DOSEN :
DISUSUN OLEH :
AAN SADIAH (22818001)
ALIVYA NORFATHENA SAWJEA (22918003)
CUT DHEA (22918041)
DESI SULASTRI (22918011)
ENENG KURNIAWATI (22918012)
NURUL FITRIA (22918030)
PUPUT SULISTIYONO (22918031)
R.A.D.P INTAN (22918033)
Jl. Kh. Thosin No.62 Sudimara Barat, Ciledug, Kota Tangerang — Banten
Puji syukur kepada Allah SWT, atas segala berkat dan karunianya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah berjudul ―Ruang Lingkup
Ejaan‖ dengan lancar dan tepat waktu. Makalah ini kami susun sebagai salah satu tugas
mata kuliah Bahasa Indonesia di Akademi Kebidanan Bhakti Asih Ciledug.
Ibu Intan Febrina Wulandini, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa
Indonesia yang telah mendukung dalam penyusunan makalah berjudul ―Ruang
Lingkup Ejaan‖ ini.
Semua pihak yang telah mendukung selama proses penyusunan makalah
berjudul ―Ruang Lingkup Ejaan‖ ini.
Semoga makalah ini dapat memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia serta
bermanfaat bagi kami maupun para pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
SAMPUL………………………………………………………………...…….……i
KATA PENGANTAR…………………………………………….……………….ii
DAFTAR ISI……………………………………......……………………………..iii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................3
KE DAN DARI.............................................................................................17
BAB 3 PENUTUP.....................................................................................................31
3.1 KESIMPULAN.......................................................................................31
3.2 SARAN....................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................32
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Ejaan yang Disempurnakan adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak
tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Republik. EYD
memberikan aturan-aturan dasar tentang bunyi kata, kalimat, dan penggunaan tanda
baca. Kehadiran EYD ini merupakan satu upaya untuk menstandarkan bahasa Indonesia
secara baik dan benar.
Sebagai pemakai bahasa Indonesia, kita wajib mematuhi aturan baku berbahasa
yang dinyatakan dalam EYD, terutama saat kita dituntut untuk mampu berbahasa
dengan baik dan benar dalam forum resmi atau saat menyajikan satu bentuk tulisan
ilmiah.
1. Pemakaian huruf
2. Pemakaian huruf kapital dan miring
3. Penulisan kata dan partikel
4. Penulisan kata ganti, kata depan di, ke, dan dari
5. Kata si dan sang
6. Partikel singkatan dan akronim
7. Angka dan lambing bilangan
8. Penulisan unsur serapan
9. Pemakaian tanda baca (pungtuasi)
1
1.3 Tujuan
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
Huruf Vokal Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
a Anak Mati Busa
e* Elok Bela Sore
Empat Beli Tipe
i Intip Cinta Suci
o Otak Pola Radio
u Udang Bumi Rindu
Keterangan :
Untuk keperluan pelafalan kata yang benar, tanda aksen (`) dapat digunakan jika
ejaan kata menimbulkan keraguan.
Misalnya :
Banyak orang yang menyukai film seri itu. (se`ri)
Pertandingan tinju itu berakhir seri.
Bagian teras rumah itu sedang diperbaiki. (te`ras)
Pejabat teras di lingkungan Kementrian Pendidikan akan hadir dalam acara
peresmian gedung baru.
Keterangan :
* huruf k melambangkan bunyi hamzah
** huruf q dan x khusus dipakai untuk nama diri (seperti Taufiq dan Xerox) dan
keperluan ilmu (seperti status quo dan sinar-x)
Diftong dalam sistem bahasa Indonesia dilambangkan dengan ai, au, dan
oi.
Gabungan huruf konsonan dalam sistem bahasa Indonesia terdiri atas kh,
ng, ny, dan sy, masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
Catatan :
Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain ditulis sesuai dengan
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali jika ada
pertimbangan khusus.
5
2.2.1.1 Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama pada awal
kalimat.
Misalnya :
Misalnya :
2.2.1.3 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan
yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti
untuk Tuhan.
Misalnya :
Islam Quran
Kristen Al-Kitab
Buddha Weda
2.2.1.4
Misalnya :
Mahaputra Yamin
Pangeran Diponegoro
Muhammad SAW
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya :
6
Ia menjadi imam di keluarga itu.
2.2.1.5
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti
nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti
nama orang tertentu.
Misalnya :
Jenderal Sudirman
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan atau nama
instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.
Misalnya :
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat
yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat
tertentu.
Misalnya :
2.2.1.6
Misalnya :
Arief Gunawan
Seno Gumira
Joko Pinurbo
7
Catatan :
1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de,
van, dan, der (dalam bahasa Belanda), von (dalam bahasa Jerman),
atau da (dalam bahasa Portugal).
Misalnya :
Cornellis de Houtman
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang
digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya :
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya :
2.2.1.7
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.
Misalnya :
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan
bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya :
8
2.2.1.8
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari
raya.
Misalnya :
Misalnya :
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak
digunakan sebagai nama.
Misalnya :
2.2.1.9
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi.
Misalnya :
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang
diikuti nama diri geografi.
Misalnya :
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi
jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.
9
Misalnya :
batik Solo
d. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang
digunakan sebagai penjelas nama jenis.
Misalnya :
kacang Bogor
e. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak
diikuti oleh nama diri geografi.
Misalnya :
2.2.1.10
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara,
lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi,
kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk.
Misalnya :
Republik Indonesia
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama
resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama
dokumen resmi.
Misalnya :
Catatan :
Jika nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan
dokumen resmi pemerintah mengacu ke pelaku, maka huruf awal kata itu
ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya :
Misalnya :
Perserikatan Bangsa-Bangsa
2.2.1.12 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk
semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar,
dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang
tidak terletak pada posisi awal
Misalnya :
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
2.2.1.13 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama
gelar, pangkat, dan sapaan, yang disertai dengan nama diri.
Misalnya :
Prof. Profesor
Catatan :
2.2.1.14
Misalnya :
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan/penyapaan.
11
Misalnya :
2.2.1.15 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan
dalam penyapaan.
2.2.1.16 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti
keterangan, catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan
diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu.
12
Misalnya :
A.
a. Imbuhan yang terdiri atas awalan, sisipan, dan akhiran ditulis serangkai
dengan bentuk dasarnya.
Misalnya :
Memukul Kehadiran
Dipersatukan Tulisan
Telunjuk Penyanyi
Misalnya :
mem-PHK di-PTUN-kan
B. Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran, ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya :
C. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya :
mencampuradukkan dianaktirikan
menggarisbawahi pertanggungjawaban
D. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi
gabungan kata itu ditulis serangkai.
13
Misalnya :
Catatan :
Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital,
tanda hubung (-) digunakan di antara kedua unsur itu.
Misalnya : non-Indonesia
Jika kata maha sebagai unsur gabungan merujuk pada Tuhan yang
diikuti oleh kata berimbuhan, gabungan itu ditulis terpisah dan unsur-
unsurnya dimulai dengan huruf kapital.
Misalnya : Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun
Jika kata maha, sebagai unsur gabungan, merujuk kepada Tuhan dan
diikuti oleh kata dasar, kecuali kata esa, gabungan itu ditulis
serangkai.
Misal : Semoga Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita
Bentuk-bentuk terikat dari bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia, seperti pro, kontra, dan anti, dapat digunakan sebagai kata
dasar.
Misal : Kelompok pro lebih banyak daripada yang kontra
Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan ditulis serangkai
dengan bentuk dasar yang mengikutinya, tetapi ditulis terpisah jika
diikuti oleh bentuk berimbuhan.
Misal : Tak laik terbang
14
Misalnya :
orang-orang mata-mata
menari-nari berlari-lari
Misalnya :
keibu-ibuan memata-matai
A. Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata kata majemuk ditulis
terpisah.
Misalnya :
Misalnya :
Misalnya :
15
c. Jika di tengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk gabungan
konsonan) di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan
sebelum huruf konsonan itu.
Misalnya : sa-wah
d. Jika di tengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang berurutan
pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya : Ap-ril
e. Jika di tengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih yang
masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di
antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya : ul-tra
Misalnya :
mem-batu ber-temu
C. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu
dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan antara unsur-
unsur itu. Tiap-tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.
Misal : bio-grafi
D. Nama orang, badan hukum, atau nama diri lain yang terdiri atas dua unsur
atau lebih dipenggal pada akhir baris di antara unsur-unsurnya (tanpa tanda
pisah). Unsur nama yang berupa singkatan tidak dipisahkan.
2.3.2 Partikel
1. Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya :
Misalnya :
3. Partikel per yang berarti ‗demi‘, ‗tiap‘, atau ‗‘mulai‘ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya.
Misalnya :
2.4 Penulisan Kata Ganti, Kata Depan di, ke, dan dari.
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya ; -ku, -
mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya,
Misalnya :
Catatan :
Kata-kata ganti itu (-ku, -mu, dan –nya) dirangkaikan dengan tanda hubung
apabila digabung dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang
diawali dengan huruf kapital.
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali
di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagain satu kata, seperti
kepada dan daripada.
Misalnya :
17
Di mana dia sekarang?
Misalnya :
Catatan :
Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
Misalnya :
B.J. Habibie Baharuddin Jusuf Habibie
Misalnya :
DPD Dewan Perwakilan Daerah
18
c. 1) Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti tanda titik.
Misalnya :
dgn. dengan
2.6.2 Akronim
Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan
sebagai sebuah kata.
Misalnya :
KONI = Komite Olahraga Nasional
Misalnya :
c. Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata
atau lebih ditulis dengan huruf kecil.
19
Misalnya :
iptek = ilmu pengetahuan dan teknologi
1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam
perincian atau paparan.
2. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata,
susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu
tidak ada pada kalimat.
3. Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya
lebih mudah dibaca.
4. Angka digunakan untuk menyatakan ukuran panjang, berat, luas, dan isi ;
satuan waktu ; nilai uang dan jumlah.
6. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
a. Bilangan utuh
10. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks
(kecuali dokumen resmi).
11. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus
tepat.
Beberapa kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan, sebagai berikut.
Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung
dalam suatu perincian.
Misalnya:
2) bahasa negara
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran digital yang lebih dari satu
angka (seperti pada Misalnya III.A.2.b).
(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir dalam
penomoran deret digital yang lebih dari satu angka dalam judul tabel, bagan,
grafik, atau gambar.
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Misalnya: Pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35
menit, 20 detik).
22
4. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul
tulisan (yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat
terbit.
5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.
Misalnya : Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi.
2. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan
sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara).
Misalnya : Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk
kalimatnya.
Catatan: Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak kalimat.
Misalnya : Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh
beasiswa belajar di luar negeri.
5. Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah,
aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.
Misalnya : O, begitu?
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat.
23
Misalnya : Kata nenek saya, "Kita harus berbagi dalam hidup ini."
7. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat,
(c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang
ditulis berurutan.
9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan
akhir.
Misalnya : Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, Jilid
2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis
yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga,
atau marga.
11. Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya : 12,5 m
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan
aposisi.
Misalnya : Di daerah kami, misalnya, masih banyak bahan tambang yang belum
diolah.
13. Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal
kalimat untuk menghindari salah baca/salah pengertian.
24
2.9.3 Tanda Titik Koma
1. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang lain di dalam
kalimat majemuk.
2. Tanda titik koma dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa.
Misalnya : Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; pisang,
apel, dan jeruk.
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti
pemerincian atau penjelasan.
Misalnya : Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
2. Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
Misalnya :
Misalnya :
5. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) surah
dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d)
nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka.
1. Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh
pergantian baris.
Misalnya:
ra baru ….
Misalnya : anak-anak
3. Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang
dinyatakan dengan angka atau menyambung huruf dalam kata yang dieja satu-
satu.
Misalnya : 11-11-2013
4. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata atau
ungkapan.
Misalnya : ber-evolusi
a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-Indonesia,
se-Jawa Barat);
26
b. ke- dengan angka (peringkat ke-2);
d. kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital (hari-H, sinar-
X, ber-KTP, di-SK-kan); e. kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan-Nya, atas
rahmat-Mu);
g. kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang berupa huruf kapital
(KTP-mu, SIM-nya, STNK-ku)
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa daerah atau bahasa asing.
7. Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek
bahasan.
1. Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat
yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
2. Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi
atau keterangan yang lain.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti
'sampai dengan' atau 'sampai ke'.
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa
seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau
emosi yang kuat.
1. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau
kutipan ada bagian yang dihilangkan.
2. Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.
1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel,
naskah, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau
kata yang mempunyai arti khusus.
1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat dalam
petikan lain.
28
Misalnya : Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan
bagian utama kalimat.
Misalnya : Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal
di Bali) ditulis pada tahun 1962.
3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya di
dalam teks dapat dimunculkan atau dihilangkan.
4. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan
sebagai penanda pemerincian.
Misalnya : Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan
(c) tenaga kerja.
1. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah
asli yang ditulis orang lain.
2. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas
yang terdapat dalam tanda kurung.
29
2.9.14 Tanda Garis Miring
1. Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap.
3. Tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah
asli yang ditulis orang lain.
30
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebagai pemakai bahasa Indonesia, kita wajib mematuhi aturan baku berbahasa
yang dinyatakan dalam EYD, terutama saat kita dituntut untuk mampu berbahasa
dengan baik dan benar dalam forum resmi atau saat menyajikan satu bentuk tulisan
ilmiah.
3.2 Saran
Demikianlah makalah ini dibuat sebagai pemenuhan tugas dan media referensi
tambahan. Bila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam penulisan makalah ini,
penulis terbuka akan pemberian saran dan kritik yang diberikan sebagai perbaikan
makalah ini agar lebih sempurna. Atas pemakluman dan kerja samanya penulis ucapkan
terima kasih.
31
DAFTAR PUSTAKA