan Unsur Serapan

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari


berbagai bahasa, baik bahasa daerah maupun bahasa seperti Sanskerta, Arab,
Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur
serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dau kelompok besar.
Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa
Indonesia, dimana penulisan dan pelafalannya masih mengikuti cara asing.
Kedua, unsur asing yang penulisan dan pelafalannya sudah sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia.

Beberapa kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan, sebagai berikut.

Kaidah Ejaan Contoh Penyerapan

a (ain Arab dengan a) menjadi `a `asr = asar


ch yang lafalnya s atau sy menjadi s machine = mesin
d (Arab) menjadi d fardu = fardu
ee (Belanda) menjadi e systeem = sistem
oo (Inggris) menjadi u cartoon = kartun
q (Arab) menjadi k qalbu = kalbu
sch di muka vokal menjadi sk schema = skema
21
2.9 Pemakaian Tanda Baca (Pungtuasi)

2.9.1 Tanda Titik

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan.


Misalnya:
Mereka duduk di sana.
Dia akan datang pada pertemuan itu.
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar,
atau daftar.
Misalnya:

I. Kondisi Kebahasaan di Indonesia

Catatan:

(1) Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung
dalam suatu perincian.

Misalnya:

Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai

1) bahasa nasional yang berfungsi, antara lain,

a) lambang kebanggaan nasional,

b) identitas nasional, dan

c) alat pemersatu bangsa;

2) bahasa negara

(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran digital yang lebih dari satu
angka (seperti pada Misalnya III.A.2.b).

(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir dalam
penomoran deret digital yang lebih dari satu angka dalam judul tabel, bagan,
grafik, atau gambar.

Misalnya: Tabel 1 Kondisi Kebahasaan di Indonesia

3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Misalnya: Pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35
menit, 20 detik).
22
4. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul
tulisan (yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat
terbit.

Misalnya: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peta Bahasa di


Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta.

5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.

Misalnya : Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau.

2.9.2 Tanda Koma

1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau


pembilangan.

Misalnya : Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi.

2. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan
sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara).

Misalnya : Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.

3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk
kalimatnya.

Misalnya : Kalau diundang, saya akan datang.

Catatan: Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak kalimat.

Misalnya : Saya akan datang kalau diundang.

4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung


antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan
itu, dan meskipun demikian.

Misalnya : Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh
beasiswa belajar di luar negeri.

5. Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah,
aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.

Misalnya : O, begitu?

6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat.
23
Misalnya : Kata nenek saya, "Kita harus berbagi dalam hidup ini."

7. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat,
(c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang
ditulis berurutan.

Misalnya : Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan Kayumanis,


Kecamatan Matraman, Jakarta 13130

8. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik


susunannya dalam daftar pustaka.

Misalnya : Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu


Agung.

9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan
akhir.

Misalnya : Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, Jilid
2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.

10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis
yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga,
atau marga.

Misalnya : B. Ratulangi, S.E.

11. Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka.

Misalnya : 12,5 m

12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan
aposisi.

Misalnya : Di daerah kami, misalnya, masih banyak bahan tambang yang belum
diolah.

13. Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal
kalimat untuk menghindari salah baca/salah pengertian.

Misalnya : Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa


daerah.

24
2.9.3 Tanda Titik Koma

1. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang lain di dalam
kalimat majemuk.

Misalnya : Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku.

2. Tanda titik koma dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa.

Misalnya : Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini adalah

(1) berkewarganegaraan Indonesia;

(2) berijazah sarjana S-1;

(3) berbadan sehat; dan

(4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik


Indonesia.

3. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian


dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda koma.

Misalnya : Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; pisang,
apel, dan jeruk.

2.9.4 Tanda Titik Dua

1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti
pemerincian atau penjelasan.

Misalnya : Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.

2. Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.

Misalnya : Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.

Misalnya :

Ketua : Ahmad Wijaya

Sekretaris : Siti Aryani


25
4. Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.

Misalnya :

Ibu : "Bawa koper ini, Nak!"

Amir : "Baik, Bu."

Ibu : "Jangan lupa, letakkan baik-baik!"

5. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) surah
dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d)
nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka.

Misalnya : Horison, XLIII, No. 8/2008: 8

2.9.5 Tanda Hubung

1. Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh
pergantian baris.

Misalnya:

Di samping cara lama, diterapkan juga ca-

ra baru ….

2. Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang.

Misalnya : anak-anak

3. Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang
dinyatakan dengan angka atau menyambung huruf dalam kata yang dieja satu-
satu.

Misalnya : 11-11-2013

4. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata atau
ungkapan.

Misalnya : ber-evolusi

5. Tanda hubung dipakai untuk merangkai

a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-Indonesia,
se-Jawa Barat);
26
b. ke- dengan angka (peringkat ke-2);

c. angka dengan –an (tahun 1950-an);

d. kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital (hari-H, sinar-
X, ber-KTP, di-SK-kan); e. kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan-Nya, atas
rahmat-Mu);

f. huruf dan angka (D-3, S-1, S-2); dan

g. kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang berupa huruf kapital
(KTP-mu, SIM-nya, STNK-ku)

6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa daerah atau bahasa asing.

Misalnya : di-sowan-i (bahasa Jawa, 'didatangi')

7. Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek
bahasan.

Misalnya : Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta.]

2.9.6 Tanda Pisah

1. Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat
yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.

Misalnya : Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan


oleh bangsa itu sendiri.

2. Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi
atau keterangan yang lain.

Misalnya : Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan RI—diabadikan


menjadi nama bandar udara internasional.

3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti
'sampai dengan' atau 'sampai ke'.

Misalnya : Tahun 2010—2013

2.9.7 Tanda Tanya

1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.

Misalnya : Kapan Hari Pendidikan Nasional diperingati?


27
2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

Misalnya : Monumen Nasional mulai dibangun pada tahun 1961

2.9.8 Tanda Seru

Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa
seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau
emosi yang kuat.

Misalnya : Alangkah indahnya taman laut di Bunaken!

2.9.9 Tanda Elipsis

1. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau
kutipan ada bagian yang dihilangkan.

Misalnya : Penyebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.

2. Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.

Misalnya : "Menurut saya ... seperti ... bagaimana, Bu?"

2.9.10 Tanda Petik

1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.

Misalnya : "Merdeka atau mati!" seru Bung Tomo dalam pidatonya.

2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel,
naskah, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.

Misalnya : Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 125 buku itu.

3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau
kata yang mempunyai arti khusus.

Misalnya : "Tetikus" komputer ini sudah tidak berfungsi.

2.9.11 Tanda Petik Tunggal

1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat dalam
petikan lain.

28
Misalnya : Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?"

2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau


penjelasan kata atau ungkapan.

Misalnya : tergugat 'yang digugat'

2.9.12 Tanda Kurung

1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

Misalnya : Dia memperpanjang surat izin mengemudi (SIM).

2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan
bagian utama kalimat.

Misalnya : Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal
di Bali) ditulis pada tahun 1962.

3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya di
dalam teks dapat dimunculkan atau dihilangkan.

Misalnya : Dia berangkat ke kantor selalu menaiki (bus) Transjakarta.

4. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan
sebagai penanda pemerincian.

Misalnya : Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan
(c) tenaga kerja.

2.9.13. Tanda Kurung Siku

1. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah
asli yang ditulis orang lain.

Misalnya : Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

2. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas
yang terdapat dalam tanda kurung.

Misalnya : Persamaan kedua proses itu (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab


II [lihat halaman 35-38] perlu dibentangkan di sini.

29
2.9.14 Tanda Garis Miring

1. Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

Misalnya : Nomor: 7/PK/II/2013

2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap.

Misalnya : Mahasiswa/mahasiswi = 'mahasiswa dan mahasiswi'

3. Tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah
asli yang ditulis orang lain.

Misalnya : Buku Pengantar Ling/g/uistik karya Verhaar dicetak beberapa kali.

2.9.15 Tanda Penyingkat atau Apostrof

Tanda penyingkat atau apostrof dipakai untuk menunjukkan penghilangan


bagian kata atau bagian angka tahun dalam konteks tertentu.

Misalnya : Dia 'kan kusurati. ('kan = akan)

30
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sebagai pemakai bahasa Indonesia, kita wajib mematuhi aturan baku berbahasa
yang dinyatakan dalam EYD, terutama saat kita dituntut untuk mampu berbahasa
dengan baik dan benar dalam forum resmi atau saat menyajikan satu bentuk tulisan
ilmiah.

Kenyataannya, tidak semua penutur bahasa Indonesia yang mampu berbahasa


Indonesia sesuai dengan aturan EYD. Sering kali kita kebingungan kapan suatu huruf
harus ditulis dengan huruf capital atau huruf kecil. Kebingungan lainnya, kapan suatu
tanda baca, seperti tanda titik (.), koma (,), titik dua (:), titik koma (;), tanda petik
tunggal (‗), tanda petik ganda (―), dan sebagainya digunakan?

Kedua persoalan tersebut merupakan sebagian kecil permasalahan yang sering


dihadapi oleh pemakai bahasa. Terkadang, permasalahan tersebut cukup diselesaikan
secara ―manasuka‖, asalkan kata atau kalimat tesebut dapat dipahami. Kondisi seperti
ini yang menyebabkan kekacauan dalam berbahasa.

Makalah ini merangkum pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia yang


Disempurnakan, meliputi pemakaian huruf, penulisan kata, pemakaian tanda baca,
sampai penulisan unsur serapan. Maka, besar harapan kami makalah ini bisa dijadikan
sebagai salah satu referensi untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.

3.2 Saran

Demikianlah makalah ini dibuat sebagai pemenuhan tugas dan media referensi
tambahan. Bila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam penulisan makalah ini,
penulis terbuka akan pemberian saran dan kritik yang diberikan sebagai perbaikan
makalah ini agar lebih sempurna. Atas pemakluman dan kerja samanya penulis ucapkan
terima kasih.

31
DAFTAR PUSTAKA

Waridah, Ernawati. 2012. Ejaan yang Disempurnakan & Seputar Kebahasa-


Indonesiaan. Bandung : Ruang Kata.
https://puebi.readthedocs.io/en/latest/.

Anda mungkin juga menyukai